Anda di halaman 1dari 66

HAMA PENYAKIT UTAMA

Tanaman Bawang Putih

Wahyu Handayati
SALAH SATU KENDALA UTAMA DALAM
BUDIDAYA TANAMAN (BAWANG PUTIH)

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT

Akibatnya KENALI
(KERUGIAN) (TAHU/PAHAM
 Produksi  menurun JENIS HPT,
 Kualitas  menurun (mutu rendah BIOEKOLOGI/PERI
shg sulit dipasarkan) LAKU dan GEJALA
 Harga produk  MEROSOT SERANGAN)
 Biaya produksi  NAIK (utk
pengendalian HP)
 RUGI secara ekonomik (biaya lebih PENGENDALIAN
besar daripada pendapatan) - EFEKTIF
- EFISIEN
- EKONOMIS
- RAMAH
LINGKUNGAN
1. Pengaruh faktor fisik thd MANUSIA
OPT (suhu, RH, cahaya) A.Input berupa :
2. Pengaruh faktor biotik thd
LINGKUNGAN 1.Pupuk buatan
OPT (musuh alami, tan
inang lain) 2.Pestisida
3. Pengaruh faktor edafik thd 3.Irigasi
OPT (kondisi tanah, pH) B. Berbagai tindakan
pengendalian

OPT (Hama Penyakit) TANAMAN

• Organisme yg berpotensi menjadi HPT • Bagian tan. yg dpt diserang HPT


• Ciri-ciri biologi HPT yang mendasari • Gejala serangan HPT
tindakan pengendalian • Mekanisme ketahanan tan thd HPT

CARA PENGENDALIAN

 Pengendalian secara fisik


 Pengendalian secara mekanis
 Pengendalian secara kultur teknis
 Pengendalian secara hayati
 Pengendalian secara undang-undang
 Pengendalian secara varietas tahan
3
 Pengendalian secara kimia
Hama dan penyakit utama pada
tan. bawang putih

4
HAMA UTAMA

Hama Thrips (Thrips sp.


 Trips menyerang tanaman
sepanjang tahun, dan serangan
berat terjadi pada musim kemarau.
 Serangga dewasa bersayap seperti
jumbai sisir bersisi dua sedangkan
nimfa tidak bersayap.
 Warna tubuh nimfa kuning pucat
sedangkan serangga dewasa
. berwarna kuning sampai coklat
kehitaman. Panjang badannya
sekitar 0,8 – 0,9 mm.
 Merusak jaringan bawah daun
dengan cara menggaruk dan
mengisap cairan sel tanaman
 Gejala serangan  daun yg
terserang terlihat bercak-
bercak tidak beraturan,
berwarna putih keperak-
perakan dan berkilau seperti
perunggu pada permukaaan
bawah daun.
 Daun berubah menjadi
berkerut/ keriting karena
cairan tanaman dihisap.
 Serangan berat terjadi pd
musim kemarau, menyebabkan
pertumbuhan tanaman
terhambat (kerdil)  80 %
 Berperan sbg vektor penyakit
virus

6
Ulat tentara
(Spodopthera exigua)

• Ngengat memiliki sayap


berwarna coklat tua
dengan garis-garis yang
kurang tegas dan terdapat
bintik-bintik hitam. Sayap
belakang berwarna
keputih-putihan dengan
garis-garis hitam pada
tepinya.
• Seekor ngengat betina
bertelur sekitar 500 – 600
butir  menetas dlm 2 hari
• Telur berwarna putih
mutiara, berkelompok,
ditutupi oleh rambut-
rambut sutra berwarna
putih kecoklatan.

7
 Larva instar ke-1, 2 dan 3
(panjang 2-15 mm),
mempunyai kalung berwarna
hitam pada abdomen ruas
ketiga. Warna larva bervariasi
dari hijau kehitaman, coklat
kehitaman dan putih
kehitaman.
 Pada instar selanjutnya kalung
berubah menjadi bercak
hitam. Larva instar ke-3 dan
4 sangat merusak.
 Pupa warna coklat gelap,
terbentuk dlm tanah.

8
 Gejala  adanya lubang pada
daun, mulai dari tepi daun
permukaan atas atau bawah.
 Gejala serangan pada masa
instar muda berupa epidermis
yang putih menerawang.
 Serangan tertinggi setelah
umur 5 – 8 mst

9
Pengorok daun
Liriomyza sp.
• Serangga dewasa berupa lalat
kecil ukuran 2 mm.
• Fase imago betina 10 hari dan
jantan 6 hari.
• Telur berukuran 0,1-0,2 mm,
berbentuk ginjal, diletakkan
pada bagian epidermis daun.
• Larva atau belatung berwarna
putih bening berbentuk silinder
berukuran 2,5 mm, tidak
mempunyai kepala/kaki.
• Pupa berwarna kuning
kecoklatan & terbentuk dalam
tanah
 Intensistas kerusakan bervariasi,
tergantung populasi, mencapai 36,5 %
 Serangga dewasa merusak tanaman
dengan tusukan ovipositor saat
meletakkan telur dengan menusuk dan
mengisap cairan daun.
 Gejala awal serangan pada daun  bintik
putih akibat tusukan ovipositor imago betina
saat meletakkan telur.
 Setelah telur menetas, larva akan memakan
bagian dalam jaringan daun dan akan
menimbulkan gejala serangan berupa
korokan dari larva yang berkelok-kelok
 Serangan terjadi sejak awal pertumbuhan
dan berlanjut hingga fase pematangan.
Hama tungau
 Telur berbentuk bulat, mengkilat, berwarna seperti
jerami, menetas dalam 3 hari. Diletakkan sendiri-
sendiri di bagian bawah permukaan daun atau
ditempelkan pada jaring sutra yang dipintal oleh
tungau dewasa.
 Larva berukuran sedikit lebih besar dari telur,
berwarna merah muda, dan memiliki tiga pasang
kaki. Tahap ini berlangsung dalam waktu singkat,
sekitar sehari.
 Betina dewasa memiliki panjang sekitar 0,5 mm,
kemerahan, dan lebih elips. Jantan sedikit lebih kecil
dan berbentuk baji, memiliki bintik hitam di kedua
sisi tubuhnya yang relatif tidak berwarna.
 Tungau betina dewasa dapat hidup hingga 24 hari
dan bertelur 200 butir telur

12
 Hama dewasa dan nimfa
ditemukan di bagian bawah
pelepah daun dan merusak sel-
sel mesofil dan mengisap isi sel,
termasuk klorofil. Daun terluka
akibat serangan tungau merah
mempunyai laju fotosintesis yang
rendah, transpirasi meningkat,
dan kadar klorofil rendah.
 Gejala  permukaan bagian atas
daun menjadi kaku dengan titik-
titik kecil tempat menusuk untuk
makan. Nampak anyaman seperti
sutra yang diproduksi oleh
tungau. Daun akhirnya menjadi
pucat dan berubah warna
menjadi coklat dan kemungkinan
rontok.
13
Hama Gudang (Ephestia cautella)
 Hama utama di daerah tropik dan beriklim panas.
 Tan inang : ulat E. cautella menyerang umbi
bawang merah/putih, biji kacang panjang, biji
buncis, kurma, biji kakao & buah2an yg
dikeringkan
 Ngengat berwarna abu-abu, panjang tubuh sekitar
6 mm. Panjang rentang kedua sayap 17 mm, sisi
atas sayap depan mempunyai semacam pita.
 Larva berwarna cokelat agak kotor atau cokelat
kemerahan dgn bintik-bintik berwarna agak gelap
 Pupa berwarna putih, dgn panjang 7,5 mm
 Ngengat betina meletakkan telurnya di permukaan
umbi. Jumlah telur yang dihasilkan selama
hidupnya lebih kurang 340 butir (waktu 31–47 hari)
 Pada suhu 30°C telur akan menetas setelah 3 hari.
 Siklus hidup dari telur spi dewasa pada lingkungan
ideal (suhu 32,5°C dan kelembaban 70%)  selama
29–31 hari.

14
 Setelah menetas
larva memakan
umbi, membuat
terowongan dan
meninggalkan
kotoran di umbi.
 Gejala serangan 
umbi bawang putih
menjadi keropos,
jika dibelah
ditemukan larva
atau kotorannya.

15
PENYAKIT UTAMA

Penyakit layu fusarium/moler


 Penyebab  cendawan Fusarium.
 Tanaman inang antara lain buncis, cabai,
kentang, kacang panjang, labu, mentimun,
oyong, paria, seledri, semangka, tomat dan
terung.
 Penyakit tular tanah  dapat tersebar
melalui pengairan dari tanah terkontaminasi
 Gejala  daun yang terinfeksi mati dari
ujung, menjalar ke bagian bawah dgn cepat,
yg berakhir dgn kematian tanaman
 Pd pangkal tan.  akar-akar membusuk dan
pada bagian umbi yg membusuk terlihat
jamur berwarna keputih2an

16
• Infeksi fusarium juga
terjadi pada umbi 
umbi membusuk
warna kuning
kecokelatan dan
basah

• Jika umbi dipotong


membujur 
permukaan berair, yg
meluas ke samping
dan ke pangkal umbi
Penyakit bercak ungu/trotol  jamur Alternaria porii

 Menyerang tanaman pada segala umur,


tetapi lebih banyak pd tanaman yang telah
memasuki fase pembentukan umbi.
 Menular lewat udara & umbi bibit
 Kondisi yang membantu tumbuh dan
berkembangnya cendawan A. porri  cuaca
mendung, hujan rintik-rintik, kelembaban
udara yang tinggi, suhu udara sekitar 30-32
ºC, drainase lahan yang kurang baik dan
pemupukan yang tidak berimbang karena
dosis N-nya terlalu tinggi
 Patogen mampu bertahan dari musim ke
musim berikutnya dalam bentuk miselia
pada sisa-sisa tanaman inang dan segera
membentuk kondiofora dan konidia jika
kondisi memungkinkan

18
• Gejala serangan Infeksi awal pada daun
menimbulkan bercak berukuran kecil,
melekuk ke dalam, berwarna putih dengan
pusat yang berwarna ungu (kelabu).
• Jika cuaca lembab, serangan berlanjut
dengan cepat, bercak berkembang hingga
menyerupai cincin dengan bagian tengah
yang berwarna ungu dengan tepi yang
keputihan dikelilingi warna kuning yang
dapat meluas ke bagian atas maupun
bawah bercak.
• Ujung daun mengering, sehingga daun
patah. Permukaan bercak tersebut akhirnya
berwarna coklat kehitaman
• Serangan dapat berlanjut ke umbi, yang
menyebabkan umbi membusuk, berwarna
kuning lalu putih kecoklatan.
• Umbi tersebut dapat menjadi sumber infeksi
untuk tanaman generasi berikutnya jika
digunakan sebagai bibit.
1
9
Penyakit embun bulu atau tepung
• Penyebab : cendawan Peronospora
destructor (Berk.) Casp.
• Miselia dan oospora mampu bertahan baik
pada sisa-sisa tanaman inang maupun
berkecambah dengan cepat dan
menghasilkan massa spora yang sangat
banyak jumlahnya.
• Penyakit ini bersifat tular udara, tular
bibit, maupun tular tanah, khususnya jika
lahan basah dan drainasenya buruk.
• Keberhasilan infeksi oleh spora yang
disebarkan oleh angin sangat didukung
oleh kondisi udara lembab dan suhu
malam hari yang relatif rendah.
• Kondisi optimum untuk perkembangan
penyakit ini ialah pada suhu 15 oC dan
kelembaban tinggi terjadi selama 6-12
jam.

20
Gejala serangan
 Pada kondisi yang
lembab, berkabut atau
curah hujan tinggi,
cendawan akan
membentuk masa
spora yang sangat
banyak, yang terlihat
sebagai bulu-bulu
halus berwarna ungu
(violet) yang menutupi
daun bagian luar dan
batang (umbi).
 Bila udara kering daun
yang terserang akan
menunjukkan bintik-
bintik putih.
 Gejala kelihatan lebih
jelas jika daun basah
terkena embun
 Gejala akibat infeksi
cendawan ini dapat
bersifat sistemik dan local
 Bercak infeksi pada daun
mampu menyebar ke
bawah hingga mencapai
umbi lapis, kemudian
menjalar ke seluruh
lapisan, Akibatnya, umbi
menjadi berwarna coklat.
 Gejala lokal biasanya
merupakan akibat infeksi
sekunder, yang
mengakibatkan bercak
pada daun yang
berwarna pucat dan
berbentuk lonjong, yang
mampu menimbulkan
gejala sistemik

2
2
Penyakit busuk leher (Botrytis allii)

 Penyebab cendawan Botrytis allii


 Tanaman inangnya bawang merah,
bawang putih, bawang daun, dan
tanaman bawang-bawangan
 Cepat menyebar melalui
penanaman siung bawang putih
yang terinfeksi.
 Patogen ditularkan melalui udara.
 Berkembang dengan cepat pada
kondisi kelembaban tinggi dan
suhu udara rata-rata di atas 15-
20oC, lahan yang senantiasa becek
dan lembab

23
Gejala serangan
 Ditandai dengan distorsi daun tanaman,
pertumbuhan terhambat, dan daun
terbelah di sekitar area leher.
 Sporulasi jamur keabu-abuan dapat
diamati di antara sisik daun di dekat
area leher
 Leher tanaman dekat permukaan tanah
melunak kemudian membusuk dan
ditutupi dengan sklerotia.
Penyakit virus
kompleks
• dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus, seperti virus mosaik,
virus daun menggulung, virus Y, dll.
• Infeksi yang dominan bawang putih
ialah SLV (Shallot latent virus) pada
umbi di tempat penyimpanan dan
infeksi ganda GCLV (Garlic common
latent virus) dan Potyvirus pada
tanaman di lapangan.
• Pada umumnya penyakit virus
ditularkan oleh serangga vektor
seperti kutu daun, thrips, lalat
penggorok daun atau oleh tangan,
peralatan pertanian, dll.
• Tanaman inanga antara lain
tomat, kentang, cabai, kacang-
kacangan, mentimun dan bawang-
bawangan 25
 Gejala serangan virus
kompleks sangat bervariasi.
Namun demikian gejala umum
yang tampak pada daun-daun
muda terdapat gambaran
mosaik yang mempunyai
beberapa corak.
Foto : Kadwati dan Hidayat, 2015)
 Bagian daun yang klorosis
dapat berwarna hijau muda
sampai kuning, bahkan
mendekati putih.
 Seringkali permukaan daun
menjadi tidak rata atau
tampak mempunyai lekuk-
lekuk hijau tua.

26
 Infeksi virus dapat
menyebabkan kehilangan
hasil umbi sampai 50 %,
ukuran dan berat umbi
berkurang hingga 40%, dan
merusak benih dalam
penyimpanan (Conci et al.,
2003; Elnagar et al., 2011)
 Hasil panen umbi (berat total)
dari penggunaan benih bebas
virus (bersertifikat) pada
berbagai kultivar lebih tinggi
32 – 216 % dibanding benih
asalan (Conci, 1997;Conci et
al. 2003;Melo Filho et al. 2006)

27
PENGENDALIAN HPT BAWANG PUTIH

Berdasarkan Secara preventif


(sebelum ada serangan)
konsep
Pengendalian
Hama Terpadu
(PHT)
Secara kuratif
(setelah ada serangan)
PENGENDALIAN OPT SECARA PREVENTIF

1. Modifikasi lingkungan
• Pengaturan pola tanam
• Pengaturan sistem tanam
• Pemilihan varietas
• Pengolahan tanah
• Modifikasi iklim mikro
• Penggunan mulsa
• Penyiraman tanaman
• Pemupukan
PENGENDALIAN OPT SECARA PREVENTIF

2. Perlakuan benih
3. Perlakuan tanah
4. Penyemprotan pestisida (nabati, hayati, kimia)
1. Modifikasi lingkungan
a. Pengaturan pola tanam  untuk memutus siklus
hidup penyakit dengan pergiliran tanaman yang
tidak berasal dari satu keluarga/ famili

Jan - April Mei -Agustus Sept - Des


Padi Bawang putih Cabai
1. Modifikasi lingkungan

b. Pengaturan sistem tanam : tumpangsari, tumpanggilir,


menanam tanaman perangkap, menanam tanaman
penghadang, atau menanam di dalam rumah kasa
untuk menekan serangan OPT
1. Modifikasi lingkungan
c. Pemilihan varietas : sampai saat ini belum ada varietas
bawang putih yang tahan terhadap OPT.
 Perlu dipilih varietas yang potensi hasilnya tinggi
1. Modifikasi lingkungan

• Pengolahan tanah : dilakukan minimal 1 bulan


agar patogen dan sisa-sisa pupa dari hama di
dalam tanah akan terjemur oleh sinar matahari
sehingga akan mati.
1. Modifikasi lingkungan

 Pengapuran  pH tanah
yg ideal untuk tanaman
bawang putih 5,5 - 6,5
 tan sehat  lebih
tahan serangan HPT
 Jika pH tanah kurang dari
kisaran angka tsb dpt
dilakukan pengapuran
dgn dolomit atau kaptan
 minimal 1 bulan sblum
tanam
1. Modifikasi lingkungan

Daftar kebutuhan kapur, jika pH tanah < 6

Kebutuhan kapur
No. pH tanah asal
(ton/ha)
1. 5,50 5,80
2. 5,00 7,80
3. 4,50 10,70
4. 4,00 13,00
1. Modifikasi lingkungan

Modifikasi iklim mikro 


1. pengaturan jarak tanam bawang putih
• Musim kemarau : 15 cm x 20 cm
• Musim hujan : 20 cm x 20 cm
2. Penggunaan mulsa (plastic/jerami)

37
1. Modifikasi lingkungan

 Pemupukan : Tanaman yang kelebihanatau kekurangan


unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT
 Penggunaan pupuk N yang berlebih dapat mengakibatkan
tanaman menjadi sukulen karena bertambahnya ukuran
sel dengan dinding sel yang tipis, sehingga mudah
terserang OPT
PERLAKUAN BENIH

Pada daerah endemic penyakit yang


disebabkan oleh fungi  benih dapat
diperlakuan dengan Trikoderma dan PF
atau dengan fungisida anjuran dengan
dosis 100 g/100 kg benih

39
2. Pemanfaatan Biopestisida  Agen Hayati
3. Pemanfaatan Biopestisida  bahan nabati
Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
biopestisida dan efektif mengendalikan OPT bawang putih al :

Mindi Gamal

Babadotan
Tagetes
Sereh wangi

Kipait
Bintaro
Legundi
Mengkudu
Brenuk
Contoh pembuatan insektisida nabati utk
pengendalian S. exigua
NISELA 866   nimba sebanyak 8
bagian, serai wangi sebanyak 6
bagian dan laos sebanyak 6 bagian.
Bahan baku :
1 ha pertanaman  daun nimba 8
kg, daun serai wangi 6 kg dan
rimpang laos 6 kg.

BISELA 866   kacang babi


sebanyak 8 bagian, serai wangi 6
bagian dan laos 6 bagian.

KISELA 866   kipahit 8


bagian, serai wangi 6 bagian dan
laos 6 bagian.

Sumber : Udiarto dkk, 2005.. Buku Monograf no.35 “Pengenalan Hama dan
Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya”
Cara meracik dan cara aplikasi

Semua bahan + 20 l air bersih & Larutan ektrak


dicacah, diaduk 5 menit  diencerkan 30 X
dicampur dan diendapkan 24  + air bersih
digiling sampai jam  suspensi 580 l  menjadi
halus disaring 600 l

Pestisida nabati Tambah bahan perata


disemprotkan ke seluruh  0,1 g sabun atau
bagian tanaman pada sore deterjen per 1 l
hari, dengan interval ekstrak (60 g per 600 l
penyemprotan 4 hari ekstrak)
4. Penyemprotan fungisida secara preventif

 Pengendalian penyakit tanaman : berdasarkan prinsip


pencegahan atau preventif, bukan menunggu sampai
timbulnya gejala serangan atau kuratif
 Strategi ini tampak agak berbeda dengan prinsip
pengendalian hama yang menganjurkan agar dilakukan
pengamatan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan
pengendalian menggunakan pestisida
 Strategi ini juga terbukti memperkecil risiko kegagalan
panen
4. Penyemprotan fungisida secara preventif

• Interval penyemprotan : musim hujan 3-4 hari, musim kemarau 5-7 hari
• Waktu penyemprotan : sore hari (jam 16.00)
• Tidak boleh dicampur dengan pupuk daun
Contoh kode cara kerja fungsida menurut FRAC (Fungicide
Resistance Action Committee)
Contoh cara kerja fungisida menurut
Ambang Kendali OPT Bawang Putih

• Musim kemarau, AP S. exigua adalah paket telur


sebesar 0,1 per tanaman contoh atau kerusakan daun
sebesar 5% per tanaman contoh.
• Pada musim hujan, nilai AP S. exigua adalah paket
telur sebesar 0,3 per tanaman contoh atau kerusakan
daun sebesar 10% per tanaman contoh
• AP lalat pengorok daun adalah kerusakan daun
sebesar 10 %
• AP penyakit bercak ungu atau trotol adalah intensitas
serangan sebesar 5% per tanaman contoh
• AP penyakit antraknose atau otomatis adalah
intensitas serangan sebesar 5% per tanaman contoh
• AP penyakit embun tepung adalah intensitas serangan
sebesar 5% per tanaman contoh
Pengendalian Thrips
• Secara mekanis 
merompes daun terserang
dan telah menjadi sarang
nimfa dan imago  dibakar

• Perangkap kuning
berperekat  thrips sangat
menyenangi warna kuning

• Secara kimia  insektisida


dgn bahan aktif abamektin,
asefat, klorfenafir,
deltametrin, sipermetrin,
kartap hidroklorida dll
PENGENDALIAN ULAT BAWANG

 Pengendalian
secara mekanis 
merompes daun
yang menjadi
tempat telur dan
atau telah
terserang ulat 
dibakar

49
Pengendalian fisik 
mengatur faktor-faktor
fisik yang dapat
mempengaruhi
perkembangan hama
dengan memberi kondisi
tertentu yang
menyebabkan hama sulit
untuk hidup.

• Perangkap feromon
seks  populasi
serangga jantan
berkurang, shg
tidak terjadi
perkawinan  1 ha
dibutuhkan 12 – 24
buah.

50
 Lampu
perangkap/light trap
 ngengat
beraktiftas malam
hari dan tertarik
cahaya  waktu
nyala yang efektif
dan efisien jam
18.00-24.00 WIB
 satu hektar
dibutuhkan 25-30
unit perangkap
lampu

51
Pengendalian hayati dengan patogen serangga
• dengan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear
polyhedrosis Virus).
• Virus Se-NPV  dapat dibuat dari larva S. exigua yang telah
terinveksi oleh Se-NPV  insektisida biologis

• Ciri-ciri ulat yang terinfeksi Se-


NPV
 berkurangnya kemampuan
makan, gerakannya lambat dan
tubuh membengkak, akibat
replikasi atau perbanyakan
partikel-partikel virus Se-NPV.
 Integumen larva biasanya
menjadi lunak dan rapuh serta
mudah sobek.
 Apabila tubuh larva tersebut
pecah, akan keluar cairan
kental berwarna coklat susu
yang merupakan cairan Se-NPV
dengan bau sangat menyengat
• Persistensi Se-NPV berkisar antara 0 – 72 jam pada
konsentrasi 8,0 x 1013PIBs/ml (Sutarya 1996).
• Mortalitas sebesar 100% terjadi pada hari ke sembilan
setelah perlakuan.
• Penggunaan ekstrak kasar 15 larva S. exigua terinfeksi
SeNPV/l air yang mengandung virus sebanyak 4,45 x
1010) PiBs/ml  efektif terhadap S. exigua

53
• Kimiawi  insektisida dgn
bahan aktif abamektin,
asefat, klorfenafir,
deltametrin, sipermetrin,
triazofos, profenofos,
fentoat dll
PENGENDALIAN HAMA TUNGAU
Pengendalian secara Biologi  dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami (predator) yang ada di alam
(Amblyseius, Metaseiulus, Phytoseiulus; Stethorus; Orius).

Pengendalian secara kultur teknis 


 Selain memilih bahan tanam, pengairan juga merupakan
salah satu cara untuk mengendalikan populasi tungau
merah.
 Tanaman yang disemprot dengan air menggunakan tekanan
yang kuat dapat mengendalikan populasi tungau merah.
 Tanaman terserang dicabut dan dibakar untuk menghindari
penyebaran tungau yang lebih luas.

Pengendalian secara kimiawi (akarisida)  bahan aktif


abamectin, diafentiuron, piridaben

55
Pengendalian lalat penggorok daun
• Budidaya tanaman sehat :
pergiliran tanaman, pemupukan
berimbang, tanaman perangkap
• Mekanis : merompes daun
tanaman terserang
• Fisik : pemasangan perangkap
kuning berperekat

Secara kimia : isektisida dgn bahan


aktif abamectin, fipronil, siromazin,
kartap hidroklorida, klorpirifos dll

56
Pengendalian penyakit layu fusarium/moler

Tindakan preventif (pencegahan)


 Di daerah endemis, perlu perlindungan benih.
Caranya  benih ditaburi fungisida sistemik dengan
dosis 100 gram/100 kg, dua-tiga hari sebelum tanam
atau benih direndam dalam larutan Trichoderma 10-
20 ml/liter air selama 15 menit
 Bekas lubang tanam yang terserang penyakit layu
fusarium dapat disemprot dengan fungisida
Klorotalonil (2 g/l)
 Menggunakan pupuk organik plus agensia hayati
 Pencegahan Trichoderma sp atau Gliocladium sp
sebanyak 10-15 kg/ha yang ditaburkan pada
bedengan sebelum tanam.
 Menjaga kebersihan peralatan
 Mulsa untuk meningkatkan suhu tanah
 Hati-hati saat pendangiran, penyiangan dan panen
 tidak menimbulkan luka.

57
Pengendalian penyakit layu
fusarium/moler

 Tanaman yang terserang segera dicabut dan


dimusnahkan
 Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang
bukan inangnya
 Drainase dan kebersihan lingkungan di jaga sebaik
mungkin

Pengendalian kimia : fungisida dengan bahan


aktif tabukonazol, azoksistrobin, mancozeb,
tebukonazol, metiram + piraklostrobin dll

58
Pengendalian penyakit bercak ungu/trotol

Pencegahan
 Perlakuan terhadap bibit dengan fungisida yang
dianjurkan dengan takaran 100 gr/100 kg umbi.
 Rotasi/pergiliran tanaman dengan bukan inangnya
 Merompes bagian tanaman yg terserang kemudian
dibakar untuk mematikan spora, agar tidak
menyebar ke tanaman lain.

59
Pengendalian penyakit bercak ungu/trotol

 Setelah turun hujan atau kabut pada pagi hari


langsung dilakukan penyiraman. Tujuannya 
untuk mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan
tanah yang menempel pada daun. Sisa-sisa air
hujan dan embun yang menempel di daun tan.
merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhnya spora cendawan A. porii.
 Percikan tanah yang mengering akan
menimbulkan luka yang memudahkan masuknya
spora cendawan tersebut ke dalam jaringan
tanaman.

Pengendalian kimiawi  fungisida dengan bahan


aktif Difenokonazol (2 ml/l), Klorotalonil (2 g/l),
Difenokonazol + Azoxistrobin (0,5 -1 ml/l),
Klorotalonil (2 g/l), atau Mankozeb (2 g/l)
PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN BULU

 Waktu tanam yang tepat  pada musim kemarau


dapat menekan serangan penyakit embun bulu
 Pergiliran tanaman dengan bukan tanaman bawang2an
 Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
 Penanaman bibit umbi yang sehat dan bersertifikat
 Memperbaiki aerasi dan drainasi agar tidak ada air yang
tergenang dan kelembaban pertanaman tidak terlalu
tinggi.
 Memperlebar jarak tanam terutama pada musim
penghujan
 Penambahan agens antagonis Trichoderma pada pupuk
kompos sebanyak 100 gram untuk 25 kg pupuk kompos
yang didiamkan 1-2 minggu dan disebarkan ke lahan
sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha.

61
PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN BULU
 Melakukan perendaman bibit bawang putih sebelum
ditanam dengan agens hayati selama maksimal 3 menit
dalam larutan PF dengan dosis 5 ml/l air atau dengan
ditabuti fungisida anjuran 100 gr/100 kg benih pada
daerah endemik embun tepung
 Pemupukan berimbang  pupuk N yang berlebih dapat
mengakibatkan tanaman menjadi sukulen karena
bertambahnya ukuran sel dengan dinding sel yang tipis,
sehingga mudah terserang OPT
 Penyiraman dengan air (bersih) setelah turun hujan pada
siang hari atau turun kabut pada dini/pagi hari dilakukan
untuk membersihkan konidia yang menempel pada
tanaman bawang putih

Pengendalian Kimia : fungisida dgn bahan aktif


azoksistrobin, difenokonazol, tebukonazol, asam fosfit,
klorotalonil, dimetomorf, tiram, propamocarb
hidroklorida dll

62
Pengendalian penyakit busuk leher

 Pemusnahan total bagian tanaman yang


terinfeksi.
 Rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili
bawang-bawangan
 Perlakuan terhadap bibit dengan fungisida yang
dianjurkan dengan takaran 10 gr/10kg umbi.
 Untuk menghindari menempelnya konidia
patogen di daun, dianjurkan untuk menyemprot/
menyiram/ mencuci daun dengan air bersih saat
setelah turun hujan.
 Menggunakan fungisida efektif

63
Pengendalian penyakit virus
 Sedapat mungkin menggunakan
benih bersertifikat dan
menghindari benih asalan
 Bila menggunakan benih sendiri,
harus berasal dari tanaman yang
sehat dan tidak menunjukkan
gejala terinfeksi penyakit virus
 Melakukan monitoring secara
rutin dan mencabut/
memusnahkan tanaman
terindikasi terserang virus dengan
cara dibakar
 Mewaspadai dan mengendalikan
hama vektor sejak awal tanam

64
Fungisida untuk tindakan secara preventif/kuratif
No. Nama Penyakit Fungisida
1 Layu Fusarium/ Cabrio Top, Folicur, Nativo, Regio, Saolin,
Moler Detazeb, Flasher, Amistar Top
2. Bercak ungu/ Klorotalonil (Daconil) , Defolatan, Mankozeb
Alternaria (Dithane), Dimetomorf + Mankozeb, Metalaksyl
+ Mankozeb (Retro), Metalaksyl (Rampart,
Saromyl, Starmyl), Probineb, Propamocarb HCl,
Propamocarb HCL +klorothalonil
3. Antraknos Daconil, Defolatan, Dithane, Cabrio Top, Folicur,
Nativo, Regio, Saolin, Detazeb, Flasher, (Retro),
Amistar Top
5 Embun tepung Daconil, Defolatan, Dithane, Folicur
Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
 Dr. Laksminiwati P. - Peneliti Balitsa Lembang
 Petani koperator penelitian perbenihan bawang putih BPTP Jawa Timur
di Malang Raya

Anda mungkin juga menyukai