Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

IDENTIFIKASI GULMA JOTANG KUDA


(Synedrella nodiflora (l.) Gaertn)

Disusun oleh :

Kelompok : Synedrella nodiflora (l.) Gaertn


Anggota : Sofiah Boru Pane (13788)
Sela Fitri Andayani (13944)
Zaharul Luthfi Z (13960)
Diyah Kurniya Sari (13966)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat
teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian.
Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi
melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada
tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya
dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di
sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis
tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.Beberapa jenis gulma
yang dapat merugikan adalah Alang-alang (Imperata cylindrica), rumput gerinting (Cynodon
dactylon). Rumput teki (Cyperus rotundus), krokot (Portuaca spp), bayam duri (Amaranthus
spinosus), sikejut berduri (Mimosa invisa), rumput wedusan (Ageratum conyzoides), rumput
lawatan (Merrenia Spp) dan lain-lain. Di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, lebih
dari 2.000mm/tahun pertumbuhan gulma relatif tinggi. Selain itu penggunaan pupuk
kandang, terutama kotoran sapi juga sering menjadi pembawa bibit rumput (Wicks dan
Burnside, 2004).
Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik
dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan
sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan penyakit,
dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang dimiliki gulma
(alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak
atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan
kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Staniforth dan Wiese, 1985 ). Perkembangbiakan
gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara
generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan
oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena
bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan
membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon,
rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong
(Barus, 2003).
Berdasar sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit
(grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-
pakisan (ferns). Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim
(annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds).
Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds)
dan gulma daratan (terestrial weeds) Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan
menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E (Rao, 2000) Identifikasi gulma adalah suatu metode
pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan
dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat
bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan
keterampilan (Rahayu, 2003). Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau
kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Staniforth dan Wiese, 1985):
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Synedrella nodiflora merupakan gulma dari famili Asteraceae. Synedrella dikenal
dengan berbagai nama di berbagai negara. Synedrella awalnya berkembang di daerah
Mexico,Amerika Serikat, Caribbia dan Amerika Selatan kemudian perlahan menyebar hingga
kawasan Australia bagian utara dan Hawai. Famili Asteraceae memiliki ciri morfologi yaitu
daun tunggal tersebar dan berhadapan . bunga dalam bongkol kecil dengan pembungkus,
terdapat dua macam bunga yaitu bunga cakram berbentuk tabung dan bunga tepi berbentuk
pita (Anonim, 2016). Dinding sel Synedrella nodiflora tipis dan jarak inter seluler kecil.
Jaringan mesofil termodifikasi menjadi palisade dan jaringan parenkim spons. Palisade terdiri
dari satu lapis sel dengan kloroplas. Pada permukaan daun terdapat trichoma glanduler.
Epidermis selapis dengan kutikula yang tipis (Bhogaonkar et .al. 2011).
Synedrella nodiflora dapat menjadi populasi dominan pada suatu wilayah dan
mengalahkan populasi yang lainnya. Synedrella nodiflora memiliki sifat alelopat yang dapat
mengganggu pertumbuhan mahluk hidup lainnya. Sifat alelopat yang dimiliki dapat pula
muncul akibat kerja sama antara suatu organisme dengan mikrobia tertentu. Tingkat alelopat
setiap tumbuhan berbeda – beda. Sifat alelopat pada suatu tumbuhan dapat muncul akibat
adanya kondisi tertentu pada lingkungan yang memicu suatu sifat alelopat dapat muncul
(Ghayal et.al., 2013). Synedrella nodiflora merupakan gulma semusim yang memiliki siklus
hidup selama 120- 150 hari. Gulma ini tumbuh pada kondisi lahan yang kaya humus, tanah
kaya nutrisi dan banyak tumbuh pada daerah dengan iklim tropis. Meiliki bentuk periperal
dengan sayap membranus pada bunga betina dan satu sebagai pusat. Gulma Synedrella ini
memiliki kemampuan menyerap air pada biji yang baik. sehingga biji gulma dapat mudah
tumbuh. Kemampuan tumbuh gulam ditentukan oleh kemampuan imbibisi biji sehingga air
dapat mengaktifkan kembali jaringan pada biji untuk dapat tumbuh menjadi satu individu
yang baru. Tumbuhnya biji gulma pada suatu wilayah juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal
dari biji tersebut jatuh. Faktor yang dapat berpengaruh seperti suhu, air dan cahaya. Kondisi
internal dalam pertumbuhan embrio dapat ditopang dengan kondisi eksternal yang baik pula.
Air dapat membuat enzim kembali aktif. Cahaya dapat memicu proses germinasi misalnya
kepekaan terhadap cahaya. Dan suhu dapat membantu dalam mempercepat proses enzimatis
biji (Filho dan Takaki, 2010).
IDENTIFIKASI GULMA JOTANG KUDA
(Synedrella nodiflora (l.) Gaertn)

A. Klasifikasi Synendrella nodiflora L.


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Synedrella
Spesies : Synedrellanodiflora (L.) Gaertn

B. Morfologi
Jotang kuda (Synedrella nodiflora) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku
Asteraceae .Berbau agak keras, sedikit menyerupai bau kambing, tumbuhan ini juga dikenal
sebagai babadotan lalaki, jukut berak kambing atau jukut gendreng (Sd.), bruwan, gletang
warak, krasuk, atau serunen (Jw.), serta gofumakeang (Ternate). Berasal dari Amerika tropis,
jotang kuda kini telah menjadi tumbuhan pengganggu yang paling umum di Jawa, khususnya
di tempat-tempat yang sedikit terlindung (Kusmana,1997).
Gulma ini termasuk kedalam terna semusim, tegak atau berbaring pada pangkalnya,
bercabang menggarpu berulang-ulang, tinggi hingga 1,5 m. Daun-daun berhadapan, dengan
tangkai bentuk talang 0,5–5,5 cm, tangkai dari pasangan daun yang sama dihubungkan
dengan tepi yang sempit, dengan banyak rambut di sekitarnya. Helai daun bundar telur
memanjang, 2,5–15 × 1–9 cm; pangkal daun menyempit sepanjang tangkai, ujung daun
runcing, sementara tepinya bergerigi lemah, dan berambut di kedua permukaannya.
Mempunyai bunga majemuk dalam bongkol kecil, panjang 8–10 mm, duduk atau
bertangkai pendek, berisi 10–20 bunga yang berjejal-jejal, terletak terminal atau di ketiak
daun, 1-7 bongkol bersama-sama. Daun pelindung bundar telur memanjang, berujung
runcing, berambut kaku.Bunga tepi 4–8 buah, dengan pita kuning bertaju 2–3, lk 2 mm
panjangnya. Bunga cakram serupa tabung, 6–18 buah, kuning muda dengan tajuk kuning
cerah. Tabung kepala sari coklat kehitaman. Buah keras dengan dua macam bentuk: buah dari
bunga tepi sangat pipih, bersayap dan bergerigi runcing di tepi dan ujungnya, sementara buah
dari bunga cakram sempit panjang, dengan 2–4 jarum di ujungnya. Panjang buah lk. 0,5 cm.
Daun yang muda kadang-kadang dimanfaatkan sebagai lalab. Daun yang digiling halus
bersama daun bandotan (Ageratum conyzoides), daun cente manis (Lantana camara), dan
kapur sirih, dioleskan untuk menghangatkan perut yang sakit. Tumbuhan ini juga digunakan
sebagai obat gosok untuk meringankan rematik.

C. Ekologi
Jotang kuda tercatat pertama kalinya di Jawa pada 1888, dan kini telah menyebar luas di
seluruh Indonesia.Tumbuhan ini menyenangi tempat-tempat yang sedikit ternaungi, dan lebih
jarang, pada tempat yang hamper selalu disinari matahari.Jotang kuda tidak menyukai
penggenangan. Kerap ditemukan di perkebunan; pekarangan; tepi-tepi jalan, pagar, dan
saluran air; padang; dantanah-tanah terlantar (Sembodo,2010).

D. Habitat
Tanaman ini cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh cahaya cukup banyak dan
air berlimpah. Bila kondisi tidak menguntungkan gulma ini akan cepat mati, missal menderita
penaungan. Pertumbuhan vegetatif sangat teredusir pada musim kemarau/ bila RH tanah
sangatrendah. Hidup juga pada tanaman kacang-kacangan.

E. Perbanyakan
perbanyakan yang dilakukan secara generatif, dengan biji.

F. Pengendalian
untuk pengendalian gulma yang tidak begitu luas, dilakukan secara manual. Pada
tempat seperti sepanjang tepi jalan, saluran air dan sebagainya pemberantasannya
menggunakan herbisida.

G. Kegunaan

Daun yang muda kadang-kadang dimanfaatkan sebagai lalab. Daun yang digiling
halus bersama daun bandotan (Ageratum conyzoides), daun cente manis (Lantana camara),
dan kapur sirih, dioleskan untuk menghangatkan perut yang sakit. Tumbuhan ini juga
digunakan sebagai obat gosok untuk meringankan rematik.

Cara penggunaan

1. Daun muda + daun lantana camara + daun ageratum conyzoides + kapur sirih dibuat bubur
sebagai obat pemanas yang dioleskan di perut yang sakit.

2. Semua bagian dijadikan obat gosok pada rematik.

H. Info lainnya

Bagian yang dimanfaatkan adalah semua bagian. Daun, batang, akar yang
mengandung saponin dan polifenol. Belum ditemukannya literatur yang menyebutkan adanya
kontradiksi maupun efek samping dari konsumsi tanaman jontang kuda. Sebaiknya tidak
dikonsumsi dengan dosis yang berlebihan sebelum berkonsultasi dengan herbalis atau dokter.

Gambar 1. Gulma Synedrella nodiflora L.


PENUTUP

Kesimpulan

Jotang kuda (Synedrellanodiflora) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku


Asteraceae. Gulma ini termasuk kedalam terna semusim, tegak atau berbaring pada
pangkalnya, bercabang menggarpu berulang-ulang, tinggi hingga 1,5 m. Ciri morfologi yaitu
daun tunggal tersebar dan berhadapan . bunga dalam bongkol kecil dengan pembungkus,
terdapat dua macam bunga yaitu bunga cakram berbentuk tabung dan bunga tepi berbentuk
pita. Kerap ditemukan di perkebunan; pekarangan; tepi-tepi jalan, pagar, dan saluran air;
padang; dantanah-tanah terlantar. Kegunaan tumbuhan adalah sebagai obat gosok untuk
meringankan rematik, lalab dan menghangatkan perut sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Synedrella nodifora (synedrella). Invasive Species Compendium.Cabi.


www.cabi.org. Diakses pada 7 Mei 2016

Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.

Bhogaonkar P Y, Dagawal M J and Ghorpade D S. 2011. Pharmacognostic studies and


antimicrobial activity of Synedrella nodiflora (L) Gaertn. Bioscience Discovery. 3:
317-321

Filho Souza, PRM and Takaki, M. 2010. Dimorphic cypsela germination and plant
growth in Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. (Asteraceae). J. Bio.711:
541-548.

Ghayal, Nivedita, K Dhumal, N Deshpande, A Ruikar, and U Phalgune. 2013. Phytotoxic


Effects of Leaf Leachates of an Invasive Weed Synedrella Nodiflora and
Characterization of its Allelochemical. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research. 19(1). 79-86

Hidayat, R. S. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. (AgriFlo) Penebar Swadaya Group, Jakarta.

Kusmana,C. 1997. Vegetasi Gulma. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Rahayu, N, Nasrullah dan A.T.Soejono. 2003. Periode Kritis Tanaman Jagung Terhadap
Persaingan dengan Gulma. Jurnal Agrosains. Berkala Penelitian Pascasarjana ilmu-
ilmu pertanian UGM 16 (1) : 31-41

Rao, VS., 2000. Principles of Weed Science. Science Publisher, Inc., USA.

Staniforth, D.W. and A.F. Wiese. 1985. Weed biology and its relationship to weed control in
limited tillage systems. In: A.F. Wiese (Ed.). WeedControl in Limited Tillage
Systems. Weed Sci. Soc. Am. Champaign. IL.p.15-25.

Sembodo, D.R.J. 2010.GulmadanPengelolaannya.GrahaIlmu, Yogyakarta.

Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Wicks, G.A., D.A.Crutcfield, O.C. Burnside, 2004. Influence of Wheat (Triticum aestivum)
Straw Mulch and Metalachlor on Corn (Zea mays) Growth and Yield.Weed Sci .
42 : 141-147.

Anda mungkin juga menyukai