Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN

GULMA


Disusun oleh:
Eva Natalina Napitupulu (1350402011111433)
Rivaldi Akbar Pahlevi (135040207111003)
Masayu Nessya Khoirun Nisa (135040201111384)


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perubahan manusia sejak zaman kuno hingga kini selalu tergantung pada lingkungan.
Keperluan akan makanan senantiasa menjadi masalah yang tidak ada putusnya. Kurang
pangan seolah-olah sudah merupakan persoalan yang akrab dengan manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Sadar atau tidak, baik primitif atau super modern manusianya, ia
pasti memerlukan bahan makanan sebagai penyambung hidup. Namun problema bahan
pangan tak henti-hentinya mengendala,yg pada gilirinya memaksa manusia memikirkan
suatu cara terbaik untuk dapat memanfaatkan lingkungan guna mengatasi masalah
tersebut. Pemikiran seperti itu pada hakikatnya dimulai ketika fajar pertanian terbit yang
diharapkan akan mampu menerangi beban kehidupan pangan yg begitu syarat.
Oleh karena itu muncullah teknik budidaya tanaman yaitu menanam dan
merawat tanaman yang kita tanam untuk di peroleh hasilnya. Dalam teknik budidaya ini
tidak lepas dari yang namanya OPT (Organisme Penggangu Tanama), misalnya gulma.
Akibat dari gulma ini yaitu dapat mengurangi tingkat produktivitas budidaya atau pertanian.
Tetapi gulma ini tidak selalu bersifat mengganggu. Maksudnya apabila gulma tersebut
bersinggungan dengan tanaman yang kita budidaya maka bisa dikatakan sebagai penggangu
atau mempunyai peranan negatif. Tetapi apabila gulma tersebut tumbuh bebas di hutan maka
tidak dikatakan sebagai tanaman penggangu karena tidak mengganggu tanaman yang kita
budidaya, bahkan dapat digunakan sebagai obat oleh manusia yang dapat diolah sebagai
herbalium. Oleh karena itu gulma tidak selalu berarti negatif karna gulma juga mempunyai
peranan positif bagi lingkungan manusia.


1.2 Tujuan
Secara umum makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peran gulma
2. Mengetahui klasifikasi gulma
3. Mengetahui kompetisi gulma
4. Mengetahui cara pengendalian gulma
5. Mengetahui waktu pengendalian gulma

1.3 Manfaat
1. Mengetahui jenis-jenis gulma sehingga dapat dilakukan tindakan apabila ada di sekitar
tanaman yang dibudidaya
2. Dapat mengetahui peranan dari gulma itu sendiri
3. Untuk peran negatif kita dapat melakukan pemberantasan terhadapnya
4. Untuk peran positif dari gulma kita dapat memanfaatkannya, umumnya dapat di gunakan
sebagai herbalium


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Bunga
mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah
tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu
singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang
bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya
walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa, bunga-bunganya
akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika ditaruh disitu dan tidak
dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga kuning menghasilkan puncuk yang
berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada
Gulma yang seperti konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang
tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru.

2.2 Peran Gulma
2.2.1 Peran Positif
1. Melindungi tanah dari erosi misal Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum, Axonopus
compressus, dan Cynodon dactylon yang menjalar pada permukaan tanah.
2. Menyuburkan tanah yaitu :Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Calopogonium
mucunoides, dan C. caeruleum.
3. Sebagai inang pengganti predator serangga hama atau pathogen seperti Cytorhynus
lividipenis dan Synedrella nudiflora sebagai musuh alami Nilaparvata lugens Coccinela
arquata dan Ludwigia hyssopifolia musuh alami N. Lugens
4. Parasitoid serangga hama misal : Diadegma eucerophaga pada Vernonia cinerea musuh
alami Plutella xylostella pada kubis Platigaster oryzae pada Ageratum conyzoides musuh
alami Orseolea oryzae (penggerek padi)
5. Sebagai Trap Crop: Tripsacum laxum (Platylenchus loosi pada teh). Titonia diversifolia
(Regidophorus lignosus pada Flemingia congesta).
6. Sebagai tanaman penghalang : Tagetes patula, Meloidogyne hapla
2.2.2 Peran Negatif
1. Menurunkan hasil tanaman (kuantitas dan kualitas produk) melalui persaingan air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (kompetisi dalam dimensi ruang dan waktu)
2.Menghambat/menekan pertumbuhan bahkan meracuni tanaman budidaya dengan
mengeluarkan zat alelopat
3. Mempersulit pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pengairan, penggemburan tanah
serta pengendalian OPT
4. Menghambat aliran air dan merusak saluran pengairan
5. Mengurangi persediaan air di waduk (transpirasi)
6. Mengurangi kapasitas air di saluran pengairan dan tempat penampungan (sungai, selokan,
waduk, dam, empang, kolam) akibat sedimentasi
7. Mengganggu dan mempersulit aktivitas manusia dalam budidaya tanaman sejak pratanam
sampai pascapanen misal sanitasi kebun/lahan budidaya
8. Sebagai inang pengganti bagi serangga hama dan patogen penyakit
9. Peningkatan biaya untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan
10.Menimbulkan gangguan kesehatan. Tepungsari beberapa spesies gulma menyebabkan
alergi dan beberapa spesies menyebabkan peradangan kulit. Contohnya antara lain
Cynodon dactylon, Eleusine indica, Imperata cylindrica, Amarantus spinosus. Tridax
procumbens, Mimosa pudica dan Cyperus
2.3 Klasifikasi Gulma
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan gulma agar memudahkan dalam upaya
pengendaliannya. Klasifikasi berdasarkan atas sifat atau karakter gulma secara umum.

2.3.1. Klasifikasi berdasarkan daur hidupnya atau umur:
1. Gulma semusim (annual weed).
Gulma ini berkembang biak secara generatif melalui biji, hanya dapat hidup selama satu
daur yang biasanya kurang dari satu tahun, contoh Ageratum conyzoides (babandotan)
2. Gulma tahunan (perenial weed).
Gulma tahunan berkembang biak secara generatif melalui biji, dan secara vegetatif elalui
rimpang, stolon dan setek batang. Gulma ini hidup lebih dari satu tahun atau hidup
sepanjang
tahun dan berbuah berulangkali. Untuk gulma yang membentuk rimpang atau umbi dapat
hidup sepanjang tahun, contoh Imperata cylindrica (alang-alang)

2.3.2. Klasifikasi berdasarkan habitat:
1. Gulma fakultatif, tumbuh di habitat yang belum ada campur tangan manusia. Gulma ini
tumbuh pada lahan yang belum dikelola untuk budidaya tanaman, seperti padang alang-
alang.
2. Gulma obligat, tumbuh di habitat yang sudah ada campur tangan manusia. Gulma ini
biasanya tumbuh menyertai tanaman budidaya, seperti sawah, ladang dan perkebunan.

2.3.3. Klasifikasi berdasarkan kerugian yang ditimbulkan:
1. Gulma lunak (soft weed).
Gulma lunak yaitu jenis gulma yang tidak begitu berbahaya bagi tanaman yang
dibudidayakan, namun dalam keadaan populasi tinggi harus dikendalikan, contoh
Ageratum conyzoides
2. Gulma keras atau gulma berbahaya (noxius weed).
Gulma berbahaya adalah jenis gulma yang berpotensi allelopati, contoh (I. cylindrica),
Mikania micrantha (sembung rambat), Chromolaena odorata (kirinyuh), Cyperus rotundus
(teki berumbi).

2.3.4. Klasifikasi berdasarkan kesamaan relatif dalam sifat bersaing dan responnya terhadap
herbisida:
1. Gulma golongan rumput (grasses).
Gulma golongan rumput sebagian besar termasuk dalam famili Gramineae atau Poaceae,
dengan ciri-ciri umum adalah: Berbatang bulat memanjang, dengan ruas-ruas batang
berongga atau padat. Daun berbentuk pita, bertulang daun sejajar, lidah-lidah daun
berbulu, permukaan daun ada yang berbulu kasar atau halus. Buah berbentuk butiran
tersusun dalam bentuk malai. Berakar serabut, berstolon atau membentuk rimpang, contoh
I. cylindrica, Digitaria ciliaris, Eleusine indica
2. Gulma golongan berdaun lebar (broad leaved).
Gulma golongan berdaun lebar sebagian besar temasuk tumbuhan berkeping dua
(Dicotyledoneae) dari berbagai famili. Ciri-ciri umum: Batang tubuh tegak dengan
percabangannya, ada pula yang tumbuh merambat. Daun tunggal maupun majemuk,
helaian daun bulat/bulat telur Bertulang daun melengkung atau menjari dan tepi daun rata,
bergerigi atau bergelombang. Duduk daun berhadapan atau berselang seling. Bunga
tunggal atau majemuk tersusun dalam suatu karangan bunga. Contoh Borreria alata,
Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora.
3. Gulma golongan teki (sedges).
Famili Cyperaceae mempunyai ciri-ciri umum: Daun berbentuk pipih atau berlekuk segi
tiga, memanjang yang tumbuh langsung dari pangkal batang. Permukaan daun biasanya
licin tidak berbulu atau ada yang berbulu agak kasar, tangkai bunga berbentuk seperti lidi,
muncul dari tengah-tengah pangkal batang dan ujungnya tersusun karangan bunga.
Perakaran biasanya membentuk stolon dan bercabang dimana setiap cabang membentuk
umbi, contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia.
4. Gulma golongan pakis-pakisan (fern)
contoh Cyclosorus aridus (pakis kadal)

2.4 KOMPETISI GULMA
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi.
Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap
unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
1. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai
pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat
dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu
jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma.
Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat
mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan
merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan
karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai.
Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang
sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5
kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan
magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan
unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.
2. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk
hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air
menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi)
dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap
kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 1900 liter air. Kebutuhan yang besar
tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus
annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air
terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
3. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan
subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim
penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan
yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena
itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih
pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta
pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C
4
lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar
sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu
penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di
sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C
3
.
4. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat
persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman
pokok merupakan suatu korelasi negatif.
5. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman
pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
6. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem
perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat
pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
7. Jalur fotosintesis gulma (C
3
atau C
4
)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C
4
lebih efisien, sehingga persaingannya lebih
hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
8. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-
zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian
vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing
yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti penting.
Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih
berbahaya adalah yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa
crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.

2.5 Cara Pengendalian Gulma
1. Pengendalian Preventif
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah
pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar
usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan.
Pencegahan sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian yang
sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah,
namun demikian tidak selalu lebih mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma
sangat penting jika hendak melakukan dengan tepat.
A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber
invasi adalah:
1. Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji
gulma.
2. Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
3. Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari
biji-biji gulma.
4. Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena
pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
5. Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
6. Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak
pertanaman yang diairi.

B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu
tumbuhan lewat perantaraan lalu-lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara
pengendalian tidak langsung dan relatif paling murah.

2. Pengendalian Mekanis
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara
merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat.
Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam
praktek dilakukan secara tradisional dengan tangan, dengan alat sederhana sampai
penggunaan alat berat yang lebih modern.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam
pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan penyebaran
sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah, topografi, serta kondisi cuaca/iklim.
A. Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Pengolahan tanah dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan
sebagainya, pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan gulma.
Pengolahan tanah pada prinsipnya melepaskan ikatan antara gulma dengan media tempat
tumbuhnya. Efektivitas pengolahan tanah dalam pengendalian gulma tergantung beberapa
faktor seperti siklus hidup gulma dan tanamannya, dalam dan penyebaran perakaran, lama
dan luasnya infestasi, macam tanaman yang dibudidayakan, jenis tanah, topografi dan iklim.
B. Penyiangan (Weeding)
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma.
Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara
maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga
memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya.
Penyiangan sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman dan
menimbulkan kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan menimbulkan
kerusakan akar tanaman pokok
C. Pencabutan (Hand Pulling)
Pencabutan dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan
pencabutan gulma terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji, sedang pencabutan
pada saat gulma sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma
yang tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.
D. Pembabatan (Mowing)
Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang bersifat
setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan (perennial). Efektivitas cara ini
sangat ditentukan oleh saat dan interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada
saat daun gulma sedang tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
E. Pembakaran (Burning)
Pembakaran merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang
menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 4555 C, tetapi biji yang kering
lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup.
Sebenarnya yang dimaksud dengan pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian
gulma dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk mengelas, flame cultivator atau weed
burner yang menggunakan bahan bakar butane dan propone. Atau pembakaran dengan
memberikan panas dalam bentuk uap (sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji
gulma pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan bedengan.
F. Penggenangan
Bila tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa
digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma darat (terrestrial). Penggenangan efektif
untuk mengendalikan gulma tahunan. Caranya dengan membuat galangan pembatas dengan
tinggi genangan 15-25 cm selama 38 minggu. Sebagian besar gulma tidak berkecambah
pada kondisi anaerob.

3. Pengendalian Kultur Teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan
praktek-praktek budidaya, antara lain :
1. Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
2. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
3. Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga
mempertinggi daya saing tanaman terhadap gulma.
4. Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu
kemudian dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
5. Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi
lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
6. Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan
pertumbuhan gulma tertekan.
A. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan tanah,
air, sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga diperoleh hasil yang memadai.
Dengan pergiliran tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh
naungan daun tanaman, sehingga gulma tertekan.
B. Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau multiple
croping) dapat mempengaruhi species gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan
interaksi dalam kompetisi. Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir, tanaman sela atau
lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak sempat tumbuh dan
berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya selalu terganggu.
C. Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma
sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam
yang sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu
sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak tanam yang optimal.
D. Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan
menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis gulma dewasa mati.
Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur tanah.
E. Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman pesaing (competitive
crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan
(leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi
dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan
berkembang cepat sehingga mampu menekan gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa
digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC),
Centrosoma pubescens (CP) dan Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman
pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan
cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya.
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya
(noxious) terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis yang dipandang paling
berhasil diperkebunan.

4. Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan
biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme
pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka
penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga dimasukkan sebagai
pengendalian hayati.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan
sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species
gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara
total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang
lain.
A. Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami
dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan
manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai
pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang
pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan
memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit
dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka
waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk
pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di
alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma.


B. Musuhmusuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan
sebagai pengendali alami :
1. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian
lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
2. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan
meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
3. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk
biji/berkembang biak.
4. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi
inangnya.
5. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.

5. Pengendalian Kimia
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu
tanaman pokok dikenal dengan nama Herbisida.
Kelebihan dan keuntungan penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma antara lain:
1. Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang
sulit disaingi.
2. Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal.
3. Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar dibandingkan pengerjaan
tanah waktu menyiangi secara mekanis.
4. Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput) tumbuh secara terbatas
dengan pemakaian herbisida.
5. Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
6. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
7. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan
biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai keurangan-kekurangan
yang dapat merugikan, antara lain dapat menimbulkan : Efek samping Species gulma yang
resisten Polusi Residu dapat meracuni tanaman. Penggunaan herbisida yang berhasil sangat
tergantung akan kemampuannya untuk membasmi beberapa jenis gulma dan tidak membasmi
jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja yang selektif ini merupakan faktor yang
paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida. Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya atau selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
1. Umur dan kecepatan pertumbuhan
2. Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar, lokasi
titik tumbuh, dll
3. Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
4. Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
1. Struktur
2. Konsentrasi
3. Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
1. Temperatur
2. Cahaya
3. Hujan
4. Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
1. Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman)
2. Volume penyemprotan
3. Ukuran butiran semprotan
4. Waktu penyemprotan

2.6 Waktu Pengendalian Gulma
Waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I,
II, dan III.
b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida
berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.
c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan,
kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.
d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.































BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia.
Sedangkan Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah
beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas
manusia. Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan
perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup),
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang
cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu
singkat. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Identifikasi Gulma dan Penggolongannya. http://aslilah.blogspot.com/.html.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2014.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo, dan A. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Moenandir, J. 1988.Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma.Buku 1. Rajawali Press, Jakarta. 122
hlm.
Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.
Putra. 2012. Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma.http://poetrasentence.blogspot.com/.html.
Diakses pada tanggal 15 mei 2014
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sukman,Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Pers
ada.
Tjoet Nyak Nuroel Izzatie. 2011. Gulma. Tjoet Nyak Nuroel Izzatie.blogspot.com Diakses pada
tanggal 15 mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai