Disusun Oleh :
Muh. Taufiq Syafaat (G011191078)
Andi Nur Fauzan Ramadana (G011191212)
Nadzilah Nadafathul Islamy (G011191069)
Muh. Arya Andi S. (G011191143)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Assosiasi Gulma
dengan Tanaman” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa Tugas Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan dating.
Tugas Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas mata kuliah Ilmu Gulma
dan Pengelolaannya. Kami harap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
edukasi tentang Asosiasi Gulma dengan Tanaman kepada teman teman yang lain .
27 September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Definisi Gulma.........................................................................................1
1.2. Morfologi dan Penggolongan Gulma.....................................................2
1.3. Klasifikasi Gulma....................................................................................4
1.4. Habitat Gulma.........................................................................................5
1.5. Dampak Negatif Gulma..........................................................................6
1.6. Manfaat Gulma........................................................................................6
1.7. Assosiasi Gulma.......................................................................................6
1.8. Rumusan Masalah...................................................................................7
1.9 Tujuan Pembuatan Makalah......................................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
2.1. Asosiasi Gulma Jenis Rumputan dengan Tanaman................................8
2.1.1. Alang-alang (Imperata cylindrica)......................................................9
2.1.2. Rumput pahit atau pahitan (Axonopus compresus).........................10
2.1.3. Rumput Belulang (Eleusine indica L.)..............................................11
2.1.4. Jajagoan (Echinochloa crusgalli)......................................................13
2.1.5. Rumput Bermuda (Cynodon dactylon)..............................................15
2.1.6. Rumput Kerbau (Paspalum conjugatum).........................................17
2.1.7. Lalampuyangan (Panicum repens)....................................................18
2.2. Asosiasi Gulma Jenis Tekian dan Daun Lebar dengan Tanaman........19
2.2.1. Cyperus rotundus (Gulma Jenis Tekian)...........................................19
2.2.2. Synedrella nodiflora (Gulma Daun Lebar)......................................25
2.2.3. Amaranthus spinosus L......................................................................29
2.3. Asosiasi Gulma Jenis Pakis-pakisan dengan Tanaman.........................31
2.3.1. Asosiasi Nephrolepis biserrata dan Kelapa Sawit............................32
2.3.2. Stenochlaena palutris dan Kelapa Sawit.........................................35
2.3.3. Gleichenia linearis dan Karet...........................................................36
ii
2.3.4. Cilarosus aridus (Don) cing (Paku Kadal) dan Cengkeh...............38
2.3.5. Asplenium nidus L. dan Pohon Inangnya.......................................40
2.3.6. Platycerium bifurcatum (Pakis Tanduk Rusa) dan Inangnya........42
BAB III..................................................................................................................44
3.1 Kesimpulan……………………….…………………………..………….45
3.2 Saran……………………..………………………………………………45.
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kompetisi antara tanaman budidaya dan gulma Tidak mematikan tanaman
pokok namun dapat menyebabkan kerugian bagi usaha pertanian, kompetisi dalam
perebutan unsur hara dan air dapat meningkatkan komponen produksi.
Selainitu,biaya pengendalian gulma cukup besar dan seringkali lebih mahal dari
biaya pengendalian hama dan penyakit. Dengan demikian perlu dilakukan
pengendalian gulma yang tepat. Identifikasi jenis-jenis gulma akan membantu
dalam proses pengendalian gulma (Syarifah, 2018, Hal 41).
Tertekannya pertumbuhan dan rendahnya hasil disebabkan oleh gulma.
Gulma mampu berkompetisi dengan tanaman budidaya, merupakan hama
dan penyakit, dan mengeluarkan zat alllelopati yang menghambat
pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya Kehadiran gulma di suatu lahan pertanian
secara umum memberikan pengaruh negatif terhadap tanaman budidaya yaitu
sebagai penghasil alelopati, alelomediasi dan alelopoli. Gulma di katakan
penghasil alelopati karena dapat mengeluarkan bahan kimia untuk menekan
bahkan mematikan tumbuhan lain. Alelomediasi karena gulma merupakan tempat
tinggal bagi beberapa jenis hama tertentu atau gulma sebagai penghubung antara
hama dengan tanaman budidaya, sedangkan alelopoli, karena gulma selalu bersifat
monopoli atas air, hara, CO2, O2 dan sinar matahari ((Maslaha, 2020, Hal. 6).
2
Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan : sesuai dengan bentuk
daun (daun lebar atau daun sempit), lama hidupnya (setahun atau semusim, dua
tahun atau tahunan), serta golongan pentingnya (golongan sangat ganas atau agak
ganas).Gulma berdaun lebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun lebar, dari
jenis dikotil dan pada umumnya mempunya lintasan. Gulma adalah tanaman yang
memiliki daun yang sempit, tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit
panjang, dari jenis monokotil dari pada umumnya mempunyai lintasan (Maslaha,
2020, Hal. 8).
3
mempunyai akar rimpang (rhizoma) yang membentuk jaringan rumit di dalam
tanah dan sulit diatasi secara mekanik ((Maslaha, 2020, Hal. 3).
4
b. Golongan Teki (Sedges). Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang
termasuk kedalam famili Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000
spesies, lebih menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh: rumput
teki, walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan rumput knop.
c. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf Weeds). Golongan gulma berdaun
lebar meliputi semua jenis gulma selain famili gramineae dan Cyperaceae.
Golongan gulma berdaun lebar biasanya terdiri dari famili paku-pakuan
(pteridophyta) dan dicotyledoneae. Contoh: Bayam duri, kremek, jengger
ayam, kayu apu, wedusan, sembung dan meniran. (Maspary, 2010)
a. Rumput (Grasses)
b. Teki (Sedges)
c. Gulma daun lebar (Broad-leaved Weeds)
d. Gulma semusim, dua musim dan tahunan (Annual, Biennial,
and Parennial Weeds)
e. Gulma berkayu (Woody Weeds)
f. Gulma Air (Aquatic Weeds)
g. Gulma perambat (Climbers)
h. Gulma Epifit dan Parasit
1.4. Habitat Gulma
5
Rotundus L.), alang-alang (Imperata Cylindra L.), golektrak atau balakbak
atau rumput setawan (Borreria latifolia(Aubl.) K. Sch), sangga langit atau
toroto ( Tridax Procumbens L.). Gulma Air (Aquatic Weeds)
Gulma air adalah gulma yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di
air. Contoh gulma air antara lain : hidrila (Hydrilla verticillata Pres.), eceng
lembut atau wewehan (Monochoria vaginalis), cacanbean (Ludwigia
octovalis), kayambang (Cerotophyllum demersum), dan eceng gondok
(Eichornia crassipes).
1.5. Dampak Negatif Gulma
Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan
kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang
ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan
atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang
hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan
a. Gulma yang dapat dikomsumsi oleh manusia Beberapa gulma yang dapat
dikomsumsi antara lain : Selada air (Nasturtium officinale), Semanggi
(Marsilea crenata), Kangkung air (Ipomoea aquatica), Umbi teki (Cyperus
ratundus) dan lain-lain.
6
b. Sumber pencarian bagi buruh tani Gulma-gulma kering dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penutup tanah untuk mencegah terjadinya
evaporasi berlebihan pada musim kemarau.
7
sejumlah tegakan, yang merupakan suatu satuan konkrit vegetasi yang diamati di
lapangan.
1.8. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan Asosiasi Gulma jenis Rumputan, Tekian dan Daun Lebar, dan
Pakisan terhadap tanaman lain.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Gulma yang tergolong rerumputan diantaranya ilalang (Imperata cylindrica),
rumput pahit atau pahitan (Axonopus compresus), rumput belulang (Eleusine
indica), jajagoan (Echinochloa crusgalli), rumput bermuda (cynodon dactylon),
lempuyangan atau jajahean (Panicum repens), rumput kerbau (paspalum
conjugatum) dan lain-lain.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrical
10
cm) (Sudarsono, 2002). Tanaman ini dapat berkembang biak dengan biji dan
rhizoma. Biji alang-alang yang sangat ringan dapat menyebar ketempat lain
melalui angin, air, hewan dan manusia. Proses pembungaannya sering terjadi pada
musim kemarau dan sering terjadi akibat stress oleh adanya pembakaraan,
pembabatan hutan atau kekeringan (Murniati, 2002).
Masyarakat secara umum beranggapan bahwa alang-alang merupakan
tumbuhan liar dan pengganggu bagi tanaman lain. Alang-alang adalah tanaman
tahunan yang cocok tumbuh di bawah sinar matahari, di tanah yang basah
(lembab) maupun kering (Atien, 2008). Alang-alang merupakan jenis tanaman
C4, dimana saat proses fotosintesis tumbuhan ini membutuhkan intensitas cahaya
matahari yang tinggi, dan dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka
(Purnomosidhi et al, 2005).
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
11
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Famil : Poaceae
Genus : Axonopus
12
2.1.3. Rumput Belulang (Eleusine indica L.)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyldoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
13
kuat menjangkar tanah sehingga sukar untuk mencabutnya. Pembabatan sukar
untuk memberantasnya karena buku-buku batang bagian bawah potensial untuk
menumbuhkan tunas baru. (Nasution, 1986)
Eleusine indica ini tumbuh pada tanah yang lembab atau tidak terlalu
kering dan terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0 –
1600 meter diatas permukaan laut. Pembabatan untuk memberantasnya karena
buku buku batang terutama bagian bawah potensial menumbuhkan tunas baru.
Aplikasi herbisida baik kontak maupun sistemik umumnya lebih efektif untuk
mengendalikannya.
Eleusine indica L. merupakan salah satu gulma yang keberadaannya dapat
ditemukan hampir di semua pertanaman ataupun budidaya tanaman, terutama
pada areal perkebunan tanaman tahunan seperti kelapa sawit. Keberadaan gulma
ini cukup mengganggu pada areal produksi yang meliputi tanaman menghasilkan
(TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pada areal pembibitannya
(Nasution, 1986). Salah satu gulma yang sering ditemui pada lahan pertanian
adalah Eleusine indica L.) Gaertn (rumput belulang). Rumput belulang mampu
berkembangbiak dengan cepat dan tumbuh liar pada area pertanian dan
pekarangan rumah (Hambali, 2015 dalam Setiani, 2019).
14
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Echinochloa
15
Rumput E. crus-galli sangat mirip dengan padi bila masih muda
(Kasasian, 1971). E. crus-galli termasuk tumbuhan tahunan yang memiliki
perawakan tegak, berberías. Jenis rumput ini memiliki tinggi sekitar 20-150 cm
(Soerjani et al., 1987). Galinato et al. (1999) menambahkan bahwa tinggi E. crus-
galli bisa mencapai 200 cm.
E. crus-galli memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Jenis gulma
ini bereproduksi dengan cara penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang. E.
crus-galli melakukan penyerbukan silang dengan menggunakan bantuan angin
(Itoh, 1991). E. crus-galli memiliki penyebaran yang sangat luas. Biji E. crus-
galli dapat menyebar melalui saluran irigasi, hewan, burung, pengangkutan biji
padi dan mesin pertanian atau peralatan pertanian lainnya (Itoh, 1991).
16
2.1.5. Rumput Bermuda (Cynodon dactylon)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkindom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
17
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Family : Poacea
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon
18
2.1.6. Rumput Kerbau (Paspalum conjugatum)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum P.J. Bergius
Paspalum conjugatum tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik telah
lama mengalami naturalisasi di pulau Jawa, tumbuh padalokasi yang tidak terlalu
kering tapi juga tidak terlalu basah (becek), dengan cahaya matahari cukup atau
sedikit ternaung, pada ketinggian 0-1700 m di atas permukaan laut. (Nasution,
1986).
Batangnya padat agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya
hijau bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk geragih yang
bercabang-cabang. Pada tiap buku dari geragih dapat membentuk akar dan batang
19
baru; geragih merupakan sarana perkembang-biakan secara vegetative. Akar
serabut, banyak dan halus, mencapai ke dalam ± 20 cm dalam tanah. Helai daun
berbentuk pita atau pita-lanset ujungnya lancip, bebulu sepanjang tepinya dan
pada permukaannya. Helai daun paling atas sering rudimenter. Upih daun
bewarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang pipih, tepinya
berbulu halus. Lidah daunnya pendek, rompang, berbulu halus, transparent.
Perbungaannya Tandan (racemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan di satu titk
(conjugate), jarang sekali terdapat tandan ke tiga di bawahnya (Nasution, 1986).
20
2.1.7. Lalampuyangan (Panicum repens)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
21
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Panicum
2.2. Asosiasi Gulma Jenis Tekian dan Daun Lebar dengan Tanaman
2.2.1. Cyperus rotundus (Gulma Jenis Tekian)
Klasifikasi:
22
Kngdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cypareceae
Genus : Cyperus
23
meliputi persaingan untuk cahaya, nutrisi, air, kadar garam, CO2, dan ruang
tumbuh (Agrotek, 2020).
24
Cekaman garam meningkatkan efek reduksi potensial air,
ketidakseimbangan ion dan toksisitas. Perubahan status air memicu reduksi
pertumbuhan awal dan penurunan produktivitas tanaman, sebab cekaman
garam mempengaruhi osmosis dan cekaman ion. Pada umumnya cekaman
garam mempengaruhi proses pertumbuhan, fotosintesis, metabolisme energi
dan lipid serta sintesis protein (Agrotek, 2020).
25
sebelum 45 hari, gulma sulit dikendalikan dan mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil wijen (Anjarini, 2014).
Gulma yang tumbuh pada areal budidaya wijen beragam komposisi dan
jenisnya seperti pada tanaman semusim umumnya. gulma yang tumbuh
dominan pada pertanaman wijen yang tidak dilakukan pengendalian gulma
salah satunya: Cyperus rotundus. Potensi kerugian yang akan didapat serta
cara pengendalian yang akan dilaksanakan dapat diketahui dengan mengetahui
karakteristik dan dominasi gulma yang tumbuh pada lahan budidaya (Mahfud,
2019).
26
ke organ daun dan menyalurkan asimilat fotosintesis dari daun ke seluruh
organ tanaman (Rizka, 2012).
Selain dua tanaman diatas gulma tersebut juga dapat berkompetisi tanaman
buncis. Tanaman buncis tegak perlu dilakukan perawatan tanaman yang
intensif untuk meningkatkan dan mempertahankan hasil produksi tanaman.
Usaha yang dilakukan salah satunya ialah melalui pengndalian gulma.
Kehadiran gulma teki diantara tanaman buncis tegak dapat menyebabkan
persaingan dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya, ruang tempat
tumbuh, dan CO2. Meningkatnya kerapatan tanaman sampai batas tertentu
dapat meningkatkan produksi setiap satuan luas, tetapi selanjutnya produksi
akan menurun sejalan oleh meningkatnya persaingan tanaman (Indanus,
2018).
27
lepas dari adanya pengaruh dari faktor genetik dan lingkungan. Akan, tetapi,
pada umumnya faktor lingkungan sering menjadi pembatas dalam tumbuh dan
berkembangnya tanaman budidaya. Terdapat pengaruh signifikan kepadatan
teki terhadap jumlah cabang yang dihasilkan. Setiap bertambahnya kepadatan
1 teki maka jumlah cabang mengalami penurunan sebesar 0,0419 cabang.
Selain tinggi dan juga jumlah cabang, gulma ini juga mempengaruhi jumlah
daun. Adanya persaingan ini dapat menghambat pertumbuhan jumlah daun
tanaman buncis tegak dibanding tidak adanya persaingan. (Indanus, 2018).
28
2.2.2. Synedrella nodiflora (Gulma Daun Lebar)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Synedrella
Spesies : Synedrella nodiflora
29
seperti hara, air, cahaya dan ruang tempat tumbuh berada dalam keadaan terbatas
dan persaingan tidak terjadi apabila faktor tumbuh berada dalam keadaan
cukup(Hasanuddin, 2012).
30
Periode hidup tanaman yang sangat peka terhadap kompetisi gulma ini
disebut periode kritis tanaman. Periode kritis untuk pengendalian gulma
adalah waktu minimum di mana tanaman harus dipelihara dalam kondisi
bebas gulma untuk mencegah kehilangan hasil yang tidak diharapkan.
Tanaman kedelai yang tumbuh bersama gulma menyebabkan tingkat
pertumbuhan tanaman terhambat, daun lebih jarang, serta polong
berukuran lebih kecil dibanding dengan kedelai yang tumbuh tanpa gulma.
Semakin besar populasi gulma mengakibatkan semakin tertekannya
pertumbuhan dan semakin rendah polong kedelai yang dihasilkan.
Keberadaan gulma di pertanaman kedelai menyebabkan kebutuhan faktor
pertumbuhan bagi kedelai menjadi berkurang sehingga menurunkan
komponen produksi seperti berat 100 butir (Hendrival,2014).
31
bersih gulma diketahui bahwa tanaman kedelai membutuhkan
pengendalian gulma selama 6 minggu setelah tanam agar dominasi
tanaman tercapai sehingga kehilangan hasil tidak nyata(Hendrival,2014).
32
periode kritis dimana harus terhindar dari kompetisi agar produksi dapat
maksimal (Shalahuddin, 2020).
2.2.3. Amaranthus spinosus L.
Klasifikasi:
Kigndom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
Gulma ini sangat banyak tumbuh liar dikebun, tepi jalan, tanah kosong
dari dataran rendah ke dataran tinggi. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan
melalui bijinya yang bulat, kecil, dan hitam. Pada batang pohon, tepatnya di
pangkal tangkai daun terdapat duri sehingga gulma ini dikenal dengan bayam
duri. Tingginya dapat mencapai 1 meter. Bayam duri tumbuh baik di tempat-
33
tempat yang cukup akan snar matahari dengan suhu antara 25-35 derajat
celsius(Gusti, 2016).
34
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memengaruhi seperti penyerapan
cahaya oleh daun, luas tajuk dan tinggi tanaman. Faktor penting berupa air,
udara dan cahaya merupakan kompenen yang tak bisa terpisahkan oleh
pertumbuhan suatu gulma. Terpenuhinya faktor tumbuh maka akan
semakin baik pertumbuhan gulma dalam pekembangbiakan maupun dalam
menguasai area (Dentin, 2020).
Daun tebu akan muncul dan berkembang selama periode antara satu dan
tingga minggu. Apabila jumlah daun banyak maka kemampuan melakukan
fotosin-tesis lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah daun yang lebih
sedikit (Raharjo et al. 2017). Pertumbuhan organ tanaman tebu yang tidak
optimal mengindi-kasikan bahwa pertumbuhan akar juga kurang optimal.
Semakin baik pertumbuhan akar, maka kemampuan akar dalam
menjangkau pasokan nutrisi tanaman akan semakin baik dan kebutuhan
tanaman menjadi terpenuhi sehingga pertumbuhannya akan optimal
(Dentin, 2020).
Perebutan ruang tumbuh didalam tanah menjadi faktor penghambat
dalam proses pemanjangan akar tanaman tebu. Pertumbuhan akar yang
tidak optimal menyebabkan tanaman tebu kalah bersaing dengan gulma
bayam duri sehingga pertumbuhan tebu menjadi kurang optimal. Sifat
tanaman apabila terjadi kekurangan air, maka tanaman akan
memanjangkan akarnya sampai ke lapisan tanah yang memiliki
ketersediaan air yang cukup sehingga tanaman dapat bertahan hidup.
Tanaman yang memiliki perakaran yang panjang akan memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam mengabsorbsi air dibandingkan dengan
tanaman berakar pendek. Kompetisi yang terjadi menye-babkan fotosintat
yang dihasilkan tidak optimal sehingga pendistribusian ke bagian tanaman
menjadi kurang. Hasil fotosintat yang optimal akan memacu aktifitas
pemanjangan sel dan merangsang tumbuhnya batang. Semakin tinggi
fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman dari hasil fotosintesis, maka akan
meningkat-kan bobot segar tanaman. (Dentin, 2020).
35
2.3. Asosiasi Gulma Jenis Pakis-pakisan dengan Tanaman
Pakis-pakisan merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah
lama beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Pakis ini merusak tanaman utama
karena dapat menyerap nutrisi yang terkandung dalam tanaman inang (Rahmadi
et al. 2014). Pada umumnya tumbuhan pakis menyukai tempat yang lembab,
karena daerah yang lembab memiliki tanah yang kaya akan humus dan subur.
Pakis-pakisan merupakan kelompok tumbuhan dengan jumlah spesies yang
banyak, sekitar 10.000 spesies, 4.444 tumbuhan pakis dan diperkirakan Indonesia
memiliki tidak kurang dari 1.300 spesies (Sastrapradja et al., 1979). Bagi
kebanyakan petani dan masyarakat umum, pakis-pakisan adalah tanaman
pengganggu dan dibuang begitu saja. Namun tidak semua gulma pakis-pakisan
bersifat merugikan, ada pula yang bersifat menguntungkan. Berdasarkan uraian
diatas, dibawah ini adalah asosiasi dari beberapa jenis gulma dan tanaman.
2.3.1. Asosiasi Nephrolepis biserrata dan Kelapa Sawit
36
Pada area perkebunan kelapa sawit, biasanya terutama pada batang kelapa
sawit banyak ditumbuhi oleh gulma dari jenis pakis-pakisan. Gulma yang paling
sering terlihat adalah Nephrolepis biserrata. Gulma dikenal sebagai tanaman yang
tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan
tanaman, namun pada area perkebunan kelapa sawit Nephrolepis biserrata dapat
dimanfaatkan keberadaannya. Awalnya, Nephrolepis biserrata dirawat dan
diperbanyak untuk menjaga kelembaban di sekitar kelapa sawit. Selain itu,
Nephrolepis biserrata digunakan sebagai vegetasi yang berperan dalam upaya
perlindungan tanah dan air di sekitar areal perkebunan kelapa sawit, yaitu sebagai
penutup tanah. Hal ini mengacu pada fakta bahwa Nephrolepis biserrata
merupakan kelompok pakis-pakisan yang memiliki daya adaptasi yang luas, dapat
tumbuh dan berkembang di daerah berpasir dan berperan sebagai penampung air
dan air hujan untuk mencegah erosi melalui akarnya. Ada tiga tipe habitat
Nephrolepis biserrata, yaitu hutan rindang dengan celah-celah di permukaan
berbatu, terutama yang terlindung dari sinar matahari, di daerah rawa dan
tergenang air. Keunggulan lain Nephrolepis biserrata di perkebunan kelapa sawit
adalah dapat berfungsi sebagai tanaman inang predator (Sycanus sp.) bagi hama
pemakan daun seperti ulat (Setora nitens) dan sebagai sarang serangga penyerbuk
(Ariyanti et al., 2016).
37
Daun Nephrolepis biserrata
38
gulma pada tanaman muda dapat menyebabkan keterlambatan periode BK, gagal
memenuhi target produksi, atau bahkan gagal total (Sukma dan Yakup, 2002).
2.3.2. Stenochlaena palutris dan Kelapa Sawit
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Filum : Tracheophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Filicales
Family : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Spesises : Stenochlaena palustris
39
2.3.3. Gleichenia linearis dan Karet
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Gleicheniopsida
Subkelas : Gleicheniatae
Ordo : Gleicheniales
Famili : Gleicheniaceae
Genus : Gleichenia
Spesies : Gleichenia linearis
40
Gleichenia linearis atau Dicranopteris linearis atau dikenal dengan paku
resam merupakan salah satu spesies pakis-pakisan yang dianggap sebagai gulma
penting yang berbahaya bagi tanaman pokok dalam perkebunan karet (Khasanah,
2020). Sifat Gleichenia linearis yang sangat toleran terhadap tanah kering dan
pakis ini merupakan pesaing dalam penggunaan hara dan air pada perkebunan
karet. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan tahunan merambat yang sering
membentuk jaring yang rapat. Pakis ini terutama ditemukan di daerah dengan
curah hujan tinggi, kadang-kadang di gurun yang lebat. Area hutan terbuka, area
hutan terbuka, hutan sekunder yang terkena sinar matahari, ngarai, lereng dan tepi
sungai (Nasution, 1986).
Gleichenia linearis memiliki percabangan yang sangat khusus, tiap cabang
bercabang dua/bercabang menggarpu, sorusnya terdapat pada setiap anak daun
dan penyebarannya terbatas disepanjang tulang daun. Gleichenia linearis
merupakan tumbuhan pakis yang dapat beradaptasi dan tumbuh subur pada
kondisi tanah masam, sehingga cepat tumbuh menutupi tanah terbuka. Tanaman
ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat baik dalam kondisi tanah bersifat
asam, netral, atau basa (Srimulat dan Ferwati, 2020).
41
2.3.4. Cilarosus aridus (Don) cing (Paku Kadal) dan Cengkeh
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Cyclophorus
Spesies : Cyclophorus aridus (Don.) Cing
Cilorosus aridus (Don) cing adalah pakis darat tahunan yang menyukai
tanah yang agak lembab atau kurang kering di lingkungan terbuka atau sedikit
teduh di perkebunan karet. Cilorosus aridus (Don) cing adalah tumbuhan paku
yang paling umum dan sering ditemukan di perkebunan muda dan dewasa. Pakis
kadal membentuk spora, berkembang biak terutama melalui rimpang, pengakuan
mereka di lapangan adalah bahwa bilah daunnya melengkung, selebaran duduk
dan berbaring satu sama lain, tepi bergerigi sedikit dalam, duri menyirip. Batang
menyebar berupa akar rimpang, ujung rimpang pucat ditutupi sisik berwarna
42
coklat muda. Terdiri dari rambut tegak, tersegmentasi kasar berkembang biak
terutama dengan rimpang dan spora. Tumbuh di luar ruangan atau sedikit
terlindung. Habitat juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan
gulma pakis. Ada gulma pakis yang tumbuh subur karena terbuka dan tidak
memiliki naungan. Ada juga jenis paku-pakuan yang tumbuh baik di dalam
ruangan atau di tempat teduh, dan ada juga yang menyukai tempat kering dan ada
pula yang suka tumbuh di tempat lembab. Selain pemasangan, tanaman lain dapat
tumbuh di tanah, tetapi bentuk dan ukurannya sangat berbeda dari biasanya
(Rahado et al., 2020).
Kehadiran tanaman lain di area perkebunan cengkeh berkontribusi pada
suhu dan kelembaban yang terbentuk di area di mana gulma membutuhkan suhu
yang lebih rendah, kelembaban tinggi, dan lebih sedikit sinar matahari. Salah
satunya adalah ditemukannya jenis gulma Cilorosus aridus (Don) cing dengan
kerapatan, frekuensi, dan dominasi relatif yang lebih tinggi. Selain itu, keberadaan
vegetasi lain di areal tanam cengkeh itu sendiri dalam hal persaingan sinar
matahari, unsur hara, oksigen dan karbondioksida dari areal tanam cengkeh.
Persaingan ini juga akan mempengaruhi ketahanan tanaman cengkeh terhadap
gulma, sehingga semakin tinggi daya tahan tanaman cengkeh maka akan semakin
kuat tanaman tersebut dalam bersaing dengan gulma salah satu faktor yang
memengaruhi kerapatan nisbi gulma Cilorosus aridus (Don) cing yang tinggi
karena gulma mampu berkompetisi dengan tanaman cengkeh dalam hal perebutan
unsur hara dari tanah, air, karbondioksida, dan oksigen, serta cahaya matahari dan
ruang tumbuh di bandingkan dengan jenis-jenis gulma yang ada lainnya (Hamid,
2010).
43
2.3.5. Asplenium nidus L. dan Pohon Inangnya
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Subkelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium nidus
44
Adanya jumlah individu Asplenium nidus L. pada batang atau cabang
pohon inang sesuai dengan pendapat (Mansur et al., 2004) bahwa individu yang
tercatat terendah adalah 1 (satu) individu dan tertinggi 11 individu. Jumlah
individu terbesar tercatat pada ketinggian 5 hingga 10 m (43%) dan terkecil pada
ketinggian 2 hingga 4 m (10%). Banyaknya jenis dan jumlah individu dari setiap
jenis yang terdapat pada suatu pohon menunjukkan bahwa pohon tersebut
merupakan tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai inang. Hal ini berkaitan
dengan spora tumbuhan epifit yang dapat jatuh pada tempat yang sesuai dan
berkecambah serta tumbuh membentuk individu epifit baru (Darma et al., 2018).
45
yang mempunyai alur dan celah menjadikan tumbuhan paku (A. nidus) tumbuh
dengan subur dibandingkan dengan pohon inang yang memiliki kulit agak licin.
Tumbuhan ini juga menyukai batang pohon yang tinggi (Hartini 2006). Menurut
Darma et al. (2018), 86% paku epifit tumbuh pada pohon inang dengan kulit yang
keras karena lebih mampu dan stabil menahan berat paku epifit. Nawawi et al.
(2014) menambahkan bahwa, pada umumnya pohon inang yang disukai oleh paku
epifit adalah jenis inang yang memiliki tekstur kulit tebal, beralur maupun
berserabut dan memiliki kulit yang keras dan diduga merupakan faktor yang
mempengaruhi asosiasi antara pohon inang (phoropyte) dengan epifitnya.
Tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Bukit Pengelengan, Tapak, dan Lesung
umumnya tumbuh pada pohon inang dengan kulit pohon kasar dan sudah tua
(Darma et al. 2018).
2.3.6. Platycerium bifurcatum (Pakis Tanduk Rusa) dan Inangnya
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Subkelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
46
Tumbuhan ini hidup secara epifit pada beberapa jenis pohon (Jones, 1987),
seperti jati (Tectona grandis), mahoni (Sweitenia macrophylla), mangga
(Mangifera indica) dan trembesi (Albizia saman). Platycerium bifurcatum
termasuk tumbuhan paku famili Polypodiaceae yang berpotensi besar sebagai
tanaman hias. Tumbuhan ini tumbuh liar dan menempel pada berbagai jenis
pohon tumbuhan inang. Keberadaan tumbuhan ini belum pernah ditemukan pada
tumbuhan perdu atau perdu. Penularannya melalui spora yang dibawa angin, ada
yang secara vegetatif berbiji dengan cara partisi pada tanaman inang tertentu
seperti Pisonia grandis, Osmanthus fragrans, Filicium decipiens (plot I. A) dan
Tectona grandis. (Solikin, 2012).
47
menangkap bahan organik hasil lapukan kulit atau bahan organik lainnya serta
banyak menyerap air. Pelapukan kulit batang dan seresah yang menempel pada
permukaan kulit batang meningkatkan bahan organik pada permukaan kulit yang
berperan penting untuk media pertumbuhan dan perkembangan jenis paku-pakuan
termasuk Platycerium bifurcatum.
Platycerium bifurcatum memiliki daun induk tumbuh ada dua jenis, yaitu
daun penyangga atau daun mandul dan daun atau daun fertil. Daun penopang
terletak di pangkal daun yang subur, tumbuh di atas satu sama lain dan selalu
hijau, berbentuk keranjang, ujungnya melengkung, berwarna hijau dan berubah
menjadi coklat seiring bertambahnya usia dan tidak memiliki spora. Daun yang
subur berguguran, tumbuh menggantung, pada ujungnya sebagian besar
bercabang, berbentuk tanduk rusa, bintang dan spora berwarna hijau keputihan.
Diklasifikasikan sebagai pisau tunggal, sangat menorehkan. berdaging, tepi rata,
permukaan halus, panjang 40-100 cm, ujung tumpul, daun tambahan satu sampai
tujuh, bercabang, berbentuk baji, coklat kehijauan. Batangnya tidak jelas, ada
yang mengatakan tidak berjumbai karena daunnya tumbuh langsung dari akar
tanpa melibatkan batang. Akarnya berbulu dan berwarna coklat. kekuning-
kuningan dan biasanya berakar langsung pada batang tanaman tempat mereka
tumbuh.
48
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
49
3.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suandi, dkk. 2016. Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas
Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi. [Internet] Tersedia di:
http://ejournal.unib.ac.id
Anandhita, T., & Hambali, R. (2015). Analisis Pengaruh Backwater (Air Balik)
Terhadap Banjir Sungai Rangkuti Kota Pangkal Pinang. Jurnal Fropil Vol 3.
Ariyanti, M., Yahya, S., Murtilaksono, K., & Siregar, H. H. (2016). Nephrolepis
biserrata: gulma pakis sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa
sawit menghasilkan. Prosiding Agronomi.
Darma, I. D. P., Lestari, W. S., Priyadi, A., and Iryadi, R. 2018. Paku Epifit dan
Pohon Inangnya di Bukit Pengelengan, Tapak dan Lesung, Bedugul, Bali.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 15(1): 41–50.
51
Fitrah, H., Arbain, A., and Mildawati. 2014. Jenis-Jenis Paku Sarang
(Asplenium): Aspleniaceae di Gunung Singgalang Sumatera Barat Asplenium
Fern (Aspleniaceae) in Singgalang Mountain West Sumatra. Jurnal Biologi
Universitas Andalas 3(2): 141–146.
52
Mansur, M., Kohyama, T., Simbolon, H., Partomihardjo, T., and Tani, T. 2004.
Distribusi Vertikal dan Horizontal Asplenium Nidus L. di Taman Nasional
Gunung Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi 7(1): 81–86.
Maslaha, V. I., Musyaddad, K., & Nuraida, N. (2020). Identifikasi Jenis Gulma
Pada Lahan Perkebunan Kopi (Coffea) Dan Pinang (Areca catechu) Bram
Itam Kuala Tungkal (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi), 2-.
Rahado, K., Silahooy, C., & Riry, J. (2020). Sebaran Jenis-Jenis Gulma Pada
Areal Pertanaman Cengkeh di Desa Passo, Kecamatan Baguala Kota
Ambon. Jurnal Pertanian Kepulauan, 4(2), 41-51.
53
Rifaldi, P. F. (2020). Ta: Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Berdasarkan
Indeks Vegetasi Yang Diturunkan Dari Data Citra Wahana Unmanned Aerial
Vehicle (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Nasional Bandung), 15.
Simbolo, H. 2007. Epifit dan Liana pada Pohon di Hutan Pamah Primer dan
Bekas Terbakar Kalimantan Timur, Indonesia. Berita Biologi 8(4): 249–261.
Sirami, E. 2019. Tingkat dan Tipe Asosiasi Enam Jenis Paku Epifit dengan Pohon
Inang di Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. Jurnal Kehutanan
Papuasia 1(1): 18– 27.
54
Solikin, S. (2012). Platycerium Bifurcatum (Cav.) C. chr. Di Kebun Raya
Purwodadi. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning (Vol. 11, No. 1, pp. 330-335).
Sukma, Y. dan Yakup, 2002, Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo
Persada: Jakarta. Hal. 34-57
Suryatini, L. S. (2018). Analisis keragaman dan komposisi gulma Pada tanaman
padi sawah. JST (Jurnal Sains dan Teknologi), 7(1), 78.
Syarifah, S., Apriani, I., & Amallia, R. H. T. (2018). Identifikasi gulma tanaman
padi (Oryza sativa L. var. Ciherang) Sumatara Selatan. Jurnal Biosilampari:
Jurnal Biologi, 1(1), 41.
55