Anda di halaman 1dari 5

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara pertanian. Di dalam upaya peningkatan kualitas pertanian dan
pemanfaatan lahan yang tidak dipakai oleh masyarakat maka muncul metode pemanfaatan lahan
sempit sebagai usaha untuk pemerdayaan masyarakat dengan cara hidroponik. Hiroponik
merupakan cara menanam dengan media cair ataupun tanpa menggunakan tanah. Hal ini sangat
membantu masyarakat dalam berkebun di lahan yang sempit dengan
bantuan beberapa media tanam dan cukup mudah dilakukan oleh masyarakat (Permadi. 2020)
Budidaya secara hidroponik dapat dilakukan dalam ruang yang sempit, media tanam
dapatdiatur secara vertikal. Pada tanaman hidroponik juga dapat memberikan kesan design
interior yang bagus dan menarik untuk digunakan sebagai hiasan di rumah. Banyak sebagian
orang tidak mengetahui tentang apa itu hidroponik, dan bagaimana cara menanamnya. Pada
sistem penanaman hidroponik, nutrisi pada pupuk hidroponik harus mengandung unsur makro
dan unsur mikro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman. Dalam menanam hidroponik juga ada
aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk menunjang tanaman hidroponik seperti air, media
tanam, unsurhara dan oksigen. Tanaman secara hidroponik ini juga sangat ramah lingkungan,
tidak menggunan pestisida yang dapat merusak tanah dan tidak menimbulkan banyak polusi
(Hidayati. 2017).
Salah satu sistem hidroponik yang sederhana ialah sistem wick (sumbu). Dalam sistem
hidroponik ini, wick untuk alat penyaluran nutrisi untuk tanaman pada media tanaman. Larutan
nutrisi sitarik ke media tanam dari bak/tangki penampungan melalui sumbu. Air dan nutrisi akan
dapat mencapat akar tanaman dengan memanfaatkan daya kapilaritas pada sumbu. Sistem
bersifat pasif, dikarenakan tidak adanya bagian yang bergerak pada media ini. Hidroponik ini
adalah tidak memerlukan sumber daya listrik, jumlah pupuk dan pengairannya mudah dikontrol
(Kurnia. 2019).
Kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat, kandungan zat
gizinya tinggi, dan budidayanya sangat sederhana serta mudah. Kandungan gizi kangkung cukup
tinggi terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor (Hidayati. 2017).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat merakit wick system dengan
baik dan benar. Sedangkan kegunaan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan metode hidroponik wick system pada kehidupan sehari hari
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Kangkung
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi dan
persebarannya cukup meluas pesat di daerah Asia Tenggara. Beberapa negara yang merintis
pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif dan komersial adalah Taiwan, Thailand,
Filipina, dan Indonesia. Kangkung darat umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan
dapat menjadi salah satu menu di rumah-rumah makan. Produksi kangkung di Indonesia dapat
mencapai 50.000-60.000 kg per hektar. Lahan ¼ ha yang ditanami kangkung dalam sekali tanam
menghabiskan 5 kg benih kangkung namun menghasilkan produk yang masih kurang dibanding
tanaman lainnya (Kasi. 2018).
Kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat, kandungan zat
gizinya tinggi, dan budidayanya sangat sederhana serta mudah. Kandungan gizi kangkung cukup
tinggi terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor. Kandungangizi
dalam setiap 100 gram sayuran kangkung mengandung energi :29 kkal, protein :3 gr, lemak :0,3
gr, karbohidrat :5,4 gr, kalsium :73 mg, fosfor:50 mg, zat besi :3 mg, vitamin A:6300 IU, vitamin
B1 :0,07 mg, vitamin C :32 mg (Hidayati. 2017).
Dari aspek sosial dan ekonomi, tanaman kangkung darat memiliki prospek yang cukup baik
jika dikembangkan ke arah agribisnis. Kangkung darat menempati urutan ke-14 dari 18 jenis
sayur di Indonesia. Meski harga sayuran kangkung relatif lebih murah, namun bila
dibudidayakan secara intensif dan berorientasi ke arah agribisnis akan memberikan keuntungan
yang cukup besar bagi petani. Peluang pemasaran kangkung makin luas karena tidak hanya dapat
dijual di pasar-pasar lokal di daerah, tetapi juga telah banyak dipesan oleh pasar-pasar swalayan.
Dengan masuknya sayuran kangkung ke pasar-pasar swalayan akan menaikkan harga jual
sayuran ini. Dalam mengembangkan hasil pertanian kangkung darat (Ipomea reptans Poir)
dengan melihat banyaknya lahan yang tidak dipakai oleh masyarakat untuk lahan pertanian,
maka saat ini ada cara lain untuk memanfaatkan lahan sempit sebagai usaha untuk
mengembangkan hasil pertanian, yaitu dengan cara bercocok tanam secara hidroponik (Kasi.
2018).
2.2 Hidroponik Wick Sistem
Hidroponik merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat
dalam rangka menyikapi berkurangnya lahan pertanian. Guna mewujudkan ketahanan pangan
keluarga salah satunya dapat mengimplementaskan penanaman sayurmenggunakan metode
hidroponik sayuran (Ratnasari, 2018).
Terdapat beberapa tipe sistem hidroponik yaitu: a) drip system (sistem tetes); b) Ebb and
flow (food and drain); c) NFT (Nutrient Film Technique); d) deep water culture, aeroponic; dan
e) wick system (sistem sumbu) (Sutiyoso, 2003). Salah satu teknik hidroponik yang dapat
digunakan yaitu teknologi hidroponik sistem sumbu (wicksystem). Hidroponik wick system
yaitu metode hidroponik dengan menggunakan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dan
bagian perakaran pada media tanam (Kamalia. 2017).
Wick System adalah teknik yang paling sederhana dan populer digunakan oleh para pemula.
Sistem ini termasuk pasif karena nutrisi mengalir ke dalam media pertumbuhan dari dalam
wadah menggunakan sejenis sumbu, wick sistem hidrponik bekarja dengan baik untuk tanaman
dan tumbuhan kecil. Sistem hidroponik tidak bekerja baik untuk tanaman yang membutuhkan
bayak suplai air (Kurnia. 2019).
Pemanfaatan hidroponik sistem sumbu tersirkulasi memiliki kelebihan secara khusus yaitu
kombinasi kedua sistem hidroponik ini yaitu larutan nutrisi dapat tersirkulasi serta volume
larutan hara yang dibutuhkan lebih rendah.Kelebihan lain dari sistem ini yaitu larutan nutrisi
dalam keadaan tersedia, sirkulasi mencegah lumut, bersih dan mudah dikontrol, tanaman tumbuh
dengan optimal, umur panen menjadi lebih singkat dan penggunaan nutrisi yang efisien. Namun
kekurangansistem tersebut yaitu biaya investasi cukup mahal (Kamalia. 2017).
2.3 Nutrisi Hidroponik Organik
2.3.1 Jeruk
2.3.2 Tauge
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., & Hanafi, N. (2017). Kajian penggunaan nutrisi
anorganik terhadap pertumbuhan kangkung (Ipomoea reptans Poir) Hidroponik sistem wick.
Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan, 4(2), 75-81.
Kurnia, M. E. (2019). Sistem Hidroponik Wick Organik Menggunakan Limbah Ampas Tahu Terhadap
Respon Pertumbuhan Tanaman Pak Choy (Brassica chinensis L.) (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).

Kasi, P. D., Suaedi, S., & Angraeni, F. (2018). PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR
REBUNG BAMBU U NTUK PERTUMBUHAN KANGKUNG SECARA HIDROPONIK.
Biosel: Biology Science and Education, 7(1), 42-48.
Ratnasari, S. L. (2018). Model Implementasi Ketahanan Pangan
Keluarga Melalui Pemberdayaan Masyarakat Menanam Sayuran
dengan Metode Hydroponik di Perumahan Simpang Raya Indah.
MINDA BAHARU, 2(2), 179–187. doi: 10.33373/jmb.v2i1.1496
Kamalia, S., Dewanti, P., & Soedradjad, R. (2017). Teknologi
Hidroponik Sistem Sumbu pada Produksi Selada Lollo Rossa
(Lactuca sativa L.) dengan
Penambahan CaCl2 sebagai Nutrisi Hidroponik | JURNAL
AGROTEKNOLOGI. Jurnal Agroteknologi, 11(1). doi:
https://doi.org/10.19184/j-agt.v11i1.5451
Permadi, H., Yuliana, Y., Wardhani, I. S., De Nastiti, N., & Prasetyo, S. M. (2020).
WORKSHOP PEMBUATAN HIDROPONIK WICK SYSTEM SEBAGAI UPAYA
KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DESA KASRI. Jurnal Graha Pengabdian, 2(3),
202-211.

Anda mungkin juga menyukai