Oleh
Tedy Prasetya
2014161011
Areal budidaya tanaman sering ditemui kendala yang disebabkan oleh keberadaan
Organisme Pengganggu Tanaman, khususnya gulma. Gulma menjadi salah satu
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menghambat partumbuhan,
perkembangan dan produktivitas tanaman. Kehadiran gulma disekitar tanaman
budidaya tidak dapat dihindarkan, terutama jika lahan tersebut ditelantarkan.
Kehadiran gulma di suatu areal pertanaman secara umum memberikan pengaruh
negatif terhadap tanaman, karena gulma memiliki daya kompetitif yang tinggi
sehingga memungkinkan terjadinya persaingan cahaya, CO2, air, unsur hara,
ruang tumbuh yang digunakan secarabersamaan. Selain itu gulma memiliki
peranan lain yaitu sebagai alelopati, alelomediasi dan alelopoli. Alelopati, karena
gulma dapat mengeluarkan bahan kimia untuk menekan bahkan mematikan
tumbuhan atau tanaman lain sedangkan alelomediasi, karena gulma merupakan
tempat tinggal bagi beberapa jenis hama tertentu atau gulma sebagai penghubung
antara hama dengan tanaman budidaya, dan alelopoli, karena gulma selalu bersifat
monopoli atas air, hara, CO2, O2 dan sinar matahari (Tanasale, 2010).
Kehadiran berbagai jenis gulma pada suatu daerah membentuk komunitas. Jenis
gulma dalam komunitas atau lebih, baru dapat dikatakan homogen, apabila indeks
kesamaan dari kedua komunitas lebih besar atau sama dengan 70%. Dengan
demikian, jika dua lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari 70% dapat
dikatakan bahwa dua lahan tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang berbeda atau
tidak homogen. Tipe komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam
dominasi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau juga bentuk
pertumbuhan (Irwanto, 2007 dalam Tanasale, 2010).
Pengenalan jenis-jenis gulma dominan menjadi hal yang penting. Hal ini
merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma.
Oleh karena itu dengan mengetahui jenis-jenis gulma dapat membatu dalam
menentukan kebijakan tindakan pengendalian gulma di pertanaman.
1.2 Tujuan
Gulma adalah spesies tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman budidaya dan
beradaptasi pada habitat buatan manusia. Gulma mengganggu manusia dengan
intensitas gaangguan yang beragam dan tertentu. Persaingan antara gulma dan
tanaman budidaya terjadi karena keterdekatan dalam ruang tumbuh. Keterdekatan
tersebut membuat terjadinya interaksi yang negatif (Moenandir, 2013).
Gulma menjadi salah satu masalah utama dalam setiap budidaya yang dilakukan
petani. Gulma menjadi salah satu faktor pembatas pada produksi tanaman. Gulma
yang tumbuh disekitar tanaman utama akan menurunkan kualitas dan hasil panen
karena berkompetisi terhadap unsur hara, sinar matahari, air dan ruang tumbuh,
selain itu gulma juga mempunyai sifat yang lebih rakus, dibandingkan dengan
tanaman padi, dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu air, unsur hara, cahaya,
CO2, dan ruang tumbuh (Sukman dan Yakup, 2002). Sembodo (2010) juga
menyatakan bahwa keberadaan gulma dapat menurunkan jumlah hasil (kuantitas),
mutu hasil (kualitas), meracuni tanaman, menurunkan nilai tanah, merusak dan
menghambat penggunaan alat mekanik, menjadi inang hama dan penyakit
tumbuhan, menambahnya biaya produksi.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara langsung
dan tidak langsung. Pengendalian secara langsung meliputi penyiangan, mekanis
dan herbisida, sedangkan pengendalian tidak langsung meliputi pengolahan tanah
dan teknik budidaya (Noor dan Pane, 2002). Pengendalian gulma dengan
penyiangan, saat ini jarang dilakukan karena adanya keterbatasan tenaga
penyiang. Untuk sekarang, banyak petani yang memilih untuk melakukan
pengendalian secara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi membutuhkan waktu
lebih cepat dan tenaga lebih sedikit tetapi juga menyebabkan kerusakan tanah
(Suryaningsih, 2018).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
(Paiman, 2020)
(Paiman, 2020)
(Paiman, 2020)
(Scirpus maritimus L)
(Paiman, 2020)
(Cyperus kyllingia L )
Nama Ilmiah : Cyperus kyllingia L
Nama Lokal : Udel-Udelan
Famili : Cyperaceae
Ciri Utama : Cyperus kyllingia L. termasuk family Cyperaceae. Teki-tekian,
tegak hingga 55 cm, berimbang, tidak berumbi dan termasuk gulma tahunan.
Daun berbentuk garis dan kaku, pada pangkal batangnya berwarna kemerahan.
Pembungaan berbentuk bongkol, terdapat diujung, berwarna putih.
Berkembangbiak dengan biji dan rimpang, tumbuh ditempat terbuka atau agak
terlindung hingga 1.300 m dpl.
(Paiman, 2020)
(Eleusine indica L)
(Razak, A. 2018)
(Axonopus compressus)
Uluputty, M., R. 2014. Gulma utama pada tanaman terung di Desa Wanakarta
Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Agrologia, Vol. 3, No. 1, Hal.
37-43.