Anda di halaman 1dari 6

ACARA III

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK

A. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktekkan cara berbudidaya anggrek dalam pot/
kompot.
2. Mengkaji pemilihan media tanam dan pupuk untuk pertumbuhan tanaman.

B. Tinjauan Pustaka
Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam,
hidup sebagian besar epifit (tumbuh pada pohon inangnya), dan ada pula yang
teresterial (tumbuh di tanah atau sering juga disebut anggrek tanah). Anggrek
memiliki rimpang, akar yang seperti umbi tetapi bukan umbi lapis atau umbi
batang. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk
umbi semu yang mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi
sebagai alat untuk asimilasi (Darmono, 2008).
Sihotang (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tempat tumbuh dan
habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan
jenis, yaitu: Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang
pada batang / pohon lain tetapi tidak merusak / merugikan tanaman yang
ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah
akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar
udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat
aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang.
Contoh anggrek epifit antara lain : Dendrobium, Cattleya, Ondocidium,dan
Phalaenopsis.
Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada
pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi
epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti
akarudara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek
semi epifit antara lain : Epidendrum, Leila, dan Brassavola. Anggrek tanah
(anggrek terrestris) adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah.
Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari
langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain : Vanda, Renanthera, Arachnis
dan Aranthera. Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media
yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit ini dalam
pertumbuhannya membutuhkan sedikit saja cahaya matahari. Contoh jenis ini
antara lain: Goodyera sp. Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh
pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya
matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain : Dendrobium dan Phalaenopsis.
Menurut Veloso (2010) tanaman anggrek berdasarkan pola
pertumbuhannya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan
monopodial.Anggrek tipe simpodial, adalah anggrek yang tidak memiliki
batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak
tanaman yang tumbuh. Contoh dari jenis anggrek tipe simpodial ini antara lain
: Dendrobium sp, Cattleya s, Oncidium sp, dan Cymbidium sp. Anggrek tipe
simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial, adalah
anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang. Bunga
ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh dari jenis anggrek
tipe monopodial antara lain : Vanda sp, Arachnis sp, Renanthera sp,
Phalaenopsis sp, dan Aranthera sp.
Syarat tumbuh anggrek berbeda-beda, namun semua jenis anggrek
memerlukan aliran udara yang selalu bergerak untuk mencegah timbulnya
penyakit akibat lingkungan yang terlalu basah, menurunkan suhu udara pada
siang hari yang panas, dan membawa unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman
seperti CO2, N2, dan air. Anggrek Dendrobium membutuhkan cahaya 50-60%
dan suhu 28-30ºC dengan suhu minimal 15ºC. Lingkungan yang dikehendaki
anggrek ini tidak terlalu basah tetapi membutuhkan kelembaban yang tinggi
yaitu 65-70%. Keadaan media yang terlalu basah dapat menyebabkan tunas
atau daun menjadi busuk Pertumbuhan anggrek Dendrobium optimal pada
ketinggian kurang dari 400 mdpl walaupun pada ketinggian yang lebih tinggi
masih dapat tumbuh dan berbunga (Andarini, 2013).
Dua jenis anggrek yang digunakan dalam praktikum yaitu dendrobium
dan phalaenopsis. Klasifikasi anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Subfamili : Epidendroideae
Suku : Epidendreae
Subsuku : Dendrobiinae
Genus : Dendrobium (Widiasteoty, dkk, 2016).
Morfologi Dendrobium sp. ialah batang pendek dan membengkak dengan
tangkai menjuntai kebawah, berstruktur lunak dan memanjang, akarnya
membentuk rizoma berdaging, ujung daun bulat meruncing, bentuk daunnya
lonjong memanjang dan relatif datar serta melebar pada bagian tengah helaian
daun, tipe pertumbuhannya simpodial (Beljai, 2017).
Bunga anggrek Dendrobium biasanya biseksual yang terdiri dari dua
lingkaran. Lingkaran luar berbentuk sepal atau kelopak bunga dan lingkaran
dalam yang berbentuk petal atau mahkota bunga. Satu petalnya berdiferensiasi
menjadi labelum atau bibir (Rosmanita, 2008).
Anggrek Bulan adalah salah satu jenis anggrek alam yang memiliki
pesona sangat indah dan banyak diminati di Indonesia. Penyebarannya banyak
ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Anggrek Bulan dalam taksonomi
tumbuhan memiki klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidiales
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Spesies : Phalaenopsis amabilis L (Fauziah dkk, 2014).
Phalaenopsis memiliki tipe pertumbuhan monopodial (hanya memiliki
satu batang dan satu titik tumbuh) dan bersifat epifit. Anggrek yang bersifat
epifit umumnya menempel pada pohon. Anggrek bulan memiliki batang yang
sangat pendek. Daun anggrek bulan berbentuk jorong, tersusun rapat,
berdaging, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 7-12 cm. Bunga anggrek bulan
tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan yang bercabang yang keluar dari
pangkal batang dengan panjang hingga 1 m. Jumlah bunga pada setiap tandan
hingga 25 kuntum. Lama mekar bunga selama satu bulan dengan musim
berbunga sepanjang tahun (Sabran dkk., 2003).
Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
yang ingin ditanam karena media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara. Keadaan yang demikian memungkinkan bibit anggrek untuk
tumbuh pada media yang lebih keras hingga nantinya kuat menompang tubuh
bibit anggrek.
Moss yang mengandung 2-3% unsur N sudah lama digunakan untuk
medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang
baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Media tanam pakis
mempunyai daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, lapuk secara
perlahan-lahan, namun mengandung unsur hara yang sangat sedikit.
Akar pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat
air, aerasi dan drainase baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung
unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya (Syaifullah
dkk., 2008). Media tanam akar pakis merupakan media tumbuh yang baik
untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis. Namun bila akar pakis
yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus menerus untuk digunakan
sebagai media tanam, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.
Media pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan
dan bakteri. Walaupun sukar mengikat air dan miskin zat hara, tetapi arang
cukup baik untuk media anggrek. Di daerah penghasil kopi di Bali, banyak
tersedia kayu tanaman kopi sehingga arang dari kayu ini mempunyai potensi
dipakai media tanam anggrek. Kadaka (akar paku sarang burung) adalah
semacam media tanam anggrek yang mempunyai potensi baik karena dapat
menyimpan air dan unsur hara cukup lama serta tidak lekas melapuk. Media
tanam yang biasa digunakan yaitu pecahan genting, arang kayu dicampur
dengan cacahan akar pakis. Dendrobium, Bulbophyllum, Oncidium dan jenis
anggrek lainnya yang berakar halus, elok dilekatkan pada akar pakis yang
ringan, agak longgar atau jarang susunan seratnya, mudah dimasuki akar-akar
yang halus. Penggunaan media tanam secara kombinasi diharapkan dapat
memberikan lingkungan perakaran lebih baik disamping tersedia air dan unsur
hara bagi tanaman anggrek(Yoseva, 2014).
Secara umum aklimatisasi ialah pemindahan dari lingkungan steril (in
vitro) ke lingkungan semi steril sebelum dipindahkan ke lapang. Aklimatisasi
merupakan saat paling kritis, karena merupakan peralihan dari heterotroph
(organisme yang kebutuhan makanannya memerlukan satu atau lebih senyawa
karbon organik. Jadi makanannya tergantung pada hasil sintesis organisme
lain) ke autotroph (organisme yang dapat membuat makanan dari zat-zat
anorganik). Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi bila kurang baik dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit menjadi tidak baik bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Oleh karena itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan
saat mengeluarkan bibit dari botol antara lain: lingkungan di sekitar tempat
penanaman dengan kelembaban tinggi ± 85%, suhu berkisar antara 25o–29oC,
dan diperlukan naungan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang
masuk, serta menghindari tetesan air hujan, bibit dalam keadaan sehat dan kuat
dengan perakaran yang baik, dan bibit yang telah dikeluarkan dari botol harus
bebas dari media agar yang melekat pada bagian tanaman terutama bagian
akarnya, sebelum ditanam secara berkelompok.
Faktor-faktor penyebab kematian bibit saat aklimatisasi antara lain:
terjadinya proses transpirasi (penguapan) yang tinggi, sehingga menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya kandungan air dalam jaringan, bibit belum atau
kurang mampu untuk melakukan proses fotosintesis, busuk atau kontaminasi
oleh mikoorganisme, dan aerasi atau sirkulasi udara dan drainase yang kurang
baik.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pot
b. Paranet
c. Peralatan tanaman
2. Bahan
a. Bibit anggrek dalam botol
b. Pupuk daun
c. Arang
d. Moss
e. Pakis
f. Fungisida

D. Cara Kerja

Anda mungkin juga menyukai