Stroberi atau strawberry (Fragaria x ananassa) merupakan salah satu tanaman buah
yang berasal dari belahan bumi sub-tropika yang banyak digemari di Indonesia. Karena
berasal dari wilayah sub-tropika, maka di negara tropis seperti Indonesia stroberi baru
dapat berhasil dengan baik apabila ditanam pada ketinggian di atas 1000 m di atas
permukaan laut. Oleh karena itu wilayah pengembangan stroberi sangat terbatas, seperti
Ciwidey, Garut dan Lembang untuk wilayah Jawa Barat; Purbalingga, Karanganyar dan
Magelang untuk Jawa Tengah; Batu, Pasuruan dan Bondowoso untuk Jawa Timur,
Brastagi di Sumatera Utara, Bedugul di Bali dan Sembalun di Nusa Tenggara Barat.
Di wilayah tropis seperti Indonesia, tanaman stroberi membutuhkan suhu yang
relatif rendah untuk dapat tumbuh dan berbuah dengan baik. Kebutuhan suhu optimum
untuk pertumbuhan vegetatif berbeda dengan kebutuhan suhu optimum untuk berbunga
dan berbuah. Suhu yang relatif lebih tinggi, antara 24o – 25oC dibutuhkan untuk
perkembangan vegetatif, sementara untuk perkembangan reproduktif, suhu optimumnya
adalah 15 – 18oC. Suhu di atas 30oC mengakibatkan pertumbuhan tanaman stroberi
sangat terhambat dan tidak mungkin bisa menghasilkan bunga. Secara umum, rentang
suhu antara 15o sampai dengan 26oC adalah merupakan suhu ideal bagi tanaman stroberi
untuk berproduksi. Dengan kebutuhan suhu seperti ini maka sangat mustahil untuk dapat
mengembangkan stroberi di ruang terbuka di dataran rendah tropik. Di dataran rendah,
stroberi hanya bisa diproduksi di dalam ruang terkendali dengan menggunakan teknologi
tinggi, yang biaya operasionalnya mungkin tidak memadai dengan keuntungan yang
diberikan.
Ada dua tipe stroberi yang dibudidayakan secara komersial di dunia, yang
dibedakan berdasarkan faktor yang mempengaruhi pembungaannya, yang sangat
dipengaruhi oleh panjang hari. Tipe pertama adalah stroberi hari pendek, yang
pembungaannya dapat terjadi jika panjang hari kurang dari 14 jam. Varietas-varietas
141
introduksi stroberi yang ada di Indonesia, seperti Sweet Charlie, Chandler, Oso Grande
dan Rosalinda semuanya masuk ke dalam tipe ini. Tipe kedua adalah stroberi hari netral,
yang dapat berbunga setiap saat namun pembungaannya dikendalikan oleh suhu. Varietas
stroberi yang masuk ke dalam tipe ini adalah Selva dan Seascape, yang mungkin tidak
ditemukan di Indonesia.
Tanaman stroberi secara umum merupakan tanaman yang menyukai cahaya
matahari. Tanaman ini tumbuh optimum pada kisaran cahaya PAR (Photosynthetically
Active Radiation) sekitar 800 – 1200 µmol/m2/detik pada suhu 25oC dan konsentrasi CO2
di udara yang normal. Kondisi cahaya seperti ini untuk wilayah Indonesia yang berada di
sebelah selatan garis khatulistiwa, dapat dicapai pada bulan-bulan Nopember sampai
dengan bulan Februari. Pada suhu yang lebih tinggi, intensitas cahaya yang dibutuhkan
perlu dikurangi, seperti dengan penaungan. Namun perlu dicatat bahwa tanaman stroberi
yang ditumbuhkan dengan cahaya PAR kurang dari 700 µmol/m 2/detik, laju
fotosintesisnya akan menurun secara drastis dan gula atau tingkat kemanisan buah juga
akan berkurang. Umumnya, stroberi mempunyai tingkat kemanisan atau yang dikenal
dengan istilah soluble solid (Brix) antara 8 – 10 dengan pH sekitar 3,5. Buah stroberi
yang memiliki nilai Brix lebih tinggi dari 11 tergolong buah stroberi yang manis.
Perkembangbiakan stroberi umumnya dilakukan secara vegetatif dengan
mengambil anakan yang tumbuh dari ‘runner’ atau stolon. Anakan biasanya sudah dapat
berdiri sendiri (akarnya sudah berkembang dengan baik) untuk mengambil air dan nutrisi
setelah berumur 2 sampai 3 minggu sejak terbentuk dari stolon. Stolon keluar dari
‘crown’ atau mahkota yang ada pada ujung batang tanaman. Semakin besar ukuran
mahkota, maka semakin banyak stolon yang dapat dihasilkan. Sama halnya dengan
stolon, ‘cluster’ atau kelompok bunga juga muncul dari mahkota, sehingga jumlah cluster
yang dihasilkan juga tergantung dari ukuran mahkota. Bunga yang paling ujung
(terminal) merupakan bunga yang terbesar (king flower) yang akan membentuk buah
dengan ukuran yang terbesar pada kluster tersebut. Namun kadang-kadang dijumpai
bentuk buah yang tidak normal (tidak bulat atau lonjong) sebagai akibat dari penyerbukan
yang tidak optimal atau gangguan hama. Untuk tanaman stroberi yang ditumbuhkan di
ruang terkendali, sama seperti halnya tanaman tomat, ruang terkendalinya harus
memberikan ruang untuk angin bisa masuk tetapi dapat mencegah hama. Cara lainnya
untuk membantu penyerbukan adalah dengan memasukkan lebah madu.
Penyakit yang diakibatkan oleh virus merupakan momok bagi petani stroberi.
Penyakit virus SmoV (strawberry motle virus), virus SVBV (strawberry vein bending
142
virus), SCV (strawberry crinkle virus) dan virus SMYEV (strawberry mild yellow-edge
virus) adalah yang paling banyak dijumpai pada saat ini. Kerugian hasil yang diakibatkan
oleh penyakit yang diakibatkan oleh virus-virus ini dapat mencapai 80%. Oleh karena itu,
vektor pembawa virus yaitu aphid, harus dipastikan tidak masuk ke dalam ruang
terkendali. Oleh karena itu, model ruang terkendali ‘high tunnel’ dengan penutup atap
plastik dan dinding-dinding dari jaring nilon (< 500 mikron mesh) seperti pada tanaman
tomat, sangat cocok digunakan untuk tanaman stroberi.
Selain penyakit yang diakibatkan oleh virus, tanaman ini juga sangat rentan
terhadap jamur Phytophthora. Jamur ini biasanya tertular lewat tanah sehingga kalau
stroberi ditanam di tanah atau menggunakan media tanah, maka sterilisasi harus
dilakukan. Hasil dari beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa budidaya tanaman
stroberi tanpa menggunakan media tanah, yaitu dengan teknik bercocok tanam secara
hidroponik dengan menggunakan media tanam (substrat culture), hasilnya jauh lebih
tinggi dari tanaman yang ditanam menggunakan media tanah. Buah stroberi yang
dihasilkan dari system hidroponik juga jauh lebih bersih dari buah tanaman yang ditanam
di bedengan atau media tanah. Selain itu, biaya untuk sterilisasi media tanam tanah atau
fumigasi tanah (biasanya menggunakan metil bromida), bisa dikurangi.
Gambar 14.1. Contoh budidaya tanaman stroberi di dalam ruang terkendali secara
hidroponik dengan menggunakan sistem aliran nutrisi secara tertutup
(closed system)
144
sampai tiga tingkatan tanaman. Artinya, tanaman tidak hanya ditanam di bagian atas dari
media di dalam wadah, ada juga tanaman-tanaman yang ditanam di bagian samping dari
wadah. Sistem ini memang efisien dalam memanfaatkan ruang, tetapi agak rumit dalam
pemeliharaan, terutama dalam hal pengaturan pipa fertigasi. Sistem substrat culture yang
dibahas dalam buku ini adalah sistem budidaya secara horizontal dengan menggunakan
wadah pot atau polybag.
Sampai saat ini belum laporan yang mengatakan bahwa media tumbuh (substrat
culture) tertentu yang terbaik untuk tanaman strowberi. Banyak laporan dari beberapa
negara, seperti Jerman yang mengatakan bahwa media tumbuh tertentu, seperti peat,
memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan media lain. Namun laporan dari Florida,
Amerika Serikat mengatakan bahwa media perlite jauh lebih baik dari media pine bark
atau campuran dari peat dengan perlite (2:1). Di Australia, hasil penelitian menunjukkan
bahwa media gravel (bebatuan) memberikan hasil yang terbaik, sementara di Eropa yang
banyak menggunakan rockwool, menemukan bahwa rockwool dalam bentuk butiran lebih
baik dari batangan untuk media tumbuh stroberi. Dari hasil yang beragam tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa media tumbuh yang baik untuk tanaman stroberi adalah media
yang mempunyai komposisi aerasi yang memadai, sehingga akar tanaman memperoleh
oksigen yang cukup. Media tumbuh yang masuk katagori ini adalah rockwool butiran,
perlite dan campuran peat dengan batu apung.
Untuk memulai usaha budidaya tanaman stroberi di lingkungan terkendali dengan
sistem substrate culture, dibutuhkan beberapa persiapan. Persiapan utama adalah
bangunan ruang terkendali, yang kriterianya seperti sudah disampaikan terdahulu, seperti
mampu memberikan cahaya PAR antara 800 – 1200 µmol/m2/detik, menyediakan suhu
yang tidak terlalu tinggi atau sekitar 15o – 26oC, serta mampu melindungi tanaman dari
gangguan hama dan penyakit. Setelah ruang terkendali tersedia, pekerjaan selanjutnya
adalah menyediakan bibit sejumlah yang diperlukan, sesuai dengan ukuran ruang
terkendalinya. Tahapan persiapan bibit, persiapan sarana vertigasi, dan persiapan media
tanam akan dibahas secara terpisah. Sementara itu, kegiatan pindah tanam, pemeliharaan
tanaman dan panen juga akan dibahas setelah bagian tahapan persiapan.
B. 1. Persiapan Bibit
Bibit tanaman stroberi biasanya diperbanyak secara vegetatif dari tanaman
induk melalui ‘runner’ atau stolon yang keluar dari mahkota tanaman. Cara ini jauh
lebih cepat dari cara menghasilkan bibit melalui biji. Perbanyakan melalui biji butuh
145
waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan biji-biji stroberi menjadi bibit tanaman
yang siap untuk ditanam. Saat ini di Indonesia belum ada peraturan mengenai
pembatasan perbanyakan stroberi secara vegetatif ini. Di beberapa negara sudah ada
peraturan yang menyatakan bahwa hanya institusi atau nursery tertentu saja yang boleh
memperbanyak stroberi secara vegetatif untuk tujuan komersial. Oleh karena itu, saat
ini beberapa kemudahan dimiliki oleh petani stroberi di Indonesia, meskipun varietas-
varietas yang ditanam merupakan varietas introduksi yang dilindungi oleh peraturan di
negara asalnya, seperti Sweet Charli, Chandler dan Oso Grande.
Gambar 14.2. Gambar tanaman stroberi beserta bagian-bagiannya (kanan) dan cara
memisahkan anakan dari tanaman induk untuk dijadikan bibit
146
B. 2. Persiapan Sarana Fertigasi
Sarana fertigasi yang dibutuhkan sama seperti sarana fertigasi yang sudah
dibahas pada budidaya tanaman tomat secara hidroponik. Komponen utama dari sarana
vertigasi ini adalah: tangki atau ember untuk tempat larutan nutrisi, pompa air atau
keran air yang dilengkapi dengan alat pengatur waktu (timer) dan alat untuk
mencampu larutan stock dengan air secara otomatis sesuai dengan yang diprogramkan
(seperti terlihat dalam Gambar 4.5 pada Bab 4). Pipa-pipa utama dan pipa distribusi
ditata seperti pada budidaya tanaman tomat secara hidroponik menggunakan substrate
culture dan emitter yang digunakan untuk memasukkan larutan nutrisi ke pot tanaman
adalah emitter dengan kapasitas 4 liter/jam. Hal yang berbeda dalam hal fertigasi
dengan budidaya tanaman tomat adalah komposisi larutan hara yang dibutuhkan.
Kebutuhan nutrisi tanaman stroberi tergantung pada tahapan perkembangan
tanaman, media yang digunakan, kesehatan tanaman dan suhu udara di sekitar tempat
tumbuh tanaman. Namun secara umum kebutuhan nutrisi tanaman stroberi disajikan
pada Tabel 14.1 beserta dengan formulasi larutan untuk fase vegetatif dan pembuahan.
Tabel 14. 1. Kebutuhan nutrisi tanaman stroberi secara umum dan formulasi larutan
nutrisi untuk vase vegetatif dan pembuahan (Morgan, 2006)
Tabel 14.2. Jumlah masing-masing pupuk yang harus dilarutkan dalam 100 liter
larutan stock pada masing-masing bagian (tangki) untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman stroberi pada fase vegetatif dan fase pembuahan
Bagian (Tangki) B
Kalium Nitrat (g) 1370,2 2606,
Mono Kalium Fosfat (g) 3077,1 3924,4
Magnesium sulfat (g) 5897,8 5886,6
Mangan Sulfat (g) 80 80
Zinc sulfat (g) 11 11
Asam Borat (g) 39 39
Tembaga Sulfat (g) 3 3
Amonium Molibdat (g) 1,02 1,02
148
Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang penggunaan beberapa jenis media
tanam yang ada dan pengaruhnya terhadap hasil tanaman stroberi.
Wadah yang digunakan sebagai tempat media tanam sebaiknya adalah pot
plastik dan bukan polybag. Pot plastik dapat bertahan lebih lama dan dapat digunakan
berulang sehingga tidak terlalu banyak mengotori lingkungan dengan sampah plastik.
Pot sebaiknya didudukkan di atas alas pot yang dapat menampung kelebihan larutan
nutrsi pada saat penyiraman. Idealnya, jumlah tanaman atau pot dalam satu meter
persegi adalah 8 – 10. Jumlah ini adalah berdasarkan efisiensi penggunaan ruangan,
kecukupan cahaya bagi tanaman dan pertimbangan untuk mempermudah pemeliharaan
tanaman. Perlu disiapkan ruang yang cukup untuk melakukan kegiatan pemeliharaan
tanaman. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut maka ukuran pot harus disesuaikan
agar cukup besar untuk mendukung pertumbuhan tanaman namun dapat diakomodasi
di dalam ruangan yang ada. Media tanam yang dimasukkan ke dalam pot sekitar 80%
dari kapasitas pot pada kondisi kepadatan yang cukup.
Gambar 14.3. Gambaran kedalaman penanaman bibit tanaman stroberi pada saat pindah
tanam. Kedalaman yang optimal sangat disarankan untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal pula
150
diungkapkan sebelumnya, pertukaran udara (angin) sangat dibutuhkan untuk
menurunkan suhu udara di dalam ruang terkendali dan juga untuk membantu proses
penyerbukan. Suhu yang melebihi 25oC akan membuat proses respirasi berjalan sangat
cepat sehingga buah cepat masak namun ukuran buahnya masih kecil. Permasalahan
lainnya dengan suhu tinggi adalah rendanya soluble solid (Brix) sehingga rasa buah
akan asam. Untuk itu, konstruksi ruang terkendali dan bahan penutupnya harus mampu
membuat daun-daun tanaman tetap bergoyang terkena angin untuk menjaga suhu tetap
sejuk dan proses penyerbukan berjalan dengan baik. Pelepasan lebah madu ke dalam
ruang terkendali juga disarankan kalau penyerbukan secara alami tidak bisa berjalan
dengan baik. Sebagai kegiatan tambahan, tanaman-tanaman yang terindikasi terserang
penyakit, baik yang diakibatkan oleh virus maupun oleh jamur, kalau jumlahnya tidak
terlalu banyak, harus segera dikelurakan dari ruang terkendali. Kalau tanaman-
tanaman yang terserang cukup banyak maka langkah-langkah pengendalian secara
kimiawi harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan faktor residu yang
ditinggalkan pada buah.
B. 5. Panen
Panen merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh pengusaha atau
petani stroberi. Untuk memperoleh kualitas yang optimal, khususnya untuk
mengurangi kehilangan hasil setelah panen, maka buah stroberi sebaiknya dipanen
pada kondisi sebelum berwarna merah semuanya. Dalam tahapan perkembangan
pemasakan buah tomat, yang sudah dibahas sebelumnya, kondisi ini dijelaskan dengan
istilah ‘turning’ dengan warna buah merah jambu (pink). Buah-buah yang dipanen
pada kondisi sudah merah semuanya cenderung gampang untuk mengalami lecet atau
lebam sebagai akibat benturan, karena tekstur buah dan kulit buah sudah menjadi
sangat lembut. Buah-buah yang masih berwarna merah jambu teksturnya masih cukup
keras keras (firm) sehingga lebih tahan benturan, namun kandungan gulanya masih
lebih rendah dari yang sudah merah. Buah-buah yang akan dipasarkan dengan jarak
yang jauh dan dikemas sebaiknya dipanen pada saat fase ‘turning’ dan buah yang
dipanen untuk langsung dikonsumsi (kebun petik sendiri), dipanen pada kondisi sudah
merah semua.
Waktu yang dibutuhkan dari saat penyerbukan sampai siap panen sangat
tergantung pada suhu udara di sekitar tanaman. Secara umum, tahapan buah dengan
warna putih tercapai sekitar 21 hari setelah penyerbukan dan sampai buah merah,
151
dibutuhkan waktu sampai sekitar 40 hari. Perubahan warna pada daging buah dari
putih ke merah membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari. Proses ini, seperti
disampaikan sebelumnya, sangat ditentukan oleh suhu udara yang mempengaruhi
proses respirasi pada buah. Karena rasa merupakan hal yang sangat penting (selain
kanampakan dan ukuran), maka penentuan waktu panen menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Beberapa orang suka rasa yang manis, sehingga harus dipanen pada
kondisi yang sudah merah penuh dan daging buah lembut, namun ada juga yang
menyukai yang rasanya sedikit asam. Untuk tujuan ini maka buah sebaiknya dipanen
pada saat fase ‘turning’. Rasa manis dan kandungan fenol, yang menentukan warna
stroberi sangat dipengaruhi juga oleh faktor varietas tanaman. Aroma stroberi, yang
merupakan senyawa esther, baru muncul kalau buah sudah melewati fase ‘turning’
atau menjadi merah semua. Buah-buah yang masih berwarna putih tidak akan
menghasilkan aroma khas stroberi.
PUSTAKA ACUAN
DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa budidaya stroberi dengan sistem substrate culture lebih baik dari
sistem-sistem budidaya stoberi lainnya!
2. Jelaskan langkah-langkah budidaya tanaman stroberi secara substrate culture dari
persiapan tanam sampai panen!
3. Tipe ruang terkendali yang bagaimana yang cocok untuk tanaman stroberi dan jelaskan
mengapa demikian!
152
4. Mengapa ada perbedaan kebutuhan nutrisi tanaman stroberi pada fase vegetatif dan
fase pembuahan?
153