Anda di halaman 1dari 13

BAB 14

BUDIDAYA TANAMAN STROBERI (Fragaria x ananassa)

Kompetensi Utama: mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah praktek budidaya


tanaman stroberi secara hidroponik di dalam lingkungan terkendali serta mampu
menguraikan perbedaan kebutuhan nutrisi tanaman stroberi pada saat fase
vegetatif dan pada saat fase pembuahan.

Stroberi atau strawberry (Fragaria x ananassa) merupakan salah satu tanaman buah
yang berasal dari belahan bumi sub-tropika yang banyak digemari di Indonesia. Karena
berasal dari wilayah sub-tropika, maka di negara tropis seperti Indonesia stroberi baru
dapat berhasil dengan baik apabila ditanam pada ketinggian di atas 1000 m di atas
permukaan laut. Oleh karena itu wilayah pengembangan stroberi sangat terbatas, seperti
Ciwidey, Garut dan Lembang untuk wilayah Jawa Barat; Purbalingga, Karanganyar dan
Magelang untuk Jawa Tengah; Batu, Pasuruan dan Bondowoso untuk Jawa Timur,
Brastagi di Sumatera Utara, Bedugul di Bali dan Sembalun di Nusa Tenggara Barat.
Di wilayah tropis seperti Indonesia, tanaman stroberi membutuhkan suhu yang
relatif rendah untuk dapat tumbuh dan berbuah dengan baik. Kebutuhan suhu optimum
untuk pertumbuhan vegetatif berbeda dengan kebutuhan suhu optimum untuk berbunga
dan berbuah. Suhu yang relatif lebih tinggi, antara 24o – 25oC dibutuhkan untuk
perkembangan vegetatif, sementara untuk perkembangan reproduktif, suhu optimumnya
adalah 15 – 18oC. Suhu di atas 30oC mengakibatkan pertumbuhan tanaman stroberi
sangat terhambat dan tidak mungkin bisa menghasilkan bunga. Secara umum, rentang
suhu antara 15o sampai dengan 26oC adalah merupakan suhu ideal bagi tanaman stroberi
untuk berproduksi. Dengan kebutuhan suhu seperti ini maka sangat mustahil untuk dapat
mengembangkan stroberi di ruang terbuka di dataran rendah tropik. Di dataran rendah,
stroberi hanya bisa diproduksi di dalam ruang terkendali dengan menggunakan teknologi
tinggi, yang biaya operasionalnya mungkin tidak memadai dengan keuntungan yang
diberikan.
Ada dua tipe stroberi yang dibudidayakan secara komersial di dunia, yang
dibedakan berdasarkan faktor yang mempengaruhi pembungaannya, yang sangat
dipengaruhi oleh panjang hari. Tipe pertama adalah stroberi hari pendek, yang
pembungaannya dapat terjadi jika panjang hari kurang dari 14 jam. Varietas-varietas

141
introduksi stroberi yang ada di Indonesia, seperti Sweet Charlie, Chandler, Oso Grande
dan Rosalinda semuanya masuk ke dalam tipe ini. Tipe kedua adalah stroberi hari netral,
yang dapat berbunga setiap saat namun pembungaannya dikendalikan oleh suhu. Varietas
stroberi yang masuk ke dalam tipe ini adalah Selva dan Seascape, yang mungkin tidak
ditemukan di Indonesia.
Tanaman stroberi secara umum merupakan tanaman yang menyukai cahaya
matahari. Tanaman ini tumbuh optimum pada kisaran cahaya PAR (Photosynthetically
Active Radiation) sekitar 800 – 1200 µmol/m2/detik pada suhu 25oC dan konsentrasi CO2
di udara yang normal. Kondisi cahaya seperti ini untuk wilayah Indonesia yang berada di
sebelah selatan garis khatulistiwa, dapat dicapai pada bulan-bulan Nopember sampai
dengan bulan Februari. Pada suhu yang lebih tinggi, intensitas cahaya yang dibutuhkan
perlu dikurangi, seperti dengan penaungan. Namun perlu dicatat bahwa tanaman stroberi
yang ditumbuhkan dengan cahaya PAR kurang dari 700 µmol/m 2/detik, laju
fotosintesisnya akan menurun secara drastis dan gula atau tingkat kemanisan buah juga
akan berkurang. Umumnya, stroberi mempunyai tingkat kemanisan atau yang dikenal
dengan istilah soluble solid (Brix) antara 8 – 10 dengan pH sekitar 3,5. Buah stroberi
yang memiliki nilai Brix lebih tinggi dari 11 tergolong buah stroberi yang manis.
Perkembangbiakan stroberi umumnya dilakukan secara vegetatif dengan
mengambil anakan yang tumbuh dari ‘runner’ atau stolon. Anakan biasanya sudah dapat
berdiri sendiri (akarnya sudah berkembang dengan baik) untuk mengambil air dan nutrisi
setelah berumur 2 sampai 3 minggu sejak terbentuk dari stolon. Stolon keluar dari
‘crown’ atau mahkota yang ada pada ujung batang tanaman. Semakin besar ukuran
mahkota, maka semakin banyak stolon yang dapat dihasilkan. Sama halnya dengan
stolon, ‘cluster’ atau kelompok bunga juga muncul dari mahkota, sehingga jumlah cluster
yang dihasilkan juga tergantung dari ukuran mahkota. Bunga yang paling ujung
(terminal) merupakan bunga yang terbesar (king flower) yang akan membentuk buah
dengan ukuran yang terbesar pada kluster tersebut. Namun kadang-kadang dijumpai
bentuk buah yang tidak normal (tidak bulat atau lonjong) sebagai akibat dari penyerbukan
yang tidak optimal atau gangguan hama. Untuk tanaman stroberi yang ditumbuhkan di
ruang terkendali, sama seperti halnya tanaman tomat, ruang terkendalinya harus
memberikan ruang untuk angin bisa masuk tetapi dapat mencegah hama. Cara lainnya
untuk membantu penyerbukan adalah dengan memasukkan lebah madu.
Penyakit yang diakibatkan oleh virus merupakan momok bagi petani stroberi.
Penyakit virus SmoV (strawberry motle virus), virus SVBV (strawberry vein bending
142
virus), SCV (strawberry crinkle virus) dan virus SMYEV (strawberry mild yellow-edge
virus) adalah yang paling banyak dijumpai pada saat ini. Kerugian hasil yang diakibatkan
oleh penyakit yang diakibatkan oleh virus-virus ini dapat mencapai 80%. Oleh karena itu,
vektor pembawa virus yaitu aphid, harus dipastikan tidak masuk ke dalam ruang
terkendali. Oleh karena itu, model ruang terkendali ‘high tunnel’ dengan penutup atap
plastik dan dinding-dinding dari jaring nilon (< 500 mikron mesh) seperti pada tanaman
tomat, sangat cocok digunakan untuk tanaman stroberi.
Selain penyakit yang diakibatkan oleh virus, tanaman ini juga sangat rentan
terhadap jamur Phytophthora. Jamur ini biasanya tertular lewat tanah sehingga kalau
stroberi ditanam di tanah atau menggunakan media tanah, maka sterilisasi harus
dilakukan. Hasil dari beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa budidaya tanaman
stroberi tanpa menggunakan media tanah, yaitu dengan teknik bercocok tanam secara
hidroponik dengan menggunakan media tanam (substrat culture), hasilnya jauh lebih
tinggi dari tanaman yang ditanam menggunakan media tanah. Buah stroberi yang
dihasilkan dari system hidroponik juga jauh lebih bersih dari buah tanaman yang ditanam
di bedengan atau media tanah. Selain itu, biaya untuk sterilisasi media tanam tanah atau
fumigasi tanah (biasanya menggunakan metil bromida), bisa dikurangi.

A. Budidaya Tanaman Stroberi di Dalam Ruang Terkendali


Budidaya tanaman stroberi di dalam ruang terkendali umumnya dilakukan dengan
dua sistem, yaitu sistem aliran nutrisi terbuka (menggunakan media tanam) dan sistem
aliran nutrisi tertutup (tanpa menggunakan media tanam). Pada sistem yang terbuka,
media tanam yang digunakan sangat beragam, ada yang berasal dari bahan organik dan
ada juga dari bahan anorganik. B organik yang biasa digunakan untuk media tanam
stroberi adalah sekam, coco fibre (serat kulit buah kelapa), dan pine bark (rajangan kayu).
Media tanam ini harus disterilisasi terlebih dahulu, biasanya dengan cara mengalirkan uap
panas (steaming) atau dimasukkan ke dalam aoutoclave. Sterilisasi ini dimaksudkan
untuk membunuh pathogen tular tanah, khususnya Phytophthora. Media anorganik yang
saat ini banyak dipakai untuk bertanam stroberi dengan sistem hidroponik adalah
rockwool dan perlite. Media ini tidak perlu disterilisasi sebelum digunakan, kecuali media
tersebut digunakan kembali setelah dipakai pada pertanaman sebelumnya.
Teknologi hidroponik stroberi dengan sistem aliran nutrisi yang tertutup biasanya
menggunakan Nutrient Film Technique (NFT). Metoda NFT yang digunakan sama
seperti pada tanaman selada, hanya yang membedakan adalah komposisi larutan
143
nutrisinya. Dalam produksi secara komersial, sistem NFT kurang diminati untuk
dikembangkan dibandingkan dengan sistem yang menggunakan substrat culture karena
persoalan penyakit. Tanaman stroberi yang ditanam secara hidroponik menggunakan
sistem NFT sering dilaporkan terserang penyakit yang diakibatkan oleh Phytophthora.
Oleh karena itu, larutan nutrisi yang sudah terpakai dan ditampung di bak atau tangki
penampung, selain harus disesuaikan pH dan ECnya, larutan ini juga harus sering
disterilisasi menggunakan cahaya ultra violet dan kandungan oksigennya harus tetap
diperkaya. Kalau tidak, setiap empat minggu sekalai larutan nutrisi tanaman harus diganti
untuk menghindari potensi penyakit yang diakibatkan oleh Phytophthora. Dengan
aktivitas seperti ini, biaya produksi tanaman stroberi dengan menggunakan sistem NFT
menjadi cukup tinggi dan kontaminasi lingkungan sebagai akibat pembuangan larutan
nutrisi ini juga sangat tinggi. Hasil beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
budidaya stroberi dengan sistem hidroponik yang menggunakan substrat culture hasilnya
lebih tinggi dari yang menggunakan NFT. Contoh budidaya stroberi dengan
menggunakan sistem NFT disajikan pada Gambar 14.1. Pada bagian selanjutnya dari bab
ini akan dibahas budidaya tanaman stroberi secara hidroponik dengan sistem substrat
culture.

Gambar 14.1. Contoh budidaya tanaman stroberi di dalam ruang terkendali secara
hidroponik dengan menggunakan sistem aliran nutrisi secara tertutup
(closed system)

B. Budidaya Tanaman Stroberi Dengan Sistem Substrat Culture


Sistem ini sudah banyak digunakan dalam produksi stroberi secara komersial di
Indonesia. Selain penanaman secara horizontal, dengan menggunakan pot, ember atau
polybag, sering juga dilakukan penanaman secara vertikal dengan menggunakan karung.
Penanaman secara vertikal yang dimaksud adalah di dalam satu wadah dapat diisi dua

144
sampai tiga tingkatan tanaman. Artinya, tanaman tidak hanya ditanam di bagian atas dari
media di dalam wadah, ada juga tanaman-tanaman yang ditanam di bagian samping dari
wadah. Sistem ini memang efisien dalam memanfaatkan ruang, tetapi agak rumit dalam
pemeliharaan, terutama dalam hal pengaturan pipa fertigasi. Sistem substrat culture yang
dibahas dalam buku ini adalah sistem budidaya secara horizontal dengan menggunakan
wadah pot atau polybag.
Sampai saat ini belum laporan yang mengatakan bahwa media tumbuh (substrat
culture) tertentu yang terbaik untuk tanaman strowberi. Banyak laporan dari beberapa
negara, seperti Jerman yang mengatakan bahwa media tumbuh tertentu, seperti peat,
memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan media lain. Namun laporan dari Florida,
Amerika Serikat mengatakan bahwa media perlite jauh lebih baik dari media pine bark
atau campuran dari peat dengan perlite (2:1). Di Australia, hasil penelitian menunjukkan
bahwa media gravel (bebatuan) memberikan hasil yang terbaik, sementara di Eropa yang
banyak menggunakan rockwool, menemukan bahwa rockwool dalam bentuk butiran lebih
baik dari batangan untuk media tumbuh stroberi. Dari hasil yang beragam tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa media tumbuh yang baik untuk tanaman stroberi adalah media
yang mempunyai komposisi aerasi yang memadai, sehingga akar tanaman memperoleh
oksigen yang cukup. Media tumbuh yang masuk katagori ini adalah rockwool butiran,
perlite dan campuran peat dengan batu apung.
Untuk memulai usaha budidaya tanaman stroberi di lingkungan terkendali dengan
sistem substrate culture, dibutuhkan beberapa persiapan. Persiapan utama adalah
bangunan ruang terkendali, yang kriterianya seperti sudah disampaikan terdahulu, seperti
mampu memberikan cahaya PAR antara 800 – 1200 µmol/m2/detik, menyediakan suhu
yang tidak terlalu tinggi atau sekitar 15o – 26oC, serta mampu melindungi tanaman dari
gangguan hama dan penyakit. Setelah ruang terkendali tersedia, pekerjaan selanjutnya
adalah menyediakan bibit sejumlah yang diperlukan, sesuai dengan ukuran ruang
terkendalinya. Tahapan persiapan bibit, persiapan sarana vertigasi, dan persiapan media
tanam akan dibahas secara terpisah. Sementara itu, kegiatan pindah tanam, pemeliharaan
tanaman dan panen juga akan dibahas setelah bagian tahapan persiapan.

B. 1. Persiapan Bibit
Bibit tanaman stroberi biasanya diperbanyak secara vegetatif dari tanaman
induk melalui ‘runner’ atau stolon yang keluar dari mahkota tanaman. Cara ini jauh
lebih cepat dari cara menghasilkan bibit melalui biji. Perbanyakan melalui biji butuh
145
waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan biji-biji stroberi menjadi bibit tanaman
yang siap untuk ditanam. Saat ini di Indonesia belum ada peraturan mengenai
pembatasan perbanyakan stroberi secara vegetatif ini. Di beberapa negara sudah ada
peraturan yang menyatakan bahwa hanya institusi atau nursery tertentu saja yang boleh
memperbanyak stroberi secara vegetatif untuk tujuan komersial. Oleh karena itu, saat
ini beberapa kemudahan dimiliki oleh petani stroberi di Indonesia, meskipun varietas-
varietas yang ditanam merupakan varietas introduksi yang dilindungi oleh peraturan di
negara asalnya, seperti Sweet Charli, Chandler dan Oso Grande.

Gambar 14.2. Gambar tanaman stroberi beserta bagian-bagiannya (kanan) dan cara
memisahkan anakan dari tanaman induk untuk dijadikan bibit

Untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif, tanaman induk yang terpilih


haruslah terbebas dari berbagai macam penyakit tanaman. Stolon yang tumbuh dari
mahkota akan menghasilkan tunas yang nantinya berkembang menjadi anakan. Untuk
tujuan perbanyakan, tunas yang tumbuh ini kemudian didudukkan di atas media
pembibitan (boleh yang berbahan organik asal steril) yang ditempatkan dalam polybag
pembibitan atau gelas air bekas, seperti diilustrasikan pada Gambar 14.2. Anakan ini
kemudian disapih dari tanaman induknya setelah berumur dua sampai tiga minggu,
dengan kondisi perakaran yang cukup memadai untuk tumbuh mandiri. Namun
seringkali pada saat mau memulai bertanam stroberi di ruang terkendali akan lebih
mudah untuk membeli bibit dari nursery terdekat. Kriteria yang perlu diperhatikan
untuk bibit yang dibeli adalah: harus terbebas dari penyakit, daun hijau segar dan
ukuran mahkota yang cukup besar (diameter sekitar 1 cm). Semakin besar mahkota,
semakin banyak cluster bunga yang dapat dihasilkan.

146
B. 2. Persiapan Sarana Fertigasi
Sarana fertigasi yang dibutuhkan sama seperti sarana fertigasi yang sudah
dibahas pada budidaya tanaman tomat secara hidroponik. Komponen utama dari sarana
vertigasi ini adalah: tangki atau ember untuk tempat larutan nutrisi, pompa air atau
keran air yang dilengkapi dengan alat pengatur waktu (timer) dan alat untuk
mencampu larutan stock dengan air secara otomatis sesuai dengan yang diprogramkan
(seperti terlihat dalam Gambar 4.5 pada Bab 4). Pipa-pipa utama dan pipa distribusi
ditata seperti pada budidaya tanaman tomat secara hidroponik menggunakan substrate
culture dan emitter yang digunakan untuk memasukkan larutan nutrisi ke pot tanaman
adalah emitter dengan kapasitas 4 liter/jam. Hal yang berbeda dalam hal fertigasi
dengan budidaya tanaman tomat adalah komposisi larutan hara yang dibutuhkan.
Kebutuhan nutrisi tanaman stroberi tergantung pada tahapan perkembangan
tanaman, media yang digunakan, kesehatan tanaman dan suhu udara di sekitar tempat
tumbuh tanaman. Namun secara umum kebutuhan nutrisi tanaman stroberi disajikan
pada Tabel 14.1 beserta dengan formulasi larutan untuk fase vegetatif dan pembuahan.

Tabel 14. 1. Kebutuhan nutrisi tanaman stroberi secara umum dan formulasi larutan
nutrisi untuk vase vegetatif dan pembuahan (Morgan, 2006)

Formulasi larutan nutrisi


Elemen Kebutuhan Fase vegetatif Fase pembuahan
(mg/l) (ppm) (ppm)
N 175 207 182
P 87 65 82
K 335 184 301
Mg 58 58 58
Ca 127 221 148
S 77 77 77
Fe 6,5 6,50 6,5
Mn 2,6 2,56 2,56
Zn 0,25 0,25 0,25
B 0,70 0,70 0,70
Cu 0,07 0,07 0,07
Mo 0,05 0,05 0,05
.
Dari Tabel 14.1 jelas terlihat bahwa kebutuhan akan elemen atau unsur N dan C
menurun pada fase pembuahan namun kebutuhan akan P dan K meningkat guna
menjamin kualitas buah yang prime. Formulasi larutan yang digunakan mempunyai
pH 5,8 dengan EC 2,0 mS/cm. Pada masa pembuahan EC larutan tidak boleh kurang
dari 1,6 mS/cm agar kualitas buah tetap baik. Untuk itu, EC larutan harus sering
147
diperiksa (minimal tiga minggu sekali) untuk tetap menjaga konsentrasi masing-
masing elemen pada kondisi optimum yang dibutuhkan oleh tanaman stroberi. Hal lain
yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa suhu larutan perlu dijaga sekitar 24 oC,
khsusnya kalau menggunakan sistem NFT. Namun pada sistem substrate culture juga
penting agar larutan nutrisi tidak menurunkan suhu media yang dapat menghambat
kemampuan akar dalam mengambil unsur hara. Untuk dapat menghasilkan larutan
nutrisi seperti yang direkomendasikan pada Tabel 14.1, jumlah masing-masing pupuk
yang harus dilarutkan dalam 100 liter larutan stock adalah seperti yang ditampilkan
pada Tabel 14.2 (Morgan, 2005).

Tabel 14.2. Jumlah masing-masing pupuk yang harus dilarutkan dalam 100 liter
larutan stock pada masing-masing bagian (tangki) untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman stroberi pada fase vegetatif dan fase pembuahan

Jenis Pupuk Fase Vegetatif Fase Pembuahan


Bagian (Tangki) A
Kalsium Nitrat (g) 11035,6 7401,6
Kalium Nitrat (g) 1370,2 2606,2
EDTH (13%) (g) 500 500

Bagian (Tangki) B
Kalium Nitrat (g) 1370,2 2606,
Mono Kalium Fosfat (g) 3077,1 3924,4
Magnesium sulfat (g) 5897,8 5886,6
Mangan Sulfat (g) 80 80
Zinc sulfat (g) 11 11
Asam Borat (g) 39 39
Tembaga Sulfat (g) 3 3
Amonium Molibdat (g) 1,02 1,02

B. 3. Persiapan Media Tanam


Kegiatan persiapan lainnya yang harus dilakukan adalah menyiapkan media
tanam untuk tanaman stroberi. Seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa media
perlite dan rockwool dalam bentuk butiran menunjukkan hasil yang baik untuk
tanaman stroberi. Untuk usaha komersial dengan omset dan target pasar yang besar,
maka media ini perlu untuk dipertimbangkan penggunaannya. Bagi pemula, media
lokal yang tersedia seperti campuran antara peat dengan batu apung (2:1) dapat
digunakan asalkan telah dilakukan proses sterilisasi. Ada juga media tanam (potting
mix) yang dijual sudah jadi seperti campuran antara cacahan kayu dengan batu apung.

148
Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang penggunaan beberapa jenis media
tanam yang ada dan pengaruhnya terhadap hasil tanaman stroberi.
Wadah yang digunakan sebagai tempat media tanam sebaiknya adalah pot
plastik dan bukan polybag. Pot plastik dapat bertahan lebih lama dan dapat digunakan
berulang sehingga tidak terlalu banyak mengotori lingkungan dengan sampah plastik.
Pot sebaiknya didudukkan di atas alas pot yang dapat menampung kelebihan larutan
nutrsi pada saat penyiraman. Idealnya, jumlah tanaman atau pot dalam satu meter
persegi adalah 8 – 10. Jumlah ini adalah berdasarkan efisiensi penggunaan ruangan,
kecukupan cahaya bagi tanaman dan pertimbangan untuk mempermudah pemeliharaan
tanaman. Perlu disiapkan ruang yang cukup untuk melakukan kegiatan pemeliharaan
tanaman. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut maka ukuran pot harus disesuaikan
agar cukup besar untuk mendukung pertumbuhan tanaman namun dapat diakomodasi
di dalam ruangan yang ada. Media tanam yang dimasukkan ke dalam pot sekitar 80%
dari kapasitas pot pada kondisi kepadatan yang cukup.

B. 4. Pindah Tanam dan Pemeliharaan Tanaman


Setelah semua pot yang berisi media tanam siap, kegiatan selanjutnya adalah
melakukan pindah tanam. Bibit tanaman yang sudah dipersiapkan sebaiknya
dipindahkan pada sore hari untuk mengurangi transpirasi yang terlalu tinggi sesaat
setelah pindah tanam. Bibit dengan medianya diangkat dari wadah tempat pembibitan
(polybag atau gelas air bekas) dan dimasukkan ke dalam media tanam. Untuk cara ini,
sebaiknya media yang digunakan untuk menumbuhkan bibit harus sama dengan media
tanam. Namun kalau ukuran media tempat pembibitan terlalu besar, bibit dapat
dipindah tanam dengan kondisi akar telanjang. Media tumbuh dibersihkan terlebih
dahulu dari akar bibit tanaman dengan cara menyiram dengan air bersih. Hal yang
penting untuk diperhatikan pada saat pindah tanam ini adalah kedalaman penanaman
bibit pada media tanam. Penanaman yang terlalu dalam dapat membuat bibit tanaman
menjadi busuk dan terlalu dangkal dapat membuat akar tanaman kurang optimal untuk
mengambil larutan nutrisi. Gambar 14.3 dapat dijadikan pedoman dalam menentukan
kedalaman penanam bibit stroberi.
Segera setelah semua bibit tertanam di dalam pot-pot penanaman, kegiatan
penyiraman atau fertigasi dapat dilakukan. Pada saat penyiraman pertama, perlu
dilakukan pengamatan yang seksama tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk membuat media tanam menjadi cukup lembab (ada tetesan air keluar dari
149
lubang-lubang pembuangan pot). Pengairan segera dihentikan setelah ada air yang
menetes. Hal selanjutnya yang harus diperhatikan kaitannya dengan pengairan adalah,
kapan pengairan selanjutnya harus diberikan tanpa harus membuat bibit tanaman yang
baru pindah tanam mengalami stress. Semua ini sangat tergantung dari kondisi
lingkungan, seperti intensitas cahaya matahari dan suhu. Untuk itu perlu dicatat
kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan serta kondisi lingkungan kaitannya dengan
pengairan untuk dijadikan acuan pada kegiatan di masa yang akan datang.

Gambar 14.3. Gambaran kedalaman penanaman bibit tanaman stroberi pada saat pindah
tanam. Kedalaman yang optimal sangat disarankan untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal pula

Setelah tanaman tumbuh, yang perlu diperhatikan adalah mengelola hubungan


antara lubuk dengan sumber (sink and source) dari tanaman. Seperti dimaklumi, bunga
dan buah stroberi yang baru terbentuk merupakan kekuatan lubuk yang sangat besar,
yang harus dipenuhi kebutuhan karbohidratnya untuk dapat menghasilkan hasil
tanaman yang tinggi. Buah-buah yang dihasilkan oleh tanaman stroberi menggunakan
sekitar 25 sampai 40% dari total karbon tanaman. Daun-daun tanaman stroberi sebagai
sumber, hanya mampu memberikan 25% dari total kebutuhan karbohidrat untuk
pembentukan buah. Sisa kebutuhan karbohidrat yang 75% diperoleh dari mahkota
tanaman dan akar-akat tanaman. Oleh karena itu sangat penting untuk memilih bibit
dengan ukuran mahkota yang besar dan perakaran yang baik. Di pertanaman, sebelum
tanaman menghasilkan mahkota yang cukup besar dan perakaran yang luas, maka
bunga-bunga yang terbentuk harus dihilangkan. Buah-buah yang dihasilkan oleh
tanaman yang kecil maka ukuran buahnya juga kecil.
Setelah ukuran tanaman cukup besar untuk menghasilkan buah, selanjutnya
cluster bunga yang terbentuk dibiarkan tumbuh untuk menjadi buah. Seperti sudah

150
diungkapkan sebelumnya, pertukaran udara (angin) sangat dibutuhkan untuk
menurunkan suhu udara di dalam ruang terkendali dan juga untuk membantu proses
penyerbukan. Suhu yang melebihi 25oC akan membuat proses respirasi berjalan sangat
cepat sehingga buah cepat masak namun ukuran buahnya masih kecil. Permasalahan
lainnya dengan suhu tinggi adalah rendanya soluble solid (Brix) sehingga rasa buah
akan asam. Untuk itu, konstruksi ruang terkendali dan bahan penutupnya harus mampu
membuat daun-daun tanaman tetap bergoyang terkena angin untuk menjaga suhu tetap
sejuk dan proses penyerbukan berjalan dengan baik. Pelepasan lebah madu ke dalam
ruang terkendali juga disarankan kalau penyerbukan secara alami tidak bisa berjalan
dengan baik. Sebagai kegiatan tambahan, tanaman-tanaman yang terindikasi terserang
penyakit, baik yang diakibatkan oleh virus maupun oleh jamur, kalau jumlahnya tidak
terlalu banyak, harus segera dikelurakan dari ruang terkendali. Kalau tanaman-
tanaman yang terserang cukup banyak maka langkah-langkah pengendalian secara
kimiawi harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan faktor residu yang
ditinggalkan pada buah.

B. 5. Panen
Panen merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh pengusaha atau
petani stroberi. Untuk memperoleh kualitas yang optimal, khususnya untuk
mengurangi kehilangan hasil setelah panen, maka buah stroberi sebaiknya dipanen
pada kondisi sebelum berwarna merah semuanya. Dalam tahapan perkembangan
pemasakan buah tomat, yang sudah dibahas sebelumnya, kondisi ini dijelaskan dengan
istilah ‘turning’ dengan warna buah merah jambu (pink). Buah-buah yang dipanen
pada kondisi sudah merah semuanya cenderung gampang untuk mengalami lecet atau
lebam sebagai akibat benturan, karena tekstur buah dan kulit buah sudah menjadi
sangat lembut. Buah-buah yang masih berwarna merah jambu teksturnya masih cukup
keras keras (firm) sehingga lebih tahan benturan, namun kandungan gulanya masih
lebih rendah dari yang sudah merah. Buah-buah yang akan dipasarkan dengan jarak
yang jauh dan dikemas sebaiknya dipanen pada saat fase ‘turning’ dan buah yang
dipanen untuk langsung dikonsumsi (kebun petik sendiri), dipanen pada kondisi sudah
merah semua.
Waktu yang dibutuhkan dari saat penyerbukan sampai siap panen sangat
tergantung pada suhu udara di sekitar tanaman. Secara umum, tahapan buah dengan
warna putih tercapai sekitar 21 hari setelah penyerbukan dan sampai buah merah,
151
dibutuhkan waktu sampai sekitar 40 hari. Perubahan warna pada daging buah dari
putih ke merah membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari. Proses ini, seperti
disampaikan sebelumnya, sangat ditentukan oleh suhu udara yang mempengaruhi
proses respirasi pada buah. Karena rasa merupakan hal yang sangat penting (selain
kanampakan dan ukuran), maka penentuan waktu panen menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Beberapa orang suka rasa yang manis, sehingga harus dipanen pada
kondisi yang sudah merah penuh dan daging buah lembut, namun ada juga yang
menyukai yang rasanya sedikit asam. Untuk tujuan ini maka buah sebaiknya dipanen
pada saat fase ‘turning’. Rasa manis dan kandungan fenol, yang menentukan warna
stroberi sangat dipengaruhi juga oleh faktor varietas tanaman. Aroma stroberi, yang
merupakan senyawa esther, baru muncul kalau buah sudah melewati fase ‘turning’
atau menjadi merah semua. Buah-buah yang masih berwarna putih tidak akan
menghasilkan aroma khas stroberi.

PUSTAKA ACUAN

Akhatou, I.; A. Fernándes-Recamales, 2014. Nutritional and nutraceutical quality of


strawbrries in relation to harvest time and crop conditions. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 62: 5749-5760.
Hanif, Z. and H. Azhari, 2011. Sebaran Stroberi (Fragaria x ananassa) di Indonesia.
Balitjero, Malang.
Morgan, L., 2006. Hydroponic Strawberry Production. A Technical Guide to the
Hydroponic Production of Strawberries. Suntec New Zealand Ltd. 120p.
Rowley, D.; B. Black; and D. Frost, 2010. High Tunnel Strawberry Production.
Horticulture. Utah State University Coooperative Extension.

DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa budidaya stroberi dengan sistem substrate culture lebih baik dari
sistem-sistem budidaya stoberi lainnya!
2. Jelaskan langkah-langkah budidaya tanaman stroberi secara substrate culture dari
persiapan tanam sampai panen!
3. Tipe ruang terkendali yang bagaimana yang cocok untuk tanaman stroberi dan jelaskan
mengapa demikian!

152
4. Mengapa ada perbedaan kebutuhan nutrisi tanaman stroberi pada fase vegetatif dan
fase pembuahan?

153

Anda mungkin juga menyukai