Anda di halaman 1dari 14

ACARA I

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN


BEBERAPA VARIETAS TANAMAN ANGGREK

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : Rabu, 28 Agustus 2019
Tempat : Kebun Praktek Wedomartani Fakultas Pertanian UPN “Veteran”
: Yogyakarta

B. Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekkan cara budidaya anggrek dalam
pot/kompot.
2. Mengkaji pemilihan media tanam dan pupuk untuk pertumbuhan tanaman.

C. Tinjauan Pustaka
Dendrobium berasal dari kata “dendros” yang berarti pohon dan
“bios” yang berarti hidup. Dendrobium dapat diartikan sebagai anggrek yang
tumbuh di pohon yang masih hidup. Anggrek ini memiliki sekitar 1.400
spesies yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya Jepang, Cina, India,
Semenanjung Malaka, Indonesia, Pulau Papua, dan Australia (Parnata, 2005).
Secara umum sistematika tanaman anggrek Dendrobium menurut
Yusnita (2010), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium antenatum.

1
2

Bunga tanaman anggrek Dendrobium sp. (var. Spectabile) mulai


muncul mencapai 7,5 cm memasuki musim semi. Tanaman Dendrobium sp.
(var. Spectabile) banyak ditemukan di daerah Papua dan New Guinea serta
Kepulauan Solomon. Biasanya tanaman ini dapat tumbuh pada suhu yang
agak hangat dengan cahaya yang menyinari medium dan biasanya tumbuh
dengan baik pada musim hujan. Secara umum, bunga Dendrobium sp.
memiliki struktur bunga yang panjang dan agak lancip dengan ujung bunga
memuntir dan arah yang lurus serta tegap. Warnanya beraneka ragam.
Anggrek Dendrobium sp. (var. Spectabile) warna daunnya merah muda ,
struktur bunga sedikit memuntir, duduk bunga seperti corong, berseling, dan
hampir tumpang-tindih. Sedangkan morfologi bunga Dendrobum sp. (var.
Discolor) lebih banyak menampakkan wama coklat kemerahan, dengan
struktur daun hampir seluruhnya memuntir, umumnya bunga terdiri dari 6
helai dan berwarna kuning coklat. Banyak orang yang lebih menyukai dan
memesan Dendrobium sp. (var. Discolor) dibandingkan Dendrobium sp. (var
Spectabile).
Tanaman anggrek mempunyai banyak habitat di alam seperti, secara
terestrial, epifit, litofit, semi-aquatik. Anggrek terestrial hidup di media tanah
dan membutuhkan cahaya matahari penuh atau hampir penuh agar tumbuh
dan berkembang dengan baik. Anggrek epifit tumbuh menempel pada
tumbuhan lain, tetapi tidak merugikan tanaman tempat tumbuhnya. Anggrek
ini membutuhkan naungan yang tingkatannya tergantung pada genusnya.
Anggrek litofit tumbuh di bebatuan, umumnya tahan terhadap cahaya
matahari penuh, hujan lebat, dan angin kencang. Anggrek saprofit tumbuh
dan mendapatkan nutrisi dari sisa-sisa tanaman yang mati dan telah menjadi
humus (Yusnita, 2010).
Anggrek Dendrobium hidup menempel di pepohonan dan bersifat
epifit. Selain itu, anggrek Dendrobium cocok untuk tempat dengan altitude
yang tidak terlalu tinggi dari permukaan air laut, misalnya 50-400 mdpl.
Anggrek Dendrobium memerlukan intensitas cahaya relatif lebih tinggi, yaitu
2.000-6.000 food candle. Serta suhu optimal yang dibutuhkan oleh anggrek
3

Dendrobium antara 15-30 oC dan kelembaban udara antara 40%-50%. Salah


satu jenis anggrek yang populer adalah genus Phalaenopsis atau lebih dikenal
dengan anggrek bulan. Ciri khusus Phalaenopsis adalah bentuk bunganya
yang lebih besar dengan warna yang bervariasi dan mekarnya bunga yang
lebih lama dibandingkan jenis anggrek lain. Keindahan Phalaenopsis tidak
diikuti dengan ketersediaannya di alam dan semakin jarang, sehingga perlu
dilakukan tindakan perbanyakan untuk melestarikannya (Jenny &
Rondonuwu, 2009).
Menurut Tjitrosoepomo (2012), Phalaenopsis amabilis
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Familia : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Species : Phalaenopsis amabilis
Bunga pada tanaman anggrek umumnya memiliki tiga buah sepalum
atau daun kelopak bunga. Satu buah sepalum yang terletak di punggung
dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsal. Dua lainnya
dinamakan daun kelopak samping atau sepala literalia. Daun mahkota atau
petala pada tanaman anggrek berjumlah dua. Letak antara petala yakni
berseling dengan sepala, dimana di antara kedua petala itu terdapat bagian
yang dinamakan petalum atau bibir bunga. Pada pusat bunga terdapat suatu
alat yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan dan betina yang menjadi satu
bagian. Alat kelamin jantan dinamakan stemona atau benang sari sedangkan
alat kelamin betina dinamakan tangkai putik atau gynosteminum
(Tjitrosoepomo, 2012).
Anggrek bulan dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan
dan umumnya hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, juga dapat berkembang
dengan baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Anggrek ini tumbuh epifit atau
4

menempel di pohon yang cukup rindang dan menyukai tempat yang teduh
serta lembab, terutama di hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000
mm/tahun. Anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-
20.000 lux) sebagai penunjang hidupnya karena tidak tahan terhadap
kekeringan. Kelembaban udara yang diperlukan rata-rata 70-80% dengan
suhu udara hangat di bawah 29 oC (Puspitaningtyas & Mursidawati, 2010).
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair, mudah sekali
larut pada tanah, dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan
tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya,
pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang
terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering. Pupuk organik cair
adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair adalah
secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian
hara, dan mampu menyediakan hara yang cepat. Dibandingkan dengan pupuk
anorganik cair, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan
tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik
cair juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke
permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman (Hadisuwito, 2007).
Media tumbuh bagi bibit merupakan lingkungan baru dalam proses
aklimatisasi. Media tumbuh yang baik bagi anggrek (family Orchidaceae)
harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak cepat melapuk dan
terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mempunyai
aerasi dan drainase yang baik secara lancar, mampu mengikat air dan zat-zat
hara secara optimal, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar,
untuk pertumbuhan anggrek dibutuhkan pH media 5-6, ramah lingkungan
serta mudah didapat dan relatif murah.
Menurut Suradinata et al. (2012), media tanam campuran sphagnum
moss dengan arang kayu memiliki daya pegang air yang paling tinggi,
sehingga kelembapan dan ketersediaan air dapat terjaga dengan baik, namun
5

penggunaan media yang memiliki daya pegang air tinggi di daerah yang
memiliki curah hujan yang tinggi akan memacu pertumbuhan jamur dan
pembusukan pada akar tanaman. Spagnum merupakan tanaman yang
memiliki nilai jual ekonomi, karena digunakan sebagai tempat
perkecambahan dan sebagai media pertumbuhan anggrek.
Media tumbuh dan teknik penanaman merupakan faktor penting
dalam proses aklimatisasi. Diperlukan media yang mempermudah
pertumbuhan akar dan menyediakan hara yang cukup bagi plantlet. Respon
pertumbuhan tanaman anggrek hitam hasil kultur in vitro berdasarkan
parameter tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan persentase hidup
menunjukkan hasil yang baik yaitu pada media moss, pakis, dan campuran
arang dan serabut kelapa, sedangkan pada media arang menunjukan hasil
yang tidak baik. Pakis yang digunakan adalah pakis yang tua. Ciri pakis tua
warnanya hitam, kering dan ringan. Pakis lebih menyerap air dibandingkan
dengan arang, maka frekuensi penyiraman dapat dikurangi, kerugiannya
apabila terlalu sering disiram pakis cepat lapuk dan mudah mengundang
cendawan.
Sabut kelapa banyak digunakan dalam penanaman bunga anggrek.
Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa tua yang dicirikan dengan
warnanya yang telah coklat. Sifat sabut kelapa mudah busuk yang artinya
anda harus lebih sering mengganti media tersebut. Pemakaian sabut kelapa di
daerah banyak hujan dan kelembabannya cukup tinggi tidak dianjurkan
karena sifatnya yang lebih menyerap air dan dapat menyebabkan kebusukan
akar pada tanaman anggrek. Umumnya anggrek lebih menyukai media
tumbuh yang berongga yang memberikan ruang respirasi yang bagus.
Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
yang ingin ditanam karena media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Keadaan yang demikian memungkinkan bibit
anggrek untuk tumbuh pada media yang lebih keras hingga nantinya kuat
menompang tubuh bibit anggrek, salah satu contohnya media arang kayu.
6

Arang kayu cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah kelembaban


tinggi. Hal ini dikarenakan arang kayu kurang mampu mengikat air dalam
jumlah banyak dan anggrek tidak suka kondisi yang terlalu basah. Selain itu,
bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur dan
cendawan yang dapat merugikan tanaman namun cenderung miskin akan
unsur hara. Akar anggrek nantinya akan melekat tumbuh di arang kayu
dengan kuat sehingga bibit anggrek bisa tumbuh tegak dalam pot.
Moss yang mengandung 2-3% unsur N sudah lama digunakan untuk
medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang
baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Serabut kelapa
mudah melapuk dan mudah busuk sehingga dapat menjadi sumber penyakit,
tetapi daya menyimpan airnya sangat baik, mengandung unsur-unsur hara
yang diperlukan tanaman, serta mudah didapat dan murah harganya.
Penggunaaan serabut kelapa sebagai media tumbuh sebaiknya memilih
serabut kelapa yang sudah tua. Media tanam pakis mempunyai daya mengikat
air, aerasi dan drainase yang baik, lapuk secara perlahan-lahan, namun
mengandung unsur hara yang sangat sedikit (Febrizawati dan Yoseva, 2014).
Menurut Muhit (2010), kompot adalah hasil perbanyakan anggrek
melalui kultur jaringan yang sudah diaklimatisasi dalam pot berjumlah 10-30
bibit tiap pot. Usaha yang dilakukan untuk tersedianya bibit ialah
mengeluarkan planlet dari dalam botol. Pada fase ini merupakan saat paling
kritis, bila tidak tepat penanganannya dapat mengakibatkan kematian. Fase ini
disebut sebagai fase aklimatisasi. Secara umum aklimatisasi ialah
pemindahan dari lingkungan steril (in vitro) ke lingkungan semi steril
sebelum dipindahkan ke lapang. Aklimatisasi merupakan saat paling kritis,
karena merupakan peralihan dari heterotrof (organisme yang kebutuhan
makanannya memerlukan satu atau lebih senyawa karbon organik, jadi
makanannya tergantung pada hasil sintesis organisme lain) ke autotrof
(organisme yang dapat membuat makanan dari zat-zat anorganik).
Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi bila kurang baik dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit menjadi tidak baik bahkan dapat
7

mengakibatkan kematian. Oleh karena itu faktor-faktor yang perlu


diperhatikan saat mengeluarkan bibit dari botol antara lain:
1. Lingkungan di sekitar tempat penanaman dengan kelembaban tinggi ±
85%, suhu berkisar antara 25o–29o C, dan diperlukan naungan untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk, serta menghindari
tetesan air hujan.
2. Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik.
3. Bibit yang telah dikeluarkan dari botol harus bebas dari media agar yang
melekat pada bagian tanaman terutama bagian akarnya, sebelum ditanam
secara berkelompok.
Faktor-faktor penyebab kematian bibit saat aklimatisasi antara lain:
1. Terjadinya proses transpirasi (penguapan) yang tinggi, sehingga
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya kandungan air dalam jaringan.
2. Bibit belum atau kurang mampu untuk melakukan proses fotosintesis.
3. Busuk atau kontaminasi oleh mikoorganisme.
4. Aerasi atau sirkulasi udara dan drainase yang kurang baik).
Perawatan merupakan kunci keberhasilan memelihara anggrek. Tanpa
pemeliharaan yang memadai mustahil tanaman tumbuh dengan baik. Ada
beberapa aspek pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman, pemupukan,
dan pengendalian hama dan penyakit. Namun, yang sangat berperan adalah
ketekunan dan kesabaran dalam menanam anggrek. Tahap-tahap yang
dilakukan dalam memelihara kompot antara lain:
1. Bibit anggrek yang baru dikeluarkan dari botol, setelah ditanam secara
berkelompok (kompot), jangan disiram kurang lebih 2 minggu.
2. Penyiraman bibit dilakukan menurut kebutuhan bibit akan air dengan
sistem pengkabutan sampai bibit berumur 3–6 bulan setelah tanam.
3. Setelah tanaman terlihat tumbuh kuat (>6 bulan bergantung jenis anggrek
dan kondisi bibit anggreknya), penyiraman dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan dengan menggunakan sprayer pada seluruh bagian tanaman.
4. Pemupukan dilakukan 2–4 minggu setelah penanaman menggunakan
pupuk majemuk dengan kandungan unsur nitrogen (N) yang lebih tinggi
8

dibandingkan unsur P dan K. Pemupukan diberikan dua kali seminggu


secara teratur dengan cara disemprotkan ke seluruh bagian tanaman,
terutama bagian bawah permukaan daun.
5. Dalam usaha mencegah serangan hama dan penyakit dilakukan
penyemprotan larutan pestisida (fungisida, bakterisida, dan insektisida)
setiap satu kali seminggu atau frekuensi penyemprotannya bergantung ada
atau tidaknya serangan.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pot
b. Ember
c. Pinset
d. Plastik
2. Bahan
a. Bibit anggrek dalam botol (Dendrobium dan Bulan)
b. Moss
c. Fungisida
d. Genting

E. Cara Kerja
1. Memilih bibit yang pertumbuhannya sehat.
2. Mengeluarkan bibit dari botol, mengisi botol dengan air kemudian
mengeluarkan bibit anggrek menggunakan pinset.
3. Mencuci bibit anggrek agar bersih dari agar-agar.
4. Merendam bibit dengan fungisida kemudian meniriskannya.
5. Menyimpan media tanam berupa 1/3 bagian bawah pot diisi dengan
pecahan genting lalu 2/3 bagian sisanya diisi dengan moss.
6. Menanam bibit anggrek ke dalam pot.
7. Menutup pot dengan plastik yang telah dilubangi dan diberi karet.
9

8. Menyusun pot pada rak-rak secara mendatar agar sirkulasi udara tetap
terjaga.
9. Melakukan penyiraman secara rutin.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil pengamatan tinggi tanaman (cm)
Dendrobium sp Phalaenopsis sp Cattleya sp Vanda sp
P
M P M+P M P M+P M P M+P M P M+P
1 3,6 5 4 4 2,7 3 3,3 5 5 3,6 3 6
2 3,3 5 4 3,6 3 4 3,8 4 5 3,1 4 5
3 3,6 6 3 4,3 2,6 6 4,6 4 5 4,6 4 7
Rerata 3,5 5,3 3,7 4 2,8 4,3 3,9 4,3 5 3,7 3,7 6
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019
Tabel 1.2 Hasil pengamatan jumlah daun (helai)
Dendrobium sp Phalaenopsis sp Cattleya sp Vanda sp
P
M P M+P M P M+P M P M+P M P M+P
1 3,6 5 4 4 2,7 3 3,3 5 5 3,6 3 6
2 3,3 5 4 3,6 3 4 3,8 4 5 3,1 4 5
3 3,6 6 3 4,3 2,6 6 4,6 4 5 4,6 4 7
Rerata 3,5 5,3 3,7 4 2,8 4,3 3,9 4,3 5 3,7 3,7 6
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019
Tabel 1.3 Hasil pengamatan jumlah akar (cabang)
Dendrobium sp Phalaenopsis sp Cattleya sp Vanda sp
P
M P M+P M P M+P M P M+P M P M+P
1 5,3 6 3 5,6 2,3 1 4,3 3 3 2,6 3 3
2 5 6 5 3,3 2,3 3 3 2 3 2 4 3
3 6,6 6 6 5,6 3,6 3 3,6 2 4 2,3 3 3
Rerata 5,6 6 4,6 4,8 2,7 2,3 3,6 2 3,3 2,3 3 3
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019
Keterangan :
M : Moss
P : Pakis
M+P : Moss + Pakis
10

G. Pembahasan
Anggrek termasuk dalam famili orchidaceae yang mempunyai 800
genera dan 25 000 spesies. Tanaman ini terdiri dari tanaman monokotil, herba
dan tahunan. Daya tarik tanaman anggrek adalah keindahan bentuk bunga dan
warna yang beraneka ragam sehingga tidak menimbulkan rasa bosan bagi
pecintanya (Mattjik 2010 dalam Fauziah, 2014). Variasi yang ada pada
anggrek terletak pada bentuk bunga, ada yang mirip kalajengking (Arachnis),
kupu-kupu (Phalaenopsis) dan kantung (Paphiopedilum), selain itu jumlah
kuntum, ukuran dan warna kuntum juga terlihat keragaman yang cukup
banyak serta keragaman pada bentuk daun serta batangnya (pseudobulb)
(Purwantoro, 2005).
Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
yang ingin ditanam karena media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Keadaan yang demikian memungkinkan bibit
anggrek untuk tumbuh pada media yang lebih keras hingga nantinya kuat
menompang tubuh bibit anggrek. Respon pertumbuhan tanaman anggrek
hitam hasil kultur in vitro berdasarkan parameter tinggi tanaman, jumlah
daun, warna daun, dan persentase hidup menunjukkan hasil yang baik yaitu
pada media moss, pakis, dan campuran arang dan serabut kelapa, sedangkan
pada media arang menunjukan hasil yang tidak baik. Pakis yang digunakan
adalah pakis yang tua. Ciri pakis tua warnanya hitam, kering dan ringan.
Pakis lebih menyerap air dibandingkan dengan arang, maka frekuensi
penyiraman dapat dikurangi, kerugiannya apabila terlalu sering disiram pakis
cepat lapuk dan mudah mengundang cendawan.
Menurut Suradinata et al. (2012), media tanam campuran sphagnum
moss dengan arang kayu memiliki daya pegang air yang paling tinggi,
sehingga kelembapan dan ketersediaan air dapat terjaga dengan baik, namun
penggunaan media yang memiliki daya pegang air tinggi di daerah yang
memiliki curah hujan yang tinggi akan memacu pertumbuhan jamur dan
pembusukan pada akar tanaman. Menurut Rochefort (2000), sphagnum
11

merupakan tanaman yang memiliki nilai jual ekonomi, karena digunakan


sebagai tempat perkecambahan dan sebagai media pertumbuhan anggrek.
Praktikum penanaman anggrek dalam pot (kompot) dilaksanakan pada
hari Rabu, 28 Agustus 2019 di Kebun Praktek Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Yogyakarta. Alat yang digunakan pada praktikum yaitu ember, pot
plastik, pinset kawat, karet gelang, dan ember. Bahan yang digunakan yaitu
bibit anggrek dalam botol (Dendrobium dan Bulan), moss, fungisida, dan
pecahan genting. Cara kerja praktikum ini yaitu Memilih bibit yang
pertumbuhannya sehat, kemudian mengeluarkan bibit dari botol, mengisi
botol dengan air serta mengeluarkan bibit anggrek menggunakan pinset.
Mencuci bibit anggrek agar bersih dari agar-agar, selnjutnya merendam bibit
dengan fungisida kemudian meniriskannya. Menyimpan media tanam berupa
1/3 bagian bawah pot diisi dengan pecahan genting lalu 2/3 bagian sisanya
diisi dengan moss. Menanam bibit anggrek ke dalam pot berjumlah 3-5 bibit
per pot, kemudian menutup pot dengan plastik yang telah dilubangi dan diberi
karet. Menyusun pot pada rak-rak secara mendatar agar sirkulasi udara tetap
terjaga. Melakukan perawatan dengan menyiram tanaman secara rutin. Selain
iru, juga dilakukan perawatan dengan penyemprotan POC dosis 2 ml/ 1 liter
air dan pemberian Dekstar sejumlah 1 kantong per pot.
Pada praktikum ini menggunakan 4 jenis tanaman anggrek yang
berbeda, yaitu Dendrobium sp., Phalaennopsis sp., Cattleya sp., dan Vanda
sp. Adapun perlakuannya yaitu berupa media tanam moss, pakis, dan moss +
pakis. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 sampel dari masing-
masing jenis tanaman. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), dan jumlah akar (cabang).
Berdasarkan hasil pengamatan anggrek Dendrobium sp. diperoleh
data rerata tinggi tanaman tertinggi pada media moss sebesar 5,4 cm, rerata
jumlah daun terbanyak pada media pakis sebanyak 5,3 helai, dan rerata
jumlah akar terbanyak pada media pakis yaitu 6 cabang. Hal ini tidak sesuai
teori, seharusnya media yang baik adalah campuran antara moss + pakis
karena campuran media tanam ini dapat menahan air sehingga kelembaban
12

tetap terjaga, aerasinya baik, selain itu moss juga mengandung unsur hara N
yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Penyimpangan ini dapat terjadi
karena disebabkan oleh perawatan terhadap tanaman dengan media moss +
pakis yang tidak maksimal, seperti penyiraman yang kurang.
Berdasarkan hasil pengamatan anggrek Phalaenopsis sp. diperoleh
data rerata tinggi tanaman tertinggi pada media moss sebesar 2,9 cm, rerata
jumlah daun terbanyak pada media moss + pakis sebanyak 4,3 helai, dan
rerata jumlah akar terbanyak pada media moss yaitu 4,8 cabang. Pada
parameter tinggi tanaman dan jumlah akar menyimpang dari teori. Hal ini
dikarenakan kurangnya penyiraman pada media moss + pakis yang
menyebabkan unsur hara tidak terserap secara maksimal oleh tanaman
sehingga tinggi tanaman dan jumlah akar yang tumbuh lebih sedikit
dibandingkan dengan media tanam yang lain. selain itu, juga disebabkan oleh
intensitas cahaya yang kurang sehingga hormon auksin yang memacu
pemanjangan batang tidak bekerja secara maksimal.
Pada pengamatan anggrek Cattleya sp. diperoleh data rerata tinggi
tanaman tertinggi pada media moss sebesar 4,7 cm, rerata jumlah daun
terbanyak pada media moss + pakis sebanyak 5 helai, dan rerata jumlah akar
terbanyak pada media moss yaitu 3,6 cabang. Parameter tinggi tanaman dan
jumlah akar tidak sesuai teori, dikarenakan kurangnya penyiraman pada
media moss + pakis yang menyebabkan unsur hara tidak terserap secara
maksimal oleh tanaman sehingga tinggi tanaman dan jumlah akar yang
tumbuh lebih sedikit dibandingkan dengan media tanam yang lain. selain itu,
juga disebabkan oleh intensitas cahaya yang kurang sehingga hormon auksin
yang memacu pemanjangan batang tidak bekerja secara maksimal.
Berdasarkan pengamatan anggrek Vanda sp. diperoleh data rerata
tinggi tanaman tertinggi pada media moss + pakis sebesar 5,6 cm, rerata
jumlah daun terbanyak pada media moss + pakis sebanyak 6 helai, dan rerata
jumlah akar terbanyak pada media pakis dan moss + pakis yaitu 3,6 cabang.
Hal ini sudah sesuai dengan tepri bahwa media tanam yang baik untuk
anggrek yaitu media moss + pakis karena campuran antara kedua media ini
13

memiliki daya pegang air yang baik sehingga kebutuhan air dan kelembaban
dapat terjaga, media moss juga mengandung unsur hara N yang
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman, perawatan pada media ini
dilakukan dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman optimal.

H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa cara
budidaya tanaman anggrek dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan bibit
dari botol, menghilangkan agar yang masih menempel, menanam anggrek
dalam pot dengan media tanam yang ditentukan, dan melakukan perawatan
secara rutin. Media tanam yang baik digunakan untuk anggrek yaitu
campuran antara media moss + pakis.
14

DAFTAR PUSTAKA

Febrizawati, Murniati dan S. Yoseva. 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam


dengan Konsentrasi Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek
Dendrobium (Dendrobium sp.). Jom Faperta: 1(2).

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta : PT. Agromedia


Pustaka. 51 hlm.

Jenny, Rondonuwu J, Pioh DD. 2009. Kebutuhan Hara Tanaman Hias Anggrek.
Soil Environment. 7(1): 73-79.

Mufida, L. 2013. Pengaruh Penggunaan Konsentrasi FPE (Fermented Plant


Extrac) Kulit Pisang Terhadap Jumlah Daun, Kadar Klorofildan, Kadar
Kalium pada Tanaman Seledri (Apiumgraveolens). Semarang : IKIP PGRI.
126 hlm.

Muhit, Abdul. 2010. Teknik Penggunaan Beberapa Jenis Media Tanam


Alternatif . dan Zat Pengatur Tumbuh pada Kompot Anggrek Bulan. Teknisi
Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Hias. Buletin Teknik
Pertanian. Vol. 15.

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Jakarta :


Agromedia Pustaka. 194 hlm.

Puspitaningtyas, D.M. dan Mursidawati.2010. Koleksi Anggrek Kebun Raya


Bogor. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI. Bogor.1(2).

Suradinata, Y.R., A. Nuraeni dan A. Setiadi. 2012. Pengaruh Kombinasi Media


Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Tanaman
Anggrek Dendrobium sp.pada tahap Aklimatisasi. J.Agrivigor. 11(2): 104-
116.

Tjitrosoepomo, G. 2012. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung.


Lampung. 128 hlm.

Anda mungkin juga menyukai