Anda di halaman 1dari 13

ACARA VII

PEMELIHARAAN TANAMAN PADA BUDIDAYA BUAH NAGA

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : Rabu, 18 September 2019
Tempat : Kebun Praktek Wedomartani Fakultas Pertanian UPN “Veteran”
: Yogyakarta.

B. Tujuan
Melakukan pemeliharaan tanaman buah naga.

C. Tinjauan Pustaka
Menurut Khairunnas & Tety (2011), buah naga (Dragon Fruit)
merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di
Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau.
Menurut Mahmudi (2011), buah ini memiliki bentuk yang sangat unik dan
cukup memikat untuk dilihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas
hanya saja buah ini memiliki sulur pada kulitnya. Buah naga berwarna merah
jambu dengan daging buah berbagai jenis antara lain berwarna putih, kuning
dan merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak.
Klasifikasi buah naga tersebut sebagai berikut (Mello et al., 2015).
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus undatus ( buah naga daging putih)
: Hylocereus polyrhizus ( buah naga daging merah)
: Hylocereus costaricensis (buah naga daging super merah)

74
75

: Selenicereus megalanthus (buah naga kulit kuning daging putih)


Menurut Winarsih (2007), Biji buah naga sangat banyak dan tersebar
di dalam daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga
dapat langsung dimakan tanpa mengganggu kesehatan. Biji buah naga dapat
dikecambahkan untuk dijadikan bibit. Akar tumbuhan buah naga tidak hanya
tumbuh di pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang,
yang berfungsi sebagai alat pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau
memanjat tumbuhan lain atau pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat
juga disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan
tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit. Menurut Kristanto
(2009), perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan
tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari
tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air akar
udara yang ada pada batangnya. Menurut Emil (2011), tidak seperti tumbuhan
lain yang berbatang yang berbentuk segitiga dan tidak seperti kaktus pada
umumnya, tumbuhan ini memiliki duri pendek sekali bahkan hampir tidak
kelihatan sehingga kadang ia dianggap sebagai kaktus tidak berdaun. Batang
tumbuhan buah ngaa tumbuh memanjang dan melengkung sehingga disebut
juga tanaman melengkung (tanlung).
Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga
bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih
bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna
krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin
jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga
hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (set kelamin jantan)
dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di sepanjang
batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga dengan demikian,
pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan tangkai
bunga yang sangat pendek.
Buah naga berbentuk bulat lonjong mirip buah nanas, namun memiliki
sirip. Warna kulitnya merah jambu, dihiasi sulur atau sisik berwarna hijau
76

seperti sisik naga. Beratnya kira-kira 400-650 gr. Buah naga mempunyai
daging buah seperti buah kiwi. Buah naga tergolong buah batu yang
berdaging dan berair. Bentuk buah bulat agak memanjang atau bulat agak
lonjong. Kulit buah ada yang berwarna merah menyala, merah gelap. dan
kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit buah tebalnya 4 mm. Di sekujur
kulitnya dihiasi dengan jumbai agak tebal, yaitu sekitar 3 jumbai menyerupai
sisik-sisik ular naga. Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging
buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat
keeil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih. dan kuning, tergantung
dari jenisnya Daging buah bertekstur lunak dan rasanya manis sedikit masam
(Cahyono, 2009).
Tanaman buah naga tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki
curah hujan 2000 mm/ tahun. Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi
kering dibandingkan basah (lembab). Tetapi buah naga masih dapat tumbuh
pada curah hujan yang tinggi (sekitar 1.000- 1.300 mm/tahun. Pertumbuhan
tanaman buah naga memerlukan Intensitas matahari penuh yang dibutuhkan
sekitar 80%. ), suhu udara ideal untuk tanman buah naga berkisar 26-36o C.
dengan kelembaban 70- 90%. Tanaman buah naga dapat tumbuh baik pada
tanah yang relatif kurang subur (bahkan pada tanah berbatu), pada tanah yang
bereaksi relatif masam sampai pada tanah bergaram dan tahan terhadap
kekurangan air. Tanaman buah naga dapat tumbuh baik pada kondisi air tanah
mendekati titik layu (wilting point) (Setyowati, 2008).
Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih
yaitu dataran rendah sampai medium yang berkisar 0 m – 500 m dari
permukaan laut, yang ideal adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada
ketinggian di atas 500 m dpl, buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh
dengan baik dan berbuah, namun buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang
manis. Untuk buah naga kuning, ketinggian tempat yang cocok untuk
pertumbuhan dan berproduksinya adalah di atas 800 m dpl (Cahyono, 2009).
Penanaman buah naga dilakukan dengan stek batang. batang buah
naga dipilih yang sehat dan kuat untuk kemudian dipotong dan ditanam di
77

tanah. Penanaman stek buah naga tidak memerlukan prosedur yang rumit.
Biasanya stek akan tumbuh akar dengan sendirinya apabila berada di tanah
yang cukup lembab. Setelah ditanam, tanaman membutuhkan perawatan
intensif agar dapat tumbuh hingga berproduksi dengan baik. Ada dua masa
yang akan dilalui tanaman hingga dapat berproduksi, yaitu masa vegetatif dan
masa generatif. Masa vegetatif merupakan masa pertumbuhan organ
perakaran dan percabangan. Buah naga membutuhkan bentuk percabangan
yang baik dengan jumlah cabang tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Sementara masa generatif merupakan masa menjelang berbunga atau
berbuah. Masa generatif ini sangat erat kaitannya dengan vegetatif. Masa
generatif muncul setelah pertumbuhan tunas cabang atau batang sudah
menjadi sangat lambat atau berhenti. Bila pertumbuhan tanaman masih terlalu
subur atau masa vegetatif masih berlangsung maka masa generatif dapat
tertunda. Oleh karena itu, diperlukan perlakuan tertentu agar masa vegetatif
dapat diatur sehingga tanaman dapat memasuki masa generatif. Pengamatan
secara rutin sangat diperlukan agar produksi buah naga dapat dipercepat.
Dalam budidaya tanaman buah naga di kebun diperlukan beberapa
tindakan perawatan di antaranya ialah penyulaman, pengikatan dan
pengaturan letak, pemupukan dan pembubunan, pemangkasan, serta
penyeleksian bunga dan calon buah. Penyulaman sangat diperlukan dalam
pembudidayaan tanaman agar jumlah tanaman yang dapat berproduksi
mencapai optimal. Biasanya penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.
Penyulaman merupakan tindakan mengganti tanaman yang mati, busuk pada
pangkal batang, tidak tumbuh, atau kerusakan fisik lainnya. Umumnya pada
budidaya buah naga, sering terjadi busuk pangkal batang stek. Stek demikian
harus segera diganti dengan stek yang baru. Demikian juga dengan stek yang
mati atau yang tidak tumbuh, harus diganti. Stek – stek tersebut dicabut, lalu
stek baru ditanam dengan perlakuan seperti pada proses penanaman. Namun,
sebelum dilakukan penanaman bibit stek, lubang tanamnya perlu ditaburkan
kapur atau belerang, sedangkan pangkal bibit dioles dengan fungisida
Ridomil.
78

Letak cabang atau batang buah naga perlu diperhatikan agar


pertumbuhan tanaman menjadi normal dan tidak salah bentuk. Bila hal ini
dilakukan maka percepatan pertumbuhan tanaman yang diharapkan dapat
terpenuhi. Pengaturan letak cabang atau batang ini dilakukan dengan
pengikatan. Pengikatan harus dilakukan karena pertumbuhan cabang atau
batang sudah bertambah. Artinya, ikatan yang dilakukan saat penanaman
harus diubah letaknya. Dengan perubahan ikatan tersebut maka batang atau
cabang dapat diarahkan pertumbuhannya. Pengikatan yang terlambat akan
membuat pertumbuhan cabang atau batang melengkung tidak teratur atau
menyimpang dari arah tiang. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan
cabang dan bakal cabang produktif ke arah atas. Idealnya setiap 21 – 25 cm
harus diadakan pengontrolan dan pengikatan cabang. Bahan untuk pengikatan
ini dapat berupa kawat aluminium elastis atau tali rafia. Bentuk ikatan
sebaiknya berupa angka “8”. Pengikatan ini jangan terlalu kencang karena
dapat menyebabkan cabang atau batang terjepit atau patah. Umumnya
perubahan ikatan jarang terjadi karena akar udara sudah merapat atau
menempel erat pada tiang rambatan. Ikatan lama tidak perlu dibuang kecuali
bila diharuskan untuk dibuang. Pengikatan cabang pada sistem penanaman
double rowing agak berbeda dengan pada sistem tunggal. Pada sistem ini
bibit yang harus ditanam harus diikatkan pada turus bambu yang bersifat
sementara. Pengikatan sementara ini dilakukan hingga tinggi tanaman
mencapai 50 – 60 cm. Seiring dengan pertumbuhan cabang memanjang maka
pada ketinggian di atas 50 cm atau 60 cm sudah disiapkan kawat ram sebagai
tempat untuk merambatkan tanaman. Saat itu, cabang atau batang diikatkan
merapat pada kawat tersebut. Demikian seterusnya pengikatan dilakukan
hingga tanaman mencapai ketinggian 140 – 150 cm dan selanjutnya sulur –
sulur akar terjuntai pada kawat penyangga di bagian teratas (Pukesmawati,
2008).
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam budidaya
buah naga karena sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta kualitas dan produktifitas buah naga. Ini
79

disebabkan tanaman buah naga merupakan jenis tanaman kaktus yang sangat
banyak membutuhkan hara untuk hidupnya, tetapi pemberiannya harus
seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Untuk menghasilkan
buah yang baik dan sesuai persyaratan ukuran diperlukan unsur hara yang
seimbang. Unsur hara ini diperoleh dan disediakan oleh media tumbuhnya
berupa tanah. Namun, sayangnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah
tidak selamanya sesuai jumlah yang dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu,
untuk memenuhi ketersediaan unsur hara dibutuhkan penambahan pupuk.
Jenis pupuk yang diberikan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman.
Bahkan jumlah dan cara pemberiannya berbeda-beda sesuai pertimbangan
ekonomis maupun perlakuan terhadap tanaman buah naga. Setiap petani
memiliki cara tersendiri dalam melakukan pemupukan karena disesuaikan
dengan kondisi lahan maupun tenaga yang ada. Pemberiannya dapat
dilakukan secara bertahap sesuai umur tanaman. Namun, dapat saja
pemberian pupuknya dilakukan karena tanaman sudah menunjukkan gejala-
gejala kekurangan unsur hara tertentu. Pemupukan dilakukan sebanyak 4 kali
setahun, dengan pemberian pupuk kandang dengan interval waktu 3 bulan
sekali sebanyak 5 – 10 kg masing-masing tiang pada awal tanam. Setelah
tanaman mulai dewasa maka pemberian pupuk ditingkat menjadi 10 – 20 kg
per tiang.
Ketika tanaman buah naga awal ditanam pupuk yang digunakan
haruslah banyak mengandung unsur N (Nitrogen). Unsur N akan merangsang
tumbuhnya akar sehingga tanaman dapat tumbuh dengan kokoh. Ketika akar
tanaman sudah mulai berkembang maka penggunaan unsur P pada tanaman
harus lebih banyak untuk mempercepat pertambahan panjang pada tanaman
dan merangsang tumbuhnya tunas baru. Sedangkan untuk tanaman buah naga
yang sudah mulai menghasilkan buah, dianjurkan untuk menggunakan pupuk
yang memiliki kandugan unsur P dan K yang tinggi.
Penyiraman buah naga hanya perlu dilakukan apabila hujan tidak
turun. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari setiap dua hari sekali.
Perlu diperhatikan bahwa buah naga merupakan tanaman yang sensitif
80

terhadap kelebihan air. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya


pembusukan pada pangkal batang. Sehingga sistem drainase juga perlu
diperhatikan. Pembuatan drainase dapat dilakukan dengan pembuatan parit
untuk saluran pembuangan air sehingga tidak ada air yang menggenang
ketika hujan turun (Kristriandini, 2016).
Pemangkasan bertujuan untuk merangsang percabangan, serta
membentuk kanopi yang berpengaruh terhadap produksi. Selain itu,
Pemangkasan tanaman dilakukan untuk memperoleh keseimbangan
pertumbuhan. Oleh karena itu, pemangkasan terbaik harus dilakukan sedini
mungkin dan berkala sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih teratur.
Bila pemangkasan tidak dilakukan maka percabangannya akan saling
bersaing dan akhirnya menjadi tidak produkstif. Pemangkasan tanaman buah
naga dilakukan sejak masa vegetatif untuk membentuk percabangan dan pada
masa generatif atau produktif untuk membentuk cabang produktif.
Pemangkasan dilakukan pada batang yang telah cukup berkayu (warna
cokelat keabu-abuan). Pemangkasan dilakukan secara periodik, selain
untuk meningkat-kan jumlah cabang produktif juga untuk mengatur
tinggi tanaman sehingga mudah dalam pemeliharaan dan pemanenan.
Pemangkasan secara periodik dapat dilakukan tergantung dari
pertumbuhan vegetatif tanaman, diharapkan akan membentuk tajuk
seperti payung, dan akan meningkatkan produksi. Selain itu pemangkasan
bertujuan untuk me-mudahkan kegiatan pemanenan sehingga biaya panen
dapat dihemat. Cabang yang baik pada buah naga adalah cabang yang
produktif dan memiliki bentuk segitiga mendekati sama sisi dan tidak keriput.
Selain itu cabang yang dipertahankan adalah cabang yang tidak memiliki
banyak anak cabang. Terlalu banyak anak cabang akan menyebabkan tidak
optimalnya produktivitas buah naga. Cabang yang telah berbuah 4 kali
sebaiknya dipotong dan dijadikan bibit stek.
Pemangkasan pada buah naga memiliki empat kriteria. Kriteria
pertama dilakukan pada cabang yang tumbuh dari cabang utama atau primer.
Kriteria kedua dilakukan pada cabang yang sudah tidak produktif lagi, atau
81

biasa disebut siwing. Kriteria ketiga adalah cabang yang telah berumur lebih
dari dua tahun, dan kriteria keempat adalah sulur-sulur yang terhalang
mendapatkan sinar matahari. Pemangkasan pada buah naga terdiri dari
pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemiliharaan. Pemangkasan bentuk
bertujuan agar tidak ada percabangan pada batang utama. Pemangkasan
bentuk dilakukan ketika tanaman masih menjalar pada tiang. Ketika tanaman
telah mencapai roda (puncak tiang), maka dilakukan pemotongan batang
utama sehingga terbentuk cabang pada batang utama. Berbeda dengan
pemangkasan bentuk, pemangkasan pemiliharaan bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan
dengan cara memotong ujung cabang yang telalu panjang sehingga dapat
merangsang tumbuhnya tunas ke arah samping dan tanaman dapat
memfokuskan unsur hara yang diperoleh untuk proses pembungaan dan
perkembangan buah. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan untuk
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan cara
memotong bagian tanaman yang terserang kemudian menguburnya
(Kristriandini, 2016).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gunting
b. Ember
c. Cangkul
d. Gembor
2. Bahan
a. Tanaman buah naga
b. Pupuk kompos

E. Cara Kerja
1. Membersihkan lahan sekitar tanaman buah naga.
82

2. Mencangkul lahan sekitar tanaman kemudian diberi pupuk kompos,


kemudian ditutup dengan tanah.
3. Menyirami tanaman.
4. Melakukan pemangkasan pada batang buah naga yang rusak/kering dan
batang yang tumbuh berlebih pada tanaman.
83

F. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Hasil pengamatan tanaman buah naga
Panjang Tunas
Jumlah Warna Jumlah
Warna Sulur Baru Terpanjang
Tunas Baru Tunas Baru Bunga
P (cm)
S
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
1
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

1 GY GY GY
3 1 6 GY GY GY
8 14,5 12 0 0 0
7
/6
7
8 / 7
/8
5
/4
5
/2
5
/4
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

2 GY GY GY
6 1 6 GY GY GY
30 25 21 0 0 0
7
/6 7
/6 7
/6 5
/6 5
/6 5
/4
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

3 GY GY GY
9 7 9 GY
55,6 35
GY GY
41 2 1 0
/6
7
/10 /8
7 7
/2 /4
5
/4 5 5

Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019


Keterangan :
P : Pengamatan
S1 : Sampel 1
S2 : Sampel 2
S3 : Sampel 3

G. Pembahasan
Buah naga (Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura
yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang
menyala dan bersisik hijau. Buah ini memiliki bentuk yang sangat unik dan
cukup memikat untuk dilihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas
hanya saja buah ini memiliki sulur pada kulitnya. Buah naga berwarna merah
jambu dengan daging buah berbagai jenis antara lain berwarna putih, kuning
dan merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak.
Praktikum pemeliharaan tanaman buah naga dilakukan di Kebun
Praktek UPN “Veteran” Yogyakarta Dusun Wedomartani pada tanggal 18
September 2019. Alat yang digunakan adalah gunting pangkas, ember,
cangkul, dan gembor. Sedangkan bahan yang digunakan adala tanaman buah
84

naga dan pupuk kompos. Cara kerja praktikum ini yaitu pertama-tama
membersihkan lahan di sekitar tanaman buah naga kemudian mencangkul
lahan di sekitar tanaman dengan bentuk memutar yang selanjutnya diberi
pupuk kompos sebanyak dua ember per tanaman dan ditutup kembali dengan
tanah. Langkah selanjutnya memangkas cabang tanaman selain cabang primer
(hanya disisakan cabang primernya) dan cabang yang sudah kering maupun
rusak. Langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan berupa penyiraman
setiap dua hari sekali. Selain perawatan juga dilakukan pengamatan terhadap
tanaman buah naga dengan mengambil tiga sampel tanaman. Adapun
parameter yang diamati yaitu warna sulur, jumlah tunas baru, warna tunas
baru, panjang tunas baru terpanjang, dan jumlah bunga. Pengamatan warna
sulur dan warna tunas baru menggunakan buku Munshell Color Chart.
Pada sampel satu, warna sulur tetap pada nilai value dan chroma.
Warna tunas baru tetap pada nilai value dan mengalami penurunan pada nilai
chroma yang akan menunjukkan intensitas warnanya semakin gelap dan
kandungan klorofil serta unsur N rendah.. Pada sampel dua, warna sulur tetap
pada nilai value dan mengalami kenaikan pada nilai chroma yang akan
menunjukkan intensitas warnanya semakin cerah dan kandungan klorofil
serta unsur N tinggi.. Warna tunas baru tetap pada nilai value dan mengalami
kenaikan pada nilai chroma. Pada sampel tiga, warna sulur tetap pada nilai
value dan chroma. Warna tunas baru tetap pada nilai value dan chroma.
Jumlah tunas dan panjang tunas terpanjang pada sampel satu, dua, dan
tiga mengalami kenaikan. Jumlah bunga pada sampel satu dan dua mengalami
kenaikan, sedangkan pada sampel tiga tidak tumbuh bunga karena tanaman
tersebut sudah tua dan tidak produktif. Jumlah tunas, panjang tunas
terpanjang, dan jumlah bunga dipengaruhi oleh faktor perawatan yaitu
penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan. Penyiraman berpengaruh dalam
merangsang tumbuhnya tunas baru, membantu proses pengangkutan unsur
hara pada tanaman, dan dapat merangsang hormon auksin yang digunakan
dalam proses fotosintesis dan menghasilkan glukosa untuk merangsang
pembelahan sel. Pembelahan sel dapat memacu pertumbuhan tunas dan
85

pembentukan bunga. Pemupukan berfungsi untuk meningkatkan kadar unsur


hara sehingga dapat merangsang munculnya bunga. Pemangkasan berfungsi
untuk menghentikan dominansi apikal dan merangsang tumbuhnya tunas
baru.

H. Kesimpulan
Pemeliharaan buah naga dilakukan dengan membersihkan lahan di
sekitar tanaman dari gulma, kemudian mencangkulnya secara memutar dan
memberikan pupuk kompos. Selanjutnya ditutup dengan tanah kembali.
Pemeliharaan tanaman buah naga juga dilakukan dengan pemangkasan
cabang selain cabang primer dan memangkas cabang yang rusak dan kering
agar memicu tumbuhnya tunas baru. Selanjutnya dilakukan penyiraman
secara rutin setiap 2 hari sekali.
86

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga.


Jakarta :Pustaka Mina.

Emil, S. 2011. Untung Berlipat dari Bisnis Buah Naga Unggul. Lili Publisher: .
Yogyakarta. 136 hal.

Khairunnas, dan E. Tety. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Tani Buah Naga di
Pekanbaru. Jurnal. Vol.3, No.8, November 2011: 579-585. Fakultas
Pertanian. Riau: Universitas Riau.

Kristanto, Daniel. 2009. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di


Kebun.Penebar Swadaya. Jakarta.

Kristriandini.2016. Budi Daya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sleman,


Yogyakarta : Panen dan Pascapanen. Yogyakarta : Kanisius.

Mahmudi. 2011. Pengolahan Pengetahuan Buah Naga. Budidaya dan


Pemanfaatannya. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. 8 hal.

Mello, F.R., Bernardo, C., Dias, C.O., Gonzaga, L., Amante, E.R., and R. Fett.
2015. Antioxidant Properties, Quantification and Stability of Betalains
from Pitaya (Hylocereus Undatus) Peel. Ciencia Rural. 45(2): 323-328.

Pukesmawati, 2008. Melakukan Pemeliharaan Buah Naga. BPP jambi: Jambi.

Setyowati, Ari. 2008. Analisis Morfologi dan Sitologi Tanaman Buah Naga Kulit
Kuning (Selenicereus Megalanthus). Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.

Winarsih, S., 2007, Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. CV Aneka Ilmu.
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai