B. Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekkan cara budidaya tanaman semangka.
2. Mengetahui pengaruh pemangkasan cabang primer.
C. Tinjauan Pustaka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh
merambat. Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat
ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, salah satunya
adalah Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat
berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan (Syukur, 2009).
Klasifikasi tanaman semangka menurut Rukmana (2006) :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Species : Citrullus vulgaris Schard.
Tanaman semangka bersifat menjalar dan mempunyai alat pemegang
seperti sulur. Permukaan tanaman (batang dan daunnya) tertutup bulu-bulu
halus dan tajam. Umur buah semangka siap panen tergantung varietasnya,
tetapi umurnya berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau 65-75 hari
37
38
setelah pindah tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100 hari setelah
tanam benih. Berdasarkan klasifikasi warna kulit buah dibedakan menjadi
tiga macam warna yakni hijau muda, hijau tua dan kuning, baik yang polos
ataupun bergaris-garis (Sunarjono, 2000).
Tanaman semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat
dengan perantara alat pemegang berbentuk pilin, dan hidupnya semusim.
Sistem perakarannya menyebar ke samping dan dangkal. Batang tanaman
semangka bersegi dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5,0 meter dan
Tanamannya bercabang menjalar di permukaan tanah atau dirambatkan pada
turus dari bilah bambu. Helaian daun menyirip kecil-kecil, permukaannya
berbulu, bentuknya mirip jantung di bagian pangkalnya, ujungnya meruncing,
tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun bersebrangan satu
sama lain dan tersusun dalam tangkai berukuran dalam tangkai berukuran
relatif panjang (Rukmana, 2006).
Semangka memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate),
bunga betina (pistillate), dan bunga sempurna (hermaphrodite). Namun
demikian, umumnya semangka memiliki bunga jantan dan bunga betina
dengan proporsi 7 : 1. Bunga jantan memiliki tangkai sepanjang 12-45 mm,
mahkota bunga sepanjang 10-25 mm, dan berwarna hijau kekuningan.
Sementara bunga betina berbentuk tunggal dengan panjang tangkai 45 mm,
lima helai mahkota bunga, dan berwarna kuning kehijauan. Bunga tersebut
keluar dari ketiak daun dan biasanya mekar pada pagi hari (Sobir dan Siregar,
2010).
Semangka tersedia dalam banyak bentuk, warna dan bermacam-
macam ukuran. Bentuknya bervariasi mulai dari bulat hingga lonjong, dengan
warna-warna yang berbeda mulai dari hijau muda hingga kehitaman. Warna
kulit buah dapat mulus, bergaris-garis atau bercak-bercak. Warna daging buah
ada yang kuning, merah cerah ataupun merah tua. Terdapat pula semangka
berbiji maupun semangka tanpa biji. Semangka berasal dari Afrika, suatu
daerah tropika dengan cahaya penuh, sedangkan suhu udara tinggi dan kering.
Iklim yang kering dan panas, sinar matahari dan air yang cukup merupakan
39
e. Sumber hara bagi tanaman jika digunakan mulsa dari bahan organik yang
gampang terdekomposisi.
f. Memperkecil risiko erosi permukaan tanah, baik yang disebabkan oleh
aliran permukaan maupun oleh angin.
Sedangkan kerugian dari penunaan mulsa antara lain :
a. Membutuhkan tambahan biaya untuk membeli bahan mulsa dan
pemasangannya lapangan.
b. Menciptakan lingkungan yang ideal untuk perkembangan
mikroorganisme musuh tanaman, misalnya patogen penyebab damping-
off dan busuk akar.
c. Pada musim kemarau, mulsa kering sangat riskan terhadap bahaya
kebakaran.
Proses budidaya semangka dimulai dengan persiapan benih yaitu
benih dibersihkan kemudian direndam dalam larutan fungisida dengan
konsentrasi sebesar 2 ml/l selama 4-6 jam. Setelah itu benih diperam selama 24
jam. Benih disemai terlebih dahulu sebelum ditanam di lahan. Pada usia 14
hari, bibit dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami.
Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung
di dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat.
Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh si
penanam. Penanaman bibit semangka pada lahan lapangan, setelah
persemaian berumur 14 hari dan telah tumbuh daun ± 2-3 lembar. Sambil
menunggu bibit cukup besar, dilakukan pelubangan pada lahan dengan
kedalaman 8-10 cm. Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman
disiram secara massal supaya tanah siap menerima penanaman bibit sampai
menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air
meresap.
Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan,
apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti
dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan
penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas daun dan
42
E. Cara Kerja
1. Mengolah tanah dengan cangkul, membuat bedengan dengan tinggi 30 cm,
panjang 4 m, dan lebar 1 m.
2. Mencampurkan pupuk kompos pada bedengan kemudian meratakannya.
3. Menaburkan pupuk SP-36, KCl dan Urea serta furadan di atas bedengan
secara merata kemudian menutupnya dengan sedikit tanah dan
menyiramnya dengan sedikit air.
4. Menutup bedengan dengan mulsa selama 1 minggu.
5. Sebelum ditanam, benih disemaikan terlebih dahulu. Penyemaian
dilakukan di nampan dengan mengalasinya menggunakan kertas dan tisu
yang dibasahi, kemudian benih dipotong sedikit ujungnya dengan gunting
kuku dan diletakkan di nampan.
6. Benih yang disemaikan ditutup dengan tisu kembali kemudian disimpan di
tempat teduh dan dijaga kelembabannya.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil pengamatan tanaman semangka
TANAMAN
KEL PARAMETER
1 2 3 4 5 6 7 8
PS 339 125 0 0 180 0 0 0
JD 46 22 0 0 3 0 0 0
B1
JBB 0 0 1 0 0 0 0 0
BB 0 0 1,8 0 2,5 0 0 0
PS 0 29 106 0 0 0 0 198
JD 0 11 25 0 0 0 0 44
B2
JBB 0 0 0 0 0 0 0 1
BB 0 0 0 0 0 0 0 0,6
PS 179 318 342 385 275 0 0 128
JD 37 74 86 89 47 0 0 38
B3
JBB 0 0 0 0 0 0 0 1
BB 0 0 0 0 0 0 0 0,6
PS 313 172 289 476 0 0 175 0
JD 28 16 19 34 0 0 44 0
B4
JBB 2 0 1 2 0 0 0 0
BB 0 0 0 0 0 0 1,87 0
B5 PS 350 304 317 342 0 0 0 0
JD 110 80 134 104 0 0 0 0
44
JBB 3 1 2 1 0 0 0 0
BB 0 0 0 0 0 0 0 0
PS 107 170 0 0 0 0 25 0
JD 28 36 0 0 0 0 4 0
B6 JBB 1 1 0 0 0 0 0 0
0,40
BB 1,32 0 0 0 0 0 0
3
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019
45
Keterangan :
PS : Panjang Sulur (cm)
JD : Jumlah Daun (helai)
JBB : Jumlah Bakal Buah (buah)
BB : Bobot Basah (kg)
G. Pembahasan
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh
merambat. Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat
ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, salah satunya
adalah Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat
berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan. Pemangkasan adalah
suatu usaha untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif suatu sehingga dapat
merangsang tanaman pertumbuhan bagian-bagian tertentu pada suatu
tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan generatif dari tanaman
tersebut. Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh ukuran buah yang lebih
besar dan seragam. Pemangkasan dilakukan dengan cara mengurang
tumbuhnya cabang utama atau cabang sekunder sehingga hanya diperoleh
sebanyak 2 cabang utama saja. Pemangkasan ujung cabang atau batang
tanaman yang telah cukup jumlah buahnya, dimaksudkan untuk
menghentikan pertumbuhan batang sehingga hara yang tersedia hanya
digunakan untuk pertumbuhan buah saja.
Praktikum budidaya tanaman semangka dilaksanakan pada hari Rabu,
4 September 2019 di Kebun Praktek Wedomartani Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Yogyakarta. Alat yang digunakan yaitu cangkul, garu, tugal, mal
jarak tanam, ember, gembor, dan nampan. Bahan yang digunakan yaitu benih
semangka, pupuk kompos, pupuk Urea, KCl, dan SP-36, mulsa plastik hitam
perak, dan furadan. Cara kerja pada praktikum ini yaitu mengolah tanah
dengan cangkul, membuat bedengan dengan tinggi 30 cm, panjang 4 m, dan
lebar 1 m. Mencampurkan pupuk kompos pada bedengan kemudian
meratakannya. Menaburkan pupuk SP-36, KCl dan Urea serta furadan di atas
46
disebabkan karena pada penyisaan 2 cabang primer, unsur hara dari pupuk
yang diberikan dan hasil fotosintesis oleh tanaman dilakukan untuk
pertumbuhan generatif (pembentukan buah) secara maksimal. Pertumbuhan
generatif menjadi lebih dominan daripada pertumbuhan vegetatif (panjang
sulur dan jumlah daun).
Pada saat praktikum, terdapat tanaman yang mati. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perawatan yang kurang maksimal,
seperti penyiraman yang kurang, pemupukan yang tidak tepat, pupuk terkena
bagian akar sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Selai
itu, tanaman terserang oleh hama kutu kebul yang ditandai adanya tepung
berwarna putih pada daun yang kemudian menyebabkan daun mengering
sehingga fotosintesis akan terhambat. Terhambatnya fotosintesis
menyebabkan tanaman kekurangan fotosintat untuk proses pertumbuhannya
sehingga tanaman menjadi mati.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa cara
budidaya tanaman semangka dilakukan dengan pengolahan tanah, pemberian
mulasa, persemaian benih, penanaman, penyiraman, penyiangan,
penyulaman, pemangkasan, dan pemupukan hingga pemanenan.
Pemangkasan sulur pada tanaman semangka berpengaruh terhadap panjang
sulur, jumlah daun, jumlah bakal buah, dan bobot basah. Pemangkasan yang
menghasilkan bobot basah terbaik yaitu pada pemangkasan yang disisakan 2
cabang primer.
48
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi Imam, Sartono Joko Santosa dan Endang Sri Sudalmi. 2013. Pengaruh
Macam Mulsa Dan Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard). UNISRI, Surakarta.
Jurnal Inovasi Penelitian.