FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM SARJANA (S1) DAN MAGISTER (S2)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DAN AGRIBISNIS
Kampus I : Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Tlp/Fax. (022) 7912585
Syarat pohon induk adalah berumur 20 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus
dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk
sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan
penyakit.
Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat, bentuk
bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang buah 22-25 cm,
lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.
a. Iklim
Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan
sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi
distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah,
lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun.
Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan
transpirasi tanaman.
Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai
sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan
terlambat.
Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C.
Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa.
Kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila rH
udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman kekeringan buah jatuh lebih awal
(sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit
b. Media Tanam
Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir,
tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial.
Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH
diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala
defisiensi besi dan mangan.
Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama
dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan
lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia.
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik
dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm.
Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat
kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi,
mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erasi.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian yang optimal 0-450 m
dpl. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi sedikit dan kadar
minyak rendah.
d. Persyaratan Benih
Syarat pohon induk adalah berumur 20-40 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus
menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan
mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, bebas
dari gangguan hama dan penyakit.
Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat,
bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang buah
22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang
terdengar suara nyaring.
e. Penyiapan Benih
Seleksi benih sesuai persyaratan, istirahatan benih selama 1 bulan dalam Gudang dengan kondisi
udr segar dan kering, tidk bocor, tidak langsu terkena sinar matahari dan suhu udara dlam Gudang
25-270C dan dilakukan dengan pemupukan buah secara pyramidal tunggal setinggi 1 meter dan di
amati secara rutin.
f. Pembibitan
1) Syarat lokasi persemaian: topografi datar, drainase baik, dekat sumber air dengan jumlah
cukup banyak, dekat lokasi penanaman.
2) Persiapan bedengan atau polybag. Olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm, bentuk
bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan panjang tergantung lahan dengan jarak antar
bedengan 60-80 m. Untuk polybag, terbuat dari polyethylene/poliprophylene berwarna hitam
dengan ukuran 50 x 40 cm dan tebal 0.2 mm, bagian bawah berlubang diameter 0.5 cm
dengan jarak antar lubang 7.5 cm sebanyak 48 buah untuk aerasi dan drainase dan diisi
dengan tanah top soil halus (bila tanah berat harus dicampur pasir 2:1) setinggi 2/3.
3) Pendederan, dengan menyayat benih selebar ± 5 cm pada tonjolan sabut sebelah tangkai
berhadapan sisi terlebar dengan alat yang tajam dan jangan diulang.
4) Desifektan benih dengan insektisida dan fungisida (Azodrin 60 EC 0.1% dan difolatan 4F
0.1%) selama dua menit.
5) Tanam benih dalam tanah sedalam 2/3 bagian dengan sayatan menghadap keatas dan
mikrofil ke timur.
6) Penanaman dengan posisi segitiga bersinggungan. Setiap satu meter persegi dapat diisi 30 –
35 benih atau 25.000 butir untuk areal 1 hektar.
Lama pembibitan 5-7 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 24.000/ha.
Lama pembibitan 7-9 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 17.000/ha
Lama pembibitan 9-11 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 1.000/ha.
1. Bila disemai di bedengan, maka setelah benih berkecambah (panjang tunas 3-4 cm) perlu
dipindahkan ke polybag.
2. Persemaian di polybag berlangsung selama 6-12 bulan, berdaun ± 6 helai dan tinggi 90-100
cm.
Pembibitan Kitri
1. Syarat tempat: tanah datar, terbuka, dekat sumber air, dekat arel pertanaman, cukup subur
dan mudah diawasi
2. Cara membuat bedengan:
Tanah diolah sedalam 30-40 cm, dibersihkan dari gulma/batuan dan digemburkan.
Bentuk bedengan berukuran 6 x 2 x 0.2 meter dengan jarak antar bedengan 80 cm,
sebagai saluran drainase.
Mengajir: Mengajir sesuai dengan jarak tanam bibit yaitu 60 x 60 x 60 cm.
Menanam kecambah:
- Menanam kecambah sesuai dengan besarnya benih.
- Menanam kecambah dalam lubang dengan tertanam sampai pangkal plumula.
g. Pemeliharaan Penyemaian
Pemeliharaan saat pendederan, meliputi:
1. Penyiraman, dilakukan dengan menggunakan gembor atau springkel pada dua hari I 5 liter/m2/hari,
tiap pagi dan sore, dan Selanjutnya 6 liter/m2/hari. Untuk mengetahui cukup tidaknya penyiraman,
maka setelah 2 jam pada bagian sayatan ditekan dengan ibu jari, apabila keluar air maka penyiraman
telah cukup.
2. Pembersihan rumput-rumputan untuk mencegah adanya inang hama dan dan penyakit.
Pemeliharaan pada saat pembibitan, yaitu:
1. Penyiraman, dilakukan sampai jenuh, selanjutnya dapat disiram dengan gembor, selang atau spingkel
pada pagi dan sore hari. Kebutuhan penyiraman per polybag per hari, tergantung pada umur bibit.
2. Proteksi, dengan pemberian insektisida atau fungisida dengan dosis rata-rata 2 cc/liter dan
disemprotkan pada tanaman sampai basah dan merata.
3. Penyiangan gulma, dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan mekanis maupun herbisida.
4. Pemupukan, yaitu Nitrogen, Phosphat, Kalium dan Magnesium yang dilakukan setiap bulan sekali
dengan mencampurakannya kedalam tanah polybag setebal 3 cm.
5. Seleksi bibit, meliputi: memisahkan tanaman yang kerdil, terkena penyakit dan hama dan dilakukan
terus menerus dengan interval 1 bulan setelah bibit berumur 1 bulan.
h. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit sebaiknya saat musim hujan, dengan cara:
1. Bibit kitri : dipindahkan dalam bentuk bibit cabutan yang dibongkar dari persemaian bibit. Umur
bibit sewaktu pemindahan telah mencapai 9-12 bulan. Pemindahan harus hati-hati dan dijaga kitri
dalam keadan utuh.
2. Bibit polybag : dipindahkan pada umur 9-12 bulan. Dua sampai tiga hari sebelum dipindahkan akar
yang keluar dari polybag harus dipotong.
i. Pengelolaan Media
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya
untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga
kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
j. Pembukaan Lahan
1. Lahan berupa hutan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) Penebasan semak atau perdubahkan
apabila memungkinkan didongkel, dikumpulkan, dikeringkan dan dibakar, (b) Penebangan
pohon, dengan tinggi penebangan tergantung besarnya pohon.
2. Lahan tanaman kelapa tua. Pohon kelapa tua ditebang pada leher akar. Apabila memungkinkan
batang kelapa dapat dijual sebagai bahan bangunan.
3. Areal alang-alang. Tindakan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
k. Pembutn bedengan
Bedengn di buat melingkar lokasi dengan diameter 200cm untuk mencegah hujan masuk ke leher
batang tanaman bibit.
l. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila tanah mempunyai keasaman yang tinggi. Pengapurn dilakukan
pada tanah sampai pH 6-8.
m. Pemupukan
Pemupukan menggunakan TSP sebanyak 300 gr untuk setip lubang (lokasi yang di tanami) dengn
cara dicampurkan pada tanag top soil yang berada di sebelah utara lubang, kemudian
memasukkan tanah tersebut dalam lubang.
n. Teknik penamanam
System tanam yang baik yaitu system tanam segi tiga karena pemanfaatan lahan dan pengambilan
sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter. Dengan pola ini jumlah tanaman
akan lebih banyak 15% dari system bujur sangkar.
1. Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang
tanam.
2. Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat
irisan sampai ke ujung, bejkas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk
meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus
sama.
3. Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan
ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.
4. Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi adalah 143 batang
dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batang, sehingga jumlah bibit
yang harus disediakan 160 batang.
2. Uraikan produk utama, produk turunan, dan produk ikutan dari hasil pengolahan tanaman teh! Kaji dari
aspek sosial dan ekonomi masing-masing tujuan produk tersebut!
Jawaban :
Produk utama teh yaitu Berikut ini pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
a. Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum di petik
dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam
jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih
kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh
celup juga mulai populer.
b. Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung di proses setelah di petik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara
tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng
di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa di jual dalam bentuk lembaran daun teh atau
di gulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
c. Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan
waktu 2-3 hari.
d. Teh hitam
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan
jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka, Bangladesh) dan sebagian besar
negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan
harafiah dari aksara Hanzi untuk teh bahasa Tionghoa ( 红 茶 ) atau ( 紅 茶 ) dalam bahasa Jepang
adalah teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena
daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang
termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah
dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, tear, curl yang
berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan
berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan
kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas
daun pascaproduksi sesuai standar Orange Pekoe.
Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh utama tersebut dapat menghasilkan kualitas the murni yang
baik dan memiliki khasiat untuk Kesehatan sehimgga dapat melawan beberapa macam penyakit
sehingga dapat meningkatkan produktivitas manusia.
Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh turunan tersebut dapat menghasilkan kualitas produk
turuna teh, sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan petani dan industri
teh.
Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh olahan tersebut dapat menghasilkan kualitas produk
olahan the dengan beragam, sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan
produsen teh dalam sebagai ladang bisnis minuman teh instan, masker dan lain-lain.
Sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan yang maksimal.
3. Bagaimana tanggapan Saudara jika pengembangan tanaman kelapa sawit dilakukan secara besar-besaran
di kawasan timur Indonesia pada saat ini!
Jawaban :
KAWASAN TIMUR INDONESIA (Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua bagian Selatan) yaitu Iklim
kering dengan curah hujan tidak merata, tanah terbentuk dari bahan induk yang bersifat intermedier
sampai basis.
Syarat tumbuh kelpa sawit :
Tanaman Tropis (13O LU-12OLS) Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Curah Hujan 1500-4000 mm (OPT. 2000-3000 mm)
Suhu Optimal 28OC, 0-500 m dpl
Lama Penyinaran Rata-rata 5 Jam Pertumbuhan, Tingkat Asimilasi Sex Ratio dan Produksi
Buah. Tanah TUF Vulkanik Muda Yang Berasal Dari Gunung Berapi dan Berstruktur Remah,
Cukup Unsur Hara (Drainase Baik dan Solum Dalam)
Kelembaban udara optimum 80%-90%
Tanah dengan jenis latosol, PMK, Aluvial, Kadang-kadang Gabut, Dataran Pantai dan Muar
Sungai.
Letak Lahan/Topografis Harua Cukup Baik Transposrtasi yang mendukung
pH 4-6
Untuk kelapa sawit bisa saja dilakukan produksi tanaman tersebut di derah Kawasan timur akan tetapi
harus memperhatikan syarat tumbuh, jenis varietas dan teknik budidaya seperti penjelasan di atas,
sehingga dapat menghasilkan produk utama kelapa sawit dengan maksimal dan produk turuna kelpa
sawit dengan maksimal pula sehingga dapat mencegah Krisis minyak goreng yang telah dialami di
Indonesia akhir-akhir ini.
Dan untuk hasil yang selalu stabil harus dilakukan peremajaan kelpa sawit dengan menanam Kembali
kepala sawit muda untuk mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidah bis berproduktivitas dengan
baik. Hal ini diharapak dapat mencegah kelangkaan minyak goreng dan dpat meningkatkan UMKM
bagi indutri besar mauaun pedgang kecil, sehingga semua aspek lapisan masyarakat dapat hidup dengan
lebih sejahtera.
4. Uraikan langkah-langkah strategi antisipasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim global di
Indonesia terhadap tanaman kopi !
Jawaban :
Variabilitas dan perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global (global warming) merupakan salah
satu tantangan terpenting pada milenium ketiga. Sejumlah bukti baru hasil berbagai studi mutakhir
memperlihatkan bahwa faktor antropogenik, terutama perkembangan industri yang sangat cepat selama
50 tahun terakhir telah memicu terjadinya pemanasan global secara signifikan. Perubahan iklim
berdampak terhadap kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim, perubahan pola
hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut.
Pergeseran musim yang ekstrim dan perubahan pola hujan diperkirakan dapat menyebabkan tingginya
intensitas hujan pada musim penghujan serta semakin panjangnya musim kemarau. Curah hujan yang
tinggi meningkatkan erosi, pencucian hara dan tanah longsor. Apabila air hujan yang berlebih tidak
dapat diserap oleh tanah di hulu, maka akan meningkatkan aliran permukaan yang akhirnya
menyebabkan banjir. Sebaliknya musim kemarau yang kering akan menyebabkan cekaman kekeringan
dengan jangka waktu lama. Perubahan iklim berupa anomali iklim akan menimbulkan resiko yang
cukup besar bagi produksi dan produktifitas serta mutu hasil sektor pertanian, termasuk subsektor
perkebunan. Aktifitas di sektor pertanian sangat tergantung pada faktor abiotik (matahari, tanah, udara,
curah hujan, kelembaban) dan faktor biotik salah satunya pengaruh serangan OPT pada tanaman
budidaya.
Selain karena pengaruh iklim, rendahnya produktivitas dan mutu hasil disebabkan oleh rendahnya
kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya
kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta dukungan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca. Kegiatan mitigasi pada subsektor perkebunan adalah upaya yang dilakukan oleh pelaku
usaha perkebunan untuk mengurangi sumber emisi gas rumah kaca, sedangkan adaptasi adalah tindakan
penyesuaian untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim yang mengancam produktivitas
hasil tanaman perkebunan.
Pola pembangunan era baru yang diterapkan di Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali dengan
mengembangkan pola pertanian ke arah organik. Penerapan kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak
perubahan iklim ini sangat mendukung hal tersebut. Unsur karbon (C) dalam bentuk senyawa gas
rumah kaca (GRK) seperti gas metana (CH 4) dan karbondioksida (CO2) di lepas ke atmosfer melalui
proses biologis dan aktivitas manusia sehingga terbentuknya lapisan di stratosfer yang berakibat
dipantulnya kembali radiasi gelombang infra merah yang seharusnya di lepas ke atmosfer bumi. Gas
rumah kaca pada sektor pertanian dapat berasal dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintetis pada
kebun petani, limbah pertanian (hasil panen) yang tidak di olah serta dari kotoran ternak. Beberapa
upaya penerapan mitigasi dan adaptasi melalui pengurangan emisi karbon pada subsektor perkebunan di
demplot area percontohan dilakukan dengan mengintegrasikan ternak dan kebun (kebun-ternak) melalui
pemanfaatan limbah perkebunan (zero waste) dan limbah ternak sebagai bahan baku pupuk organik,
mengurangi atau menggantikan pemanfaatan pestisida dan pupuk kimia dengan bahan nabati/hayati,
pemanfaatan pohon pelindung sebagai penyerap karbon, pembuatan lubang biopori sebagai pencegah
banjir, pemanfaatan embung penampung air saat musim hujan, pembuatan lubang rorak sebagai
wilayah sumber nutrisi hara tanaman kopi serta melakukan pemangkasan.
Petani pelaksana kegiatan memperoleh bantuan ternak kambing sejumlah 25 ekor dengan tujuan kotoran
ternak dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Adapun cara perawatan
kesehatan kambing dengan menerapkan biosekuriti yaitu tidakan secara biologis untuk mencegah
serangan penyakit pada ternak. Biosekuriti meliputi tindakan sebagai berikut:
Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah yang penting bagi
peningkatan devisa negara. Vanili merupakan salah satu spesies dari famili Orchidaceae (Bhai dan
Thomas, 2000) yang buahnya bernilai ekonomi tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
makanan dan minuman (Rosman et al. 1989). Luas areal tanaman vanili di Indonesia pada tahun 1983
hanya 3.786 hektar dengan produksi 617 ton, meningkat menjadi 31.887 hektar dengan produksi 3.182
ton pada tahun 2008 dan tahun 2013 menurun menjadi 19.920 hektar dengan produksi 3.066 ton
(Ditjenbun, 2013). Sebagian besar produksi vanili Indonesia ditujukan untuk kebutuhan ekspor.
Ekspor vanili pada tahun 2012 mencapai 278 ton dengan nilai lebih dari US $ 5367000 (Ditjenbun,
2009; Ditjenbun 2013). Saat ini, tanaman vanili tersebar di 25 propinsi di Indonesia dengan tingkat
produktivitas 441 kg/ha dan dikelola oleh 288.535 kepala keluarga petani. Luas areal dan produksi
terbesar ditempati oleh Propinsi Aceh mencapai yaitu 38.094 hektar dengan produksi nya 12.117 ton
(Ditjenbun, 2014).
Sampai tahun 2018 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat telah melepas dua varietas unggul
vanili yaitu Vania 1 dan Vania 2. Varietas unggul vanili yang direkomendasikan saat ini adalah Vania 1
berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor : 1370/Kpts/SR.120/10/2008, tanggal 8 Oktober 2008 dan
Vania 2 berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor : 1371/Kpts/SR.120/10/2008, tanggal 8 Oktober
2008. Vania 1 (hasil 2,1 ton/ha dengan kadar vanilin 2,808%) dan Vania 2 (hasil 1,8 ton/ha dengan
kadar vanilin 2,983%).
Sumber Benih Perbanyakan vanili dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dapat
dilakukan menggunakan setek pendek, sedangkan secara generatif dari biji. Namun penggunaan setek
lebih baik karena lebih mudah. Bila persediaan setek panjang terbatas dapat diatasi dengan penggunaan
setek pendek, mulai dari setek satu buku hingga tiga buku (dua ruas). Setek satu ruas atau dua buku satu
daun dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan setek.
Pada saat pengambilan setek, bila tanaman mempunyai sulur dengan panjang 1-1,5 m (10-15 buku),
akan diperoleh 2 setek panjang, masing-masing berukuran ± 1 m (5-8 buku). Waktu pengambilan setek
sangat tergantung dari cara penanaman yang akan dilakukan. Apabila langsung ditanam di lapangan
dengan setek panjang, maka waktu pengambilan setek segera menjelang waktu tanam, sedangkan
apabila menggunakan setek pendek (1 buku berdaun tunggal), maka waktu pengambilan setek dilakukan
4-6 bulan sebelum tanam karena diperlukan persemaian terlebih dahulu (Hadipoentyanti et al. 1998).
Kualitas dan Standar Mutu Benih Untuk mendapatkan benih berkualitas diperlukan pemilihan dan
perlakuan benih selama di persemaian, baik di bedengan atau di polibag, sedangkan benih berukuran
panjang atau 7 ruas dapat langsung ditanam di lapang.
Persemaian Benih Vanili Penyemaian benih vanili bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan tanaman
yang seragam dan sehat saat dipindah ke lapang. Untuk pesemaian benih di polibag dibutuhkan
komposisi media tanam yang sesuai. Perbandingan media tanam tanah dan pupuk kandang 4:1 (Rosman
dan Tasma 1988) atau tanah dan kompos 4:1 (Rosman et al. 1992). Pupuk dan kompos dapat
meningkatkan Budidaya pertumbuhan stek vanili. Hal ini karena pupuk kandang maupun kompos
mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Alternatif lain untuk meningkatkan hara dalam tanah di persemaian vanili adalah penggunaan abu
janjang sawit dengan dosis 12 g/stek vanili (Rosman et al. 1995a) atau kapur dolomit (Ca Mg (CO3)2
sebanyak 6 g (Rosman et al. 1995b). Penggunaan abu janjang sawit dan kapur dolomit dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili. Abu janjang sawit mengandung K, sedangkan kapur
dolomit mengandung Ca dan Mg.
LINGKUNGAN TUMBUH
Kesesuaian Lahan dan iklim Kondisi lingkungan (lahan dan iklim) sangat menentukan dalam
pengembangan tanaman vanili. Iklim, meliputi bulan kering, curah hujan, dan intensitas cahaya. Supaya
dapat tumbuh dan menghasilkan pertumbuhan yang baik, vanili memerlukan iklim 2-3 bulan kering,
curah hujan 1500-2500 mm/tahun dan intensitas cahaya 30-50%.
Cahaya sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada tanaman vanili, cahaya
menentukan proses pembungaan dan pembentukan buah. Kebutuhan cahaya pada tanaman vanili
berbeda pada setiap stadia pertumbuhan. Pada fase vegetatif diperlukan cahaya yang lebih rendah
dibanding fase produktif. Intensitas cahaya yang rendah pada fase produktif mengakibatkan tanaman
tidak mampu berbunga. Pemberian cahaya antara 35-55% memberikan hasil terbaik, sedangkan untuk
mendapatkan kadar vanilin yang tinggi diperlukan cahaya 55%. Dari penelitian diperoleh kadar vanilin
tertinggi sebesar 2,26%.
Pemberian pupuk N ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Begitu pula P dan
K. Pemberian N, P dan K dapat meningkatkan pertumbuhan tunas setek vanili. Pemberian 2 g N + 2 g
P2O5 + 1 g K2O/pot memperlihatkan pertumbuhan terbaik.
Aspek ekologi lain yang juga menentukan pengembangan vanili adalah keberadaan tanaman lain, yang
memberikan respon yang berbeda. Tiang panjat akan mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar
vanili terutama iklim mikro, begitu pula tanaman lainnya. Tanaman bawang efektif menurunkan
populasi patogen busuk batang vanili Pengelolaan tanaman di sekitar vanili perlu menjadi perhatian,
karena berkaitan dengan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
vanili.
Daerah yang sesuai untuk vanili adalah daerah yang memiliki ketinggian 1-700 m dpl, curah hujan
1.500-3.000 mm/tahun, bulan kering 2-4 bulan, temperatur 23-26°C, kelembaban 50-75%, drainase
baik, tekstur liat berpasir, pH 5-7, kedalaman air tanah >1 m, kejenuhan basa 20-50 %, dan kapasitas
tukar kation (KTK) >5.
Penyiapan lahan Beberapa hal yang diperlukan dalam penyiapan lahan adalah membersihkan lahan dari
gulma, penggemburan tanah, drainase serta pembuatan guludan. Setelah lahan bersih dan
memungkinkan untuk ditanam dilakukan pembuatan lubang tanam sesuai jarak tanam vanili.