Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM SARJANA (S1) DAN MAGISTER (S2)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DAN AGRIBISNIS
Kampus I : Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Tlp/Fax. (022) 7912585

UJIAN TENGAH SEMESTER


ASPEK KHUSUS PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (AKPTT)

Nama : Euis Bayu Risbarkah


Klas : 17 AGROTEKNOLOGI 2021
NIM : 4122121210008
Tanggal : 14 Mei 2022
Dosen : Dr. Ir. Lia Amalia, M.P.
1. Bagaimana sebaiknya teknik pemilihan tanaman sela beserta contohnya yang sesuai dan prospektif
untuk pertanaman Kelapa Dalam umur 20 tahun di Kawasan Barat Indonesia ?
Jawaban :
KAWASAN BARAT INDONESIA (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Papua) yaitu memiliki
Iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun tanah terbentuk dari bahan induk yang bersifat
masam.

Syarat pohon induk adalah berumur 20 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus
dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk
sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan
penyakit.

Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat, bentuk
bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang buah 22-25 cm,
lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.

a. Iklim

 Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan
sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi
distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah,
lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun.
 Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan
transpirasi tanaman.
 Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai
sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan
terlambat.
 Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C.
Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa.
 Kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila rH
udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman kekeringan buah jatuh lebih awal
(sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit

b. Media Tanam

 Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir,
tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial.
 Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH
diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala
defisiensi besi dan mangan.
 Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama
dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan
lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia.
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik
dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm.
 Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat
kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi,
mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erasi.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian yang optimal 0-450 m
dpl. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi sedikit dan kadar
minyak rendah.
d. Persyaratan Benih

Syarat pohon induk adalah berumur 20-40 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus
menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan
mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, bebas
dari gangguan hama dan penyakit.

Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat,
bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang buah
22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang
terdengar suara nyaring.

e. Penyiapan Benih

Seleksi benih sesuai persyaratan, istirahatan benih selama 1 bulan dalam Gudang dengan kondisi
udr segar dan kering, tidk bocor, tidak langsu terkena sinar matahari dan suhu udara dlam Gudang
25-270C dan dilakukan dengan pemupukan buah secara pyramidal tunggal setinggi 1 meter dan di
amati secara rutin.

f. Pembibitan

1) Syarat lokasi persemaian: topografi datar, drainase baik, dekat sumber air dengan jumlah
cukup banyak, dekat lokasi penanaman.
2) Persiapan bedengan atau polybag. Olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm, bentuk
bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan panjang tergantung lahan dengan jarak antar
bedengan 60-80 m. Untuk polybag, terbuat dari polyethylene/poliprophylene berwarna hitam
dengan ukuran 50 x 40 cm dan tebal 0.2 mm, bagian bawah berlubang diameter 0.5 cm
dengan jarak antar lubang 7.5 cm sebanyak 48 buah untuk aerasi dan drainase dan diisi
dengan tanah top soil halus (bila tanah berat harus dicampur pasir 2:1) setinggi 2/3.
3) Pendederan, dengan menyayat benih selebar ± 5 cm pada tonjolan sabut sebelah tangkai
berhadapan sisi terlebar dengan alat yang tajam dan jangan diulang.
4) Desifektan benih dengan insektisida dan fungisida (Azodrin 60 EC 0.1% dan difolatan 4F
0.1%) selama dua menit.
5) Tanam benih dalam tanah sedalam 2/3 bagian dengan sayatan menghadap keatas dan
mikrofil ke timur.
6) Penanaman dengan posisi segitiga bersinggungan. Setiap satu meter persegi dapat diisi 30 –
35 benih atau 25.000 butir untuk areal 1 hektar.
 Lama pembibitan 5-7 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 24.000/ha.
 Lama pembibitan 7-9 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 17.000/ha
 Lama pembibitan 9-11 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 1.000/ha.
1. Bila disemai di bedengan, maka setelah benih berkecambah (panjang tunas 3-4 cm) perlu
dipindahkan ke polybag.
2. Persemaian di polybag berlangsung selama 6-12 bulan, berdaun ± 6 helai dan tinggi 90-100
cm.
Pembibitan Kitri
1. Syarat tempat: tanah datar, terbuka, dekat sumber air, dekat arel pertanaman, cukup subur
dan mudah diawasi
2. Cara membuat bedengan:
 Tanah diolah sedalam 30-40 cm, dibersihkan dari gulma/batuan dan digemburkan.
 Bentuk bedengan berukuran 6 x 2 x 0.2 meter dengan jarak antar bedengan 80 cm,
sebagai saluran drainase.
 Mengajir: Mengajir sesuai dengan jarak tanam bibit yaitu 60 x 60 x 60 cm.
 Menanam kecambah:
- Menanam kecambah sesuai dengan besarnya benih.
- Menanam kecambah dalam lubang dengan tertanam sampai pangkal plumula.

g. Pemeliharaan Penyemaian
Pemeliharaan saat pendederan, meliputi:

1. Penyiraman, dilakukan dengan menggunakan gembor atau springkel pada dua hari I 5 liter/m2/hari,
tiap pagi dan sore, dan Selanjutnya 6 liter/m2/hari. Untuk mengetahui cukup tidaknya penyiraman,
maka setelah 2 jam pada bagian sayatan ditekan dengan ibu jari, apabila keluar air maka penyiraman
telah cukup.
2. Pembersihan rumput-rumputan untuk mencegah adanya inang hama dan dan penyakit.
Pemeliharaan pada saat pembibitan, yaitu:

1. Penyiraman, dilakukan sampai jenuh, selanjutnya dapat disiram dengan gembor, selang atau spingkel
pada pagi dan sore hari. Kebutuhan penyiraman per polybag per hari, tergantung pada umur bibit.
2. Proteksi, dengan pemberian insektisida atau fungisida dengan dosis rata-rata 2 cc/liter dan
disemprotkan pada tanaman sampai basah dan merata.
3. Penyiangan gulma, dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan mekanis maupun herbisida.
4. Pemupukan, yaitu Nitrogen, Phosphat, Kalium dan Magnesium yang dilakukan setiap bulan sekali
dengan mencampurakannya kedalam tanah polybag setebal 3 cm.
5. Seleksi bibit, meliputi: memisahkan tanaman yang kerdil, terkena penyakit dan hama dan dilakukan
terus menerus dengan interval 1 bulan setelah bibit berumur 1 bulan.

h. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit sebaiknya saat musim hujan, dengan cara:

1. Bibit kitri : dipindahkan dalam bentuk bibit cabutan yang dibongkar dari persemaian bibit. Umur
bibit sewaktu pemindahan telah mencapai 9-12 bulan. Pemindahan harus hati-hati dan dijaga kitri
dalam keadan utuh.
2. Bibit polybag : dipindahkan pada umur 9-12 bulan. Dua sampai tiga hari sebelum dipindahkan akar
yang keluar dari polybag harus dipotong.
i. Pengelolaan Media
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya
untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga
kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.

j. Pembukaan Lahan
1. Lahan berupa hutan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) Penebasan semak atau perdubahkan
apabila memungkinkan didongkel, dikumpulkan, dikeringkan dan dibakar, (b) Penebangan
pohon, dengan tinggi penebangan tergantung besarnya pohon.
2. Lahan tanaman kelapa tua. Pohon kelapa tua ditebang pada leher akar. Apabila memungkinkan
batang kelapa dapat dijual sebagai bahan bangunan.
3. Areal alang-alang. Tindakan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
k. Pembutn bedengan
Bedengn di buat melingkar lokasi dengan diameter 200cm untuk mencegah hujan masuk ke leher
batang tanaman bibit.
l. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila tanah mempunyai keasaman yang tinggi. Pengapurn dilakukan
pada tanah sampai pH 6-8.
m. Pemupukan
Pemupukan menggunakan TSP sebanyak 300 gr untuk setip lubang (lokasi yang di tanami) dengn
cara dicampurkan pada tanag top soil yang berada di sebelah utara lubang, kemudian
memasukkan tanah tersebut dalam lubang.
n. Teknik penamanam
System tanam yang baik yaitu system tanam segi tiga karena pemanfaatan lahan dan pengambilan
sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter. Dengan pola ini jumlah tanaman
akan lebih banyak 15% dari system bujur sangkar.

o. Pembuatn Lubang Tanam


Pembuatah lubang tanam dilakukan paling lambat 1- bulan sebelum penanaman untuk
menghilangkan keasaman tanah, dengan ukun 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100
cm. pembuatan lubang pada lahan miring (>200) dilakukan dengan pembuatan teras individu
selebar 1,25 meter kea rah lereng di atasnya dan 1 meter kea rah lereng di bawahnya. Teras di
buat miring 100ke arah dalam.
p. Cara Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup
untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan
sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:

1. Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang
tanam.
2. Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat
irisan sampai ke ujung, bejkas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk
meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus
sama.
3. Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan
ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.
4. Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi adalah 143 batang
dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batang, sehingga jumlah bibit
yang harus disediakan 160 batang.

2. Uraikan produk utama, produk turunan, dan produk ikutan dari hasil pengolahan tanaman teh! Kaji dari
aspek sosial dan ekonomi masing-masing tujuan produk tersebut!
Jawaban :

 Produk utama teh yaitu Berikut ini pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
a. Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum di petik
dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam
jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih
kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh
celup juga mulai populer.
b. Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung di proses setelah di petik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara
tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng
di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa di jual dalam bentuk lembaran daun teh atau
di gulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
c. Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan
waktu 2-3 hari.
d. Teh hitam
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan
jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka, Bangladesh) dan sebagian besar
negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan
harafiah dari aksara Hanzi untuk teh bahasa Tionghoa ( 红 茶 ) atau ( 紅 茶 ) dalam bahasa Jepang
adalah teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena
daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang
termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah
dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, tear, curl yang
berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan
berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan
kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas
daun pascaproduksi sesuai standar Orange Pekoe.

Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh utama tersebut dapat menghasilkan kualitas the murni yang
baik dan memiliki khasiat untuk Kesehatan sehimgga dapat melawan beberapa macam penyakit
sehingga dapat meningkatkan produktivitas manusia.

 Produk Turunan Teh


1.    Flavored tea
Adalah teh yang dicampurkan dengan berbagai bahan lain seperti rempah-rempah (jahe,
kayu manis), buah (jeruk nipis, kulit jeruk) atau berbagai jenis bunga (melati, gardenia,
mawar) dengan komposisi tertentuk untuk mendapatkan cita rasa dan aroma yang
diinginkan.
2.    Teh instan
Merupakan jenis teh yang mengalami proses lebih lanjut (direndam dalam air panas dan
dievaporasi) sebagai bentuk bubuk. Jenis ini sangat popular di Amerika Serikat sejak tahun
1950 dan akhirnya mulai digemari diseluruh dunia termasuk jepang.
3.    Decaffeinated tea (teh bebes kafein)
Teh yang telah mengalami proses penghilangan kafein (satu alkaloid pada teh yang disebut
tehine).
4.    Teh herbal
Teh yang tidak berasal dari daun teh, tetapi dari tanaman lain yang produk akhir dan cara
penyajiannya sama dengan teh, seperti teh benalu dan chamomile.

Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh turunan tersebut dapat menghasilkan kualitas produk
turuna teh, sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan petani dan industri
teh.

 Produk ikutan dari hasil pengolahan tanaman teh :


 The Tarik
Teh tarik ini populer di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Ada yang unik dari pembuatan teh tarik ini. Campuran antara, gula, susu, teh dimasukkan
ke dalam salah satu cangkir. Di cangkir yang lain secara bersamaan, cairan ini dituangkan
dan ditarik satu sama lain.
 Thai Tea
Thai tea berasal dari Thailand, teh olahan jenis ini sangat mendunia. Apalagi di Indonesia
sudah marak dengan beberapa franchise. Ada beberapa varian rasa mulai dari original,
green tea, tiramisu bahkan coffe thai tea. Pembuatannya hampir sama dengan pembuatan
teh tarik karena beberapa kali dituangkan di dua cangkir berbeda tetapi tidak terlalu lama.
 Mate
Olahan teh jenis ini sangat terkenal di Argentina dan Uruguay. Bahan teh yang digunakan
adalah yerba mate. Diminum menggunakan gelas dan sedotan khusus dengan cita rasa
khasnya. Mungkin kamu pencita teh harus mencoba olahan teh jenis ini.
 Masala chai
Masala Chai bisa ditemukan di beberapa daerah India, Sri Lanka, Bangladesh, dan
sekitarnya. Di olahan teh ini di campur dengan beberapa bahan lainnya seperti kapulaga,
kayu manis, cengkeh, jahe lada dan teh hitam.
 Maghrebi Mint Tea
Teh olahan ini berasal dari Algeria, Libya, Mauritania, Maoro dan Aljazair. Olahan teh ini
terbuat dari teh, daun spearmint dan gula. Teh ini bisa lebih wangi dengan tambahan
ramuan lain, salah satunya adalah air bunga pohon jeruk.
 The Talua
Teh ini berasal dari Sumatera Barat. Terbuat dari campuran teh, gula, telur dan air jeruk
nipus membuat cita rasanya ikonik. Susu juga diberikan di dalamnya agar nggak terasa
amis.

Dari segi sosial dan ekonomi hasil teh olahan tersebut dapat menghasilkan kualitas produk
olahan the dengan beragam, sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan
produsen teh dalam sebagai ladang bisnis minuman teh instan, masker dan lain-lain.
Sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan yang maksimal.
3. Bagaimana tanggapan Saudara jika pengembangan tanaman kelapa sawit dilakukan secara besar-besaran
di kawasan timur Indonesia pada saat ini!
Jawaban :

KAWASAN TIMUR INDONESIA (Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua bagian Selatan) yaitu Iklim
kering dengan curah hujan tidak merata, tanah terbentuk dari bahan induk yang bersifat intermedier
sampai basis.
Syarat tumbuh kelpa sawit :
 Tanaman Tropis (13O LU-12OLS)  Afrika, Asia dan Amerika Latin.
 Curah Hujan 1500-4000 mm (OPT. 2000-3000 mm)
 Suhu Optimal 28OC, 0-500 m dpl
 Lama Penyinaran Rata-rata 5 Jam Pertumbuhan, Tingkat Asimilasi Sex Ratio dan Produksi
Buah. Tanah TUF Vulkanik Muda Yang Berasal Dari Gunung Berapi dan Berstruktur Remah,
Cukup Unsur Hara (Drainase Baik dan Solum Dalam)
 Kelembaban udara optimum 80%-90%
 Tanah dengan jenis latosol, PMK, Aluvial, Kadang-kadang Gabut, Dataran Pantai dan Muar
Sungai.
 Letak Lahan/Topografis Harua Cukup Baik  Transposrtasi yang mendukung
 pH 4-6
Untuk kelapa sawit bisa saja dilakukan produksi tanaman tersebut di derah Kawasan timur akan tetapi
harus memperhatikan syarat tumbuh, jenis varietas dan teknik budidaya seperti penjelasan di atas,
sehingga dapat menghasilkan produk utama kelapa sawit dengan maksimal dan produk turuna kelpa
sawit dengan maksimal pula sehingga dapat mencegah Krisis minyak goreng yang telah dialami di
Indonesia akhir-akhir ini.
Dan untuk hasil yang selalu stabil harus dilakukan peremajaan kelpa sawit dengan menanam Kembali
kepala sawit muda untuk mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidah bis berproduktivitas dengan
baik. Hal ini diharapak dapat mencegah kelangkaan minyak goreng dan dpat meningkatkan UMKM
bagi indutri besar mauaun pedgang kecil, sehingga semua aspek lapisan masyarakat dapat hidup dengan
lebih sejahtera.

4. Uraikan langkah-langkah strategi antisipasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim global di
Indonesia terhadap tanaman kopi !
Jawaban :

Variabilitas dan perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global (global warming) merupakan salah
satu tantangan terpenting pada milenium ketiga. Sejumlah bukti baru hasil berbagai studi mutakhir
memperlihatkan bahwa faktor antropogenik, terutama perkembangan industri yang sangat cepat selama
50 tahun terakhir telah memicu terjadinya pemanasan global secara signifikan. Perubahan iklim
berdampak terhadap kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim, perubahan pola
hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut.

Pergeseran musim yang ekstrim dan perubahan pola hujan diperkirakan dapat menyebabkan  tingginya
intensitas hujan pada musim penghujan serta semakin panjangnya musim kemarau. Curah hujan yang
tinggi meningkatkan erosi, pencucian hara dan tanah longsor. Apabila air hujan yang berlebih tidak
dapat diserap oleh tanah di hulu, maka akan meningkatkan aliran permukaan yang akhirnya
menyebabkan banjir. Sebaliknya musim kemarau yang kering akan menyebabkan cekaman kekeringan
dengan jangka waktu lama. Perubahan iklim berupa  anomali iklim akan menimbulkan resiko yang
cukup besar bagi produksi dan produktifitas serta mutu hasil sektor pertanian, termasuk subsektor
perkebunan. Aktifitas di sektor pertanian sangat tergantung pada faktor abiotik (matahari, tanah, udara,
curah hujan, kelembaban) dan faktor biotik salah satunya pengaruh serangan OPT pada tanaman
budidaya.
Selain karena pengaruh iklim, rendahnya produktivitas dan mutu hasil disebabkan oleh rendahnya
kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya
kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta dukungan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca. Kegiatan mitigasi pada subsektor perkebunan adalah upaya yang dilakukan oleh pelaku
usaha perkebunan untuk mengurangi sumber emisi gas rumah kaca, sedangkan adaptasi adalah tindakan
penyesuaian untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim yang mengancam produktivitas
hasil tanaman perkebunan.

Pola pembangunan era baru yang diterapkan di Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali dengan
mengembangkan pola pertanian ke arah organik. Penerapan kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak
perubahan iklim ini sangat mendukung hal tersebut. Unsur karbon (C) dalam bentuk senyawa gas
rumah kaca (GRK) seperti gas metana (CH 4) dan karbondioksida (CO2) di lepas ke atmosfer melalui
proses biologis dan aktivitas manusia sehingga terbentuknya lapisan di stratosfer yang berakibat
dipantulnya kembali radiasi gelombang infra merah yang seharusnya di lepas ke atmosfer bumi. Gas
rumah kaca pada sektor pertanian dapat berasal dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintetis pada
kebun petani, limbah pertanian (hasil panen) yang tidak di olah serta dari kotoran ternak. Beberapa
upaya penerapan mitigasi dan adaptasi melalui pengurangan emisi karbon pada subsektor perkebunan di
demplot area percontohan dilakukan dengan mengintegrasikan ternak dan kebun (kebun-ternak) melalui
pemanfaatan limbah perkebunan (zero waste) dan limbah ternak sebagai bahan baku pupuk organik,
mengurangi atau menggantikan pemanfaatan pestisida dan pupuk kimia dengan bahan nabati/hayati,
pemanfaatan pohon pelindung sebagai penyerap karbon, pembuatan lubang biopori sebagai pencegah
banjir, pemanfaatan embung penampung air saat musim hujan, pembuatan lubang  rorak sebagai
wilayah sumber nutrisi hara  tanaman kopi serta melakukan pemangkasan.

Petani pelaksana kegiatan memperoleh bantuan ternak kambing sejumlah 25 ekor dengan tujuan kotoran
ternak dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Adapun cara perawatan
kesehatan kambing dengan menerapkan biosekuriti yaitu tidakan secara biologis untuk mencegah
serangan penyakit pada ternak. Biosekuriti meliputi tindakan sebagai berikut:

1. Memberi pakan/minum kepada ternak dengan baik dan benar


2. Menjaga pakan agar tidak busuk/berjamur
3. Menjaga sanitasi kandang dan lingkungannya
4. Melakukan spraying kandang dan ternak dengan desinfektan / insektisida
5. Melakukan vaksinasi ternak
6. Melakukan pengobatan pada ternak sakit secara cepat dan tepat
Praktek pembuatan pupuk organik/hayati dilakukan dengan memanfaatkan pencampuran limbah kulit
kopi/kakao dengan dekomposer BEKA yang berfungsi sebagai pengolah bahan organik (pupuk
kandang) menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi yang bekerja secara aerob selama 21 hari.
Dalam praktek pemanfaatan limbah perkebunan sebagai bahan pakan ternak digunakan bahan utama
berupa pencampuran limbah kopi/kakao, larutan tauge, air steril dengan Trichoderma sp. Cair
Pada umumnya, kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim sebagai upaya pencegahan terjadinya banjir
di kebun kopi dapat dilakukan dengan pemanfaatan embung penampung air, pembuatan lubang rorak
dan lubang biopori. Lubang rorak dibuat sebanyak minimal 25% dari populasi tanaman kopi di masing-
masing kebun petani dengan ukuran 80cm x 40cm x 40cm. Lubang rorak dimanfaatkan untuk
menampung / meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah, memperlambat laju aliran permukaan,
pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikan nya ke bidang olah serta media
penampung bahan organik, yang merupakan sumber hara bagi tanaman. Selain lubang rorak, di kebun
petani juga harus membuat lubang biopori sebanyak 2 lubang per tanaman dengan ukuran diameter 15
cm dan kedalaman 50 cm. Lubang di tempatkan di antara tanaman dengan jarak sesuai lebar kanopi dan
di isi bahan organik (kotoran ternak dan serasah tanaman). Jika populasi cacing tanah setempat sangat
sedikit agar ditambah (diintrodusir) dari tempat lain. Manfaat lubang resapan biopori yaitu untuk
meningkatkan resapan air ke dalam tanah, sebagai tempat pengomposan, mengurangi tingkat genangan
air melalui proses resapan air tanah, mengurangi run off, meningkatkan aktivitas flora dan fauna tanah,
serta untuk pencegahan terjadinya erosi tanah. Biopori juga dapat mengubah sampah organik menjadi
kompos. Pengomposan sampah organik mengurangi aktivitas pembakaran sampah yang dapat
meningkatkan kandungan gas rumah kaca di atmosfer. Setelah proses pengomposan selesai, kompos ini
dapat di ambil dari biopori untuk diaplikasikan ke tanaman. Kemudian biopori dapat diisi dengan
sampah organik lainnya. Sampah organik yang dapat dikomposkan di dalam biopori diantaranya
sampah taman dan kebun (dedaunan dan ranting pohon), dan sampah dapur (sisa sayuran dan tulang
hewan).
Kegiatan budidaya lainnya yang perlu diterapkan petani yaitu pemangkasan. Pemangkasan perlu
dilakukan karena dapat menyediakan batang dan percabangan yang baik untuk buah kopi pada fase
berikutnya, menjaga keseimbangan total luas daun, mencegah kelebihan cabang dan kematian tunas,
mengurangi kelembaban kanopi. Pemangkasan akan dilakukan setelah kegiatan panen pada setiap
tanaman kopi di kebun petani.
5. Bagaimana teknik budidaya yang efisien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan
mutu tanaman vanili!
Jawaban :

Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah yang penting bagi
peningkatan devisa negara. Vanili merupakan salah satu spesies dari famili Orchidaceae (Bhai dan
Thomas, 2000) yang buahnya bernilai ekonomi tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
makanan dan minuman (Rosman et al. 1989). Luas areal tanaman vanili di Indonesia pada tahun 1983
hanya 3.786 hektar dengan produksi 617 ton, meningkat menjadi 31.887 hektar dengan produksi 3.182
ton pada tahun 2008 dan tahun 2013 menurun menjadi 19.920 hektar dengan produksi 3.066 ton
(Ditjenbun, 2013). Sebagian besar produksi vanili Indonesia ditujukan untuk kebutuhan ekspor.
Ekspor vanili pada tahun 2012 mencapai 278 ton dengan nilai lebih dari US $ 5367000 (Ditjenbun,
2009; Ditjenbun 2013). Saat ini, tanaman vanili tersebar di 25 propinsi di Indonesia dengan tingkat
produktivitas 441 kg/ha dan dikelola oleh 288.535 kepala keluarga petani. Luas areal dan produksi
terbesar ditempati oleh Propinsi Aceh mencapai yaitu 38.094 hektar dengan produksi nya 12.117 ton
(Ditjenbun, 2014).

Sampai tahun 2018 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat telah melepas dua varietas unggul
vanili yaitu Vania 1 dan Vania 2. Varietas unggul vanili yang direkomendasikan saat ini adalah Vania 1
berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor : 1370/Kpts/SR.120/10/2008, tanggal 8 Oktober 2008 dan
Vania 2 berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor : 1371/Kpts/SR.120/10/2008, tanggal 8 Oktober
2008. Vania 1 (hasil 2,1 ton/ha dengan kadar vanilin 2,808%) dan Vania 2 (hasil 1,8 ton/ha dengan
kadar vanilin 2,983%).

Sumber Benih Perbanyakan vanili dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dapat
dilakukan menggunakan setek pendek, sedangkan secara generatif dari biji. Namun penggunaan setek
lebih baik karena lebih mudah. Bila persediaan setek panjang terbatas dapat diatasi dengan penggunaan
setek pendek, mulai dari setek satu buku hingga tiga buku (dua ruas). Setek satu ruas atau dua buku satu
daun dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan setek.

Pada saat pengambilan setek, bila tanaman mempunyai sulur dengan panjang 1-1,5 m (10-15 buku),
akan diperoleh 2 setek panjang, masing-masing berukuran ± 1 m (5-8 buku). Waktu pengambilan setek
sangat tergantung dari cara penanaman yang akan dilakukan. Apabila langsung ditanam di lapangan
dengan setek panjang, maka waktu pengambilan setek segera menjelang waktu tanam, sedangkan
apabila menggunakan setek pendek (1 buku berdaun tunggal), maka waktu pengambilan setek dilakukan
4-6 bulan sebelum tanam karena diperlukan persemaian terlebih dahulu (Hadipoentyanti et al. 1998).

Kualitas dan Standar Mutu Benih Untuk mendapatkan benih berkualitas diperlukan pemilihan dan
perlakuan benih selama di persemaian, baik di bedengan atau di polibag, sedangkan benih berukuran
panjang atau 7 ruas dapat langsung ditanam di lapang.

Persemaian Benih Vanili Penyemaian benih vanili bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan tanaman
yang seragam dan sehat saat dipindah ke lapang. Untuk pesemaian benih di polibag dibutuhkan
komposisi media tanam yang sesuai. Perbandingan media tanam tanah dan pupuk kandang 4:1 (Rosman
dan Tasma 1988) atau tanah dan kompos 4:1 (Rosman et al. 1992). Pupuk dan kompos dapat
meningkatkan Budidaya pertumbuhan stek vanili. Hal ini karena pupuk kandang maupun kompos
mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Alternatif lain untuk meningkatkan hara dalam tanah di persemaian vanili adalah penggunaan abu
janjang sawit dengan dosis 12 g/stek vanili (Rosman et al. 1995a) atau kapur dolomit (Ca Mg (CO3)2
sebanyak 6 g (Rosman et al. 1995b). Penggunaan abu janjang sawit dan kapur dolomit dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili. Abu janjang sawit mengandung K, sedangkan kapur
dolomit mengandung Ca dan Mg.

LINGKUNGAN TUMBUH
Kesesuaian Lahan dan iklim Kondisi lingkungan (lahan dan iklim) sangat menentukan dalam
pengembangan tanaman vanili. Iklim, meliputi bulan kering, curah hujan, dan intensitas cahaya. Supaya
dapat tumbuh dan menghasilkan pertumbuhan yang baik, vanili memerlukan iklim 2-3 bulan kering,
curah hujan 1500-2500 mm/tahun dan intensitas cahaya 30-50%.

Cahaya sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada tanaman vanili, cahaya
menentukan proses pembungaan dan pembentukan buah. Kebutuhan cahaya pada tanaman vanili
berbeda pada setiap stadia pertumbuhan. Pada fase vegetatif diperlukan cahaya yang lebih rendah
dibanding fase produktif. Intensitas cahaya yang rendah pada fase produktif mengakibatkan tanaman
tidak mampu berbunga. Pemberian cahaya antara 35-55% memberikan hasil terbaik, sedangkan untuk
mendapatkan kadar vanilin yang tinggi diperlukan cahaya 55%. Dari penelitian diperoleh kadar vanilin
tertinggi sebesar 2,26%.

Pemberian pupuk N ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Begitu pula P dan
K. Pemberian N, P dan K dapat meningkatkan pertumbuhan tunas setek vanili. Pemberian 2 g N + 2 g
P2O5 + 1 g K2O/pot memperlihatkan pertumbuhan terbaik.

Aspek ekologi lain yang juga menentukan pengembangan vanili adalah keberadaan tanaman lain, yang
memberikan respon yang berbeda. Tiang panjat akan mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar
vanili terutama iklim mikro, begitu pula tanaman lainnya. Tanaman bawang efektif menurunkan
populasi patogen busuk batang vanili Pengelolaan tanaman di sekitar vanili perlu menjadi perhatian,
karena berkaitan dengan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
vanili.

Daerah yang sesuai untuk vanili adalah daerah yang memiliki ketinggian 1-700 m dpl, curah hujan
1.500-3.000 mm/tahun, bulan kering 2-4 bulan, temperatur 23-26°C, kelembaban 50-75%, drainase
baik, tekstur liat berpasir, pH 5-7, kedalaman air tanah >1 m, kejenuhan basa 20-50 %, dan kapasitas
tukar kation (KTK) >5.

Penyiapan lahan Beberapa hal yang diperlukan dalam penyiapan lahan adalah membersihkan lahan dari
gulma, penggemburan tanah, drainase serta pembuatan guludan. Setelah lahan bersih dan
memungkinkan untuk ditanam dilakukan pembuatan lubang tanam sesuai jarak tanam vanili.

Kriteria dan tahapan-tahapan penyiapan lahan adalah sebagai berikut :


 Tanah yang remah, dengan solum yang relatif dalam dan mengandung bahan organik yang tinggi
sangat baik untuk pertumbuhan vanili
 Kemasaman tanah (pH) berkisar 5,5-7
 Bebas penyakit terutama penyakit busuk pangkal batang
 Pembukaan lahan dilakukan pada awal musim penghujan
 Pencangkulan tanah dilakukan sampai kedalaman 20-30 cm dan dibiarkan terbuka terhadap sinar
matahari agar jamur-jamur patogenik dapat tertekan perkembangannya
 Pembuatan saluran drainase dilakukan dengan cara dibuat saluran pembuangan selebar 40 cm
dan dalam 40 cm, hal ini untuk menghindari tergenangnya air dalam kebun.

PENANAMAN POHON PANJAT


 Jenis Pohon Panjat Petani umumnya menanam vanili dengan menggunakan berbagai macam
pohon/tiang panjat untuk tempat merambat tanaman. Pohon/tiang panjat yang baik digunakan
adalah gliricidia, dadap, dan lamtoro. Gliricidia paling baik sebagai pohon panjat
 Waktu Tanam.
Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Pohon panjat yang berbentuk stump sepanjang
1,5-2 m ditanam 2 minggu setelah persiapan lahan selesai. Stump pohon panjat dipilih dari
batang yang sudah cukup tua dengan diameter batang 2-3 cm. Jenis pohon panjat yang umum
digunakan adalah Gliricidia maculate (gamal) dan Erythrina fulusca (dadap cangkring).
 Jarak Tanam.
Jarak tanam tiang/pohon panjat vanili berarti juga jarak tanam vanili. Jarak tanam vanili bisa 1 x
1,5 m, 1 x 2 m, atau1,5 x 1,5 m tergantung kebutuhan. Lubang tanam berukuran 30 x 30 x 30 cm.
 Waktu Tanam
Penanaman vanili dilakukan setelah tiang panjat berumur 3-6 bulan. Tiang panjat sebaiknya telah
mampu melindungi tanaman vanili dari terik matahari. Namun, bila sinar matahari masih tegas
atau belum mencapai 50 %, benih vanili dapat diberi naungan berupa daun alang-alang atau yang
dapat digunakan sebagai peneduh. Benih vanili yang ditanam diikat sulurnya ke batang
panjatannya agar pertumbuhan vanili terarah ke atas. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan.
 Pemeliharaan Tanaman
 Penyulaman
Penyulaman diperlukan agar pertumbuhan tanaman seragam dan populasi tidak
berkurang. Setelah tanaman berusia 2-3 minggu dapat dilakukan pengecekan. Bila ada
benih vanili yang mati atau tumbuh tidak optimal segera dilakukan penyulaman dengan
tanaman baru yang telah dipersiapkan.
 Penyiangan.
Penyiangan dilakukan bila disekitar tanaman vanili telah banyak tumbuh gulma.
Penyiangan dilakukan secara hati-hati tidak mengganggu akar tanaman. Sebaiknya
gulma dicabut bila masih memungkinkan atau dipangkas bila sudah terlalu banyak .
Pengikatan dan Pengaturan Sulur Sulur yang lepas dari batang panjatan vanili, diikatkan
ke batang panjatan dan bila telah sampai ketinggian 1,5 meter diputar kembali ke bawah.
Pemberian Mulsa Pemberian mulsa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penguapan
lahan agar air tetap tersedia di dalam tanah. Pemberian mulsa diperlukan pada saat
musim kemarau. Mulsa dapat berupa sabut kelapa dan atau hasil pangkasan pohon panjat.
Pemangkasan Pohon Pelindung dan Sulur Vanili Untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi vanili, pemangkasan pohon panjat sangat diperlukan. Pemangkasan (pruning)
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh vanili dalam
mendorong proses pembungaan. Pemangkasan pohon panjat dapat meningkatkan
kemampuan berbunga dan jumlah tandan per pohon dengan kualitas buah yang tinggi,
termasuk untuk ekspor. Pemangkasan pohon pelindung diperlukan bila intensitas cahaya
yang jatuh ke tanaman vanili di bawah 30 % atau terlalu teduh.
Caranya dengan memangkas cabang-cabang pohon panjatan. Pemangkasan sulur juga
diperlukan untuk mendorong pembungaan. Pemangkasan sulur dapat dilakukan
bersamaan, ketika sulur dirundukkan setelah dapat memanjat lebih dari batas ketinggian
yaitu 1,5 meter. Sulur yang sudah mencapai panjang lebih dari 1 m sampai 1,5 m,
dilepas akarnya dari pohon panjat. Kemudiaan dirundukkan dan pucuknya dipotong.
Pemotongan pucuk dimaksudkan agar tanaman vanili bercabang (keluar tunas baru) dan
sekaligus upaya mendorong pembungaan.
 Pemupukan
Pemupukan merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan agar tanaman
dapat tumbuh dan menghasilkan pertumbuhan dan produksi dengan baik. Pemupukan di
lapang pada tanaman vanili dewasa adalah 10 kg pupuk kandang/ pohon/tahun. Pupuk
kandang berasal dari kotoran sapi yang sudah masak dalam keadaan kering angin,
diberikan di sekitar batang tanaman pada awal musim.
Selain pemupukan, teknologi mulsa juga mampu meningkatkan kebutuhan hara bagi
tanaman dan sekaligus mempertahankan keberadaan air dalam tanah. Pemulsaan dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pemberian mulsa sabut kelapa pada lahan
kering dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili.
 Penyerbukan
Untuk dapat berbuah, tanaman vanili memerlukan penyerbukan. Waktu penyerbukan
berpengaruh terhadap keberhasilan bunga menjadi buah. Penyerbukan pada pukul 09.00
WIB menghasilkan persentase pembuahan yang lebih tinggi dari waktu penyerbukan
lainnya. Penyerbukan pada pukul 18.00 WIB tidak menghasilkan buah karena bunga
tidak resesif.
 Pola Tanam
Pola Tanam Monokultur Pola penanaman vanili di Indonesia sebagian besar adalah monokultur.
Penanaman secara monokultur memiliki risiko terhadap penurunan tingkat pendapatan petani.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi akibat perubahan lingkungan di sekitar tanaman,
terutama pada saat harga vanili rendah. Perubahan lingkungan disebabkan petani tidak
bersemangat untuk memeliharanya dan Budidaya Vanili Sirkuler Informasi Teknologi Tanaman
Rempah dan Obat 9 membiarkan pohon panjat tidak dipangkas dan tanaman liar disekitarnya
tumbuh, sehingga iklim mikro disekitar tanaman berubah, terutama intensitas cahaya dan
kelembaban. Rendahnya intensitas cahaya menyebabkan terganggunya pembungaan, sedangkan
kelembaban yang tinggi mendorong munculnya penyakit busuk batang. Lain halnya bila vanili
ditanam secara polikultur (mix farming). P enanaman dengan cara polikultur petani akan
berupaya memelihara tanaman lainnya dan secara tidak langsung akan memelihara tanaman
vanili agar terus berbuah dan hasilnya dapat disimpan sebelum dijual sambil menunggu harga
yang layak. Oleh karena itu, teknologi pola tanam yang sesuai untuk vanili sangat diperlukan.
Pola Tanam Polikultur Vanili dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman berupa
pohon asalkan cahaya untuk vanili masih terpenuhi dan tidak bersaing dalam pengambilan hara
dari dalam tanah. Hasil penelitian tanaman vanili yang ditanam diantara kelapa umur 10 tahun
mampu menghasilkan 0,38-0,77 kg/pohon. Hal ini karena cahaya yang masuk di antara kelapa
sekitar 30-50%, masih sesuai dengan kebutuhan vanili untuk mendorong pembungaan.

Anda mungkin juga menyukai