Anda di halaman 1dari 10

UTS mata Kuliah Aspek Khusus Produksi Tanaman Tahunan

Dosen : Dr. Ir. Lia Amalia, MP.


Nama : Heru Amarudin, SP
NPM : 4122121210004
Jurusan : Agroteknologi S2 thn 2021

Jawaban :

1. Teknik pemilihan tanaman sela pada pohon kelapa dalam yang berumur 20 tahun di

kawasan barat Indonesia, yang perlu diperhatikan :

a. Tanaman sela tidak lebih tinggi dari tanaman kelapa selama masa periode pertumbuh

annya, agar tanaman pokok(kelapa) tidak akan terganggu, tidak akan ternanungi serta
tidak akan terjadi persaingan dalam pemanfaatan unsur hara.

b. Sistem perakaran dan tajuknya menempati ruang yang berbeda; tanaman sela tidak akan
melebihi dan mengganggu perakaran tanaman kelapa.

c. Tidak merupakan tanaman inang bagi perkembangan hama dan penyakit dimana nantinya
akan menyerang dan mengganggu tanaman kelapa.

d. Sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelapa, dimana tanaman sela juga dipilih yang
merupakan tanaman yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sehingga sama-
sama akan berkembang baik dan menguntungkan.

e. Pengelolaannya tidak akan merusak tanaman kelapa, artinya tanaman sela yang ditanam
mulai dari penanaman, pemeliharaan sampai panen tidak akan merusak dan mengganggu
tanaman kelapa.

f. Harga tanaman sela menguntungkan dan tidak fluktuatif, sehingga diharapkan akan
menunjang dan mendukung penghasilan dari tanaman kelapa

g. Tanaman sela bukan merupakan tanaman yang mempunyai/mengeluarkan alelopaty bagi


tanaman kelapa, karena ditakutkan akan mempengaruhi perkembangan tanaman kelapa.

Adapun contoh tanaman sela untuk kondisi tanaman kelapa dalam umur 20 tahun dan berada
di kawasan barat adalah : Tanaman Lada perdu, coklat, jahe, duku, rambutan.
2. Tanaman Teh menghasilkan produk utama yaitu :

a. Teh Hitam (Black Tea) adalah jenis teh yang diolah melalui proses fermentasi
secara penuh, dalam hal ini fermentasi tidak menggunakan mikroba sebagai
sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim fenolase yang terdapat di dalam
daun teh itu sendiri.
Teh hitam dari aspek sosial dan ekonomis untuk memenuhi permintaan negara ekspor
seperti Negara Eropa, Timur tengah.
Teh hitam lebih sedikit mengandung katekin (at anti oksidan) daripada teh hijau karena
dalam proses pengolahan teh hitam dirancang agar katekin mengalami oksidasi untuk
memperbaiki warna, rasa dan aromanya.
b. Teh Hijau (Green Tea) adalah jenis teh yang pengolahannya tidak melalui proses
fermentasi, yaitu dibuat dengan cara mengaktifkan enzim fenolase yang ada pada
pucuk daun teh segar dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin
(zat antioksidan) dapat dicegah. Teh hijau ini banyak permintaan dari negara Jepang dan
Korea selatan.
c. Teh Oolong (Oolong Tea) adalah jenis teh yang pengolahannya hanya melalui
setengah fermentasi atau semi fermentasi, proses pembuatan dan pengolahannya
berada diantara teh hijau dan teh hitam.
d. Teh Putih (White Tea) adalah jenis teh yang tidak melalui proses fermentasi sama
sekali dimana proses pengeringan dan penguapan dilakukan dengan sangat
singkat. Teh putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen
sebelum benar-benar mekar.

Kajian dari aspek sosial dan ekonomis, dimana produk dari tanaman teh ini dilihat dari
permintaan negara lain yang melihat kandungan zat katekin sebagai antioksidan yang
merupakan barometer untuk minuman sehat, sehingga permintaan akan teh hitam teh hijau
dan teh putih relatif tinggi, namun bagi khusus permintaan negara Eropa ada batasan yang
harus dipenuhi yang dinamakan Maximum Residue Level (MRL) suatu standar uji dari
batasan kandungan residu pestisida (anthraquinon (AQ),benflurain, bentazone, bromoxynil,
chlorothalonil, famoxadone, imazamox, metil bromide, propanil, propargil dan asam sulfat.
Satu sisi dari aspek ekonomis produk teh ini menyumbang devisa bagi negara namun dari
aspek sosial ada beberapa kendala terkait kandungan/batasan kandungan yang ada pada
produk teh.
Adapun permintaan akan produk teh dari masyarakat Indonesia lebih terarah pada
aspek ekonomi dimana yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dan permintaan akan
kebutuhan akan rasa minuman teh, tidak seperti pada masyarakat negara luar yang
mementingkan unsur prestise dan kesehatan.

3. Pengembangan perkebunan kelapa sawit di kawasan timur seperti di Papua, sulawesi, NTT
dan NTB harus terlebih dahulu dilakukan :
a. uji kelayakan pendahuluan dari aspek :
- Aspek kesesuaian lahan dan iklim untuk pengembangan tanaman kelapa sawit
- Aspek Teknis pengelolaan lingkungan akibat dari dampak pembukaan lahan kelapa
sawit, termasuk tingkat kerusakan ekosistem baik tanaman hewan dan konservasi
sumber daya alam lainnya. (Adanya kandungan air tanah, tekstur tanah dll).
- Aspek sosial ekonomi masyarakat; dimana harus dipelajari dan diketahui bagaimana
pengaruh adanya pembukaan lahan terhadap aspek ekonomi masyarakat sekitar, apakah
penduduk setempat akan bisa beradaptasi dan ikut membudidayakan kelapa sawit untuk
kehidupan perekonomiannya.
- Aspek Kultur budaya setempat, dimana harus dipelajari terlebih dahulu apakah budaya
masyarakat setempat dapat mengikuti dan sesuai dengan adat kebiasaan serta budaya
masyarakat atau tidak.
b. Uji Lanjutan dengan pembukaan lahan yang diusahakan seminim mungkin akan merusak
ekosistem baik tanaman, hewan maupun lingkungan. Salah satunya pembukaan lahan
dengan cara tanpa pembakaran lahan. Karena cara pembakaran lahan sangat merusak
dan merugikan bagi ekosistem.
c. Monev kembali secara bertahap agar pembukaan lahan untuk pengembangan kelapa
sawit ini akan menguntungkan semua pihak terutama bagi masyarakat setempat yang
akan merasakan langsung dampak positif maupun negatif terhadap pengembangan
kelapa sawit.

4. Langkah-langkah strategis antisipasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim global di


Indonesia terhadap tanaman kopi yaitu :
a. Pola agroforesteri (pola tanam dengan tanaman penanung)
b. Penggunaan klon adaptif
c. Teknologi konservasi tanah
Pola tanam dengan penggunaan tanaman penanung dimaksudkan untuk menciptakan
iklim mikro bagi tanaman kopi, tanaman penaung ini berfungsi untuk menghambat
adanya perubahan suhu/panas iklim setempat. Tanaman penaung merupakan salah satu
teknologi budi daya yang dapat diterapkan sebagai langkah antisipasi terhadap
pemanasan global. Dari sisi fisiologis, tanaman kopi merupakan tanaman tipe C3 yang
membutuhkan cahaya yang tidak penuh untuk dapat tumbuh optimal (Sanger 1998;
Carelli et al. 2003). Tanaman kopi akan berfotosintesis dengan baik apabila cahaya
matahari yang diterima tidak lebih dari 60% (Prawoto 2007). Lamtoro dan sengon
merupakan tanaman penaung yang banyak digunakan (Yahmadi 2007). Keuntungan
ekologis dan lingkungan dari penerapan sistem agroforestri antara lain mengurangi erosi
tanah,meningkatkan cadangan karbon, menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman
hayati.
Penggunaan Klon Adaptif.
Kekeringan merupakan dampak perubahan iklim yang
dialami dalam budi daya kopi. Penggunaan bibit kopi engan batang bawah klon unggul
dengan perakaran kuat terbukti mampu meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kekeringan dan penurunan kesuburan tanah. Penggunaan bahan tanam toleran
akan mengurangi biayauntuk mitigasi dampak cekaman air. Klon BP 409, BP 42,
dan BP 234 toleran terhadap kekeringan. Kopi robusta klon BP 308 juga toleran
kekeringan karena memiliki perakaran yang lebih lebat. Nematoda yang intensitasnya
meningkat akibat pemanasan global banyak menimbulkan kerugian pada
tanaman kopi robusta. Penggunaan klon tahan atautoleran nematoda sebagai batang
bawah merupakan carayang paling efisien. Hasil penelitian menunjukkan jenis
kopi ekselsa (Coffea excelsa) klon Bgn 121.09 dan kopirobusta BP 308 memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap nematoda. Klon BP 308 dianjurkan sebagai batang
bawah tahan nematoda dan toleran kering
Tekhnologi konservasi tanah
Peningkatan suhu udara, penuruan curah hujan, dan kemarau panjang menjadi penyebab
kekeringan tanaman dan tanah retak akibat tingginya evapotranpirasi. Upaya
adaptasi dapat melalui penerapan teknik konservasi untuk meningkatan ketersediaan air
bagi tanaman. Beberapa teknologi konservasi yang dapat diterapkan pada tanaman kopi
adalah penggunaan mulsa organik,pembuatan rorak dan biopori.
Mulsa organik berfungsi mengurangi evaporasi dan erosi, menjaga lengas tanah di
sekitar perakaran, menambah kandungan bahan organik sehingga memperbaiki struktur
dan tekstur tanah dan menekan pertumbuhan gulma, mengurangi evaporasi dan erosi.
Setelah mengalami dekomposisi, mulsa organik melepas unsur hara di sekitar
perakaran tanaman budi daya kopi.
Bahan alami yang mudah terurai seperti daun dan kulit kopi, seresah pangkasan tanaman
kopi dan tanaman penaung dapat digunakan sebagai mulsa organik. Mulsa diaplikasikan
di sekeliling tanaman kopi dengan diameter sesuai lebar tajuk tanaman. Rorak berfungsi
memperbesar resapan air ke tanah dan menampung tanah yang tererosi, unsur hara yang
terbawa erosi meresap di sekitar perakaran tanaman, menampung bahan organik yang
ada, dan merangsang pembentukan akar serabut tanaman kopi sehingga
penyerapan hara oleh tanaman lebih optimal.
Pembuatan biopori pun menjadikan alternati untuk menyediakan air bawah tanah bagi
tanaman kopi sehingga pada saat musim kemarau tanaman kopi tidak akan kekurangan
air untuk kebutuhan tanaman itu sendiri.

5. Teknik Budidaya tanaman Vanili yang efesien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan
produktifitas dan mutu tanaman Vanili.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk persiapan budidaya tanaman Vanili,
yaitu :
a. Bibit / bahan tanaman
Bahan tanaman yang dipakai harus berasal dari varietas unggul, yaitu Vania 1 dan Vania
2 dimana potensi hasil masing-masing adalah mencapai 2,1 ton/Ha dan 1,8 ton/ha.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif, namun
kebanyakan dilakukan secara vegetatif karena akan lebih cepat panen.
Cara vegetatif dilakukan dengan cara stek, dimana ada dua cara stek yaitu stek pendek
( satu s/d tiga ruas) dan stek panjang (7 ruas).
Apabila langsung ditanam di lapangan dengan setek panjang,
maka waktu pengambilan setek segera menjelang waktu tanam, sedangkan apabila
menggunakan setek pendek (1 buku berdaun tunggal), maka waktu pengambilan
setek dilakukan 4-6 bulan sebelum tanam karena diperlukan persemaian terlebih
dahulu.
b. Penyiapan lahan
Beberapa hal yang diperlukan dalam penyiapan lahan adalah membersihkan
lahan dari gulma, penggemburan tanah, drainase serta pembuatan guludan. Setelah
lahan bersih dan memungkinkan untuk ditanam dilakukan pembuatan lubang tanam
sesuai jarak tanam vanili
Kriteria dan tahapan-tahapan penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
 Tanah yang remah, dengan solum yang relatif dalam dan mengandung bahan
organik yang tinggi sangat baik untuk pertumbuhan vanili
Kemasaman tanah (pH) berkisar 5,5-7
Bebas penyakit terutama penyakit busuk pangkal batang
Pembukaan lahan dilakukan pada awal musim penghujan
Pencangkulan tanah dilakukan sampai kedalaman 20-30 cm dan dibiarkan
terbuka terhadap sinar matahari agar jamur-jamur patogenik dapat tertekan
perkembangannya
Pembuatan saluran drainase dilakukan dengan cara dibuat saluran
pembuangan selebar 40 cm dan dalam 40 cm, hal ini untuk menghindari
tergenangnya air dalam kebun.

c. Penanaman Pohon Panjat


Jenis Pohon Panjat
Petani umumnya menanam vanili dengan menggunakan berbagai macam
pohon/tiang panjat untuk tempat merambat tanaman. Pohon/tiang panjat yang
baik digunakan adalah gliricidia, dadap, dan lamtoro. Gliricidia paling baik sebagai
pohon panjat vanili, karena lebih toleran pada kondisicahaya 30%.
Waktu Tanam.
Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Pohon panjat yang berbentuk
stump sepanjang 1,5-2 m ditanam 2 minggu setelah persiapan lahan selesai.
Stump pohon panjat dipilih dari batang yang sudah cukup tua dengan diameter
batang 2-3 cm. Jenis pohon panjat yang umum digunakan adalah Gliricidia maculate
(gamal) dan Erythrina fulusca (dadap cangkring),Aucaena glauca (petai china), kapuk,
waru, mindi, dan suren.
Jarak Tanam.
Jarak tanam tiang/pohon panjat vanili berarti juga jarak tanam vanili.
Jarak tanam vanili bisa 1 x 1,5 m, 1 x 2 m, atau1,5 x 1,5 m tergantung kebutuhan.
Lubang tanam berukuran 30 x 30 x 30 cm.

d. Penanaman Vanili
WaktuTanam
Penanaman vanili dilakukan setelah tiang panjat berumur 3-6 bulan. Tiang
panjat sebaiknya telah mampu melindungi tanaman vanili dari terik matahari. Namun,
bila sinar matahari masih tegas atau belum mencapai 50 %, benih vanili dapat diberi
naungan berupa daun alang-alang atau yang dapat digunakan sebagai peneduh.
Benih vanili yang ditanam diikat sulurnya ke batang panjatannya agar pertumbuhan
vanili terarah ke atas. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Penyulaman
Penyulaman diperlukan agar pertumbuhan tanaman seragam dan populasi
tidak berkurang. Setelah tanaman berusia 2-3 minggu dapat dilakukan pengecekan.
Bila ada benih vanili yang mati atau tumbuh tidak optimal segera dilakukan
penyulaman dengan tanaman baru yang telah dipersiapkan.
Penyiangan.
Penyiangan dilakukan bila disekitar tanaman vanili telah banyak tumbuh gulma.
Penyiangan dilakukan secara hati-hati tidak mengganggu akar tanaman. Sebaiknya
gulma dicabut bila masih memungkinkan atau dipangkas bila sudah terlalu banyak.
Pengikatan dan Pengaturan Sulur
Sulur yang lepas dari batang panjatan vanili, diikatkan ke batang panjatan dan
bila telah sampai ketinggian 1,5 meter diputar kembali ke bawah.
Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penguapan lahan
agar air tetap tersedia di dalam tanah. Pemberian mulsa diperlukan pada saat musim
kemarau. Mulsa dapat berupa sabut kelapa dan atau hasil pangkasan pohon panjat.

Pemangkasan Pohon Pelindung dan Sulur Vanili


Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi vanili, pemangkasan pohon panjat
sangat diperlukan. Pemangkasan (pruning) bertujuan untuk meningkatkan intensitas
cahaya yang dibutuhkan oleh vanili dalam mendorong proses pembungaan.
pemangkasan pohon panjat dapat meningkatkan kemampuan berbunga dan jumlah
tandan per pohon dengan kualitas buah yang tinggi, termasuk untuk ekspor.
Pemangkasan pohon pelindung diperlukan bila intensitas cahaya yang jatuh ke tanaman
vanili di bawah 30 % atau terlalu teduh. Caranya dengan memangkas cabang-cabang
pohon panjatan.
Pemangkasan sulur juga diperlukan untuk mendorong pembungaan. Pemangkasan sulur
dapat dilakukan bersamaan, ketika sulur dirundukkan setelah dapat memanjat lebih dari
batas ketinggian yaitu 1,5 meter. Sulur yang sudah mencapai panjang lebih dari 1 m
sampai 1,5 m, dilepas akarnya dari pohon panjat. Kemudiaan dirundukkan dan pucuknya
dipotong. Pemotongan pucuk dimaksudkan agar tanaman vanili bercabang (keluar tunas
baru) dan sekaligus upaya mendorong Pembungaan.
Pemupukan
Pemupukan merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan agar
tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan pertumbuhan dan produksi dengan baik.
Pemupukan di lapang pada tanaman vanili dewasa adalah 10 kg pupuk kandang/
pohon/tahun. Pupuk kandang berasal dari kotoran sapi yang sudah masak dalam
keadaan kering angin, diberikan di sekitar batang tanaman pada awal musim hujan,
Selain pemupukan, teknologi mulsa juga mampu meningkatkan kebutuhan hara
bagi tanaman dan sekaligus mempertahankan keberadaan air dalam tanah.
Pemulsaan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pemberian mulsa sabut
kelapa pada lahan kering dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili.
Penyerbukan
Untuk dapat berbuah, tanaman vanili memerlukan penyerbukan. Waktu
penyerbukan berpengaruh terhadap keberhasilan bunga menjadi buah. Penyerbukan
pada pukul 09.00 WIB menghasilkan persentase pembuahan yang lebih tinggi dari
waktu penyerbukan lainnya. Penyerbukan pada pukul 18.00 WIB tidak menghasilkan
buah karena bunga tidak resesif.

e. Hama dan penyakit Vanili


Hama pada vanili dapat dikatakan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap
tanaman. Hama utama yang mengganggu tanaman vanili adalah bekicot dan ulat.
Penyakit pada tanaman vanili
Dalam budidaya vanili, tidak terlepas dari serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT). Ada beberapa penyakit yang menyerang vanili yaitu :
1. Penyakit busuk batang vanili
Penyakit utama yang mengganggu tanaman vanili adalah busuk batang.
Penyebab penyakit ini adalah jamur Fusarium oxyporum f. sp. vanillae yang
penyebarannya cukup luas dan dapat menimbulkan kehilangan hasil yang cukup
besar (Tombe et al. 1995). Upaya-upaya pencegahan dari kemungkinan dari
serangan jamur pathogen adalah :
 Bibit/setek vanili yang akan ditanam harus bebas pathogen busuk batang
 Selama melakukan kegiatan di kebun diusahakan agar tanaman vanili tidak
terluka dan guludan tidak boleh terinjak
 Menanam bawang-bawangan (kucai/bakung) sebelum dan sesudah ada
tanaman vanili di sekitar guludan
 Menghindari penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam
 Pembuatan saluran drainase agar air tidak tergenang dalam kebun
 Melakukan pengolesan fungisida pada pangkal batang tanaman vanili sebelum
musim penghujan
 Dianjurkan untuk melakukan penyemprotan fungisida terutama pada saat
selesai penyiangan, pemupukan, pemangkasan dan panen. Fungisida yang
dapat digunakan antara lain : Benlate 50WP 1 g/l (Benomyl), Topsin (Metil
Tiofanant) 2 g/l, Dithane M-45 (Mankozeb) 2-3 g/l dan Delsene <X-200 2-3 g/l
(Carbendazim + Mancozeb)
 Melakukan pemusnahan sejak dini bagian-bagian tanaman yang menunjukkan
gejala terserang penyakit
 Penggunaan agen hayati yang potensial dikembangkan dalam pengendalian
pathogen tanah yang disebabkan F. oxysporum, Trichoderma viride dan F.
oxysporum non patogenik.
 Penggunaan fungisida nabati produk cengkeh, senyawa eugenol yang
merupakan senyawa utama dalam minyak cengkeh ternyata toksik terhadap
beberapa jamur pathogen tanah yaitu Fusarium oxyporum f. sp. Vanilla,
phytophthora capsici, Rhizoctonia solani, Rigidoporus lignosis dan Sclerotium
rolfsii.

2. Penyakit busuk Sclerotium (PBS)


Penyakit ini umumnya menyerang tanaman pada musim hujan dan kelembaban tinggi.
Gejala penyakit ini adalah pangkal batang vanili busuk berwarna coklat muda. Pada
bagian tersebut dan tanah sekitarnya seringkali terlihat miselia berwarna putih. Pada
stadia lanjut miselia tersebut membentuk sclerotia yang berwarna coklat. Umumnya
serangan terbatas pada akar dan pangkal batang vanili sampai ketinggian 5 cm dari
permukaan tanah.
Pengendalian penyakit PBS dilakukan secara preventif dengan cara menggunakan
benih yang sehat dan berasal dari kebun yang bebas penyakit.Pemupukan dilakukan
secara teratur dan sesuai dosis agar tanaman sehat. Pemangkasan cabang-cabang
pohon panjat dilakukan untuk mengurangi kelembaban. Penggunakan musuh alami
dan pestisida nabati.Trichoderma spp. yang dibiakkan pada media menir beras+tanah,
lalu ditaburkan pada permukaan tanah untuk persemaian vanili mampu menekan
serangan pathogen PBS di persemaian sampai 54%.
3. Penyakit busuk pucuk dan buah
Pathogen penyakit ini adalah Phytophthora parasitica yang menyerang buah, pucuk,
daun dan batang vanili yang masih muda. Penyakit ini sering terjadi pada daerah
pertanaman vanili yang curah hujannya cukup tinggi dan serangannya sering dijumpai
hanya pada pucuk dan buah saja. Pucuk yang terserang akan menjadi busuk yang
berwarna coklat kekuningan, kemudian menjadi hitam. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara memangkas cabang pohon panjat untuk mengurangi kelembaban kebun
dan memusnahkan bagian tanaman yang sehat.

4. Penyakit antraknosa
Penyebab penyakit ini adalah jamur Colleotrichum gleosporioides (sinonim:
C. vanilla). Jamur ini menyebabkan gejala bercak pada batang dan daun yang
telah tua. Gejala bercak dapat terjadi mulai dari tepi daun atau bagian tengah
Pembuangan cabang-cabang pohon panjat dapat dilakukan dengan tujuan mengurangi
kelembaban lingkungan vanili, sehingga mengurangi serangan pathogen penyakit
vanili secara umum.

f. Panen dan Pasca Panen


Panen
Panen vanili dilakukan setelah buah memiliki tanda-tanda perubahan warna
menjadi agak kuning hingga kuning diujungnya. Bila buah pecah berarti
sudah terlalu matang dan akan menurunkan kualitas. Umur panen sangat
menentukan mutu vanili, terutama kandungan vanilinnya. Kandungan vanilin

dipengaruhi oleh umur buah Panen buah atau polong pada


umur 240 hari setelah penyerbukan menghasilkan vanili kering dengan kadar vanillin
2,95%, dengan rendemen 25,49% dan kadar air cukup aman yaitu 17,52%.
Pasca Panen
Buah vanili yang dipetik, selanjutnya dilakukan penyortiran sesuai ukuran.
Setelah itu dilakukan pengolahan buah segar menjadi buah kering yang wangi.
Cara pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau alat
pengering.
Adapun cara pengolahannya adalah sebagai berikut :
Pelayuan (dicelupkan dalam air panas 65 ̊C selama 2-2,5 menit)
a Pengeringan
Diulangi {alat pengering (60-65 ̊C, 3 jam)
Minimal 5 kali
b Fermentasi (1 hari)
(dimasukkan ke dalam kotak berisolator, atau inkubator dan
dipertahankan pada suhu ± 40 ̊C)
Pengeringan lambat (disebarkan di atas rak/tray dalam ruangan sampai kadar air ± 35%)
Conditioning (1-3 bulan)
(dimasukkan ke dalam peti untuk pemantapan aroma)
Grading dan packing

Anda mungkin juga menyukai