Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UJIAN/KUIS

TEKNOLOGI AGRONOMI LANJUTAN

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.

Oleh

Wildannisa Maghfirotul Firdaus


NIM. 216040201111003
Kelas A

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Uraikan potensi  produksi  tanaman pada suatu Kawasan
Potensi lahan memiliki arti penting dalam pengolahan lahan dan pemanfaatan lahan.
Lahan yang berpotensi tinggi untuk pertanian, dapat menghasilkan tanaman yang
memiliki kualitas tinggi serta produksi tanaman pertanian yang lebih banyak. Tanaman
pasti akan tumbuh dengan baik apabila berada pada lahan atau media tanam yang cocok
dan perawatan tanaman tersebut dikelola dengan baik. Misalnya di Jember. Salah satu
daerah yang dikenal sebagai sentra tembakau cerutu yang menghasilkan kualitas
pembalut cerutu dengan karakteristik yang netral. Kualitas tembakau yang baik, akan
dihasilkan melalui teknik budidaya yang baik. Tembakau Besuki Na-Oogst sudah
menjadi icon Kabupaten Jember. Kondisi geografis Jember sangat subur yang
menyebabkan komoditi perkebunan dan pertanian dapat tumbuh dengan baik. Sejak
jaman Belanda, Jember  sudah dikenal sebagai penghasil tembakau Na Oogst terbaik di
Indonesia. Oleh karena itu setiap tahunnya ekpor tembakau Jember mulai meningkat.
Pada tahun 2015 Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu penghasil tembakau terbesar di
Indonesia dengan luas lahan 97.6241 ha dan produksi 75.314 ton. Pendapatan cukai
tembakau pada Tahun 2011, jika dibandingkan dengan Tahun 2010, persentasenya
meningkat sekitar 20 persen. Di tahun ini, Pemprov Jatim berketetapan untuk menambah
dana bagi hasil dari cukai tembakau, sebesar Rp. 2,4 miliar. Oleh karena itu potensi
produksi tembakau sangat mungkin ditingkatkan untuk kedepanya dengan menggunakan
teknik budidaya yang tepat,
2. Uraikan upaya dan hambatan peningkatan produksi tanaman
Tidak adanya tenaga kerja dalam suatu perusahaan biasanya disebabkan oleh tidak
adanya dana untuk membayar pekerja, sarana prasarana yang kurang memadai. Oleh
karena itu perlu adanya kreativitas dari para mandor untuk memotivasi kepada petani atau
diajak diskusi untuk memecahkan masalah. Karena motivasi menjadi pemicu awal
sebelum orang bertindak atau mengambil keputusan.
Lingkungan abiotik ini merupakan segala yang tidak mempunyai nyawa contohnya
tanah.Dalam Jangka Panjang penggunaan pestisda tentunya berbahaya bagi lingkungan
dan menyebabkan tanah tersebut keracunan. Tanah yang kering juga menjadi kendala
abiotic utama hal ini diduga besarnya penggunaan air dari sektor non pertanian dan
menurunya daya tanah menahan air, serta menurunya kualitas lingkungan. Sementara
komponen biotik merupakan setiap komponen dalam lingkungan yang merupakan benda
hidup atau bernyawa misalnya organisme pengganggu tanaman (Hama). Iklim yang tidak
menentu pada saat ini juga dapat menyebabkan turunya produktivitas tanaman. Saat ini
merupakan musim panen tembakau, namun terjadi hujan yang menyebakan turunya
rendemen karena tembakau membutuhkan cuaca yang panas untuk mengeringkan
daunnya.
Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan meningkatkan hasil
tanaman. Faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil tanaman yaitu
penggunaan varietas yang sesuai dengan iklim lokal, jenis tanah, Teknik pemupukan,
Teknik pengendalian hama,penyakit dan gulma, dan kondi lingkungan tumbuh tanaman.
Yang kedua perbaikan pola tanam
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu
tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam
monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam
campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir,
yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di
aeral yang sama.
 Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas
lahan.  Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan
keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan
tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang
optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman
merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak.
Pola tanam dapa menggunakan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur.
Pola tanam polikultur sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu tumpang sari
(intercropping), tumpang gilir (multiple cropping), tanaman bersisipan (relay cropping),
tanaman campuran (mixed cropping) dan tanaman bergiliran (sequential planting). Pola
tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan
dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi pola tanam :
 Ketersediaan air dalam satu tahun
 Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut
 Jenis tanah setempat
 Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan
 Kebiasaan dan kemampuan petani setempat
3. Uraikan pemanfaatan sumberdaya alam
Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan pemanfaatan bahan organik.
Pemanfaatan bahan organik dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Biasanya bahan
organik dari hewan menggunakan kotoran hewan sedangkan bahan organik dari tanaman
menggunaka, daun yang kering, pada tanaman tembakau, bagian batang nya dapat
digunakan menjadi pupuk organik disebut Kompos Batang Tembakau (KBT). Agens
hayati adalah salah satu komponen dalam pengendalian hama dan penyakit yang ramah
lingkungan contoh jamur, rhizobium. Penggunaan agens hayati sangat memungkinkan
untuk diterapkan bagi petani sayur dataran tinggi karena mikroba antagonis mudah
dikembangkan dengan media dari limbah pertanian, mudah diaplikasikan, dan biayanya
jauh lebih murah dibandingkan dengan pestisida sintetik
4. Uraikan kelebihan dan kekurangan pola tanam tumpang sari
Kelebihan/Manfaat :
 Menghemat lahan tanam, sehingga dalam satu lahan tanam bisa ditanami lebih dari
satu jenis tanaman
 Menambah hasil produktivitas hasil panen, karena tidak hanya satu jenis tanaman
yang dipanen, namun bisa lebih dari sau jenis
 Mengurangi biaya/ongkos pertanian, karena menghemat dana untuk pembelian pupuk
dan obat-obatan pertanian
 Pertumbuhan rumput liar dan memanjat bisa dihilangkan
 Mebantu memanfaatkan lahan seoptimal mungkin
 Jika perawatan dilakukan dengan baik dan benar maka akan mengasilkan hasil yang
berkualitas
Kekurangan :
 Kehilangan kesuburan tanah, sebab ada pembagian unsur hara yang terkadang tidak
adil antar satu tanaman dengan tanaman lainya
 Tanah semakin rentan terhadap ersi karena pengaruh air hujan yang tinggi
 Menimbukan masalah penyakit dan haa. Terkadang hama bisa saja ditularkan dari
tanaman jenis lainnya
 Terjadinya perebutan unsurhara antarasatu tanaman dengan tanaman lainya. Hal ini
dapat memicu kemungkingan terjaidnya gejala defisiensi hara sebab tanaman tidak
memperoleh unsur hara dalam jumlah yang cukup
5. Uraikan keterkaitan produksi, pasca panen dan pemasaran
Pascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan
(pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan . Hasil utama
pertanian adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama untuk tujuan usaha
pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses
pengolahan. Penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada
tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan
atau diolah lebih lanjut oleh industri. Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk.
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik
dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan.
Tujuan pemasaran adalah mencari keuntungan dengan memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen sehingga dapat memuaskan konsumen itu sendiri, Penanganan pasca
panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun
kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak
pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi. Hal ini sangat jelas penanganan
produksi dan pasca panen memiliki keterkaitan yang sangat erat, karena dengan
penanganan yang baik maka kualitas hasil produksi juga baik sehingga diharapkan
nantinya akan laku di pasar – pasar. Selain itu petani harus melihat kondisi pasar, bulan
ini musimnya ditanam apa hal tersebut untuk mencegah kerugian.
6. Uraikan keterkaitan perubahan iklim dengan pertumbuhan tanaman
Iklim sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan tanaman. Karena setiap komoditas
tanaman memiliki syarat iklim yang berbeda – beda. Contohnya saja tanaman tembakau.
Tanaman tembakau termasuk tanaman yang sensitif terhadap faktor lingkungan
diantaranya yaitu faktor iklim, seperti curah hujan, kelembapan, dan temperatur.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 27°C atau berkisar
antara 22-33°C. Kondisi iklim pada curah hujan, baik jumlah dan penyebarannya yang
sangat beragam sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan mutu
tembakau.
Tabel 1 Produksi Tembakau di Kabupaten Jember
No Jenis Tembakau Tahun
2012 2013 2014 2015
1 Na-Oogst 102.770,00 79.758,00 78.896,60 45.697,98
2 Kasturi 177.834,00 119.782,00 145.275,40 161.867,68
3 Rajang 19.335,50 6.214,50 14.103,80 11.113,30
4 White Burley 3.423,50 3.886,00 5.029,00 2.715,50
Sumber : BPS Kabupaten Jember, 2016
Pada tabel 1 menunjukan produksi tanaman tembakau dengan jenis tembakau
Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember mengalami penurunan drastis dalam kurun waktu
4 tahun yang sebabkan oleh cuaca yang tidak menentu, tingginya curah hujan, abu
vulkanik Gunung Raung dan minimnya penyediaan sarana produksi. Kondisi tersebut
selaras dengan produktivitas tanaman tembakau dapat mengalami penurunan yang
disebabkan oleh perubahan iklim. Efek dari perubahan iklim inilah yang diduga memiliki
pengaruh terhadap produktivitas tembakau di Kabupaten Jember. Menurut Harlianingtyas
(2021) curah hujan, jumlah hari hujan, kelembapan, temperatur udara dan luas lahan
sebesar 96,7% dalam mengakibatkan fluktuaasi peroduksi tembakau di Kabupaten Jember
dan 3,3% disebabkan oleh faktor lain

Anda mungkin juga menyukai