Anda di halaman 1dari 21

Dasar-Dasar Agronomi

Disusun oleh:
Nama : Monica Intan Aryandhita
NIM : 13351
Jurusn/Prodi : Budidaya Pertanian/Agronomi
Dosen Pengampu :Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.
Pendahuluan
Asal kata Agronomi
Agros = lapang produksi, lahan ( field )
Nomos = pengelolaan
Agronomi adalah ilmu yan mempelajari cara
pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya
untuk memperoleh hasil maksimum (Harjadi, 1982)

Ilmu pendukung agronomi antara lain :
Ilmu Tanaman
Fisiologi Tanaman
Genetika
Pemuliaan Tanaman
Teknologi Benih
Ekologi
Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan
Ilmu Gulma
Analisa Usaha Tani

Aspek proses agronomi yaitu :
- Ada proses persiapan bahan tanam
- Ada pengolahan lahan
- Ada proses pemeliharaan tanam
- Ada target yang ingin dicapai, yaitu hasil
biofisik maksimal.
Konsep Petanian
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan
pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri
dengan cara memanfaatkan sumber daya
tumbuhan dan hewan.
Pertanian bersifat manual work, tidak terprediksi,
beresiko tinggi, dan seiring dengan alam.
Konsep Agronomi
Sadjad (1976) Agronomi sebagai cabang ilmu-
ilmu pertanian yang mencakup pengelolaan lapang
produksi dan menghasilkan produksi maksimum.
Agronomi merupaka bidang utama dalam ilmu
pertanian karena di dalamnya ada unsur internal
dan eksternal.
Hubungan Pertanian dan Agronomi
Dalam pertanian diproduksi berbagai macam
tanaman baik yang merupakan bahan pangan atau
bukan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Dalam agronomi, produksi tanaman
tersebut harus melalui pengolahan supaya
didapatkan hasil yang maksimal.
Faktor Penentu Hasil Pertanian
Faktor Internal
faktor internal yaitu faktor dari dalam tanaman
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
seperti bahan tanam, karakter bahan tanam,
gen, dan hormon tanaman.
Faktor Eksternal
faktor eksternal yaitu faktor dari luar tanaman
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
seperti lingukngan, iklim, gulma, patogen, dll.
Faktor Internal
Bahan Tanam
Bahan tanam merupakan bagian tumbuhan yang
ditanam, berupa biji, potongan batang (setek), atau
belahan rumpun tergantung jenis tanamannya.
Semua organ tanaman dapat digunakan sebagai
bahan tanam, namun harus efisien, tersedia dan
berpotensi produksi tinggi.
Bahan Tanam sangat menentukan produktifitas
tanaman (+ > 50 %) baik kuantitas/kualitas sifat
genetis dan daya tumbuh yang baik . bahan tanam
dapat dibedakan menjadi dua yaitu benih dan bibit.
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui
proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh
yang besar. Benih siap dipanen apabila telah masak.

Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih,
yaitu :
Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang
ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air
yang tinggi.
Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering
benih, dan turunnya kadar air.
Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan
dengan kelembaban udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak
benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan.
Faktor Eksternal
Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen tidak
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Lingukngan abiotik terdiri dari udara,
tanah, air, dan radiasi.
Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan komponen hidup
berupa tumbuhan, hewan, hama, gulma yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Komponen Abiotik
Tanah
Terdapat 3 fungsi tanah yang primer terhadap
tanaman, yaitu :
Memberikan unsur-unsur mineral, melayaninya baik
sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat
persediaan.
Memberikan air dan melayaninya sebagai reservoir
Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan
bertumpu untuk tegak
Tanah merupakan sumber utama zat hara untuk
tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting
dalam siklus pangan.
Komponen Abiotik
Iklim
Suhu
Bahwa jika pada saat suhu ekstrim akan terjadi pengrusakan enzim atau
nonaktif dan
pada saat diatas atau dibawah kisaran optimal berakibat pada non aktifnya
enzim.
Berdasarkan hal itu maka kisaran suhu yang berpengaruh pada tanaman.
Radiasi Matahari dan Cahaya
Faktor cahaya sebagai sumber energi terbesar tanaman. Faktor cahaya yang
berpengaruh adalah intesitas cahaya.
Angin
Angin merupakan unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur
penguapan atau temperature, membantu penyerbukan (lebih lebih
penyerbukan silang), membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk,
dan membawa gas gas yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kelembaban
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena
transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut.
Komponen Biotik
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal
dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru
yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian.
Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu
atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti
pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan
dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan
dengan masalah baru karena tumbuhnya
tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan
salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Komponen Biotik
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan
dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Suatu hewan juga dapat disebut hama
jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami
atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam
habitat manusia.
Dalam pertanian, hama adalah organisme
pengganggu tanaman yang menimbulkan
kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis
adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian
dalam pertanian.
Komponen Biotik
Patogen adalah organisme yang mempunyai
kemampuan menyebabkan penyakit dan biasanya
pathogen dalam bentuk organism yang masih
hidup oleh karena itu disebut pula penyebab dari
faktor biotik.. Penyebab penyakit yang tergolong
kedalam pathogen adalah organisme hidup yang
mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk
menimbulkan penyakit pada tanaman atau
tumbuhan. Organisme yang tergolong patogen
adalah jamur, bakteri, virus, mikoplasma dan
riketsia.
Budidaya Tanaman
Persiapan Bahan Tanam
Pemilihan varietas unggul yang tahan terhadap serangan
hama dan penyakit.
Persiapan Lahan
Lahan diolah dengan cara dibajak, dipupuk untuk
mengembalikan kesuburannnya pasca panen.
Penanaman
Penanaman dilakukan secara monokultur dan polikultur.
Pemeliharaan dan Perlindungan Tanaman
Pemeliharaan dan perlindungan tanaman dilaksanakan
secara terpadu.
Pasca Panen
Pemulihan pasca panen terhadap lahan supaya kesuburan
tanah kembali terjaga.
Monokultur berasal dari kata mono dan culture. Mono
berarti satu. Culture berarti pengelolaan / pengolahan.
Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha
pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan
tujuan membudidayakan satu jenis tanaman dalam
waktu satu tahun.
Pemilihan pola tanam monokultur sangat dipengaruhi
oleh tujuan suatu usaha tani dan juga keberadaan akan
faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Pada usaha
tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa
mengintensifkan tanaman yang paling memiliki nilai
ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai
ekonomi tinggi akan tinggi pula.
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly
berarti banyak dan culture berarti pengolahan. Jadi,
pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari
satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian
dalam waktu satu tahun.
Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek
lingkungan dan juga sosial ekonomi masyarakat
pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling
berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya,
pada daerah pertanian yang curah hujan tidak
merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak
tersedia, pola yang digunakan adalah pola
polikultur.
Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan
kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang
terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat
sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program
pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara
terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang
petani berupa pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem
pertanian ini.
Model pertanian terpadu dalam satu siklus biologi (Integrated Bio Cycle
Farming) yang tidak ada limbah, semua bermanfaat. Limbah pertanian
untuk pakan ternak dan limbah peternakan diolah jadi biogas dan kompos
sehingga impian membentuk masyarakat tani yang makmur dan mandiri
terkonsep dengan jelas. Konsep terapan pertanian terpadu akan
menghasilkan F4 yang sebenarnya adalah langkah pengamanan
terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energi
secara regional maupun nasional, terutama pada kawasan kawasan
remote area dari jajaran kepulauan Indonesia.

(1) F1 (FOOD)
Pangan manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran, dll.), produk peternakan (daging,
susu, telor, dll.), produk budi-daya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurame, dll.) dan hasil perkebunan
(salak, kayu manis, sirsak, dll.)
(2) F2 (FEED)
Pakan ternak termasuk di dalamnya ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas
(ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll.), pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).
Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam
padi, jerami dan kawul, semua produk sampingan apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan
nilai ekonomis yang layak kelola. Jerami dan malai kosong (kawul) dapat disimpan sebagai hay (bahan pakan
kering) untuk ternak ruminansia atau dibuat silage (makanan hijau terfermentasi), sedangkan bekatul sudah
tidak asing lagi sebagai bahan pencampur pakan ternak (ruminansia, unggas dan ikan). Pakan ternak ini
berupa pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla, dan eceng gondok.
(3) F3 (FUEL)
Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio gas) untuk kebutuhan
domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri
kecil. Hasil akhir dari bio gas adalah bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos.
Pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau untuk meng-olah lahan pertanian
sebenarnya adalah produk berbentuk fuel/energi. Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi
(pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam yang
dapat diimplementasikan sebagai pupuk organic, sementara apabila energi sekam padi digunakan untuk gas
diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan berupa asap cair (cuka kayu) yang dapat digunakan untuk
pengewet makanan atau campuran pestisida organik.
(4) F4 (FERTILIZER)
Sisa produk pertanian melalui proses decomposer maupun pirolisis akan menghasilkan organic fertilizer
dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-organik yang relative tinggi. Bio/organic fertilizer bukan
hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (soil conditioner), yang dari sisi keekonomisan
maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk buatan (anorganik fertilizer) bahkan pada
kondisi tertentu akan dihasil-kan bio pestisida (dari asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi)
yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio preservative).

Anda mungkin juga menyukai