PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidunya. Dalam arti sempit, pertanian
juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim, selain
tanaman tahunan dan agroforestri. Dalam melakukan proses bertani diperlukan
dasar mengenai ekologi untuk menunjang keberhasilan dan kelestarian lingkungan
dalam proses pertanian.
Ekologi Pertanian atau yang biasa disebut agroekologi merupakan kaidah
ilmu yang mempelajari teori ekologi untuk mempelajari, menyusun, mengevaluasi
dan mengatur sistem agrikultur sebagai produksi makanan sekaligus pelestarian
lingkungan pertanian.Ekologi pertanian merupakan salah satu komponen vital
dalam menyusun suatu sistem agroekologi.Pemeliharan lingkungan dapat
mempertahankan kelanjutan dari sistem pertanian.Sehingga ketersediaan pangan
dunia tetap terjaga.
Komponen Agroekosistem terdiri dari 3 aspek penting.Aspek budidaya
pertanian, aspek tanah dan aspek HPT. Aspek budidaya pertanian mengacu pada
proses perkembangan dan persaingan diantara komponen tumbuhan pada suatu
ekosistem. Apek tanah menunjukan hubungan timbal balik faktor tanah dan
pelestariannya terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aspek
HPT mengacu perlindungan tanaman terhadap opt sekaligus perlindungan
lingkungan dan pemeliharaan kelestarian organisme di sekitar lingkungan
pertanian. Dalam pengelolaan agroekosistem ketiga aspek saling berkaitan dan
menunjang. Keterikatan antara ketiga aspek tidak terpisahkan dan selalu ada
dalam usaha pengelolaan agroekosistem yang baik. Pengelolaan akan
menghasilkan suatu lingkungan ekosistem pertanian yang dapat memproduksi
makanan secara maksimum sekaligus menunjang kelestarian lingkungan di
sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis Tanaman Apakah yang mampu tumbuh di daerah tinggi dan rendah ?
2. Apakah yang mendasari perbedaan vegetasi dan faktor abiotik di cangar
dan jatikerto ?
3. Apakah hubungan antara vegetasi dan faktor abiotik terhadap
pertumbuhan tanaman di daerah cangar dan jatikerto ?
4. Bagaimanakah keadaan agroekosistem pada cangar dan jatikerto ?
5. Bagaimanakah cara perlindungan agroekosistem ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis tanaman yang mampu tumbuh di daerah cangar dan
jatikerto.
2. Mengetahui perbedaan vegetasi dan faktor abiotik di cangar dan jatikerto.
3. Mengetahui hubungan antara vegetasi dan faktor abiotik terhadap
pertumbuhan tanam di daerah cangar dan jatikerto.
1.
2.
3.
4.
5.
2.4.2 Kelembaban
Kelembaban udara adalah Jumlah uap air yang terkandung di udara. Besar
kecilnya kelembaban tergantung pada jumlah uap air di udara. Kapasitas udara
adalah Jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu
tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh)
tergantung pada suhu udara jika suhu tinggi maka kapasitas udara besar jika uap
air jenuh maka kapasitas udara maksimal. Dan merupakan situasi kandungan uap
air yang ada diudara pada waktu dan tempat tertentu. Keberadaan uap air diudara
mempunyai peranan yang sangat penting, karena akan sangat menentukan
kemungkinan proses pembentukan awan maupun hujan. Selain itu uap air akan
berperan melindungi permukaan bumi terhadap besarnya pengaruh radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh matahari maupun sumber lain. Uap air juga
berperan Dalam proses fisik atmosfer uap air sebenarnya merupakan penyimpan
panas dari energy matahari, yaitu dar bentuk sensible heat (panas terasa) menjadi
latent heat (panas laten). Sehingga bila kelembaban udara tinggi, maka suhu udara
akan turun, karena panas terasa banyak tersimpan menjadi panas laten
(Rahmawati, 2014).
2.4.3 Suhu
Tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik,
Proses-Proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan kemudian prosesproses ini menghasilkan reaksi biologis yang berlangsung pada tanaman.Suhu
maksimum dan minimum yang menyokong pertumbuhan tanaman biasanya
berkisar 5o-35o.Tetapi masing-masih tanaman bebeda-beda ada yang hidup di
daerah bersuhu rendah dan ada juga yang hidup di daerah bersuhu tinggi. Contoh
nyata di daerah dataran tinggi yang bersuhu rendah tanaman kelapa dapat tumbuh,
tetapi tidak akan berbuah (Harjadi, 1979 ).
2.4.4 Air
Air dubutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Beberapa fungsi air
:
Sebagai penyusun tubuh organism
elevasi yang lebih rendah. Angin yang lebih keras meniup pada elevasi-elevasi
yang tinggi daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Temperatur tanah menurun
dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat pada elevasi-elevasi
yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan memegang panas.
Lembah-lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak terkena bahaya hawa
dingin dibandingkan lereng-lereng didekatnya yang berada beberapa ratus meter
lebih tinggi.
Selanjutnya menurut Soetrisno (1998), beberapa hasil penelitian yang pernah
diadakan memberikan kesimpulan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek
tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung
dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai individu adalah
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur,
2. Riap total lambat laun akan menurun,
3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih
lama untuk menjadi dewasa.
4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih
mendekati tanah
5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat
2.5 Faktor biotik dan faktor abiotik tanah
2.5.1 Faktor Biotik
Biota tanah merupakan organisme yang hidup dalam tanah. Organisme
penghuni tanah yang sangat berperan besar dalam memperbaiki kesuburan tanah
adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan
dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan biota tanah tanah. Biota tanah
tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam
penyediaan unsur hara. Biota tanah akan meremah-remah substansi nabati yang
mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (Marsudi
2005).
Perubahan vegetasi di permukaan tanah akan berpengaruh terhadap iklim
mikro dan kondisi tanah sehingga pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap
kehidupan biota tanah. Aktivitas biota tanah
juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan maupun hasil tanaman melalui pengaruh secara langsung seperti
penyerbukan dan hama,
ataupun secara tidak langsung dalam berbagai
proses dekomposisi dan biologi tanah. Biota tanah yang aktif di permukaan
tanah memiliki mobilitas yang tinggi dalam mencari sumber makanan sehingga
bergerak secara leluasa dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya (Dewi et al.
2008).
2.5.2 Faktor Abiotik
Faktor abiotik yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air,
udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa medium atau substrat
untuk berlangsungnya.
Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Sedangkan
Hanafiah, K.A. 2010 mendefinisikan Temperatur (Suhu) adalah suatu sifat tanah
yang sangat penting, secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan
juga terhadap kelembapan, aerasi, struktur, aktivitas mikrobial, dan enzimatik,
dekomposisi serasah/ sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Suhu
tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,
derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.
Suhu tanah juga merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang
penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian,
akar tanaman dan mikrobia tanah secara langsung dipengaruhi oleh suhu tanah.
Laju reaksi kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 10 kenaikan
suhu.Selanjutnya disebutkan pula bahwa temperatur tanah sangat mempengaruhi
aktivitas mikrobiologi tanah.Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur dibawah
10C, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu
18 - 30C, seperti bakteri pengikat N pada tanah berdrainase baik. (Hanafiah,
2013)
Ph Tanah
H tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam
tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah
masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika
ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah
bereaksi netral. (Harjadi ,1979 )
2.5.3
Peran arthropoda dalam ekosistem
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan
khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat
mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai
mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan
arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda
akan mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah,
termasuk terhadap aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi
kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting. (Turnbe et
al, 2010 dan Lavelle et al, 2006).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Budidaya Pertanian
3.1.1 Analisa Vegetasi
- Kamera
: untuk dokumentasi
- Kalkulator
- Form pengamatan
- Alat tulis
- Penggaris
- Tali rafia
: untuk membuat plot pengamatan dan digunakan
untuk membagi plot pengamatan menjadi beberapa subplot.
b.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Menyiapkan alat dan bahan berupa tali rafia untuk membagi plot
5x5 meter menjadi lima bagian ke dalam ukuran tertentu. Dalam mengamati
sample komoditas utama dan sample komoditas gulma perlu memperhatikan
populasi komoditas dalam setiap plot, komoditas utama adalah komoditas
yang dikehendaki dan komoditas gulma adalah komoditas yang tidak
dikehendaki. Untuk mengetahui dominansi komoditas utama dan komoditas
gulma, kita perlu mengukur kanopi dengan mengamati kanopi sample setiap
plot, mengukur D1(Diameter terpanjang) dan D2 (Diameter terpendek).
Kemudian menghitung populasi komoditas utama dan komoditas gulma di
3.1.2
Faktor Abiotik
1.INTENSITAS RADIASI MATAHARI
a.
- Form pengamatan
c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan, untuk
kelancaran praktikum.Kemudian mengukur suhu tanah, suhu udara
& kelembaban udara dengan termohigrograf, dan mencatat
hasilnya.Lalu Mengukur intensitas sinar matahari dengan
menggunakan lux meter.hal ini digunakan untuk melihat
agroekosistem yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Catat
hasil pengamatan dan buat kesimpulan hasil.
2.KELEMBABAN UDARA
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Thermohigrometer
: untuk mengukur suhu dan kelembapan
dalam satu area/ ruangan.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Meletakkan di tempat yang akan diukur
kelembabannya
c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
pengukur kelembapan udara yaitu thermohigrometer. Kemudian
meletakkan alat tersebut di tempat yang akan diidentifikasi
kelembapannya. Langkah selanjutnya yaitu membaca skala yang
tertera pada alat dan menuliskan hasilnya di form pengamatan
3.SUHU UDARA
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Termometer
: Mengukur suhu
- Cetok
: Menggali tanah
- Tanah
: Bahan praktikum
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan Alat dan Bahan
Menggali lubang dalam tanah
Mengukur suhu tanah melalui termometer
tanah
c. ANALISA PERLAKUAN Dokumentasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan untuk kelancaran dan ketepatan dalam proses praktikum.
Tanah digali dalam kedalaman yang cukup untuk mengetahui suhu
tanah.Kemudian suhu tanah diukur menggunakan thermometer
tanah. Dokumentasi praktikum terhadap pengukuran suhu tanah.
3.2 Tanah
3.2.1
Faktor Abiotik
1.SUHU TANAH
a.
10
- Plastik
: untuk menyimpan sampel tanah.
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil penelitian.
b.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Titik pengamatan berada pada area tanah yang tidak ternaungi.
Pada titik pengamatan, ditancapkan alat pengukur suhu tanah
(termohigrometer) sedalam panjang batang. Selanjutnya, lihat dan
tunggu angka pada kepala termohigrometer menunjukkan angka yang
stabil. Angka tersebut menunjukkan suhu tanah.
2.SERESAH
a.
b.
11
c.
seresah
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan
adalah menyiapkan alat dan bahan seperti plot, cetok, dan
penggaris besi. Membuat sepuluh plot dengan ukuran yang
berbeda-beda pada kemudian menghitung tebal seresah pada plot
di area yang telah disediakan. Mencatat hasil pengukuran yang
telah dilakukan sepuluh kali, kemudian menghitung rata-rata.
3.KEGEMBURAN
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Cetok
: untuk menggali tanah.
- Frame 50cmx50cm : untuk membuat plot penggalian.
- Kamera
: untuk mendokumentasikan pengamatan.
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil pengamatan.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan peralatan untuk pengamatan.
Menentukan titik pengamatan pada lokasi penelitian.
Letakkan frame di atas tanah titik pengamatan.
Kemudian gali sedalam 20 cm.
Ambil sampel tanah untuk analisa kegemburan. Gunakan indra
peraba (telapak tangan) untuk mengukur kegemburan tanah. Amati
pula warna dan jenis tanah.
Catat dan dokumentasikan hasil penelitian.
hingga
c. ANALISA PERLAKUAN
Letakkan frame ukuran 50cmx50cm di atas area titik
pengamatan. Lakukan penggalian terhadap titik pengamatan
kedalaman 20 cm. Selanjutnya ambil sampel tanah hasil
penggalian dengan menggunakan indra peraba (telapak tangan)
untuk merasakan kegemburan tanah. Amati pula warna dan jenis
tanah sampel.
12
3.2.2
Faktor Biotik
1.BIOTA TANAH
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Frame ukuran 50cmx50cm : untuk membuat plot penggalian
- Cetok
: untuk menggali tanah.
- Plastik
: sebagai wadah sampel biota tanah.
- Kamera
: untuk mendokumentasikan
penelitian.
- Form pengamatan
: sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil penelitian.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan peralatan untuk pengamatan.
Menentukan titik pengamatan pada lokasi penelitian. Terdapat dua titik
pengamatan yang dipilih secara acak dalam plot pengamatan. Titik
pertama berada pada area tanah yang subur sedangkan titik kedua berada
pada area tanah yang kurang subur.
Letakkan frame di atas tanah titik pengamatan.
Kemudian gali sedalam 20 cm.
Analisa organisme yang ditemukan kemudian catat dan
dokumentasikan hasil penelitian.
c. ANALISA PERLAKUAN
Terdapat dua titik pengamatan yang dipilih secara acak
dalam plot
pengamatan. Titik pertama berada pada area tanah
yang subur, sedangkan titik kedua berada pada area tanah yang
kurang subur. Selanjutnya lakukan penggalian tanah hingga
kedalaman 20 cm terhadap titik pengamatan yang telah diberi
frame sebagai batas penggalian. Analisa organisme yang
ditemukan kemudian simpan sampel biota ke dalam plastik.
Analisia biota terhadap spesies dan perannya dalam pertanian.
2.FAKTOR POHON (TAHUNAN)
a.
13
- Busur modivikasi
- Meteran jahit
b.
Mendokumentasikan kegiatan
c.
ANALISA PERLAKUAN
Pertama para anggota menyiapkan alat dan bahan yang di
butuhkan, lalu anggota menghitung sudut untuk menemukan tinggi
pohon. Para anggota yang lain menghitung DBH untuk menemukan
diameter pada pohon, lalu menghitung lebar kanopi dengan meteran jahit.
Setelah mendapatkan hasil dari semua, mengisi pada form pengamatan,
dan anggota yang lain mendokumentasikan.
14
3.3 Arthopoda
3.3.1 SWEEPNET
a.
b.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengamati arthropoda
dengan menggunakan alat atau media sweepnet adalah menyiapkan
.jaring tersebut kedepan dengan setiap dua langkah 3 ayunan.
Mengulangi gerakan tersebut mengelilingi plot utama yang berukuran
5x5 meter dengan arah U.
15
b.
c.
3.3.3
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam pengamatan menggunakan yellow trap
ini yaitu menyiapkan peralatan pengamatan seperti alat tulis, form,
dan kamera. Kemudian mengamati arthropoda yang terperangkap di
botol kosong yang digunakan sebagai alat yellow trap. Langkah
selanjutnya yaitu menghitung banyaknya arthropoda yang
terperangkap sekaligus mendokumentasikan. Atrthropoda yang
terperangkap di yellow trap paling banyak yaitu lalat buah kecil yang
berjumlah 55 ekor.
PITFALL
a.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam pengamatan menggunakan pitfall yaitu
16
Pemberian Air
a.
b.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam kegiatan ini yaitu menyiapkan 10
polybag, cetok, benih jagung, dan air. 10 polybag diisi masingmasing 5 benih di tiap polybag dengan posisi melingkar. Langkah
selanjutnya adalah memperlakukan benih dengan sama yaitu
menyiram tanaman tersebut dengan 5 polybag masing-masing
sebanyak 120 ml dan 5 polybag lain sebanyak 240ml. Pengamatan
dilakukan setiap satu minggu satu kali. Didapat hasil bahwa benih
jagung bertambah tinggi sekitar 2,5cm setiap minggunya.
17
3.4.2
Cahaya
a.
b.
c.
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam kegiatan ini yaitu menyiapkan 10
polybag, cetok, benih jagung, dan air. 10 polybag diisi masingmasing 5 benih di tiap polybag dengan posisi melingkar. Langkah
selanjutnya adalah memperlakukan benih dengan sama yaitu
menyirami tanaman tersebut dengan 5 polybag masing-masing
sebanyak 120 ml dan 5 polybag lain sebanyak 240ml. Perlakuan
berbeda dilakukan pada tempat bernaungnya, 5 polybag ditaruh.
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu satu kali. Didapat hasil
bahwa benih jagung bertambah tinggi sekitar 2,5cm setiap
minggunya. Perlakuan selanjutnya yaitu dengan menempatkan 5
polybag di bawah nauangan pohon dan 5 polybag lain di luar
naungan pohon. Hasil pengamatan yang di dapat yaitu tanaman yang
ditaruh di bawah naungan tumbuh lebih cepat daripada yang ditaruh
di luar naungan, karena pertumbuhan dipengaruhi oleh hormon
auksin. Hormon auksin jika terkena cahaya akan terhambat
perkembangannya, maka tumbuhan yang ada di luar nuangan
pertumbuhannya terhambat.
18
BAB IV
BAHAN DAN METODE
4.1 Hasil dan Pengamatan
4.1.1
TABEL
JATI KERTO
NO SPESIES
1
JUMLAH
Tanaman Kopi
26
Interpretasi:
Lokasi ini memilikki vegetasi 26 tanaman kopi yang akan menjadi bahan
praktikum kami
D1
D2
PETAK KE1
Wortel
25
18
303
Gulma A
7,5
6,5
Gulma B
21
12
Gulma C
12
11
71
Gulma D
10
10
17
Gulma E
16
10
30
Wortel
22
24
230
Gulma A
Gulma B
22
10
Gulma C
84
11
Gulma D
13
12
Gulma E
14
Wortel
21
18
77
15
Gulma A
19
16
Gulma B
10
32
17
Gulma C
18
Gulma D
19
Gulma E
20
Wortel
12
12
109
21
Gulma A
19
10
13
22
Teki
23
Gulma C
10
24
Semanggi
25
Wortel
18
32
26
Gulma A
6,5
27
27
Teki
15
28
Semanggi
Interpretasi:
Berdasarkan data penelitian tersebut, dapat diketahui wortel sebagai
vegetasi utama merupakan tanaman yang paling mendominasi lahan.
Pada plot pertama terdapat 303 tanaman wortel, pada plot 2 terdapat 230
tanaman wotel, plot ketiga terdapat 77 tanaman wortel, pda plot keempat
terdapat 109 tanaman wortel dan pada plot kelima terdapat 32 tanaman
wortel. Gulma C (Belulang) merupakan tanaman yang mendominasi
setelah wortel. Pada plot pertama terdapat 71 tanaman gulma, pada plot
kedua terdapat 84 tanaman belulang, pada plot ketiga terdapat 1 tanaman
brelulang dan pada plot keempat terdapat 10 tanaman, sedangkan pada
plot kelima tidak ditemukan Belulang.
Gulma B (Goletrak) merupakan tanaman yang mendominasi setelah
warrtel dan Belulang. Pada plot satu terdapat 6 tanaman Goletrak, pada
plot kedua terdapat 22 tanaman, pada plot tiga terdapat 32 tanaman, pada
plot keempat terdapat 60 tanaman, sedangkan pada plot lima tidak
terdapat Goletrak. Gulma A (Wedusan) merupakan tanaman yang
mendominasi lahan setelah wortel, Belulang, dan Goletrak. Pada plot satu
terdapat 9, plot dua terdapat 5 tanaman, plot tiga terdapat 1 tanaman, plot
empat terdapat 13 tanaman, dan terakhir plot lima 27 tanaman. Gulma E
(semanggi atau cacalincingan) meruapakn tanaman yang cukup banyak
dijumpai setelah wortel, Belulang, Goletrak, dan Wedusan. Pada plot satu
terdapat 30 tanaman, plot dua terdapat 2, plot tiga terdapat 3, plot empat
terdapat 1, dan plot lima terdapat 5.
Sedangkan gulma D (kerokot ) dan teki merupakan tanaman yang
jarang ditemui di lahan. Pada plot satu terdapat 17 tanaman kerokot, plot
dua terdapat 13, dan plot tiga terdapat 5 tanaman kerokot. Sedangkan
pada plot empat dan lima tidak ditemukan tanaman kerokot melainkan
dua tanaman teki pada plot empat dan lima tanaman teki pada plot lima.
20
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Apiales
: Apiaceae
: Daucus
: Daucus Carota L
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas
: Dicotyledonae
- Famili : Asteracae
- Marga : ageratum
- Spesies
:Ageratum
Conyzoides L.
JATIKERTO
1. Tanaman Kopi :
- Kingdom : Plantae
- Divisi
: Magnoliophyta
- Kelas
: Magnoliopsida
- Ordo
: Gentianacea
- Family
: Rubiacea
- Genus
: Coffea
- Spesies
: Coffea arabica; Coffea
robusta; Coffea liberica
21
INTENSITAS
KELEMBABAN SUHU
RADIASI
UDARA
UDARA
MATAHARI
1
CANGAR
0,18 lux
60
20,50C
JATIKERTO
36 lux
32
32,10C
Interpretasi :
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa daerah Cangar
memiliki intensitas cahaya sebesar 0,18 lux, kelembapan udara
sebesar 60, dan suhu udara disana sebesar 20,5 oC. Sedangkan di
daerah Jatikerto memiliki intensitas cahaya sebesar 36 lux,
kelembapan udara sebesar 32, dan suhu udara disana sebesar 32,1 0C.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Cangar cocok untuk
ditanami tanaman semusim dan tanaman yang identik dengan daerah
dingin misal, wortel, kubis, brokoli, dan lain-lain. Sedangkan daerah
Jatikerto cocok untuk ditanamai tanaman tahunan dan tanaman yang
identik dengan daerah yang kurang air dan kurang lembap misal,
kopi, jati, watu, dan lain-lain
4.1.2 Tanah
0
LOKASI
SUHU TANAH
CANGAR
180C
JATIKERTO
360C
Interpretasi :
Berdasarkan data tersebut, diketahui suhu tanah di daerah Cangar
mencapai 18C dan di daerah Jati Kerto mencapai 36C. Perbedaan suhu
tanah yang timpang tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Letak ketinggian tempat
2. Kelembapan tanah
3. Kerapatan partakel tanah
4. Lama Pancaran Radiasi matahari
Perbedaan ketinggian tempat di kedua daerah menyebabkan
perbedaan suhu dan kelembapan. Daerah dataran tinggi di Cangar lebih
22
SERESAH
NO
LOKASI
CANGAR
JATIKERTO
TITIK
KETEBALAN
PENGAMATAN
SERESAH (Cm)
PLOT 1
3.5
PLOT 2
PLOT 3
0.6
PLOT 4
PLOT 5
0.8
PLOT 6
0.3
PLOT 7
0.5
PLOT 8
0.5
PLOT 9
1.5
PLOT 10
PLOT 1
PLOT 2
14
PLOT 3
PLOT 4
16
PLOT 5
12
PLOT 6
19
PLOT 7
PLOT 8
PLOT 9
PLOT 10
Interpretasi:
Penghitungan seresah termasuk dalam faktor abiotik aspek tanah.
Dalam perhitungan ini objek yang diamati adalah ketebalan daun yang
jatuh . Pada penelitian tanaman musiman di Cangar yaitu berupa tanaman
wortel, seresah dihitung dari ketebalan daun-daun yang jatuh
menggunakan penggaris pada plot yang ukuran yang berbeda-beda di 10
titik yang berbeda. Hasil Pengamatan pada plot 1 dihitung ketebalan daun
yang jatuh dengan cara menancapkan penggaris pada plot tersebut,
kemudian dilihat ketebalan daun, maka didapatkan ketebalan sebesar 3,5
23
KEGEMBURAN
NO
LOKASI
KEGEMBURAN
CANGAR
SANGAT GEMBUR
JATIKERTO
TUDAK GEMBUR
Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui tanah di daerah Cangar
lebih gembur dari tanah di daerah Jatikerto. Sampel tanah di daerah
24
b. FAKTOR BIOTIK
BIOTA TANAH + INTERPRETASI
LOKASI
SPESIES
JUMLAH
CANGAR
JATIKERTO
-
PERAN
-
DOKUMENTASI
-
Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di daerah Cangar, tidak
ditemukan adanya organisme penghuni tanah. Namun tidak menutup
kemungkinan adanya mikroorganisme yang hidup di dalamnya.
Sedangkan di daerah Jatikerto, hasil pengamatan menunjukkan bahwa di
Jatikerto juga tidak ditemukan biota tanah.
c. FAKTOR POHON (TAHUNAN) + INTERPRETASI
JATIKERTO
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
SPESIES
KOPI 1
KOPI 2
KOPI 3
KOPI 4
KOPI 5
KOPI 6
KOPI 7
KOPI 8
KOPI 9
KOPI 10
KOPI 11
KOPI 12
KOPI 13
KOPI 14
KOPI 15
KOPI 16
KOPI 17
35
45
45
45
25
35
35
45
15
55
45
35
5
45
45
45
45
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
160
160
160
160
260
420
550
280
95
135
115
135
110
185
89
167
147
160
340
400
160
276,2
573
703
433
197,65
134,98
207,05
288
58,84
-82056
242
231,5
-343,9
320
500
600
320
DBH
LEBAR
KANOPI
18
24,25
51
53
52
38
40
38
38
23
20
26
42
16
34
40
16
224
390
695
253
104
245
387
302
412
173
111
316
408
300
225
260
185
25
18
19
20
21
22
23
24
25
26
KOPI 18
KOPI 19
KOPI 20
KOPI 21
KOPI 22
KOPI 23
KOPI 24
KOPI 25
KOPI 26
45
45
45
45
45
45
45
45
45
160
160
180
180
163
163
163
163
163
120
240
300
140
270
300
340
210
240
280
420
420
480
465
500
503
373
403
12
24
30
14
27
23
34
21
25
150
320
160
200
180
210
280
100
240
Interpretasi :
DBH yang terdapat di daerah Jatikerto bervariasi tergantung tinggi pengamat,
sudut, tinggi pohon, jarak pengamatan, dan lebar kanopi. Meskipun ada beberapa
faktor penentu dalam menentukan DBH pohon tidak berarti akan mempengaruhi
tinggi pohon sebenarnya.
d. DENAH STRATA (TAHUNAN)
JATIKERTO
4.1.3 HPT
a. TABEL PENGAMATAN ARTHOPODA + INTERPRETASI
CANGAR
JENIS
PERANGKAP
SPESIES
ORDO
JUMLAH
PERAN
Predator dan
hama tanaman
karena
memakan akar
tanaman
PITT FALL
Anjing
tanah/
Orong-orong
Orthoptera
DOKUMENTASI
26
Semut
bersayap
Hymenoptera
Laba-laba
Arachinida
Lalat buah
Diptera
55
Lalat
Diptera
Predator hama
tanaman
YELLOW
TRAP
Walang
sangit
Hemiptera
Semut
bersayap
Hymenoptera
Semut
bersayap
Hymenoptera
11
Kumbang
kubah
Coleoptera
Lalat buah
Diptera
Menghisap
cairan tanaman
dari tangkai
bunga dan
menyebabkan
kekurangan
hara
SWEEPNET
27
Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah Cangar, dapat ditemukan beberapa
jenis arthropoda pada semua jenis jebakan yang telah dipasang. Arthropoda
tersebut ada yang memiliki peran sebagai dan ada juga yang berperan baik untuk
lingkungan. Spesies terbanyak yang dapat ditemukan di lokasi ini yaitu Lalat buah
yang ditangkap menggunakan metode yellow trap. Sedangkan dengan metode pit
fall jenis arthropoda yang banyak ditemukan yaitu anjing tanah atau yang bisa
disebut orong-orong.
JATIKERTO
JENIS
PERANGKAP
SPESIES
ORDO
JUMLAH
PITT FALL
Jangkrik
Semut
Laba-Laba
YELLOW
TRAP
Semut
Orthoptera
Hymenoptera
Araneae
Humenoptera
PERAN
DOKUMENTASI
Untuk menjaga
kesuburan
tanah
Memberi
nutrisi pada
tanah dan
tanaman
Melindungi
tanaman dari
perusak
Memberi
nutrisi
pada
tanah
dan
tanaman
Serangga I
28
Serangga II
Serangga III
SWEEPNET
Kepik
Coleoptera
Serangga IV
Serangga V
Serangga VI
Sebagai
pembasmi
hama ramah
lingkungan
Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah Jatikerto, dapat ditemukan beberapa
jenis arthropoda pada semua jenis jebakan yang telah dipasang. Arthropoda
tersebut ada yang memiliki peran sebagai dan ada juga yang berperan baik untuk
lingkungan. Spesies terbanyak yang dapat ditemukan di lokasi ini yaitu semut
yang ditangkap menggunakan metode yellow trap.
b. KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS
HIDUP)
KLASIFIKASI
29
1. Jangkrik
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family
: Gryllidae
Genus
: Liogryllus
Spesies
: Liogryllus sp.
2. Semut
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family
: Formicidae
Genus
: Formica
Spesies
: Formica sp.
3. Laba-laba
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Genus
: Araneus
Spesies
: Araneus sp.
4. Kepik
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family
: Coccinellidae
Genus
: Hippodamia
Spesies
: Convergens (ladybug tertentu)
5. Anjing Tanah
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili : Gyllotalpidae
Genus : Gryllotalpha
Spesies
: Gryllotalpha africana
6. Walang Sangit
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorixa
Spesies
: Acuta
30
7. Semut
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili : Formicidae
8. Lalat
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili : Callphoridae
Genus : Stomorhina
Spesies
: Stomorhina lunata
9. Kumbang Kubah
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Famili : Coccinelidae
Genus : Epilachna
Spesies
: Epilachna sparsa.
31
2. Kepik
3. Lalat
4. Semut Bersayap
5. Kumbang Kubah
6. Lalat Buah
32
7. Kutu Putih
NO
KL 100%
Jagung
10
12
15.7 18
22
2
3
4
KL 50%
TERNAUNGI
TIDAK TERNAUNGI
Jagung
Jagung
Jagung
8,5
8
6
12
10
8
16
13,4
11
22 26
19,8 23
16 19
29
28
22
Interpretasi :
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tanaman jagung yang diberi air
100% atau 240ml dan yang ditempatkan di tempat yang tidak ternaungi pohon
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan tanaman jagung yang diberi
air 50% atau 120ml dan diberi perlakuan dengan menempatkan tanaman jagung
tersebut di bawah naungan. Karena tanaman jagung adalah jenis tanaman yang
tidak cocok diberi banyak air. Dan hormon pada tanaman yang membuat tanaman
tersebut tumbuh ke atas terhambat saat terkena sinar matahari langsung.
33
JUMLAH DAUN
NO
PERLAKUAN
TANAMAN
Minggu ke2 3 4 5
2 3 5 5
6
6
KL 100%
Jagung
1
1
KL 50%
Jagung
TERNAUNGI
Jagung
TIDAK TERNAUNGI
Jagung
Interpretasi :
Dari data yang ada diketahui bahwa tanaman jagung yang diberi air
50% dan diletakkan di tempat yang ternaungi lebih cepat tumbuh daunnya
daripada tanaman jagung yang diberi air 100% dan diletakkan di tempat yang
tidak ternaungi.
b. GRAFIK HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI
TINGGI TANAMAN PERLAKUAN PEMBERIAN AIR
29
20
15
10
5
1
0
KL
50%
KL
100%
Interpretasi :
Dari
diagram
1
2 3 4 5
6
diatas
diketahui
bahwa
pertumbuhan tanaman yang diberi air 50% atau 120ml pertumbuhannya
lebih cepat daripada tanaman yang diberi perlakuan pemberian air 100%
atau 240ml. Dengan selisih rata-rata tinggi tanaman yaitu 4,8cm setiap
minggunya. Karena kebutuhan air tanaman jagung tidak banyak dan
menyebabkan tanaman yang diberi air 100% menjadi terhambat
pertumbuhannya.
PERLAKUAN CAHAYA
28
20
15
T.
Ternaungi
10
Ternaungi
5
1
0
1
2
3
4 5
6
Interpretasi :
Dari diagram diatas diketahui bahwa tanaman jagung yang
diletakkan langsung dibawah sinar matahari lebih lambat tumbuh
daripada tanaman yang diletakkan di bawah naungan karena ada
34
8
6
4
KL 100%
2
1
0
1 2 3 4
Interpretasi:
Dari grafik diatas diketahui bahwa pertambahan daun pada tanaman
jagung dari minggu pertama sampai minggu ke enam mengalami pertambahan
jika diberi air 120ml atau 50%. Dibanding dengan tanaman jagung yang diberi
perlakuan dengan memberi air 100% mengalami perlambatan dalam pertambahan
daun.
PERLAKUAN CAHAYA
10
8
6
4
2
1
T.Ternaun
gi
Ternaung
i
0
1 2 3 4 5 6
Interpretasi :
Dari grafik diatas diketahui bahwa pertambahan daun pada tanaman jagung
dari minggu pertama sampai minggu ke enam mengalami pertambahan jika diberi
tanaman diletakkan di bawah naungan. Dibanding dengan tanaman jagung yang
diletakkan diluar naungan mengalami perlambatan dalam pertambahan daun.
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Vegetasi + Literatur
PENGARUH ABIOTIK KE TANAMAN
Menurut kelompok kami, di dalam sebuah ekosistem terdapat interaksi
antara faktor abiotik dengan faktor biotik. Faktor abiotik dan faktor biotik
35
36
37
38
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di Cangar maupun Jatikerto terdapat perbedaan dari
berbagai bentuk yaitu suhu, vegetasi dan serangga. Hal tersebut terjadi akibat
letak geografis yang berbeda. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan jenis
vegetasi dan serangga yang dapat hidup didaerah tersebut. Setiap vegetasi, baik
tumbuhan maupun hewan memiliki cirri tersendiri karena telah beradaptasi
dengan habitatnya. Faktor lingkungan pada tumbuhan jagung juga mempengaruhi
perbedaan vegetasi, salah satunya adalah intensitas cahaya yang diterima oleh
tumbuhan. Ketika suatu tumbuhan berada pada tempat yang ternaungi ,
tumbuhan tersebut akan tumbuh tinggi karena dipengaruhi oleh adanya hormon
auksin. Hormon auksin ini akan bekerja secara optimum ketika tumbuhan tersebut
mendapat sedikit cahaya. Sebaliknya, jika suatu tumbuhan berada pada tempat
yang tidak ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat karena hormon auksin
tidak bekerja secara maksimal. Adanya perbedaan penyiraman pada tumbuhan
jagung, juga mempengaruhi pertumbuhannya. Tumbuhan jagung dengan kadar
penyiraman yang sedikit akan tumbuh dengan lebih optimal. Hal ini disebabkan
karena karakteristik dari tumbuhan jagung yang kurang menyukai air. Sebaliknya,
tumbuhan jagung dengan kadar penyiraman yang lebih banyak akan cenderung
terhambat.
5.2
39
alat untuk fieldtrip juga dibutukan agar kegiatan fieldtrip lebih efektif.
Saran Untuk Asisten
Sebaiknya asisten praktikum dalam penyampaian materi lebih komunikatif
agar materi yang disampaikan dapat dieterima praktikan dengan baik. Selain pada
saat fieldtrip, asisten praktikum lebih mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
untuk filedtrip.
DAFTAR PUSTAKA
Ahahermanto. 2012. Laporan Praktikum Lapang (Fieldtrip) Ekologi Pertanian.
Online:http://ahahermanto.wordpress.com/2012/03/07/laporan-praktikum-lapangfieldtrip-ekologi-pertanian/ . Diakses tanggal 23 November 2015.
Anonymous. 2008. Phylum Arthropoda.
Online :http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-arthropoda/ Diakses
tanggal 23 November 2015.
Anonymous.2012. Tanah.
Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah . Diakses tanggal 23 November 2015
Istiqomah,Nur Dewi.2012.Hama.
Online:http://blog.ub.ac.id/dewinur/2012/06/26/hama.html . Diakses pada 24
November 2015.
Mudjianto, Andi. 2012. Laporan Fieldtrip Ekoper.
Online:http://blog.ub.ac.id/andimudj/2012/10/05/laporan-fieldtrip-ekoper/ Diakses
tanggal 24 November 2015.
Riyanti. 2010. Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran.
Online:http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/
Diakses tanggal 25 November 2015
Sembel, D.T. 2012. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugito, Yogi. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang: Penerbit Universitas Andalas.
Suwasono DKK.2000. Pengantar Ekologi. Jakarta: CV. Rajawali .
Uppike. 2010. Mengenal Kecoa, Semut dan Labah-Labah.
Online:http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/05/25/mengenal-kecoa-semut-danlabah-labah.html. Diakses pada 25 November 2015
LAMPIRAN
0 PERHITUNGAN SDR
PLOT
Wortel Wedujan Goletrak
Belulang
I
II
III
IV
V
59,7
7,35
-
24,8
41,1
53,6
47,8
43,65
10,1
14,4
9,35
27,9
27,7
28,9
18,16
-
SDR
Krokot Cacaun
cingan
35,1
22,86
6,93
10,2
-
51,3
9,21
4,8
8,84
1,2
Teki
Tempu
yung
2,77
5,36
16,6
5,3
-
40