Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidunya. Dalam arti sempit, pertanian
juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim, selain
tanaman tahunan dan agroforestri. Dalam melakukan proses bertani diperlukan
dasar mengenai ekologi untuk menunjang keberhasilan dan kelestarian lingkungan
dalam proses pertanian.
Ekologi Pertanian atau yang biasa disebut agroekologi merupakan kaidah
ilmu yang mempelajari teori ekologi untuk mempelajari, menyusun, mengevaluasi
dan mengatur sistem agrikultur sebagai produksi makanan sekaligus pelestarian
lingkungan pertanian.Ekologi pertanian merupakan salah satu komponen vital
dalam menyusun suatu sistem agroekologi.Pemeliharan lingkungan dapat
mempertahankan kelanjutan dari sistem pertanian.Sehingga ketersediaan pangan
dunia tetap terjaga.
Komponen Agroekosistem terdiri dari 3 aspek penting.Aspek budidaya
pertanian, aspek tanah dan aspek HPT. Aspek budidaya pertanian mengacu pada
proses perkembangan dan persaingan diantara komponen tumbuhan pada suatu
ekosistem. Apek tanah menunjukan hubungan timbal balik faktor tanah dan
pelestariannya terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aspek
HPT mengacu perlindungan tanaman terhadap opt sekaligus perlindungan
lingkungan dan pemeliharaan kelestarian organisme di sekitar lingkungan
pertanian. Dalam pengelolaan agroekosistem ketiga aspek saling berkaitan dan
menunjang. Keterikatan antara ketiga aspek tidak terpisahkan dan selalu ada
dalam usaha pengelolaan agroekosistem yang baik. Pengelolaan akan
menghasilkan suatu lingkungan ekosistem pertanian yang dapat memproduksi
makanan secara maksimum sekaligus menunjang kelestarian lingkungan di
sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis Tanaman Apakah yang mampu tumbuh di daerah tinggi dan rendah ?
2. Apakah yang mendasari perbedaan vegetasi dan faktor abiotik di cangar
dan jatikerto ?
3. Apakah hubungan antara vegetasi dan faktor abiotik terhadap
pertumbuhan tanaman di daerah cangar dan jatikerto ?
4. Bagaimanakah keadaan agroekosistem pada cangar dan jatikerto ?
5. Bagaimanakah cara perlindungan agroekosistem ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis tanaman yang mampu tumbuh di daerah cangar dan
jatikerto.
2. Mengetahui perbedaan vegetasi dan faktor abiotik di cangar dan jatikerto.
3. Mengetahui hubungan antara vegetasi dan faktor abiotik terhadap
pertumbuhan tanam di daerah cangar dan jatikerto.

4. Mengetahui keadaan agroekosistem di daerah cangar dan jatikerto.


5. Mengetahui cara perlindungan suatu agroekosistem.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dalam menganalisis vegetasi dan faktor abiotik
yang ada di cangar dan jatikerto.
2. Dapat menentukan perlakuan yang dibutuhkan pada suatu agroekosistem,
sehingga didapatkan sistem yang baik.
3. Dapat menilai suatu sistem agroekosistem dengan analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian
Pengertian ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Istilah ekologi pertama
kali digunakan oleh Haeckel, seorang ahli Biologi, dalam pertengahan tahun
1960-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu: "oikos" yang berarti rumah,
dan "logos" berarti ilmu. Karena itu secara harfiah, pengertian ekologi adalah ilmu
tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu
tentang rumah tangga makhluk hidup.
Ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya, dan pemanfaatan sumber daya yang ada oleh
manusia. Secara sederhana ekologi pertanian juga dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari hubungan antar makhluk hidup dan hubungan antara makhluk
hidup dan lingkungan. Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman
selalu mengalami interaksi terhadap lingkungannya.Baik pada sesama tumbuhan
maupun dengan lingkungan sekitarnya, termasuk hewan dan serangga (Sembel,
2012).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mereka tentang
Agroekologi atau ekologi pertanian. Salah satunya ekologi adalah aplikasi dari
konsep ekologi dan prinsip untuk mendesain dan memanajemen sistem pertanian
yang sehat (Gliessman, 2000).
Ilmu dari ekologi pertanian yang mana adalah definisi suatu aplikasi dari
konsep ekologi dan prinsip untuk mendesain dan memanajemn sistem pertanain
sehat, menyediakan sebuah kerangka untuk keluar masuk dari sistem pertanian
(Altieri, 1995).
Sistem ekologi terbentuk sebagai hasil dari interaksi timbal balik secara
teratur antara mahluk hidup dan lingkungannnya, sehingga terbentuk satu
kesatuan yang utuh.Sistem ekologi ini kemudian dikenal dengan ekosistem.Jadi,
ekosistem merupakan bentukan dari komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak
hidup) dalam satu wilayah tertentu.Dalam ekologi pertanian interaksi komponen
biotik dan abiotik ini di setting sedemikian rupa melalui mekanisme kontrol agar
mendukung keberlangsungan sistem budidaya pertanian yang diusahakan.
Kegiatan pengolahan tanah, pupuk dan pengendalian hama ditujukan agar
interaksi antara komponen penyusun ekosistem kebun/ ladang mendukung

pertumbuhan tanaman budidaya (Suwasono, 2000).

1.
2.
3.
4.
5.

2.2 Prinsip Ekologi


Memperhatikan pengalaman studi agroekologi pertanian tradisional
diwilayah tropika basah, maka prinsip ekologi dapat digunakan sebagai panduan
dalam mengembangkan pertanian organik. Penerapan suatu teknologi tidak dapat
digeneralisir begitu saja untuk semua tempat, tetapi harus bersifat spesifik lakasi
(site spesific) dengan mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous
knowledge)dari masing-masing lokasi.
Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan
sebagai berikut:
Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman,
terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen,
penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan
cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan
bersifat sinergisme dengan cara mngkombinasikan fungsi keragaman sistem
pertanian terpadu.
Prinsip di atas dapat diterapkan pada beberapa macam teknologi dan
strategi pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap produktivitas, keamanan, kemalaratan (continuity) dan
identitas masing-masing usaha tani, tergantung pada kesempatan dan pembatas
faktor lokal (kendala sumber daya) dan dalam banyak hal sangat tergantung pada
permintaan pasar. Pada prinsipnya, aliran hara terjadi secara konstan. Unsur hara
yang hilang atau terangkut bersama hasil panen, erosi, pelindian dan volatilisasi
harus digantikan. Untuk mempertahankan sistem usaha tani tetap produktif dan
sehat, maka jumlah hara yang hilang dari dalam tanah dan tidak melebihi hara
yang ditambahkan, atau harus terjadi keseimbangan hara di dalam tanah setiap
waktu (Setyawan, 2013).
2.3 Pengertian Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan
Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk karena proses kejadian
alam dalam waktu yang cukup lama. Ekosistem alami tersebut terjadi secara
alami dan tanpa campur tangan manusia. Seperti terumbu karang,hutan hujan
tropis,mangrove (Harjadi, 1979).
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energy dari
luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contohnya ekosistem aquarium (Sembel, 2012).

2.4 Pengaruh faktor abiotik terhadap vegetasi tanaman


2.4.1 Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber
energi utama bagi ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya
matahari sangat berperan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses
dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan
akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan (Annonymous, 2009).
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan
oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi
Tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila
cahaya melebihi titik kompensasinya (Wirakusumah, 2003)
Kualitas cahaya, secara fisika radiasi matahari merupakan gelombanggelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua
gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk
mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan
perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga
tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi
cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang
merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang
berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah
dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal
lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap
fitoplankton. Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum
jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu
bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang
(Annonymous, 2008).
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali
utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/
spasial maupun dalam waktu atau temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang
rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut besar dengan
permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan
minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang.
Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus
lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya
yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer
(Sasmitamihardja, 1996).

2.4.2 Kelembaban
Kelembaban udara adalah Jumlah uap air yang terkandung di udara. Besar
kecilnya kelembaban tergantung pada jumlah uap air di udara. Kapasitas udara
adalah Jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu
tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh)
tergantung pada suhu udara jika suhu tinggi maka kapasitas udara besar jika uap
air jenuh maka kapasitas udara maksimal. Dan merupakan situasi kandungan uap
air yang ada diudara pada waktu dan tempat tertentu. Keberadaan uap air diudara
mempunyai peranan yang sangat penting, karena akan sangat menentukan
kemungkinan proses pembentukan awan maupun hujan. Selain itu uap air akan
berperan melindungi permukaan bumi terhadap besarnya pengaruh radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh matahari maupun sumber lain. Uap air juga
berperan Dalam proses fisik atmosfer uap air sebenarnya merupakan penyimpan
panas dari energy matahari, yaitu dar bentuk sensible heat (panas terasa) menjadi
latent heat (panas laten). Sehingga bila kelembaban udara tinggi, maka suhu udara
akan turun, karena panas terasa banyak tersimpan menjadi panas laten
(Rahmawati, 2014).
2.4.3 Suhu
Tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik,
Proses-Proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan kemudian prosesproses ini menghasilkan reaksi biologis yang berlangsung pada tanaman.Suhu
maksimum dan minimum yang menyokong pertumbuhan tanaman biasanya
berkisar 5o-35o.Tetapi masing-masih tanaman bebeda-beda ada yang hidup di
daerah bersuhu rendah dan ada juga yang hidup di daerah bersuhu tinggi. Contoh
nyata di daerah dataran tinggi yang bersuhu rendah tanaman kelapa dapat tumbuh,
tetapi tidak akan berbuah (Harjadi, 1979 ).
2.4.4 Air
Air dubutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Beberapa fungsi air
:
Sebagai penyusun tubuh organism

Sebagai pelarut mineral-mineral

Sebagai media tempat hidup bagi tumbuhan air

Sebagai habitat tumbuhan air

Bagi tumbuhan air diperlukan untuk pertumbuhan, perkecambahan,


penyebaran biji dan Membantu proses fotosintesis (Harjadi, 1979)

2.4.5 Ketinggian Tempat


Menurut Soetrisno (1998), iklim banyak diubah oleh ketinggian tempat.
Bagian-bagian yang lebih tinggi dari suat daerah umumnya lebih banyak kena
pasir daripada bagian-bagian yang lebih rendah. Pada elevasi-elavasi yang lebih
tinggi radiasi matahari selama cuaca terang adalah lebih terik daripada elevasi-

elevasi yang lebih rendah. Angin yang lebih keras meniup pada elevasi-elevasi
yang tinggi daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Temperatur tanah menurun
dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat pada elevasi-elevasi
yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan memegang panas.
Lembah-lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak terkena bahaya hawa
dingin dibandingkan lereng-lereng didekatnya yang berada beberapa ratus meter
lebih tinggi.
Selanjutnya menurut Soetrisno (1998), beberapa hasil penelitian yang pernah
diadakan memberikan kesimpulan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek
tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung
dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai individu adalah
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur,
2. Riap total lambat laun akan menurun,
3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih
lama untuk menjadi dewasa.
4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih
mendekati tanah
5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat
2.5 Faktor biotik dan faktor abiotik tanah
2.5.1 Faktor Biotik
Biota tanah merupakan organisme yang hidup dalam tanah. Organisme
penghuni tanah yang sangat berperan besar dalam memperbaiki kesuburan tanah
adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan
dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan biota tanah tanah. Biota tanah
tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam
penyediaan unsur hara. Biota tanah akan meremah-remah substansi nabati yang
mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (Marsudi
2005).
Perubahan vegetasi di permukaan tanah akan berpengaruh terhadap iklim
mikro dan kondisi tanah sehingga pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap
kehidupan biota tanah. Aktivitas biota tanah
juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan maupun hasil tanaman melalui pengaruh secara langsung seperti
penyerbukan dan hama,
ataupun secara tidak langsung dalam berbagai
proses dekomposisi dan biologi tanah. Biota tanah yang aktif di permukaan
tanah memiliki mobilitas yang tinggi dalam mencari sumber makanan sehingga
bergerak secara leluasa dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya (Dewi et al.
2008).
2.5.2 Faktor Abiotik
Faktor abiotik yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air,
udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa medium atau substrat
untuk berlangsungnya.
Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Sedangkan

Hanafiah, K.A. 2010 mendefinisikan Temperatur (Suhu) adalah suatu sifat tanah
yang sangat penting, secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan
juga terhadap kelembapan, aerasi, struktur, aktivitas mikrobial, dan enzimatik,
dekomposisi serasah/ sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Suhu
tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,
derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.
Suhu tanah juga merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang
penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian,
akar tanaman dan mikrobia tanah secara langsung dipengaruhi oleh suhu tanah.
Laju reaksi kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 10 kenaikan
suhu.Selanjutnya disebutkan pula bahwa temperatur tanah sangat mempengaruhi
aktivitas mikrobiologi tanah.Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur dibawah
10C, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu
18 - 30C, seperti bakteri pengikat N pada tanah berdrainase baik. (Hanafiah,
2013)
Ph Tanah
H tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam
tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah
masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika
ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah
bereaksi netral. (Harjadi ,1979 )
2.5.3
Peran arthropoda dalam ekosistem
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan
khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat
mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai
mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan
arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda
akan mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah,
termasuk terhadap aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi
kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting. (Turnbe et
al, 2010 dan Lavelle et al, 2006).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Budidaya Pertanian
3.1.1 Analisa Vegetasi

a. ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Meteran jahit
: untuk menentukan ukuran plot
- Alat pemotong

: untuk memotong tali rafia

- Kamera

: untuk dokumentasi

- Kalkulator

: untuk menghitung nilai SDR

- Form pengamatan

: sebagai media penulisan data

- Alat tulis

: untuk mencatatat hasil pengamatan

- Penggaris

: untuk mengukur kanopi

- Tali rafia
: untuk membuat plot pengamatan dan digunakan
untuk membagi plot pengamatan menjadi beberapa subplot.
b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Mempersiapkan alat dan bahan
Membuat plot ukuran 5x5 meter dengan tali
Membagi plot ukuran 5x5 menjadi lima
bagian
Menentukan komoditas utama dan komoditas gulma di setiap plot

Mengukur kanopi sample komoditas utama dan komoditas gulma di


setiap plot
Menghitung sample komoditas utama dan komoditas gulma di setiap plot
Memasukkan data sample komoditas utama dan komoditas gulma
Menganalisa data sample komoditas utama dan komoditas gulma

c.

ANALISA PERLAKUAN
Menyiapkan alat dan bahan berupa tali rafia untuk membagi plot
5x5 meter menjadi lima bagian ke dalam ukuran tertentu. Dalam mengamati
sample komoditas utama dan sample komoditas gulma perlu memperhatikan
populasi komoditas dalam setiap plot, komoditas utama adalah komoditas
yang dikehendaki dan komoditas gulma adalah komoditas yang tidak
dikehendaki. Untuk mengetahui dominansi komoditas utama dan komoditas
gulma, kita perlu mengukur kanopi dengan mengamati kanopi sample setiap
plot, mengukur D1(Diameter terpanjang) dan D2 (Diameter terpendek).
Kemudian menghitung populasi komoditas utama dan komoditas gulma di

masing-masing plot. Data kanopi dan data populasi sample dimasukkan ke


dalam form pengamatan. Setelah itu, menghitung data sehingga
menghasilkan SDR.

3.1.2

Faktor Abiotik
1.INTENSITAS RADIASI MATAHARI
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Lux meter
: untuk mengukur radiasi matahari
- Alat tulis

: untuk mencatat hasil pengamatan

- Form pengamatan

: sebagai media penulisan pengamatan

b. METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan Alat dan Bahan
Mengukur suhu tanah dengan termohigrograf, dan
mencatat hasilnya
Mengukur intensitas sinar matahari dengan
menggunakan lux meter,dan mencatat hasilnya

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan, untuk
kelancaran praktikum.Kemudian mengukur suhu tanah, suhu udara
& kelembaban udara dengan termohigrograf, dan mencatat
hasilnya.Lalu Mengukur intensitas sinar matahari dengan
menggunakan lux meter.hal ini digunakan untuk melihat
agroekosistem yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Catat
hasil pengamatan dan buat kesimpulan hasil.
2.KELEMBABAN UDARA
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Thermohigrometer
: untuk mengukur suhu dan kelembapan
dalam satu area/ ruangan.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Meletakkan di tempat yang akan diukur
kelembabannya

Membaca skala yang ditunjukkan oleh alat

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
pengukur kelembapan udara yaitu thermohigrometer. Kemudian
meletakkan alat tersebut di tempat yang akan diidentifikasi
kelembapannya. Langkah selanjutnya yaitu membaca skala yang
tertera pada alat dan menuliskan hasilnya di form pengamatan
3.SUHU UDARA
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Termometer
: Mengukur suhu
- Cetok
: Menggali tanah
- Tanah
: Bahan praktikum
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan Alat dan Bahan
Menggali lubang dalam tanah
Mengukur suhu tanah melalui termometer
tanah
c. ANALISA PERLAKUAN Dokumentasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan untuk kelancaran dan ketepatan dalam proses praktikum.
Tanah digali dalam kedalaman yang cukup untuk mengetahui suhu
tanah.Kemudian suhu tanah diukur menggunakan thermometer
tanah. Dokumentasi praktikum terhadap pengukuran suhu tanah.
3.2 Tanah
3.2.1

Faktor Abiotik
1.SUHU TANAH
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Thermohigrometer : untuk mengukur suhu dan kelembapan udara
dalam plot.
- Penggaris
: untuk mengukur kedalaman sampel tanah.

10

- Plastik
: untuk menyimpan sampel tanah.
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil penelitian.
b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan peralatan untuk pengamatan.
Menentukan titik pengamatan pada lokasi penelitian. Titik
pengamatan berada pada area tanah yang tidak ternaungi.
Menancapkan termohigrometer pada titik pengamatan
sedalam panjang batang kedalam tanah. Tunggu
hingga angka pada termohigrometer menunjukkan
angka yang stabil.
Catat dan dokumentasikan hasil pengamatan pada
lembar form pengamatan.

c.

ANALISA PERLAKUAN
Titik pengamatan berada pada area tanah yang tidak ternaungi.
Pada titik pengamatan, ditancapkan alat pengukur suhu tanah
(termohigrometer) sedalam panjang batang. Selanjutnya, lihat dan
tunggu angka pada kepala termohigrometer menunjukkan angka yang
stabil. Angka tersebut menunjukkan suhu tanah.
2.SERESAH
a.

b.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Tali rafia
: untuk membuat plot penelitian.
- Penggaris besi
: untuk mengukur ketebalan seresah.
- Kamera
: untuk mendokumentasikan penelitian
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat data hasil penelitian.
METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan alat dan bahan
Membuat sepuluh plot ukuran dengan ukuran yang berbeda
Mencatat hasi pengukuran pada lembar form pengamatan

11

Mengukur ketebalan seresah dengan menggunakan penggaris


besi pada 10 titik di plot yang telah disediakan

c.
seresah

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan
adalah menyiapkan alat dan bahan seperti plot, cetok, dan
penggaris besi. Membuat sepuluh plot dengan ukuran yang
berbeda-beda pada kemudian menghitung tebal seresah pada plot
di area yang telah disediakan. Mencatat hasil pengukuran yang
telah dilakukan sepuluh kali, kemudian menghitung rata-rata.

3.KEGEMBURAN
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Cetok
: untuk menggali tanah.
- Frame 50cmx50cm : untuk membuat plot penggalian.
- Kamera
: untuk mendokumentasikan pengamatan.
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil pengamatan.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan peralatan untuk pengamatan.
Menentukan titik pengamatan pada lokasi penelitian.
Letakkan frame di atas tanah titik pengamatan.
Kemudian gali sedalam 20 cm.
Ambil sampel tanah untuk analisa kegemburan. Gunakan indra
peraba (telapak tangan) untuk mengukur kegemburan tanah. Amati
pula warna dan jenis tanah.
Catat dan dokumentasikan hasil penelitian.

hingga

c. ANALISA PERLAKUAN
Letakkan frame ukuran 50cmx50cm di atas area titik
pengamatan. Lakukan penggalian terhadap titik pengamatan
kedalaman 20 cm. Selanjutnya ambil sampel tanah hasil
penggalian dengan menggunakan indra peraba (telapak tangan)
untuk merasakan kegemburan tanah. Amati pula warna dan jenis
tanah sampel.

12

3.2.2

Faktor Biotik
1.BIOTA TANAH
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI
- Frame ukuran 50cmx50cm : untuk membuat plot penggalian
- Cetok
: untuk menggali tanah.
- Plastik
: sebagai wadah sampel biota tanah.
- Kamera
: untuk mendokumentasikan
penelitian.
- Form pengamatan
: sebagai tempat pengisian data.
- Alat tulis
: untuk mencatat hasil penelitian.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan peralatan untuk pengamatan.
Menentukan titik pengamatan pada lokasi penelitian. Terdapat dua titik
pengamatan yang dipilih secara acak dalam plot pengamatan. Titik
pertama berada pada area tanah yang subur sedangkan titik kedua berada
pada area tanah yang kurang subur.
Letakkan frame di atas tanah titik pengamatan.
Kemudian gali sedalam 20 cm.
Analisa organisme yang ditemukan kemudian catat dan
dokumentasikan hasil penelitian.

c. ANALISA PERLAKUAN
Terdapat dua titik pengamatan yang dipilih secara acak
dalam plot
pengamatan. Titik pertama berada pada area tanah
yang subur, sedangkan titik kedua berada pada area tanah yang
kurang subur. Selanjutnya lakukan penggalian tanah hingga
kedalaman 20 cm terhadap titik pengamatan yang telah diberi
frame sebagai batas penggalian. Analisa organisme yang
ditemukan kemudian simpan sampel biota ke dalam plastik.
Analisia biota terhadap spesies dan perannya dalam pertanian.
2.FAKTOR POHON (TAHUNAN)
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Penggaris
: untuk mengukur objek yang dituju

13

- Busur modivikasi

: untuk mengukur sudut pohon

- Meteran jahit

: untuk mengukur DBH pohon

- Form pengamatan : untuk menulis data yang di temukan


- Alat tulis

b.

: untuk mencatatat hasil pengamatan

METODE (DIAGRAM ALIR)


Siapkan alat dan bahan

Menghitung sudut pohon

Mengukur diameter pohon

Menghitung hasil pengukuran

Mencatat pada form pengamatan

Mendokumentasikan kegiatan

c.

ANALISA PERLAKUAN
Pertama para anggota menyiapkan alat dan bahan yang di
butuhkan, lalu anggota menghitung sudut untuk menemukan tinggi
pohon. Para anggota yang lain menghitung DBH untuk menemukan
diameter pada pohon, lalu menghitung lebar kanopi dengan meteran jahit.
Setelah mendapatkan hasil dari semua, mengisi pada form pengamatan,
dan anggota yang lain mendokumentasikan.

14

3.3 Arthopoda
3.3.1 SWEEPNET
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Jaring serangga : untuk menangkap serangga di sekitar plot
- Plastik
: sebagai wadah dari serangga yang telah
ditangkap
- Kamera
: untuk mendokumentasikan kegiatan
- Alat tulis
: untuk memasukkan data yang diperoleh
- Form pengamatan : sebagai tempat pengisian data

b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan peralatan untuk pengamatan

Melakukan pengamatan dengan cara mengayunkan sweep net mengelilingi


plot sebesar 5x5 meter dengan formasi U dengan 1x pengamatan 3 ayunan
sweepnet
Mengambil organisme yang ditemukan dan dipindahkan ke wadah plastik
Melakukan pengamatan dengan cara mengayunkan sweep net mengelilingi plot
sebesar 5x5 meter dengan formasi U dengan 1x pengamatan 3 ayunan sweepnet
Analisa organisme yang dilakukan kemudian di catat dan dikokumentasikan

c.

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengamati arthropoda
dengan menggunakan alat atau media sweepnet adalah menyiapkan
.jaring tersebut kedepan dengan setiap dua langkah 3 ayunan.
Mengulangi gerakan tersebut mengelilingi plot utama yang berukuran
5x5 meter dengan arah U.

3.3.2 YELLOW TRAP


a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Kamera
: untuk mendokumentasikan kegiatan
- Alat tulis
: untuk memasukkan data yang diperoleh
- Form pengamatan : sebagai tempat memasukkan data
- Plastik
: untuk tempat penyimpanan serangga
- Yellow trap
: untuk menjerat serangga yang terbang

15

b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan peralatan untuk mengamati
Melakukan pengamatan
Mendokumentasikan setiap kegiatan dan setiap
arthropoda yang didapat

c.

3.3.3

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam pengamatan menggunakan yellow trap
ini yaitu menyiapkan peralatan pengamatan seperti alat tulis, form,
dan kamera. Kemudian mengamati arthropoda yang terperangkap di
botol kosong yang digunakan sebagai alat yellow trap. Langkah
selanjutnya yaitu menghitung banyaknya arthropoda yang
terperangkap sekaligus mendokumentasikan. Atrthropoda yang
terperangkap di yellow trap paling banyak yaitu lalat buah kecil yang
berjumlah 55 ekor.

PITFALL
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Kamera
: untuk mendokumentasikan kegiatan
- Alat tulis
: untuk memasukkan data yang diperoleh
- Form pengamatan : sebagai tempat memasukkan data
- Plastik
: untuk tempat penyimpanan serangga
- Pitfall
: untuk menjerat serangga yang berada di dekat
permukaan tanah
b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan peralatan untuk mengamati
Melakukan pengamatan pada botol kecil yang tertanam ditanah
Mendokumentasikan setiap kegiatan dan setiap
arthropoda yang didapat

c.

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam pengamatan menggunakan pitfall yaitu

16

dengan menyiapkan alat seperti kamera, alat tulis, dan form


pengamatan. Langkah selanjutnya yaitu mengamati setian gelas air
mineral yang tertanam di tanah. Hasil pengamatan yaitu jenis
arthropoda yang ditemukan adalah anjing tanah atau yang biasa
disebut orong-orong. Pada setiap gelas mineral ditemukan masingmasing satu ekor anjing tanah.
3.4 Pengaruh Perlakuan Lingkungan Terhadap Tanaman
3.4.1

Pemberian Air
a.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Polybag : sebagai wadah tanam
- Cetok
: untuk menggali tanah
- Tanah
: sebagai media tanam
- Benih
: untuk ditanam
- Air
: untuk menyiram benih yang sudah ditanam (120 ml
dan 240 ml)

b.

METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan peralatan untuk menanam
Menanam benih jagung ke dalam polybag dengan 1 polybag 5
benih
Menyiram polybag dengan 5 polybag masing-masing polybag
120 ml dan 5 polybag lain 240 ml
Mengamati proses pertumbuhan benih jagung selama 1 minggu 1
kali. Total pengamatan 6 kali
Mendokumentasikan setiap kegiatan mulai dari kegiatan
penanaman sampai kegiatan pengamatan

c.

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam kegiatan ini yaitu menyiapkan 10
polybag, cetok, benih jagung, dan air. 10 polybag diisi masingmasing 5 benih di tiap polybag dengan posisi melingkar. Langkah
selanjutnya adalah memperlakukan benih dengan sama yaitu
menyiram tanaman tersebut dengan 5 polybag masing-masing
sebanyak 120 ml dan 5 polybag lain sebanyak 240ml. Pengamatan
dilakukan setiap satu minggu satu kali. Didapat hasil bahwa benih
jagung bertambah tinggi sekitar 2,5cm setiap minggunya.

17

3.4.2

Cahaya
a.

b.

ALAT, BAHAN, FUNGSI


- Polybag : sebagai wadah tanam
- Cetok
: untuk menggali tanah
- Tanah
: sebagai media tanam
- Benih
: untuk ditanam
- Air
: untuk menyiram benih yang sudah ditanam (120 ml
dan 240 ml).
METODE (DIAGRAM ALIR)
Menyiapkan peralatan untuk menanam
Menanam benih jagung ke dalam polybag
dengan 1 polybag 5 benih
Menyimpan 5 polybag di bawah naungan
dan 5 polybag di luar naungan
Menyiram polybag dengan ukuran 120ml
setiap polybagnya
Mendokumentasikan setiap kegiatan mulai
dari kegiatan penanaman sampai kegiatan
pengamatan

c.

ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam kegiatan ini yaitu menyiapkan 10
polybag, cetok, benih jagung, dan air. 10 polybag diisi masingmasing 5 benih di tiap polybag dengan posisi melingkar. Langkah
selanjutnya adalah memperlakukan benih dengan sama yaitu
menyirami tanaman tersebut dengan 5 polybag masing-masing
sebanyak 120 ml dan 5 polybag lain sebanyak 240ml. Perlakuan
berbeda dilakukan pada tempat bernaungnya, 5 polybag ditaruh.
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu satu kali. Didapat hasil
bahwa benih jagung bertambah tinggi sekitar 2,5cm setiap
minggunya. Perlakuan selanjutnya yaitu dengan menempatkan 5
polybag di bawah nauangan pohon dan 5 polybag lain di luar
naungan pohon. Hasil pengamatan yang di dapat yaitu tanaman yang
ditaruh di bawah naungan tumbuh lebih cepat daripada yang ditaruh
di luar naungan, karena pertumbuhan dipengaruhi oleh hormon
auksin. Hormon auksin jika terkena cahaya akan terhambat
perkembangannya, maka tumbuhan yang ada di luar nuangan
pertumbuhannya terhambat.

18

BAB IV
BAHAN DAN METODE
4.1 Hasil dan Pengamatan
4.1.1

Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik


a.

ANALISA VEGETASI TAHUNAN + INTERPRETASI TIAP

TABEL
JATI KERTO
NO SPESIES
1

JUMLAH

Tanaman Kopi

26

Interpretasi:
Lokasi ini memilikki vegetasi 26 tanaman kopi yang akan menjadi bahan
praktikum kami

b. ANALISA VEGETASI SEMUSIM + INTERPRETASI DATA TIAP


TABEL
CANGAR
NO SPESIES

D1

D2

PETAK KE1

Wortel

25

18

303

Gulma A

7,5

6,5

Gulma B

21

12

Gulma C

12

11

71

Gulma D

10

10

17

Gulma E

16

10

30

Wortel

22

24

230

Gulma A

Gulma B

22

10

Gulma C

84

11

Gulma D

13

12

Gulma E

14

Wortel

21

18

77

15

Gulma A

19

16

Gulma B

10

32

17

Gulma C

18

Gulma D

19

Gulma E

20

Wortel

12

12

109

21

Gulma A

19

10

13

22

Teki

23

Gulma C

10

24

Semanggi

25

Wortel

18

32

26

Gulma A

6,5

27

27

Teki

15

28

Semanggi

Interpretasi:
Berdasarkan data penelitian tersebut, dapat diketahui wortel sebagai
vegetasi utama merupakan tanaman yang paling mendominasi lahan.
Pada plot pertama terdapat 303 tanaman wortel, pada plot 2 terdapat 230
tanaman wotel, plot ketiga terdapat 77 tanaman wortel, pda plot keempat
terdapat 109 tanaman wortel dan pada plot kelima terdapat 32 tanaman
wortel. Gulma C (Belulang) merupakan tanaman yang mendominasi
setelah wortel. Pada plot pertama terdapat 71 tanaman gulma, pada plot
kedua terdapat 84 tanaman belulang, pada plot ketiga terdapat 1 tanaman
brelulang dan pada plot keempat terdapat 10 tanaman, sedangkan pada
plot kelima tidak ditemukan Belulang.
Gulma B (Goletrak) merupakan tanaman yang mendominasi setelah
warrtel dan Belulang. Pada plot satu terdapat 6 tanaman Goletrak, pada
plot kedua terdapat 22 tanaman, pada plot tiga terdapat 32 tanaman, pada
plot keempat terdapat 60 tanaman, sedangkan pada plot lima tidak
terdapat Goletrak. Gulma A (Wedusan) merupakan tanaman yang
mendominasi lahan setelah wortel, Belulang, dan Goletrak. Pada plot satu
terdapat 9, plot dua terdapat 5 tanaman, plot tiga terdapat 1 tanaman, plot
empat terdapat 13 tanaman, dan terakhir plot lima 27 tanaman. Gulma E
(semanggi atau cacalincingan) meruapakn tanaman yang cukup banyak
dijumpai setelah wortel, Belulang, Goletrak, dan Wedusan. Pada plot satu
terdapat 30 tanaman, plot dua terdapat 2, plot tiga terdapat 3, plot empat
terdapat 1, dan plot lima terdapat 5.
Sedangkan gulma D (kerokot ) dan teki merupakan tanaman yang
jarang ditemui di lahan. Pada plot satu terdapat 17 tanaman kerokot, plot
dua terdapat 13, dan plot tiga terdapat 5 tanaman kerokot. Sedangkan
pada plot empat dan lima tidak ditemukan tanaman kerokot melainkan
dua tanaman teki pada plot empat dan lima tanaman teki pada plot lima.

20

c. KLASIFIKASI VEGETASI + FOTO


CANGAR
1. Wortel
: - Kingdom
- Divisi
- Kelas
- Ordo
- Famili
- Genus
- Spesies

: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Apiales
: Apiaceae
: Daucus
: Daucus Carota L

2. Oxalis corniculata L: - Kingdom : Plantae


- Divisi
: Spermatophyta
- Kelas
: Monocotyledonae
- Ordo
: Poales
- Famili
: Oxalidaceae
- Genus
: Oxalis
- Spesies
: Oxalis corniculata
3. Ageratum conyzoides L.:

- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas
: Dicotyledonae
- Famili : Asteracae
- Marga : ageratum
- Spesies
:Ageratum
Conyzoides L.

4. Richardia brasiliensis Gomez


- Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas
: Liliopsida
- Ordo
: Poales
- Famili : Poaceae
- Genus : Eleusine
- Spesies
: Eleusine indica (L.)
Gaertn

JATIKERTO
1. Tanaman Kopi :

- Kingdom : Plantae
- Divisi
: Magnoliophyta
- Kelas
: Magnoliopsida
- Ordo
: Gentianacea
- Family
: Rubiacea
- Genus
: Coffea
- Spesies
: Coffea arabica; Coffea
robusta; Coffea liberica

21

d. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI


NO LOKASI

INTENSITAS

KELEMBABAN SUHU

RADIASI

UDARA

UDARA

MATAHARI
1

CANGAR

0,18 lux

60

20,50C

JATIKERTO

36 lux

32

32,10C

Interpretasi :
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa daerah Cangar
memiliki intensitas cahaya sebesar 0,18 lux, kelembapan udara
sebesar 60, dan suhu udara disana sebesar 20,5 oC. Sedangkan di
daerah Jatikerto memiliki intensitas cahaya sebesar 36 lux,
kelembapan udara sebesar 32, dan suhu udara disana sebesar 32,1 0C.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Cangar cocok untuk
ditanami tanaman semusim dan tanaman yang identik dengan daerah
dingin misal, wortel, kubis, brokoli, dan lain-lain. Sedangkan daerah
Jatikerto cocok untuk ditanamai tanaman tahunan dan tanaman yang
identik dengan daerah yang kurang air dan kurang lembap misal,
kopi, jati, watu, dan lain-lain
4.1.2 Tanah
0

a. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI


SUHU TANAH
NO

LOKASI

SUHU TANAH

CANGAR

180C

JATIKERTO

360C

Interpretasi :
Berdasarkan data tersebut, diketahui suhu tanah di daerah Cangar
mencapai 18C dan di daerah Jati Kerto mencapai 36C. Perbedaan suhu
tanah yang timpang tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Letak ketinggian tempat
2. Kelembapan tanah
3. Kerapatan partakel tanah
4. Lama Pancaran Radiasi matahari
Perbedaan ketinggian tempat di kedua daerah menyebabkan
perbedaan suhu dan kelembapan. Daerah dataran tinggi di Cangar lebih

22

lembab dibandingkan dataran rendah di Jatikerto yang relatif kering. Hal


ini menyebabkan perbedaan iklim mikro di kedua daerah.

SERESAH

NO

LOKASI

CANGAR

JATIKERTO

TITIK

KETEBALAN

PENGAMATAN

SERESAH (Cm)

PLOT 1

3.5

PLOT 2

PLOT 3

0.6

PLOT 4

PLOT 5

0.8

PLOT 6

0.3

PLOT 7

0.5

PLOT 8

0.5

PLOT 9

1.5

PLOT 10

PLOT 1

PLOT 2

14

PLOT 3

PLOT 4

16

PLOT 5

12

PLOT 6

19

PLOT 7

PLOT 8

PLOT 9

PLOT 10

Interpretasi:
Penghitungan seresah termasuk dalam faktor abiotik aspek tanah.
Dalam perhitungan ini objek yang diamati adalah ketebalan daun yang
jatuh . Pada penelitian tanaman musiman di Cangar yaitu berupa tanaman
wortel, seresah dihitung dari ketebalan daun-daun yang jatuh
menggunakan penggaris pada plot yang ukuran yang berbeda-beda di 10
titik yang berbeda. Hasil Pengamatan pada plot 1 dihitung ketebalan daun
yang jatuh dengan cara menancapkan penggaris pada plot tersebut,
kemudian dilihat ketebalan daun, maka didapatkan ketebalan sebesar 3,5

23

cm. Pengamatan yang kedua dilakukan di plot 2 dan didapatkan hasil


sebesar 0 cm. Selanjutnya, pengamatan ketebalan seresah yang ketiga
dilakukan pada plot 3, didapatkan ketebalan sebesar 0,6 cm. Pada
pengamatan keempat, ketebalan seresah dihitung di plot 4, dan data yang
di dapatkan memiliki ketebalan 1 cm. Pada pengamatan kelima,
ketebalan seresah dihitung dan didapat hasil dengan ketebalannya 0,8 cm.
Pengamatan yang keenam dilakukan di plot 6 dan didapatkan hasil
sebesar 0,3 cm. Selanjutnya, pengamatan ketebalan seresah yang ketujuh
dilakukan pada plot 7, didapatkan tebal sebesar 0,5 cm. Pada pengamatan
kedelapan, ketebalan seresah dihitung di plot 8, data yang di dapatkan
memiliki ketebalan 0,5 cm. Pada pengamatan kesembilan, ketebalan
seresah dihitung pada plot 9 dan didapat hasil dengan ketebalannya 1,5
cm. Pengamatan yang terakhir dilakukan pada plot 10, didapatkan
ketebalan sebesar 1 cm.
Sedangkan penghitungan seresah pada penelitian tanaman tahunan di
Jatikerto yaitu berupa tanaman kopi, seresah dihitung dari ketebalan
daun-daun yang jatuh menggunakan penggaris pada plot yang ukuran
yang berbeda-beda di 10 titik yang berbeda. Hasil Pengamatan pada plot
1 dihitung ketebalan daun yang jatuh dengan cara menancapkan
penggaris pada plot tersebut, kemudian dilihat ketebalan daun, maka
didapatkan ketebalan sebesar 6 cm. Pengamatan yang kedua dilakukan di
plot 2 dan didapatkan hasil sebesar 14 cm. Selanjutnya, pengamatan
ketebalan seresah yang ketiga dilakukan pada plot 3, didapatkan
ketebalan sebesar 5 cm. Pada pengamatan keempat, ketebalan seresah
dihitung di plot 4, dan data yang di dapatkan memiliki ketebalan 16 cm.
Pada pengamatan kelima, ketebalan seresah dihitung dan didapat hasil
dengan ketebalannya 12 cm. Pengamatan yang keenam dilakukan di plot
6 dan didapatkan hasil sebesar 19 cm. Selanjutnya, pengamatan ketebalan
seresah yang ketujuh dilakukan pada plot 7, didapatkan tebal sebesar 9
cm. Pada pengamatan kedelapan, ketebalan seresah dihitung di plot 8,
data yang di dapatkan memiliki ketebalan 1 cm. Pada pengamatan
kesembilan, ketebalan seresah dihitung pada plot 9 dan didapat hasil
dengan ketebalannya 3 cm. Pengamatan yang terakhir dilakukan pada
plot 10, didapatkan ketebalan sebesar 6 cm.

KEGEMBURAN

NO

LOKASI

KEGEMBURAN

CANGAR

SANGAT GEMBUR

JATIKERTO

TUDAK GEMBUR

Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui tanah di daerah Cangar
lebih gembur dari tanah di daerah Jatikerto. Sampel tanah di daerah

24

Cangar memiliki warna coklat kehitaman dengan kelembapan tinggi.


Jenis tanah tersebut termasuk kedalam jenis tanah regosol karena
merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Tanah
ini sangat cocok digunakan sebagai lahan pertanian atau perekebunan
karena mengandung bahan-bahan organik yang dibutuhkan tanaman
(Hidayat, 2013). Tanah di daerah Jati kerto memiliki warna coklat tua
dengan kelembapan yang kurang dan lahan ini sangat cocok untuk
tanaman tahunan.
0
NO
1
2

b. FAKTOR BIOTIK
BIOTA TANAH + INTERPRETASI
LOKASI
SPESIES
JUMLAH
CANGAR
JATIKERTO
-

PERAN
-

DOKUMENTASI
-

Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di daerah Cangar, tidak
ditemukan adanya organisme penghuni tanah. Namun tidak menutup
kemungkinan adanya mikroorganisme yang hidup di dalamnya.
Sedangkan di daerah Jatikerto, hasil pengamatan menunjukkan bahwa di
Jatikerto juga tidak ditemukan biota tanah.
c. FAKTOR POHON (TAHUNAN) + INTERPRETASI
JATIKERTO

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

SPESIES

KOPI 1
KOPI 2
KOPI 3
KOPI 4
KOPI 5
KOPI 6
KOPI 7
KOPI 8
KOPI 9
KOPI 10
KOPI 11
KOPI 12
KOPI 13
KOPI 14
KOPI 15
KOPI 16
KOPI 17

PENGAMATAN TINGGI POHON


SUDUT TINGGI JARAK TINGGI
PENGA
POHON
MAT

35
45
45
45
25
35
35
45
15
55
45
35
5
45
45
45
45

153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
160
160
160
160

260
420
550
280
95
135
115
135
110
185
89
167
147
160
340
400
160

276,2
573
703
433
197,65
134,98
207,05
288
58,84
-82056
242
231,5
-343,9
320
500
600
320

DBH

LEBAR
KANOPI

18
24,25
51
53
52
38
40
38
38
23
20
26
42
16
34
40
16

224
390
695
253
104
245
387
302
412
173
111
316
408
300
225
260
185

25

18
19
20
21
22
23
24
25
26

KOPI 18
KOPI 19
KOPI 20
KOPI 21
KOPI 22
KOPI 23
KOPI 24
KOPI 25
KOPI 26

45
45
45
45
45
45
45
45
45

160
160
180
180
163
163
163
163
163

120
240
300
140
270
300
340
210
240

280
420
420
480
465
500
503
373
403

12
24
30
14
27
23
34
21
25

150
320
160
200
180
210
280
100
240

Interpretasi :
DBH yang terdapat di daerah Jatikerto bervariasi tergantung tinggi pengamat,
sudut, tinggi pohon, jarak pengamatan, dan lebar kanopi. Meskipun ada beberapa
faktor penentu dalam menentukan DBH pohon tidak berarti akan mempengaruhi
tinggi pohon sebenarnya.
d. DENAH STRATA (TAHUNAN)
JATIKERTO

4.1.3 HPT
a. TABEL PENGAMATAN ARTHOPODA + INTERPRETASI

CANGAR

JENIS
PERANGKAP

SPESIES

ORDO

JUMLAH

PERAN

Predator dan
hama tanaman
karena
memakan akar
tanaman

PITT FALL
Anjing
tanah/
Orong-orong

Orthoptera

DOKUMENTASI

26

Semut
bersayap

Hymenoptera

Laba-laba

Arachinida

Lalat buah

Diptera

55

Lalat

Diptera

Predator hama
tanaman

YELLOW
TRAP

Walang
sangit

Hemiptera

Semut
bersayap

Hymenoptera

Semut
bersayap

Hymenoptera

11

Kumbang
kubah

Coleoptera

Lalat buah

Diptera

Menghisap
cairan tanaman
dari tangkai
bunga dan
menyebabkan
kekurangan
hara

SWEEPNET

27

Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah Cangar, dapat ditemukan beberapa
jenis arthropoda pada semua jenis jebakan yang telah dipasang. Arthropoda
tersebut ada yang memiliki peran sebagai dan ada juga yang berperan baik untuk
lingkungan. Spesies terbanyak yang dapat ditemukan di lokasi ini yaitu Lalat buah
yang ditangkap menggunakan metode yellow trap. Sedangkan dengan metode pit
fall jenis arthropoda yang banyak ditemukan yaitu anjing tanah atau yang bisa
disebut orong-orong.
JATIKERTO
JENIS
PERANGKAP

SPESIES

ORDO

JUMLAH

PITT FALL
Jangkrik

Semut

Laba-Laba

YELLOW
TRAP

Semut

Orthoptera

Hymenoptera

Araneae

Humenoptera

PERAN

DOKUMENTASI

Untuk menjaga
kesuburan
tanah

Memberi
nutrisi pada
tanah dan
tanaman

Melindungi
tanaman dari
perusak

Memberi
nutrisi
pada
tanah
dan
tanaman

Serangga I

28

Serangga II

Serangga III
SWEEPNET
Kepik

Coleoptera

Serangga IV

Serangga V

Serangga VI

Sebagai
pembasmi
hama ramah
lingkungan

Interpretasi:
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah Jatikerto, dapat ditemukan beberapa
jenis arthropoda pada semua jenis jebakan yang telah dipasang. Arthropoda
tersebut ada yang memiliki peran sebagai dan ada juga yang berperan baik untuk
lingkungan. Spesies terbanyak yang dapat ditemukan di lokasi ini yaitu semut
yang ditangkap menggunakan metode yellow trap.
b. KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS
HIDUP)
KLASIFIKASI

29

1. Jangkrik
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family
: Gryllidae
Genus
: Liogryllus
Spesies
: Liogryllus sp.
2. Semut
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family
: Formicidae
Genus
: Formica
Spesies
: Formica sp.
3. Laba-laba
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Genus
: Araneus
Spesies
: Araneus sp.
4. Kepik
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family
: Coccinellidae
Genus
: Hippodamia
Spesies
: Convergens (ladybug tertentu)
5. Anjing Tanah
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili : Gyllotalpidae
Genus : Gryllotalpha
Spesies
: Gryllotalpha africana
6. Walang Sangit
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorixa
Spesies
: Acuta

30

7. Semut
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili : Formicidae
8. Lalat
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili : Callphoridae
Genus : Stomorhina
Spesies
: Stomorhina lunata
9. Kumbang Kubah
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Famili : Coccinelidae
Genus : Epilachna
Spesies
: Epilachna sparsa.

10. Lalat Buah


Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili : Dropsophilidae
Genus : Dropsophila
Spesies
: Dropsophila melanogaster
11. Kutu Putih
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: insecta
Ordo : hemiptera
Family
: pseudococcidae
Genus
: pseudococcus
Spesies
: Pseudococcus citriculus
(planthospital.blogspot.co.id)
BIOEKOLOGI
1. Jangkrik

31

2. Kepik

3. Lalat

4. Semut Bersayap

5. Kumbang Kubah

6. Lalat Buah

32

7. Kutu Putih

NO

4.1.4 Pengaruh Lingkungan Pada Tanaman


a. TABEL HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI
Minggu ke- (cm)
PERLAKUAN
TANAMAN
1
2
3
4
5

KL 100%

Jagung

10

12

15.7 18

22

2
3
4

KL 50%
TERNAUNGI
TIDAK TERNAUNGI

Jagung
Jagung
Jagung

8,5
8
6

12
10
8

16
13,4
11

22 26
19,8 23
16 19

29
28
22

Interpretasi :
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tanaman jagung yang diberi air
100% atau 240ml dan yang ditempatkan di tempat yang tidak ternaungi pohon
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan tanaman jagung yang diberi
air 50% atau 120ml dan diberi perlakuan dengan menempatkan tanaman jagung
tersebut di bawah naungan. Karena tanaman jagung adalah jenis tanaman yang
tidak cocok diberi banyak air. Dan hormon pada tanaman yang membuat tanaman
tersebut tumbuh ke atas terhambat saat terkena sinar matahari langsung.

33

JUMLAH DAUN

NO

PERLAKUAN

TANAMAN

Minggu ke2 3 4 5
2 3 5 5

6
6

KL 100%

Jagung

1
1

KL 50%

Jagung

TERNAUNGI

Jagung

TIDAK TERNAUNGI

Jagung

Interpretasi :
Dari data yang ada diketahui bahwa tanaman jagung yang diberi air
50% dan diletakkan di tempat yang ternaungi lebih cepat tumbuh daunnya
daripada tanaman jagung yang diberi air 100% dan diletakkan di tempat yang
tidak ternaungi.
b. GRAFIK HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI
TINGGI TANAMAN PERLAKUAN PEMBERIAN AIR
29
20
15
10
5
1
0

KL
50%
KL
100%

Interpretasi :
Dari
diagram
1
2 3 4 5
6
diatas
diketahui
bahwa
pertumbuhan tanaman yang diberi air 50% atau 120ml pertumbuhannya
lebih cepat daripada tanaman yang diberi perlakuan pemberian air 100%
atau 240ml. Dengan selisih rata-rata tinggi tanaman yaitu 4,8cm setiap
minggunya. Karena kebutuhan air tanaman jagung tidak banyak dan
menyebabkan tanaman yang diberi air 100% menjadi terhambat
pertumbuhannya.
PERLAKUAN CAHAYA
28
20
15

T.
Ternaungi

10
Ternaungi
5
1
0
1
2
3
4 5
6
Interpretasi :
Dari diagram diatas diketahui bahwa tanaman jagung yang
diletakkan langsung dibawah sinar matahari lebih lambat tumbuh
daripada tanaman yang diletakkan di bawah naungan karena ada

34

hormmon pada tanaman yang apabila terkena matahari langsung akan


memperlambat pertumbuhan tanaman tersebut.
JUMLAH DAUN
PERLAKUAN PEMBERIAN AIR
10
KL 50%

8
6
4

KL 100%

2
1
0
1 2 3 4

Interpretasi:
Dari grafik diatas diketahui bahwa pertambahan daun pada tanaman
jagung dari minggu pertama sampai minggu ke enam mengalami pertambahan
jika diberi air 120ml atau 50%. Dibanding dengan tanaman jagung yang diberi
perlakuan dengan memberi air 100% mengalami perlambatan dalam pertambahan
daun.
PERLAKUAN CAHAYA
10
8
6
4
2
1

T.Ternaun
gi
Ternaung
i

0
1 2 3 4 5 6
Interpretasi :
Dari grafik diatas diketahui bahwa pertambahan daun pada tanaman jagung
dari minggu pertama sampai minggu ke enam mengalami pertambahan jika diberi
tanaman diletakkan di bawah naungan. Dibanding dengan tanaman jagung yang
diletakkan diluar naungan mengalami perlambatan dalam pertambahan daun.
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Vegetasi + Literatur
PENGARUH ABIOTIK KE TANAMAN
Menurut kelompok kami, di dalam sebuah ekosistem terdapat interaksi
antara faktor abiotik dengan faktor biotik. Faktor abiotik dan faktor biotik

35

memiliki ketergantungan satu sama lain. Apabila ketergantungan tersebut terputus,


maka akan menyebabkan ketidakstabilan suatu ekosistem. Faktor biotik
merupakan segala sesuatu yang terdapat di alam namun bukan termasuk dalam
makhluk hidup atau semua hal yang tidak hidup, seperti air, udara, cahaya, dan
lain sebagainya.
Sebuah ekosistem didefinisikan sebagai komunitas makhluk hidup dan
non-hidup yang bekerja sama. Ekosistem tidak memiliki batas yang jelas, dan
mungkin sulit untuk melihat di mana satu ekosistem berakhir dan yang lain
dimulai. Dalam rangka untuk memahami apa yang membuat setiap ekosistem
yang unik, kita perlu melihat faktor-faktor biotik dan abiotik dalam diri ekosistem.
Faktor biotik adalah semua organisme yang hidup dalam suatu ekosistem. Faktor
biotik ini mungkin tumbuhan, hewan, jamur, dan setiap makhluk hidup lainnya.
Faktor abiotik adalah semua hal-hal tak-hidup dalam ekosistem (Sridianti, 2002).
Mempelajari faktor abiotik penting karena membantu ilmuwan
memahami hubungan sensitif dalam dan di antara ekosistem. Belajar bagaimana
faktor abiotik mengubah ekosistem dari waktu ke waktu dapat membantu mereka
memprediksi bagaimana ekosistem mungkin akan terpengaruh di masa
mendatang. Ahli biologi lingkungan terutama tertarik pada faktor abiotik seperti
hujan asam, suhu global, dan polusi, karena mereka memiliki dampak langsung
pada semua organisme hidup. Faktor abiotik datang dalam segala bentuk dan
ukuran. Mereka dapat sekecil batu atau sama besar dengan matahari. Tidak peduli
apa ukuran, masing-masing faktor abiotik memainkan peran penting dalam
ekosistem. Jika salah satu faktor dihapus atau diubah dapat mempengaruhi
keseluruhan ekosistem dan semua organisme yang hidup di sana. (Sridianti,2002)
4.2.2
Pengaruh Faktor Biotik Terhadap Vegetasi + Literatur
Menurut kelompok kami, faktor biotik adalah faktor-faktor yang berasal dari
alam yang ada secara alamiah. Faktor ini saling berkesinambungan satu sama
lainnya dalam hubungan di alam. Contohnya saja ada tiga klasifikasi faktor biotik
yaitu
:
Produsen, yaitu slah satu faktor yang mempunyai peranan sebagai
penyedia makanan utama atau yang berperan mengubah organik menjadi
anorganik. Faktor ini merupakan sumber makanan bagi konsumen tingkat
1.
Konsumer, yaitu faktor yang merupakan konsumen dari produsen.
Konsumer tidak mampu menyediakan makanan nya sendiri. Dimana
konsumer ini terdiri dari konsumer primer dan konsumer sekunder.
Dekomposer, merupakan faktor yang berperan sebagai pengurai produsen
atau konsumen yang telah meninggal dan mengubah zat organik mereka
menjadi zat anorganik.
Detrivor, merupakan fsktor yang memakan zat organik.
Dalam lingkungan pertanian, faktor biotik berupa kerapatan vegetasi, tajuk,
kepadatan tumbuhan bawah, dan lain-lain. pertumbuhan dan perkembangan faktor
biotik dipengaruhi oleh lingkungan abiotik seperti suhu, kelembapan, komponen
organik dan radiasi matahari. Pertumbuhan dan perkembangan faktor biotik dapat
memberikan pengaruh langsung terhadap vegetasi. Di dalam lingkungan tumbuh,
vegetasi bersaing dengan faktor biotik lain dalam memperoleh nutrisi. Kepadatan

36

hayati tersebut semakin memperkecil kesempatan vegetasi memperoleh nutrisi


yang cukup untuk pertumbuhannya. Akibatnya vegetasi kekurangan nutrisi
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Disisi lain, adapula faktor biotik
yang berpengaruh baik terhadap vegetasi, seperti biota tanah dan mikroorganisme.
Biota tanah dapat berupa detrivor yang dapat membantu memecahkan organik
mati menjadi partikel organik. Selanjutnya, partikel organik diuraikan oleh
dekomposer seperti mikroorganisme yang hidup dalam tanah. Partikel tersebut
diubah menjadi zat-zat organik yang akan diserap tumbuhan.
Dalam pertanian, dikenal pula organisme pengganggu tanaman (OPT) yakni
semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil secara
langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia,
atau kompetisi hara terhadap tanaman budidayajasad mikro ataupun submikro dan
lain sebagainya. OPT dapat berupa hama, gulma dan makhluk hayati lain yang
mengganggu vegetasi. (Navitasari. 2014)
4.2.3

Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem + Literatur


PERBEDAAN BIODIVERSITAS DI LOKASI
Menurut kelompok kami, arthropoda berpengaruh terhadap ekosistem. Pengaruh
ini ada yang berdampak postif dan juga berdampak negatif untuk
ekosistem.Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi
ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu
serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan
mencapai suatu keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya
adalah sebagai polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid
(pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem. Polinator
Secara umum serangga tidak berperan langsung pada proses polinasi, serangga
hanya bertujuan memperoleh nektar dari bunga yaitu sebagai sumber
makanannya. Namun dalam hal ini serangga memiliki peran yang sangat penting,
secara tidak sengaja polen atau serbuk sari menempel dan terbawa pada tubuh
serangga hingga polen tersebut menempel pada kepala putik bunga lain dan
terjadilah proses polinasi.
Seperti yang disampaikan oleh Satta et al., (1998) dalam laporannya
bahwa lebah lokal memiliki peranan penting pada proses polinasi dari bunga Sulla
(Hedysarum conorarium L.) di daerah Mediterania. Williams I.H.(2002) juga
menambahkan dalam laporannya bahwa lebih dari 140 spesies tanaman di Eropa,
diuntungkan dengan adanya peran serta serangga dalam proses penyerbukan atau
polinasi. Lebah atau serangga jenis lain secara tidak sengaja membawa pollen dari
satu bunga ke bunga lainnya, sehingga sangat membantu proses polinasi.
Dekomposer Serangga memeliki peranan yang sangat penting dalam
proses dekomposisi terutama di tanah. Kotoran atau feases dari hewan dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Namun dengan keberadaan
beberapa spesies kumbang pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat
diminimalisir (Shahabuddin, et al., 2005). Aktifitas ini secara umum berpengaruh
terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap
tumbuhan disekitarnya.
Predator Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan
sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan
sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama

37

serangga lain. Parasitoid Serangga parasitoid adalah serangga yang berperan


sebagai parasit serangga lain yang merugikan manusia atau ternak. Spalangia
endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid
yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan
pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas (Koesharto, 1995). Pada kehidupan
parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang.
Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan
nektar diperlukan sejak awal sebagai sumber energi. Bioindikator Serangga
merupakan hewan yang sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau tekanan
pada suatu ekosisitem dimana ia hidup. Penggunaan serangga sebagai bioindikator
kondisi lingkungan atau eksosisitem yang ditempatinya telah lama dilakukan.
4.2.4

Pengaruh Perlakuan Lingkungan Terdapap Tanaman


PENGARUH PEMBERIAN AIR TERHADAP TANAMAN
Air memegang peranan terpenting dalam proses perkecambahan biji. Air
adalah faktor yang menentukan didalam kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air
tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun. Kirakira 70% atau lebih daripada protoplasma sel hidup terdiri dari air.
Air memiliki banyak fungsi bagi pertumbuhan tubuh tanaman. Salah satunya,
yaitu berfungsi untuk melarutkan unsur-unsur hara yang terserap. Manfaat yang
begitu besar, sehingga air sering disebut faktor pembatas dari pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. (Nur Faridah,2003). Adanya air yang cukup untuk
melembapkan biji, suhu yang pantas, cukup oksigen. Kekurangan salah satu dari
ketiga syarat ini umumnya biji tidak akan berkecambah adanya cahaya
(Sutopo,1998). Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan
meyebabkan pengembangan embrio dan endosperm. Kegunaan air kedua yaitu
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam biji. Selanjutnya air
berguna untuk megencerkan protoplasma sehingga dapat menghasilkan
bermacam-macam fungsi. Yang terskhir air berguna sebagai alat tranport larutan
makanan dan emdoperm atau kotiledon kepada titik tumbuh.
Indeks luas daun yang merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka
terhadap cekaman air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan
perluasan daun, peningkatan penuaan dan perontokan daun, atau keduanya.
Perluasan daun lebih peka terhadap cekaman air daripada penutupan stomata.
Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan penuaan daun akibat cekaman air
cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang paling kurang aktif
dalam fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga kecil pengaruhnya
terhadap hasil (Goldsworthy dan Fisher dalam Haryati, 2003).
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus
menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati (Haryati. 2003). Sedangkan kadar air berlebihan
pada tanaman akan menyebabkan ukuran sel membesar, ukuran internode menjadi
tidak normal, tanaman tidak kokoh, dan tidak terjadi pertumbuhan yang vigorous
sehingga mudah diserang penyakit. Bila air yang tergenang selama beberapa hari
dapat menyebabkan akar tidak dapat melaksanakan respirasi normal aerob namun
terjadi respirasi anaerob. Keadaan seperti ini akan menyebabkan tingginya kadar
alkohol dalam tubuh tanaman yang selanjutnya akan meracuni tanaman.

38

(Tjiongers dalam Syaikhful. 2013). Tanaman memiliki kadar optium penyerapan


air yang berbeda-beda. Kadar optium penyerapan air tanaman jagung yakni 50%
(120 ml). Tanaman tidak dapat tumbuh tinggi apabila air yang diserap hanya
sedikit, namun kadar air yang terlalu banyak dapat menghambat tumbuh tinggi
tanaman. Kadar air yang dapat diserap oleh tanaman serta mendorong
pertumbuhan tanaman disebut kadar optium.
PENGARUH PERLAKUAN CAHAYA TERHADAP TANAMAN
Tanaman yang diletakkan di tempat yang teduh akan tumbuh dengan ciri-ciri
berdaun hijau tua, pertumbuhannya lebih lambat namun stomatanya berjumlah
sedikit dan daun berukuran besar, perakarannya pun tidak terlalu lebat. Sedangkan
tanaman yang ditanam di tempat yang memiliki banyak cahaya maka tanaman itu
akan memiliki ciri-ciri berdaun hijau muda, stomatanya berjumlah banyak namun
ukurannya kecil, perakaran lebih lebat dan pertumbuhannya lebih cepat. Beberapa
proses dalam perkembangan tanaman yang dikendalikan oleh cahaya antara lain:
perkecambahan, perpanjangan batang, perluasan daun, gerakan daun, sintesis
klorofil, pembukaan bungan dan dominasi tunas (Soekotjo dalam Faridah dalam
Silvikultur.com. 2011).
BAB V
PENUTUPAN
5.1

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di Cangar maupun Jatikerto terdapat perbedaan dari
berbagai bentuk yaitu suhu, vegetasi dan serangga. Hal tersebut terjadi akibat
letak geografis yang berbeda. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan jenis
vegetasi dan serangga yang dapat hidup didaerah tersebut. Setiap vegetasi, baik
tumbuhan maupun hewan memiliki cirri tersendiri karena telah beradaptasi
dengan habitatnya. Faktor lingkungan pada tumbuhan jagung juga mempengaruhi
perbedaan vegetasi, salah satunya adalah intensitas cahaya yang diterima oleh
tumbuhan. Ketika suatu tumbuhan berada pada tempat yang ternaungi ,
tumbuhan tersebut akan tumbuh tinggi karena dipengaruhi oleh adanya hormon
auksin. Hormon auksin ini akan bekerja secara optimum ketika tumbuhan tersebut
mendapat sedikit cahaya. Sebaliknya, jika suatu tumbuhan berada pada tempat
yang tidak ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat karena hormon auksin
tidak bekerja secara maksimal. Adanya perbedaan penyiraman pada tumbuhan
jagung, juga mempengaruhi pertumbuhannya. Tumbuhan jagung dengan kadar
penyiraman yang sedikit akan tumbuh dengan lebih optimal. Hal ini disebabkan
karena karakteristik dari tumbuhan jagung yang kurang menyukai air. Sebaliknya,
tumbuhan jagung dengan kadar penyiraman yang lebih banyak akan cenderung
terhambat.
5.2

Saran (Assisten Dan Praktikum)

Saran Untuk Praktikum


Seharusnya pembagian jumlah anggota kelompok untuk fieldtrip lebih
diminimalkan agar pelaksanaan lebih efektif dan kondusif. Hal ini bertujuan agar
saat dilahan tidak ada praktikan yang menganggur. Selain itu, penambahan jumlah

39

alat untuk fieldtrip juga dibutukan agar kegiatan fieldtrip lebih efektif.
Saran Untuk Asisten
Sebaiknya asisten praktikum dalam penyampaian materi lebih komunikatif
agar materi yang disampaikan dapat dieterima praktikan dengan baik. Selain pada
saat fieldtrip, asisten praktikum lebih mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
untuk filedtrip.
DAFTAR PUSTAKA
Ahahermanto. 2012. Laporan Praktikum Lapang (Fieldtrip) Ekologi Pertanian.
Online:http://ahahermanto.wordpress.com/2012/03/07/laporan-praktikum-lapangfieldtrip-ekologi-pertanian/ . Diakses tanggal 23 November 2015.
Anonymous. 2008. Phylum Arthropoda.
Online :http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-arthropoda/ Diakses
tanggal 23 November 2015.
Anonymous.2012. Tanah.
Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah . Diakses tanggal 23 November 2015
Istiqomah,Nur Dewi.2012.Hama.
Online:http://blog.ub.ac.id/dewinur/2012/06/26/hama.html . Diakses pada 24
November 2015.
Mudjianto, Andi. 2012. Laporan Fieldtrip Ekoper.
Online:http://blog.ub.ac.id/andimudj/2012/10/05/laporan-fieldtrip-ekoper/ Diakses
tanggal 24 November 2015.
Riyanti. 2010. Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran.
Online:http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/
Diakses tanggal 25 November 2015
Sembel, D.T. 2012. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugito, Yogi. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang: Penerbit Universitas Andalas.
Suwasono DKK.2000. Pengantar Ekologi. Jakarta: CV. Rajawali .
Uppike. 2010. Mengenal Kecoa, Semut dan Labah-Labah.
Online:http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/05/25/mengenal-kecoa-semut-danlabah-labah.html. Diakses pada 25 November 2015

LAMPIRAN
0 PERHITUNGAN SDR
PLOT
Wortel Wedujan Goletrak

Belulang

I
II
III
IV
V

59,7
7,35
-

24,8
41,1
53,6
47,8
43,65

10,1
14,4
9,35
27,9
27,7

28,9
18,16
-

SDR
Krokot Cacaun
cingan

35,1
22,86
6,93
10,2
-

51,3
9,21
4,8
8,84
1,2

Teki

Tempu
yung

2,77
5,36
16,6

5,3
-

40

Anda mungkin juga menyukai