Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMPETISI ANTAR KOMPENEN PENYUSUN DALAM


EKOSISTEM

Oleh :
Golongan A/Kelompok 5
1. Vindri Vanisa (191510501059)
2. Farhan Adi Prasetyo (191510501120)
3. Reyhan Rizka Amada (191510901018)

LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia sebagai negara agraris yang besar memiliki lahan pertanian yang
luas.Lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang subur dan pastinya tidak
terlepas dari prinsip prinsip dasar agroekosistem. Di dalam agroekosistem
komponen komponen utama sebagai penyusun dasar dari ekosistem pertanian
sangatlah berpengaruh , salah satu contoh komponen agroekosistem adalah adalah
organisme organisme yang hidup di dalam sistem tersebut. organisme organisme
yang hidup didalam ekosistem pertanian sangatlah berdampak didalam
keseimbangan serta proses berjalannya sistem .

pertanian di era modern seperti sekarang ini banyak memiliki tantangan


yang berjalan sejalan dengan zaman , dimana tantangan seperti kerusakan alam
disebabkan oleh manusia yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian di
dalam agroekosistem sebagai dampak atau hasil dari ketidakseimbangan menjadi
sebuah tugas penting yang harus kita pecahkan. .
Sebagai manusia kita seharusnya dapat mengerti serta memahami ilmu
pengetahuan ekologi yang positif serta berlandaskan kearifan ekologi sebagai
prinsip mendasar agroekologi yang berkelanjutan , dengan demikian diharapkan
manusia sebagai pelaku utama di dalam perubahan mampu serta bisa
menggunakan metode ilmu agroekositem berkelanjutan untuk menjalankan
pembangunan sistem pertanian di Indonesia. Jika prinsip agroekosistem dengan
dasar berkelanjutan sudah dijalankan diharapkan keseimbangan serta kelestarian
ekosistem sekitar dapat terwujudkan sehingga berbagai macam kerugian yang
diakibatkan oleh kerusakan dampak dari kesetimpangan ekosistem dapat secara
berangsur angsur berkurang , salah satu bentuk contoh dijalankannya
agroekosistem berkelanjutan adalah dengan memanfaatkan serta
menyeimbangkan seluruh komponen komponen penyusun didalam agroekosistem
.
Maka dari itu penting di dalam sebuah sistem pertanian yang dijalankan
haruslah berdasarkan prinsip prinsip agroekosistem berkelanjutan agar
keuntungan dapat terus kita rasakan dan kerugian kerugian dapat berkurang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana bentuk kompetisi kompetisi antar komponen penyusun dalam suatu


ekosistem ?

2.Bagaimana hubungan antar populasi dan komunitas sebagai penyusun dalam


suatu ekosistem ?

1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa bisa mengetahui bentuk kompetisi antar komponen penyusun


dalam suatu ekosistem.

2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan yang terjadi antar populasi dan


komunitas sebagai penyusun suatu ekosistem.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Demak & Sitanggang.(2015), Ekosistem adalah susunan yang


terjadi karena interaksi makluk hidup yang sangat beraneka ragam dengan benda
tak hidup. Interaksi yang dilakukan oleh mahluk hidup dapat sama – sama
menguntungkan dan ada pula yang merugikan sebelah pihak maupun semua
pihak. Ekosistem dikatakan seimbang apabila interaksi antara komponen di
dalamnya memiliki keuntungan masing – masing sehingga dapat bertahan dalam
waktu yang lama.
Menurut Martin & Joachim. (2013) Dengan kata lain ekosistem
merupakan sebuah jaringan terstruktur yang menghubungkan antara organisme
hidup dan juga lingkungannya, di mana komponen biotik dan juga abiotik saling
berhubungan. Sistem ekologi suatu ekosistem dengan hubungan timbal balik
antara komponen komponen penyusun sistem di dalam aspek pertanian disebut
Agroekologi.
Menurut Iskandar & Budiawati.(2016), agroekologi atau agroekosistem
sendiri memiliki empat tipe yang memiliki kelebihan dan kekurang masing –
masing yaitu sistem huma, sistem kebun, sistem sawah dan sistem
pekarangan.Kelebihan dan kekurangan suatu tipe agroekosistem sangat tergantung
dengan penerapan, pemilihan lingkungan dan tempat yang sesuai dengan suatu
tipe agroekosistem tersebut.Agroekosistem sangat bermanfaat bagi manusia
karena dapat membantu dalam peningkatan hasil produksi suatu tanaman yang di
tanam manusia.
Menurut Hendrival & Abdul.(2017), agroekosistem yang alami tanpa
diganggu dengan penambahan bahan kimia yang dapat mengganggu salah satu
komponen ekosistem dalam suatu lingkungan atau lahan pertanian dapat
meningkatkan terjadinya suatu ekosistem yang seimbang. Ekosistem yang
seimbang di suatu lahan pertanian akan mempermudah manusia dalam melakukan
perawatan pada tanaman yang ada di suatu lahan karena komponen yang ada di
lahan tersebut masih terkendali dan memiliki peranan masing masing sehingga
tidak terjadi pendominasian suatu komponen ekosistem yang dapat merugikan
tanaman atau komponen ekosistem yang lain.
Menurut Loconto &Eve , F. (2019), agroekologi berfokus pada komponen
komponen penyusun sebuah sistem ekologi pertanian dimana interaksi antara
manusia dan lingkungan sangatlah harus difokuskan dimana hal tersebut tak
terlepas juga dengan hubungan antar tanaman, kehutanan, akuakultur, dan juga
hewan ternak. Konsep Agroekologi di dalam mengelola interaksi ini disesuaikan
ke dalam konteks spesifik lokal, serta dengan menghadapi tantangan tantangan
global. Dengan demikian komponen komponen penyusun yang ada di dalam
sistem sangatlah difokuskan .komponen komponen penyusun yang hidup di dalam
ekosistem selalu berhubungan timbal balik atau biasa disebut dengan simbiosis
Menurut Dande .(2019), Simbiosis memiliki arti hidup bersama arti kata
ini awalnya berasal dari kata Yunani yang disebut “simbiosis”.Simbiosis
berpengertian atau memiliki arti semua jenis hubungan biologis intim dengan
jangka yang panjang antar dua atau lebih organisme biologis yang berbeda
berbeda. Organisme, disebut simbion dari spesies yang sama atau berbeda.
Simbiosis atau hubungan timbal balik adalah sesuatu yang menghasilkan dampak
atau efek antar semua organisme yang mempertahankan antar interaksi intim baik
melalui hubungan alami atau hubungan yang sengaja dibuat oleh manusia.Sebagai
contoh simbiosis yang terjadi secara alami adalah asosiasi pada bakteri yang
mengikat nitrogen dengan tanaman legum atau juga terjadi pada mikroorganisme
rumen dan juga ruminansia adalah contoh interaksi antar organisme alami karena
perannya dalam ekosistem terjadi tanpa campur tangan manusia atau terjadi secara
alami. Sedangkan Manusia, yang terlibat dalam pemanfaatan serta pengolahan
pertanian pada tanaman dan juga peternakan telah berhasil mengembangkan
hubungan antar tanaman dengan hewan , hal tersebut dapat disebut sebagai
permasosiasi atau Asosiasi Permanen. Hubungan hubungan organisme antar
organisme yang berhasil atau juga sengaja dikembangkan oleh manusia ini dapat
meningkatkan tingkat keanekaragaman hayati pada spesies tumbuhan dan juga
hewan di bumi yang disebut menopang satu sistem atau juga siklus ekologi
kehidupan. Hal tersebut juga dapat meningkatkan tingkat kesehatan pada hewan,
tumbuhan , serta pada tanaman pertanian, dan juga tanah yang jika dapat dikelola
dengan benar dan tepat cara pencegahannya serta tanggung jawab untuk
melindungi dan juga menjaga keberlanjutan kesehatan lingkungan pada generasi
saat ini dan generasi yang akan datang. Tujuan Ini dapat dicapai dengan olahan
proses inovasi manajemen biologis serta berdasarkan sistem ekologis yang
menggunakan sumber daya alam yang benar tepat dan juga berprinsip
keberlanjutan. Salah satu Contoh dari hubungan yang ada adalah petani dari suku
di India yang merawat hewan ternak mereka seperti kambing ataupun juga
domba.
Jadi kesimpulannya adalah simbiosis merupakan salah satu proses evolusi
terpenting yang memiliki dampak membentuk keanekaragaman hayati sepanjang
sejarah kehidupan di Bumi ,. Secara umum, simbiosis mengacu kepada segala
jenis interaksi interaksi intim dalam jangka panjang antar organisme organisme
yang berbeda di dalam sebuah ekosistem .multidisiplin ilmu , dewasa ini telah
menunjukan bahwa simbiosis di dalam suatu ekosistem memiliki peran besar di
dalam keberlangsungan jalannya ekosistem. Jenis jenis simbiosis yang terdapat di
dalam ekosistem adalah netralisme , amensalisme , komensalisme , sinekrosis ,
mutualisme , dan lalu parasitisme (Raina, et al. 2018)
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Agroekologi yang berjudul Kompetisi Antar Komponen
Penyusun Dalam Ekosistem dilaksanakan pada hari Kamis, 06 November 2019;
Minggu, 10 November 2019; Kamis, 14 November 2019; dan Minggu, 17
November 2019 pukul 07.00 WIB dan 12.30 WIB sampai selesai di
Agrotechnopark Kampus Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Ajir 50 cm (4 buah)
2. Tali rafia 1 M (4 buah)
3. Alat tulis
4. Hand phone (kamera)
3.2.2 Bahan
1. Petak lahan pengamatan
2. Lembar Kerja

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Mengunjungi salah satu petak pertanaman yang ada di kebun Agroteknopark
Kampus Universitas Jember.
2. Mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di petak pertanman tersebut (Jenis dan
jumlahnya).
3. Mengidentifikasi kondisi lingkungan di mana tanman itu berada (Kondisi
atmosfer, tanah, tumbuhan di sekitar tanaman, pengairan, serangga atau hewan,
pemupukan, dan pengendalian OPT).
4. Melakukan kunjungan dan pengamatan kebun sebanyak empat kali dengan
rentang waktu satu kali dalam satu minggu.
5. Membuat rumusan informasi tentang:
a) Struktur populasi tanaman
b) struktur komonitas tanaman
c) Kemungkinan terbentuknya rantai makanan
d) Kemungkinan terbentuknya jaring-jaring makanan
e) Kemungkinan terjadinya siklus energi
f) Kemungkinan terjadinya siklus materi
6. Membuat rumusan dari informasi yang telah di peroleh, apakah kebun tersebut
telah memenuhi empat sarat ekosistem.
7. Membuat laporan praktikum kompetisi antar komponen penyusun dalam
ekosistem.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Jumlah Serangga
2. Jumlah Cicak
3. Presentase Gulma

3.5 Analisis Data


Untuk menentukan suatu informasi yang ada dari data-data yang kita
miliki menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menguraikan
secara menyeluruh data yang ada dengan menggunakan kalimat-kalimat deskriptif
, sehingga data mudah di cerna dan di dapatkan sebuah informasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Serangga

4.1.1.1 Jangkrik, Kecoa Kecil, Belalang, Ulat Grayak, Kumbang Bayu, dan Lalat

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4

4.1.1.2 Semut Merah, Semut Hitam, Nyamuk, dan Rayap


35

30

25

20

15

10

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan4

4.1.2 Cicak

1.2

0.8

0.6
Cicak

0.4

0.2

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan3 Pengamatan4

4.1.3Rumput Gulma Daun Lebar dan Rumput Gulma Daun Lebar


40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan3 Pengamatan4

4.2 Pembahasan

Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal


balik dengan lingkungannya.Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem
yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata
lainekosistemmerupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk
hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa
adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan
pengendalian.
Secara alami setiap ekosistem mampu menjaga dan mengendalikan dirinya
sendiri dari gangguan yang berasal dari luar, termasuk komponen-komponen
biotik maupun abiotik yang ada di dalamnya.Ekosistem mempunyai kemampuan
untuk menangkal berbagai perubahan ataupun gangguan yang dialaminya
sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya.Keseimbangan
ekosistem disebut homeostasis ekosistem.Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya
adalah mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara,
pertumbuhan populasi, produksi, dan penguraian/dekomposisi.
Meskipun ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal setiap gangguan
dari luar untuk menjaga keseimbangannya, tetapi kemampuan tersebut ada
batasnya.Manusia yang sebetulnya merupakan salah satu unsur dalam ekosistem,
justru seringkali merupakan pengganggu yang terbesar terhadap kelangsungan
hidup ekosistem itu sendiri.Hal ini terjadi ketika manusia memanfaatkan sumber
daya alam untuk kesejahteraan mereka.
Jika kita mengacu pada grafik 4.1.1 hingga garfik 4.3 bisa kita ketahui
bahwasanya perubahan jumlah organisme yang ada di sebabkan adanya campur
tangan dari luar ekosistem yaitu manusia. Dengan semakin banyak atau intens
pengaruh manusia dalam sebuah ekosistem akan membuat ekosistem akan
kehilangan keseimbangan yang ada di dalamnya sehingga akan ada organisme
yang akan menghilang dari ekosistem, menghilangnya suatu organisme ini bisa di
sebabkan karena kematian ataupun berpindah tempat ke ekosistem lain yang jauh
lebih seimbang dari yang sebelumnya. Dalam konteks ini pengaruh nyata yang
dapat kami ketahui adalah pengadukan daun kering yang ada dalan petak, pada
saat pelaksaan hal tersebut banyak organisme yang berterbangan dan berloncatan
mencari tempat bersembunyi namun ekosistem tidak aman lagi bagi beberapa
organisme sehingga pada pengamatan yang selanjutnya ada penurunan beberapa
jumlah organisme bahkan ada organisme yang hilang dari ekosistem yang ada.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ekosistem pada dasarnya memiliki dua komponen utama yaitu unsur
abiotik dan unsur biotik. Unsur abiotik merupakan unsur yang bersifat tidak hidup
atau tidak bernyawa sedangkan unsur biotik yaitu unsur yang bersifat hidup dan
bernyawa. Kedua komponen tersebut sangat penting karena kedua unsur tersebut
saling berhubungan satu sama lain dan dapat mempengaruhi kondisi suatu
lingkungan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pada pohon kelengkeng
terdapat organisme - organisme yang hidup di sekitarnya, contohnya yaitu gulma
dan serangga. Keberadaan dari organisme tersebut dapat membentuk suatu
interaksi antar mahluk hidup. Interaksi tersebut dapat bermanfaat dan juga dapat
merugikan bagi tanaman kelengkeng. Interaksi atau simbiosis yang dapat di amati
pada tanaman kelengkeng antara lain adalah simbiosis mutualisme,komensalisme,
dan parasitisme, di sekitar tumbuhan pohon kelengkeng yang kita amati juga
terdapat kompetisi antar individu satu dengan yang lain. Keberadanan dan
kegiatan dari mahluk hidup yang terdapat di dekitar tanaman tersebut dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan dari tanaman kelengkeng.
5.2 Saran
Dalam kegiatan pengamatan terdapat kebingungan dalam penentuan hari
dan jam pengamatan. Sebaiknya pengaturan jadwal untuk pengamatan lebih di
perhatikan lagi karena sebagian praktikan ada yang bentrok dengan jadwal mata
kuliah selain itu juga saat menjelaskan di depan sebaiknya menggunakan TOA
speaker supaya para praktikan bisa mendengarkan lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Dande KG . 2019. Significance of Symbiotic Associations in Sustainable


Agriculture and Animal Nutrition .Journal of Novel Techniques in
Nutrition and Food Science.Volume. 3, No. 2, hal 251 – 254

DEMAK N., H., & SITANGGANG, Y. 2015. PENINGKATAN HASIL


BELAJAR EKOSISTEM MELALUI PENGGUNAAN
LABORATORIUM ALAM. Jurnal Formatif 5(2): 156-167.

Hendrival,& Abdul K. 2017. PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN


HYMENOPTERA PARASITOID PADA AGROEKOSISTEM
KEDELAI DENGAN APLIKASI DAN TANPA APLIKASI
INSEKTISIDA. Journal of Biology. 10(1): 48-58

Iskandar, J., & Budiawati, S., I. 2016. ETNOEKOLOGI DAN PENGELOLAAN


AGROEKOSISTEM OLEH PENDUDUK DESA
KARANGWANGI KECAMATAN CIDAUN, CIANJUR
SELATAN JAWA BARAT. Jurnal Biodjati. 1(1) : 1 – 12

Loconto ,Allison& Eve Fouilleux. 2019. Defining agroecology: Exploring the


circulation of knowledge in FAO’sGlobal Dialogue. International
Journal of Soc of Agr.& Food, Vol. 25, No. 2, hal. 116-137

Martin, K., & Joachim, S. 2013. Agroecology.Germany : Springer.

Raina, J., Laura E, F., Joseph P ., Anja S ., John M. A & Tom A. W. 2019 .
Symbiosis in the microbial world: from ecology to genome evolution
. Journal of Biology Open . 7(1) : 1-4

Anda mungkin juga menyukai