Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOEKOLOGI OPT

Bioekologi OPT Jamur pada Tanaman Jagung, Cabai dan Sansivera

Oleh:
Vindri Vanisa 191510501059

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


OPT (organisme pengganggu tanaman) merupakan berbagai makhluk hidup
yang keberadaannyadan juga cara hidupnya bisa merugikan bagi tanaman yang
dibudidayakan, sehingga tanaman akan mengalami kerusakan fisik, gangguan
fisiologi dan biokimia serta kompetisi hara antara gulma dan tanaman budidaya
yang mana akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan, kematian tanaman
serta penurunan hasil panen (Pakpahan, A. V. dan Doni. 2019). Untuk itu
keberadaan dari OPT yang ada pada lahan budidaya maupun tempat penyimpanan
hasil panen senantiasa dipantau dan juga dikendalikan keberadaan maupun
populasinya sehingga walaupun ada tidak akan mengakibatkan kerusakan yang
besar pada tanaman dan tidak mengurangi hasil panen secara signifikan, untuk
tindakan pengendaliannya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung
pada jenis dan spesies OPT yang akan dikendalikan. Secara garis besarnya OPT
dapat kita golongkan menjadi kelompok gulma, bakteri, virus, serangga, mamalia
dan jamur.
OPT jamur memiliki keragaman jenis yang tinggi bisa mencapai 1,5 juta
spesies dengan keragaman yang tinggi (Solle, H, F. Klau dan T. Nuhamara. 2017),
ada banyak spesies dari keseluruhan spesies jamur yang bermanfaat bagi manusia
salahsatunya dalam pembuatan bahan makanan namun banyak juga jamur yang
merupakan pantogen khusunya bagi tanaman budidaya. Jamur merupakan salah
satu jenis opt penting bagi beberapa jenis tanaman seperti pada jagung dan cabai,
biasanya gejala serangan yang muncul pada kedua tanaman bisa kita amati dengan
mudah namun untuk hasil yang lebih tepat dan akurat kita bisa melakukan
pengujian di laboratorium dengan cara inokulasi jamur yang menyaerang pada
tanaman. Jamur bisa saja mengakibatkan kehilangan hasil sangat besar karena pada
serangan jamur fusarium sp. Pada tanaman cabai akan mengakibatkan kematian
tanaman hanya pada 3 hari setelah gejala layu muncul, serta yang lebih parahnya
jamut bisa terbawa benih sehingga benih yang terinfeksi bisa menjadi pembawa
pantogen dan juga akan mengalami kerusakan. Menurut Hausufa, A. Dan A. Rusae
(2018) benih yang telah terinfeksi jamur rata-rata hanya akan memiliki daya
kecambah sebesar 16-24% saja. Maka dari itu sangatlah penting kita untuk
memahami lebih jauh tentang jamur pantogen tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jenis jamur apa saja yang dapat menyerang tanaman jagung, cabai dan sansivera?
2. Seperti apakah gejala serangan jamur yang terdapat pada tanaman jagung, cabai
dan sansivera?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Agar bisa mengetahui berbagai jenis jamur yang menyerang pada tanaman
jagung, cabai dan sansivera.
2. agar mampu mengidentifikasi gejala serangan jamur pada tanaman jagung, cabai
dan sansivera.

1.4 Manfaat Praktikum


Praktikum ini diharapkan praktikan agar dapat mengenali dan membeda-
bedakan jenis-jenis jamur yang menyerang pada berbagai jenis tanaman, sehingga
bisa dengan mudah untuk menentukan langkah lanjutan untuk tindakan
pengendaliannya.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Sampel tanaman (jagung, cabai dan sansivera) yang terinfeksi jamur
2. Kamera
3. Alat Tulis

2.2 Prosedur Praktikum


1. Mencari tanaman yang memiliki indikasi terserang jamur pantogen
2. Memotret bagian tanaman yang memiliki gejala serangan jamur
3. membuat laporan tentang praktikum yang telah dilakukannya

2.3 Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan diarea persawahan yang terdapat di Dusun Krajan,
Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember dan juga di area taman yang berada
dihalaman asrama putra 2 PPM Syafi’ur Rohman Jember. Praktikum dilakukan
pada tanggal 24 dan 26 November 2020, yakni pada saat setelah virtual meeting
selesai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
Nama
Jenis Jamur Gambar Gejala Serangan
Tanaman
Fusarium - Daun
sp., berwarna
Peronoscle
rospora putih atau
Maydis hijau pucat
dan
- Tanaman
Aspergilus
sp. mengalami
kekerdilan
- Tongkol
terbuka
- Terdapat
Jagung
bercak warna
kehijauan
pada biji
Fusarium - Tanaman
sp. Dan layu mulai
Colletotrich
um capsici dari bagian
bawah
- Tanaman
akan mati dan
mengering
- Terdapat
bercak-
bercak coklat
Cabai pada buah
dan buah
akan
membusuk
Fusarium - Terdapat
sp., bercak coklat
Aspergilus
sp. Dan basah yang
penicillium akan semakin
sp.
melebar dan
nantinya akan
mengering
- Daun
menjadi
kering di
Sansivera
beberpa
bagian
tertentu

3.2 Pembahasan
Jagung merupakan salah satu makanan pokok masyarakat indonesia selain
padi khususnya di daerah NTT ini dikarenakan iklim pada daerah tersebut hanya
bisa menghendaki tanaman jagung saja yang bisa tumbuh dan tidak bisa untuk
menanam padi, sehingga sejak dulu masyarakat asli daerah NTT menjadikan
jagung sebagai makanan pokoknya. Selain itu pemanfaatan jagung sangatlah luas
salah satu yang paling banyak digunakan ialah sebagai salah satu bahan utama
pakan ternak ayam, yang mana kebutuhannya semakin meningkat tiap tahunnya
karena semakin meningkatnya jumlah penduduk. Namun dibalik kebutuhan yang
selalu meningkat banyak kendala yang dihadapi para petani dalam memenuhi
permintaan tersebut yakni adanya berbagai jenis OPT yang menyerang budidaya
tanaman jagungnya salah satunya dari golongan jamur. Setahu saya dulu didaerah
saya jamur yang sering sekali menyerang pada tanaman jagung ialah
Peronosclerospora Maydis yang mana akan menyebabkan penyakit bulai pada
tanaman jagung, biasanya tanaman jagung yang sering terkena penyakit bulai ini
ialah pada varietas jagung manis, presentase serangan pada satu lahan jagung
manis sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis jagung biasa, namun sangat
disayangkan akhir-akhir ini banyak juga tanaman jagung biaa yang banyak
terserang bulai ini kemungkinan jamurnya telah mengalami perubahan sehingga
bisa dnegan mudah menginfeksi atau juga menurunnya tingkat ketahanan varietas
benih jagung yang digunakan.
Ciri utama yang bisa kita amati dari serangan bulai pada tanaman jagung
ialah perubahan warna pada daun yang menjadi putih atau memudar dan juga
terdapat serbuh putih pada bagian daun yang memutih yang mana itu merupakan
spora dari jamur Peronosclerospora Maydis (gambar 1). Dampak yang bisa
diakibatkan oleh serangan jamur ini ialah tanaman menjadi kerdil dan bahkan
akan stunting atau berhenti tumbuh sehingga tidak akan menghasilkan tongkol
jagung (gambar 2) (Suriani, dkk. 2018). Untuk itu jika ada indikasi tanaman yang
terserang bulai para petani harus segera mencabut dan membakarnya di tempat
lain agar tidak menyebar dan menjadi sumber penyakit pada pertanaman
selanjutnya.
Gambar 1 Gambar 2
Sumber: Dokumentasi Penulis. Gambar 1. Daun pada jagung yang terserabg
bulai, Gambar 2. Tanaman jagung yang kerdil akibat serangan bulai.

Selain itu ada pula jenis jamur lain yang sering menyerang pada tanaman
jagung yakni dari jenis Fusarium sp. Dan Aspergilus sp., untuk jamur fusarium
gejala seranga yang terjadi pada tanaman ialah tanaman menjadi layu dan
akhirnya mengering dan mati dengan keunikan yang membedakan antara layu
akibat jamur dan kekurangan air ialah jika kekurangan air maka tanaman akan
layu secara bersamaan namun jika akibatr jamur llayu dimulai pada daun
terbawah dan terus berlanjut hingga daun termuda. Biasanya tanaman yang
terserang jamur fusarium akan mengalami mati dan mengering saat usia dewasa
atau telah menghasilkan tongkol dan biji (gambar 3), ini dikarenakan pada masa
tersebut tanaman sangatlah lemah karena seluruh energi yang dimilikinya
difokuskan untuk menghasilkan cadangan makanan. Tingkat kerusakan yang bisa
diakibatkan serangan jamur ini bisa mencapai 87%, dengan demikian akan
mengakibatkan penurunan yang drastis pada hasil panen yang akan diperoleh
(Hausufa, A. dan A. Rusae. 2018).
Gambar 3. Tanaman jagung yang
terserang jamur Fusarium sp.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Ada lagi jenis jamur yang khusus menyerang pada biji tanaman jagung baik
saat sebelum panen maupun setelah panen atau penyimpanan, spesies jamur ini
ialah Aspergilus sp. Jamur jenis ini akan mengakibatkan biji akan mengalami
pembusukan dan rusak (gambar 4).

Ciri tanaman jagung yang terserang jamur


Aspergilus sp. Ialah pada tongkol atau biji akan
terdapat bercak kehijauaan yang kelamaan akan
mengalami pembususkan dan umumnya terjadi
pada tongkol yang tidak tertutup dengan kelobot.
Umumnya lingkungan yang mendukung
berkembangnya jamur aspergilus sp. Ialah pada
suhu rendah dibawah 32oC dengan kelembapan
tinggi (Budiarti, S. W., dkk. 2013), sehingga agar
biji terhindar jamur jenis ini maka harus dipanen
pada saat musim kemarau dan juga disimpan pada
kondisi panas dengan kelembapan rendah.

Gambar 4. Tongkol jagung yang terserang Aspergilus sp.


Sumber: Dokumentasi Penulis
Cabai merupakan salah satu komoditi pertanian yang paling banyak
diminati oleh masyarakat Indonesi, pasalnya hampir semua masakan khas
nusantara menggunakan cabai sebagai salah satu bahannya. Sehingga pada saat-
saat tertentu harganya akan melambung tinggi, selain disebabkan permintaan
yang tinggi naiknya harga juga disebabkan oleh sedikitnya jumlah stok yang ada
dipasaran ini bisa saja disebabkan oleh sedikitnya para petani yang menanam
tanaman cabai atau karena banyak petani yang mengalami penurunan hasil panen
diakibatkan oleh serangan OPT. Berdasarkan pengamatan yang saya dilakukan
bisa kita ketahui bahwasanya tanaman cabai memiliki beberapa OPT utama salah
satunya berasal dari golongan jamur yakni jamur Fusarium sp. dan
Colletotrichum capsici. Kedua jamur ini memiliki gejala serangan yang berbeda
sehingga kita bisa dengan mudah mengetahui gejala serangan yang diakibatkan
masing-masing spesies jamur, untuk jamur fusarium akan mengakibatkan
kelayuan pada tanaman dan akan mengalami kematian seperti pada gambar 5,
yang mana jamur fusarium menyerang tanaman secara sistemik sehingga akan
berdampak pada semua bagian tanaman. Sedangkan jamur Colletotrichum capsici
hanya menyerang pada bagian buah cabainya saja dengan ciri serangan berupa
bercak-bercak kecoklatan yang terdapat pada buah yang kelamaan akan
menyebabkan buah cabai mengalami pembususkan (gamabr 6) sehingga tidak
bisa lagi dipanen.

Gamabar 6

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5
Tanaman Sansivera merupakan salah satu jenis tanaman hias yang
saat ini banyak diminati, namun dalam proses budidayanya dan juga
perawatannya banyak masyarakat yang mengeluhkan kerusakan pada daun
dengan ciri kerusakan berupa bercak-bercak basah dan mengering kemudian
ditumbuhi jamur. Berdasarkan identifikasi gejala dan gambar 7 dan 8,
penyebab penyakit ditemukan bahwa jamur Fusarium sp. penyebab
sekunder. Kemudian ditemukan juga jamur Aspergillus sp. dan Penicillium
sp.yang mengkontaminasi penyebab sekunder yaitu Fusarium sp. (Santoso,
A. I. 2012). Sehingga bisa kita ketahui bahwasanya ketiga jenis jamur
menyerang secara berururtan dan menyebabkan kerusakan atau infeksi lokal
pada bagian daun tanaman sansivera.

Gambar 7 Gamabr 8
Sumber: Dokumentasi Penulis
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan diatas bisa kita ketahui bahwasanya spesies
jamur yang menyerang pada tanaman jagung ialah Fusarium sp.,
Peronosclerospora Maydis dan Aspergilus sp., untuk tanaman cabai jamur yang
menyerangnya ialah spesies jamur Fusarium sp. Dan Colletotrichum capsici,
sedangkan untuk jamur yang menyerang pada tanaman sansivera ialah spesies
jamur Fusarium sp., Aspergilus sp. Dan penicillium sp.

4.2 Saran
Untuk lebih lanjut dalam mengetahui secara spesifik jenis jamua apa saja
yang menginfeksi pada tanaman yang diamati sebaiknya dilakuakn pada
laboratorium dengan mengguankan uji agar dan uji lainnya sehingga bisa
didapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti,. S. W., H. Purwaningsih dan Suwarti. 2013. Kontaminasi Fungi


Aspergilus sp. pada Biji Jagung Ditempat Penyimpanan dengan Kadar Air
yang Berbeda. Seminar Nasional Serelia,: 482-487.

Hausufa, A. dan A. Rusae. 2018. Cendawan Pantogen pada Beberapa varietas


Jagung di kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Pertanian Konservasi
Lahan Kering (Savana cenadawan), Vol. 3(2): 21-23.

Pakpahan, A. V. dan Doni. 2019. Implementasi Metode Forward Chaning


untuk Mendiaknonis Organisme Penggangu Tanaman (OPT) Kopi.
Jurnal Simetris, Vol. 10(1): 117-126.

Santoso, A. i. 2012. Inventasisasi Hama dan Penyakit pada Tanaman Lidah


Mertua (Sansevieria trifasciata Prain.). Skripsi, halaman vi.

Solle, H, F. Klau dan T. Nuhamara. 2017. Keanekaragaman Jamur di Cagar


Alam Gunung Mutis Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Biota, Vol. 2(3): 105-110.

Suriani, S. H. Kalqutny dan n. Nonci. 2018. Penyakit Bulai pada Tanaman


Jagung dan Upaya Pengendaliannya. Deppublish, halaman 2.

Duriat, A. S., Gunaeni dan A. W. Wulandari. 2007. Penyakit Penting


Tanaman cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Kementrian Pertanian, halaman 40.

Anda mungkin juga menyukai