Anda di halaman 1dari 11

Kompetisi antar Komponen Penyusun dalam Ekosistem

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Golongan A/Kelompok 5
1. Vindri Vanisa (191510501059)
2
3

LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Agroekologi yang berjudul Kompetisi Antar Komponen
Penyusun Dalam Ekosistem dilaksanakan pada hari Kamis, 06 November 2019;
Minggu, 10 November 2019; Kamis, 14 November 2019; dan Minggu, 17
November 2019 pukul 07.00 WIB dan 12.30 WIB sampai selesai di
Agrotechnopark Kampus Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Ajir 50 cm (4 buah)
2. Tali rafia 1 M (4 buah)
3. Alat tulis
4. Hand phone (kamera)
3.2.2 Bahan
1. Petak lahan pengamatan
2. Lembar Kerja

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Mengunjungi salah satu petak pertanaman yang ada di kebun Agroteknopark
Kampus Universitas Jember.
2. Mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di petak pertanman tersebut (Jenis dan
jumlahnya).
3. Mengidentifikasi kondisi lingkungan di mana tanman itu berada (Kondisi
atmosfer, tanah, tumbuhan di sekitar tanaman, pengairan, serangga atau hewan,
pemupukan, dan pengendalian OPT).
4. Melakukan kunjungan dan pengamatan kebun sebanyak empat kali dengan
rentang waktu satu kali dalam satu minggu.
5. Membuat rumusan informasi tentang:
a) Struktur populasi tanaman
b) struktur komonitas tanaman
c) Kemungkinan terbentuknya rantai makanan
d) Kemungkinan terbentuknya jaring-jaring makanan
e) Kemungkinan terjadinya siklus energi
f) Kemungkinan terjadinya siklus materi
6. Membuat rumusan dari informasi yang telah di peroleh, apakah kebun tersebut
telah memenuhi empat sarat ekosistem.
7. Membuat laporan praktikum kompetisi antar komponen penyusun dalam
ekosistem.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Jumlah Serangga
2. Jumlah Cicak
3. Presentase Gulma

3.5 Analisis Data


Untuk menentukan suatu informasi yang ada dari data-data yang kita
miliki menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menguraikan
secara menyeluruh data yang ada dengan menggunakan kalimat-kalimat deskriptif
, sehingga data mudah di cerna dan di dapatkan sebuah informasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Serangga

1. Jangkrik, Kecoa Kecil, Belalang, Ulat Grayak, Kumbang Bayu, dan Lalat

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4

2. Semut Merah, Semut Hitam, Nyamuk, dan Rayap


35

30

25

20

15

10

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan4

4.1.2 Cicak

1.2

0.8

0.6
Cicak

0.4

0.2

0
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan3 Pengamatan4

4.1.3Rumput Gulma Daun Lebar dan Rumput Gulma Daun Lebar


40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan3 Pengamatan4

4.2 Pembahasan

Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal


balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem
yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk
hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa
adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan
pengendalian.
Secara alami setiap ekosistem mampu menjaga dan mengendalikan dirinya
sendiri dari gangguan yang berasal dari luar, termasuk komponen-komponen
biotik maupun abiotik yang ada di dalamnya. Ekosistem mempunyai kemampuan
untuk menangkal berbagai perubahan ataupun gangguan yang dialaminya
sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya. Keseimbangan
ekosistem disebut homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya
adalah mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara,
pertumbuhan populasi, produksi, dan penguraian/dekomposisi.
Meskipun ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal setiap gangguan
dari luar untuk menjaga keseimbangannya, tetapi kemampuan tersebut ada
batasnya. Manusia yang sebetulnya merupakan salah satu unsur dalam ekosistem,
justru seringkali merupakan pengganggu yang terbesar terhadap kelangsungan
hidup ekosistem itu sendiri. Hal ini terjadi ketika manusia memanfaatkan sumber
daya alam untuk kesejahteraan mereka.
Jika kita mengacu pada grafik.1 hingga garfik 4.3 bisa kita ketahui
bahwasanya perubahan jumlah organisme yang ada di sebabkan adanya campur
tangan dari luar ekosistem yaitu manusia. Dengan semakin banyak atau intens
pengaruh manusia dalam sebuah ekosistem akan membuat ekosistem akan
kehilangan keseimbangan yang ada di dalamnya sehingga akan ada organisme
yang akan menghilang dari ekosistem, menghilangnya suatu organisme ini bisa di
sebabkan karena kematian ataupun berpindah tempat ke ekosistem lain yang jauh
lebih seimbang dari yang sebelumnya. Dalam konteks ini pengaruh nyata yang
dapat kami ketahui adalah pengadukan daun kering yang ada dalan petak, pada
saat pelaksaan hal tersebut banyak organisme yang berterbangan dan berloncatan
mencari tempat bersembunyi namun ekosistem tidak aman lagi bagi beberapa
organisme sehingga pada pengamatan yang selanjutnya ada penurunan beberapa
jumlah organisme bahkan ada organisme yang hilang dari ekosistem yang ada.
Dokumentasi Foto

1. Semut Merah 2. Rayap


3. Nyamuk 4. Kecoa Kecil

5. Kumbang Bayu 6. Ulat Grayak

7. Cicak 8. Gulma Daun Sempit dan Lebar


9. Petak Pengamatan 10. Pencatatan data
11. Proses Pengamatan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai