ACTINOBACTERIA
DAFTAR ISI…………………………………………………..………………….. i
I. Acara I…………………………………………..…………………………….1
i
ISOLASI DAN KARAKTERISASI ACTINOBACTERIA DARI
SAMPEL TANAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
actinomycetes secara molekuler, namun berbeda secara morfologi dan fisiologi.
Hal tersebut dapat terjadi jika identifikasi molekuler yang dilakukan hanya
terhadap satu atau beberapa gen penanda saja. Adanya data morfologi, fisiologi,
dan molekuler akan memberikan hasil yang akurat tentang identitas actinomycetes.
Karakterisasi tersebut dapat berupa kemampuan asimilasi berbagai jenis gula,
toleransi suhu pertumbuhan, toleransi salinitas dan derajat keasaman (pH),
produksi beberapa enzim tertentu, observasi morfologi miselium dan spora, serta
produksi senyawa tertentu. Perbedaan karakter morfologi, fisiologi, dan biokimia
antar isolat actinomycetes, dapat menjadi kunci dalam deskripsi spesies, selain
informasi data molekuler (Nurkanto & Agusta, 2015).
B. Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sumber mikroorganisme antara lain berasal dari tanah, air laut, lumpur,
kompos, isi rumen, limbah domestik, bahan makanan busuk dan lain-lain. Namun,
kebanyakan mikroba diperoleh dari tanah. Tanah merupakan salah satu habitat
bagi mikroorganisme dan dalam satu gram tanah terdapat jutaan mikroorganisme.
Populasi mikroorganisme per gram tanah meliputi: bakteri (2.500.000.000),
Actinomycetes (700.000), fungi (400.000), algae (50.000) dan protozoa (30.000)
(Fitriyani et al., 2016).
Tanah di lokasi TPA merupakan tanah campuran dari tanah asli di lokasi
tersebut dengan sampah yang sudah terurai oleh aktifitas mikroorganisme
(Handayasari, 2016). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) didefinisikan sebagai
suatu area pembuangan limbah atau sampah yang pengelolaannya telah mencapai
tahap akhir. Pengelolaan sampah dibagi menjadi 3 tahapan yang meliputi
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir atau pengolahan.
Pengumpulan merupakan suatu tahapan pertama dimana sampah diambil dari
tempat asal dan dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (Wati, 2020).
Karakterisasi yang dilakukan berupa pengamatan morfologi dan fisiologi.
Karakterisasi morfologi dilakukan dengan mengamati ada tidaknya miselium
aerial, bentuk spora, warna koloni, warna miselium, dan produksi pigmen, yang
ditumbuhkan pada medium yang berbeda. Karakterisasi fisiologi dilakukan
dengan mengamati suhu pertumbuhan, toleransi salinitas, toleransi pH,
kemampuan asimilasi berbagai sumber karbon dan kemampuan memproduksi
enzim tertentu (Nurkanto & Agusta, 2015).
4
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
B. Metode
1. Pemurnian
5
Sebanyak masing-masing 1 ose isolat A dan B diambil ke
media R2A yang berada di atas object glass steril
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
7
pengamatan, kontaminasi tersebut dapat disebabkan karena kerja yang tidak steril
dan kualitas udara di dalam ruangan yang kurang baik (Rahmah et al., 2023).
Kemudian dilakukan pengamatan hifa dan spora pada koloni isolat TK5 B,
dan didapatkan sejumlah karakteristik isolat berupa warna karakteristik berwarna
hitam, warna sebalik coklat, bentuk koloni sirkular atau membulat, ukurannya
kecil (< 1 mm), bentuk permukaan umbonate, tepi rata, warna koloni opaque
(tidak tumbuh cahaya), memiliki jumlah spora oligospora yaitu 7 hingga 20 spora,
dan memiliki tipe rantai spora spiral tertutup. Menurut Mubarak et al. (2017),
koloni Actinomycetes umumnya berbentuk bulat, dengan elevasi cembung dan
timbul, tepian rata yang tidak beraturan serta permukaan koloni licin, kasar atau
keriput, dan bertepung. Koloni Actinomycetes diselimuti oleh miselium udara
yang bebas dan hifa yang dikelilingi oleh selubung hidrofobik yang mengarah
pada permukaan koloni ke udara. Kumpulan dari hifa yang terdiri dari banyak
spora membuat koloni Actinomycetes terlihat bertepung atau berbubuk. Terdapat
macam-macam rantai spora Actinomycetes antara lain: lurus, fleksibel, refleksibel,
monoverticilate (tidak spiral), loop terbuka (spiral panjang), spiral terbuka, spiral
tertutup, monoverticilate dengan spiral, biviticilate tidak spiral, dan biviticilate
dengan spiral. Spora yang berbentuk untaian panjang, melengkung dan berpilin
merupakan salah satu sifat khas yang dimiliki oleh genus Streptomyces (Lidiani &
Puji, 2019).
8
V. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Arif, N., & Agusta, A., 2015. Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo
Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa Antimikroba. Jurnal Biologi
Indonesia, 11(2), pp. 195-203.
Handayasari, I., 2016. Stabilisasi Tanah pada Lahan Bekas Tempat
PembuangaAkhir (TPA) Sampah dengan Pemanfaatan Serbuk Limbah Botol
Kaca Sebagai Bahan Campuran. Jakarta: Sekolah Tinggi Teknik PLN Press.
Lidiani D, Puji A. 2019. Identifikasi Isolat Aktinomisetes yang diisolasi dari
Tanah Gambut Pontianak Utara. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 8(2), pp. 41-45.
Mubarak, F., Rante, H., & Djide., 2017. Isolat dan Aktivitas Actinomycetes dari
Tanah Karst Taman Wisata Bantimurung Asal Maros Sulawesi Selatan.
Jurnal As-Syifaa, 9(1), pp. 1-10.
Sabbathini, C., Pujiyanto, S., Wijanarka., & Lisdiyanti, P., 2017. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Genus Sphingomonas dari Daun Padi (Oryza sativa) di
Area Persawahan Cibinong. Jurnal Biologi, 6(1), pp. 59-64.
Wati, R. I., 2020. Uji Kemampuan Biodegradasi Sampah Plastik Polyethylene
(PE) oleh Bakteri Pendegradasi Plastik yang diisolasi dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Jabon Sidoarjo. (Skripsi, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Sunan Ampel: Surabaya).
10