A. Latar Belakang
Tiga jenis katak umum dijumpai di habitat persawahan dataran rendah, yaitu
Fejervarya cancrivora, F. limnocharis dan Occidozyga lima. Dari ketiga jenis
tersebut, jenis Fejervarya cancrivora paling banyak diburu untuk diambil daging
bagian paha yang diperuntukkan sebagai konsumsi dan juga sebagai komoditi ekspor,
karena panjang tubuh katak ini paling besar dibandingkan dua jenis lainnya, yaitu
dapat mencapai 120 mm. Jenis katak Fejervarya cancrivora dikenal dengan nama
Katak Hijau atau Katak Sawah. Ciri utamanya adalah bentuk timpanum bulat utuh
tanpa ada lapisan kulit yang menutupi. Diameter timpanum sekitar separuh diameter
mata (Kurniati & Sulistyadi, 2017).
Tubuh katak sawah terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher).
Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang). Kulit
lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal, mata dorsal, besar, membran
timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata dan mulut sangat lebar. Tiap tangan
mempunyai 4 jari, jari kelima rudimeter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan
selaput antar jari-jari. Kulit katak sawah memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan
lendir yang licin. Warna kulit katak dapat berubah sesuai dengan cahaya yang
ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian
hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Omar, 2013).
Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut
rangsang. Alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera (Reseptor).
Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa bau, rasa, sentuhan,
cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat. Indera yang mampu meneriman ya disebut
reseptor luar (ekteroseptor). Rangsangan dari dalam tubuh sendiri antara lain dapat
berupa rasa lapar, kenyang, nyeri dan kelelahan. Indera penerimanya disebut reseptor
dalam (Interoseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel
lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari
dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system
saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron motor
ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi efektor adalah sel atau organ yang
menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan (Rafael, 2011).
Sistem saraf pada Amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan
jaringan saraf. Diantara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale dan terdapat
cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang
yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri dari otak. Pada amphibi, otak
tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga amphibi memiliki
penglihatan yang baik. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai
materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian
luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih (Andi, 2011).
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi
tanpa di sadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor ke saraf sensori di bawa ke otak. Selanjutnya diolah otak
kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan yang di bawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Sedangkan gerak refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari otak (Annisa, 2019).
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui refleks spinal pada Katak
Sawah (Fejervarya cancrivora).
II. MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jarum penusuk, pinset,
beaker glass, dan baki preparat.
B. Cara Kerja
4. Dilanjutkan perusakkan untuk 1⁄4, 1⁄2, 3⁄4 dan total dari medulla spinalis.
A. Hasil
¼ medulla
2 ++ +++ ++ ++
spinalis
½ medulla
3 - +++ - -
spinalis
¾ medulla
4 - ++ - -
spinalis
5 Total - + - -
Keterangan:
+++ : Refleks cepat
++ : Refleks sedang
+ : Refleks lambat
- : Tidak ada repons
B. Pembahasan
Medula spinalis berada didalam tulang belakang dan memiliki struktur serta
jaringan kompleks yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dan instruksi dari
otak ke berbagai bagian tubuh dan sebaliknya. Struktur dari tulang belakang terdiri
atas 7 tulang servikal, 12 tulang torakal, 5 tulang lumbar, 5 tulang sacrum, 5 tulang
coccygea. Setiap tulang belakang akan mengalirkan sejumlah serabut saraf yang
berfungsi secara neurologis yang mengatur dalam setiap fungsi sensorik dan motorik
sesuai dengan dermatom. Sekitar 55% kejadian SCI terjadi pada bagian servikal dan
diikuti oleh torakal (15%), torakolumbal (15%), dan lumbosakral (15%) (Dinata,
2021).
Andi, E. 2011. Perbedaan Kontraksi Otot Jantung lkan Nila (Oreochromis niloticus)
dan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Indralaya: Universitas Brawijaya Press.
Annisa, Aulianur A, Luthfiyah F, & Mahdi A. 2019. Tomat Bike (Automatic Bike)
untuk Stimulasi pada Gangguan Sistem Gerak. Padang: Universitas Negeri
Padang Press.
Dinata, S. 2021. The Overview of Spinal Cord Injury. Ganesha Medicina Journal. Vol
1 (2) 2021, pp. 103-113.
Duellmann,W. E.& L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. Mc Raw Hill Book. New
York: Company.
Gordon, M. S. 1972. Animal Physiology Principles and Adaptation. New York: Mac
Milan Publishing Co. Inc.
Gordon, M. S. 1977. Animal Physiology. New York: Mc Millan Publishing Company
Ltd.