Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN

PRAKTIKUM
SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGONTROL GERAK
REFLEKS

OLEH :
NAMA

: JENDRI MAMANGKEY

NO. STAMBUK

: F1 D1 10 004

JURUSAN

: BIOLOGI

KELOMPOK

: III (TIGA)

ASISTEN PEMBIMBING

: AGUSRINAL, S.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas
tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan
kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba
(terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta
sel-sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf).
Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai
(berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel
saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal
dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan
tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Salah satu mekanisme tanggapan yang dilakukan secara cepat tanpa
melibatkan kerja otak adalah gerak refleks. Gerak ini berguna untuk mengatasi
kejadian yang tiba-tiba. Refleks sebenarnya merupakan gerak respons dalam
usaha mengelak dari suatu rangsang yang dapat membahayakan atau

mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari


oleh pelaku yng bersangkutan.
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan
proses terjadinya lebih cepat dari gerak biasa. Gerak refleks adalah gerak yang
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak dari otak. Jalan pintas yang ditempuh oleh
gerak refleks itu dinamakan busur refleks. Umumnya, busur refleks hanya
melalui sumsum tulang belakang tanpa melalui otak karena pengiriman
rangsangan ke otak memakan waktu. Itulah sebabnya gerak refleks terjadi tanpa
disadari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana mengetahui gerak
refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Seperti halnya otak, sumsum tulang belakang juga terdiri atas materi kelabu
dan materi putih. Namun, pada sumsum tulang belakang, materi kelabu terletak di
bagian dalam dan tersusun atas badan-badan sel, sinapsis, serta sel-sel saraf konektor
yang tidak bermielin. Sel-sel saraf konektor tersebut mengirimkan informasi dari
sumsum tulang belakang ke serabut saraf spinal, atau sebaliknya. Penampang
melintang materi kelabu pada sumsum tulang belakang berbentuk seperti huruf H
atau sayap kupu-kupu. Sementara itu, materi putih yang terletak di bagian luar
tersusun atas serabut-serabut saraf (akson) bermielin. Akson bermielin itu
mengirimkan informasi dari sumsum tulang belakang menuju otak, atau sebaliknya
(Pujiyanto, 2008:216).
Unit dasar untuk kegiatan saraf terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung
refleks ini terdiri atas alat indera, saraf efferen, satu sinapsis atau lebih yang terdapat
di pusat integrasi atau di ganglion simpatis atau efektor. Kegiatan di lengkung refleks
dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Lengkung refleks yang paling sederhana adalah lengkung
refleks yang mempunyai sinap tunggal antara neuron afferen dan efferen. Lengkung
refleks seperti ini dinamakan monosimpatik. Bila suatu otot rangka dengan persarafan
utuh diregangkan, otot ini akan mengalami kontraksi. Respon seperti ini disebut

refleks regang. Ketukan pada tindo patella akan membangkitkan refleks patella
(Ganong, 1990:120).
Terbentuk di dalam lingkaran jaringan saraf tulang punggung terdapat
sejumlah respon stereotip yang disebut refleks. Refleks yang paling terkenal adalah
refleks regang monosinapsis atau refleks sentakan lutut (kneejerk reflects) yang dapat
dikeluarkan bila suatu urat ditepuk, yang menyebabkan regangan otot mendadak.
Akibatnya berupa refleks kontraksi otot untuk mengembalikan panjangnya yang
normal. Sambungan neuron yang diperlukan untuk refleks ini terdiri atas kelompok
neuron sensorik yang masuk, yang membawa berita bahwa otot-ototnya telah
diregangkan dan sekumpulan neuron motoris yang mengendalikan kontraksi sel-sel
otot (Bevelander dan Ramaley, 1988).
Refleks merupakan gerak respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan
yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan
cepat sehingga tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Gerak refleks dapat
dibedakan oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsangan
dan berteriak, dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang
hanya melibatkan efektor tunggal (Radiopoetra, 1988:83-85).
Refleks merupakan respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada
hewan yang mempunyai sistem saraf. Suatu refleks adalah respon otomatis dari
sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon itu membawa sejak lahir, artinya
sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf dan efektor yang diwariskan. Refleks
sentalnya lutut yang terkenal itu merupakan refleks rentangan. Respon haruslah

berupa tendangan kaki bawah yang tiba-tiba. Respon ini cukup otomatis dan
memerlukan tali spinal yang bekerja dengan baik, tetapi tidak perlu berperan. Mesin
refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang terakhir dengan baik.
Yang pertama; mengarahkan kontraksi refleks otot dan yang kedua; menghambat
kontraksi otot-otot antagonis dan terus menerus memonitori keberhasilan yang
dengannya perintah-perintah dari otak diteruskan dengan cepat dan secara otomatis
membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu (Kimball, 1983:98).
Suatu refleks adalah suatu respon otomatis yang sederhana terhadap suatu
rangsangan yang hanya melibatkan beberapa neuron, yang semuanya dihubungkan
dengan tingkat umum yang sama dalam sistem saraf pusat. Refleks yang ada pada
waktu lahir dan lazim bagi manusia disebut refleks turunan. Refleks lain yang
diperoleh karena pengalaman disebut refleks bersyarat. Kebutuhan anatomis
minimum untuk perilaku refleks adalah neuron sensori dengan reseptor untuk
menerima rangsangan, yang dihubungkan oleh sinapsis ke neuron motor yang
dilekatkan pada suatu otot atau efektor lain, seperti refleks regang ekstensor.
Sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum
tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan
impuls dari dan ke otak (Villee, 1999:45).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Uumat tanggal 4 Mei 2012 pukul
07.30 WITA selesai dan bertempat di Laboratorium Lanjutan Biologi F- MIPA
Universitas Haluoleo, Kendari.
B.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai
Pengontrol Gerak Refleks dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsi pada praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai
Pengontrol Gerak Refleks
No.
Nama Alat
Fungsi
1. Papan bedah dan alat bedah
Untuk melakukan double pithing pada
katak (Rana sp.)
2. Peluit/HP
Untuk menghasilkan rangsangan bunyi
pada katak (Rana sp.)
3. Termometer
Untuk mengukur suhu air panas
4. Beaker glass
Sebagai wadah untuk menampung air
5. Senter
Untuk menghasilkan rangsangan cahaya
pada katak (Rana sp.)
6. Hot plate
Untuk memanaskan air
Bahan yang digunakan dalam praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai
Pengontrol Gerak Refleks dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan fungsi pada praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai
Pengontrol Gerak Refleks
No.
Nama Bahan
Fungsi
1. Katak (Rana sp.)
Sebagai objek pengamatan
2. Kapas
Untuk memberikan rangsangan
sentuhan pada mata katak (Rana sp.)
3. Es batu
Untuk memberikan rangsangan dingin
pada katak (Rana sp.)
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Katak Normal (sistem saraf masih lengkap)
a. Meletakkan katak dalam posisi normal, mengamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya
b. Menghitung frekuensi pernafasan per menit dengan cara mengamati gerakan
kulit pada bagian bawah rahang bawah
c. Mengamati keseimbangannya dengan cara :

meletakkan katak dengan posisi terlentang pada papan, memutar


secara horizontal, mengamati posisi dan gerak dari kepala, mata dan
anggota geraknya

memiringkan papan sedikit demi sedikit hingga kepala katak terangkat


sedikit, apa yang terjadi?

d. Memasukkan katak ke dalam wadah berisi air, mengamati gerak renangnya


e. Membunyikan peluit atau HP, bagaimana reaksinya?
f. Memberikan cahaya dengan lampu senter, mengamati reaksinya!

g. Mengangkat katak dari air, meraba kekenyalan otot kakinya, kemudian


menarik kaki ke belakang lalu meraba kekenyalan ototnya
h. Mencubit jari kakinya dengan pinset. Apa yang terjadi?
i. Menyentuh matanya dengan pinset. Apa yang terjadi?
j. Memasukkan jari salah satu kakinya ke dalam air dingin, kemudian
memanaskan air tersebut selagi kaki masih dalam air. Pada suhu berapa
terjadi respon gerak?
k. Memasukkan jari kaki lain ke dalam air panas ( 80C). Mengamati yang
terjadi!
2. Katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medulla spinalis (double
pithing)
Setelah melakukan double pithing, biarkan 5-6 menit, kemudian memberi
perlakuan a sampai k seperti di atas!

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Katak Normal (sistem saraf masih lengkap)
Hasil
No.
1.

No.
1.

Sampel

Perlakuan

Katak
-Posisi Normal
Sawah
-Terlentang
(Rana
-Miring
limnocharis)

Sampel

Perlakuan

Katak
Sawah
(Rana
limnocharis)
-

Di masukkan
dalam air
Membunyikan
pluit
Memberikan
cahaya
Menarik jari
kaki
Cubit dengan
pinset
Sentuh mata
dengan kapas
Memasukkan
satu kaki ke
air dingin lalu
dipanaskan
Pada air panas
(800C)

Kepala
- ke depan
- Ke atas
- Ke depan

Mata
- ke depan
- ke atas
- ke depan

Hasil
Frekuensi
Reaksi Mata
Pernapasan
Membesar 88 kali/menit

Anggota
gerak
- melipat
- melipat
- lurus

Alat
Gerak
Bergerak
/melipat

Berkedip

Melotot

Bergerak

Diam

Berkedip satu

Menghindar
pada suhu
300C

menghindar

2. Katak spinal (sudah mengalami perusakan otak single pithing)


Sampel
No.
1.
Katak
Sawah
(Rana
limnocharis)

No.
1.

Perlakuan
-

Sampel
Katak
Sawah
(Rana
limnocharis)

Posisi normal
Terlentang
(horizontal)
miring

Perlakuan
-

dimasukkan
dalam air
membunyikan
pluit
memberikan
cahaya
menarik jari
kaki
cubit dengan
pinset
sentuh mata
dengan kapas
memasukkan
satu kaki ke
air dingin lalu
dipanaskan
pada air panas
(800C)

Kepala
Ke depan
Menghadap
ke atas
Ke depan

Mata
Membesar
Diam

Hasil
Mata
Sayup
Sayup
Sayup

Alat gerak
Melipat
Bergerak
lurus
bergerak

Hasil
Frekuensi
90
kali/menit
-

Alat Gerak
Bergerak
menghindar
diam

Melotot
Kaki agak
mengeras
Diam
Berkedip
satu
Menghindar

menghindar

B. Pembahasan
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Baik otak maupun sumsum tulang belakang, keduanya tersusun atas

tiga materi pokok, yaitu substansi grissea (terdiri atas badan-badan sel dan
kumpulan sinapsis sel-sel saraf yang membentuk materi kelabu), substansi alba
(terdiri atas serabut-serabut saraf bermielin yang membentuk materi putih), serta
sel-sel neuroglia (jaringan ikat diantara sel-sel saraf).
Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai
(berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel
saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal
dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan
tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan
proses terjadinya lebih cepat dari gerak biasa. Gerak refleks adalah gerak yang
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak dari otak. Jalan pintas yang ditempuh oleh
gerak refleks itu dinamakan busur refleks. Umumnya, busur refleks hanya
melalui sumsum tulang belakang tanpa melalui otak karena pengiriman
rangsangan ke otak memakan waktu. Itulah sebabnya gerak refleks terjadi tanpa
disadari.
Pada gerak refleks, rangsang yang diterima oleh reseptor dibawa ke saraf
sensorik. Dari situ, rangsang diteruskan ke saraf konektor yang ada di sumsum
tulang belakang, kemudian dibawa ke saraf motorik untuk disampaikan ke
efektor (otot).
Berdasarkan hasil pengamatan, dimana praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis pada

katak, ternyata terdapat perbedaan dalam hal menanggapi rangsangan antara


katak normal (sistem saraf masih lengkap) dan katak yang sudah mengalami
perusakan otak dan medulla spinalis (double pithing). Pada katak normal, posisi
kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi
masih normal. Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya,
sentuhan dan rangsangan suhu, katak memberikan tanggapan berupa gerak
refleks yang sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Misalnya ketika kaki
katak dicubit dengan pinset, maka seketika juga kaki katak akan bergerak. Gerak
refleks ini merupakan salah satu jenis lung refleks yang paling sederhana yang
disebut monosinaptik, karena hanya terdapat satu sinaps antara neuron sensorik
dan neuron motorik. Bergeraknya kaki secara tiba-tiba disebabkan karena pada
saat kaki katak dicubit, dan karena itu teregang, maka reseptor dalam kaki
tersebut dirangsang dan menyebabkan suatu impuls menjalar melewati lung
refleks dari neuron sensorik ke medulla spinalis, kemudian rangsang dibawa ke
efektor yaitu otot yang terdapat pada kaki katak tersebut, sehingga berkontraksi
yang mengakibatkan kaki bergerak secara tiba-tiba. Hal yang sama juga terjadi
pada perlakuan dengan rangsangan suhu panas dan dingin pada katak yang
menyebabkan kaki katak terangkat.
Pada pengamatan yang lain yaitu ketika mata katak disentuh dengan
kapas, menyebabkan mata katak berkedip dengan cepat. Gerak ini termasuk
refleks superficialis atau biasa disebut refleks kornea. Hal ini disebabkan karena
kornea merupakan bagian mata yang sangat sensitif sehingga sangat peka

terhadap rangsangan yang terjadi dan tanpa diolah oleh otak katak kedipan mata
ini terjadi dengan sendirinya.
Pada perlakuan berikutnya, pada katak yang sudah mengalami double
pithing, terjadi tanggapan atau reaksi yang berbeda. Pada katak tersebut, posisi
kepala, mata dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi
menjadi tidak normal lagi. Dimana kepala yang pada mulanya menghadap ke
depan, berubah menjadi menghadap ke bawah. Mata yang pada mulanya
menghadap ke bawah, berubah menjadi menghadap ke samping. Anggota gerak
yang pada mulanya menghadap ke samping berubah menjadi menghadap ke
bawah. Begitu juga frekuensi pernafasan yang semula 112 kali/menit, menjadi
turun yaitu 89 kali/menit. Hal ini terjadi karena sistem saraf pusatnya telah
mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu mengontrol posisi kepala, mata
dan anggota gerak, frekuensi pernafasan dan keseimbangan posisi secara normal.
Begitu juga ketika diberi rangsangan, baik berupa bunyi, cahaya,
sentuhan dan rangsangan suhu, katak yang sudah mengalami double pithing
memberikan tanggapan berupa gerak refleks yang berbeda dengan katak normal.
Misalnya ketika diberi rangsangan cahaya. Pada katak normal memberikan
tanggapan dengan bergerak ke arah cahaya, sedangkan setelah otak dan medulla
spinalis dirusak, katak hanya diam. Ini terjadi karena rangsangan cahaya yang
diterima oleh katak tadi tidak mampu diterjemahkan akibat sistem saraf pusatnya
telah rusak, sehingga katak tidak memberikan tanggapan dan hanya diam saja.

Pada pengamatan berikutnya, misalnya ketika kaki katak diberi


rangsangan suhu panas dan dingin, kaki katak tidak memberikan respon atau
tidak terangkat. Hal ini terjadi karena medulla spinalis katak tadi telah dirusak,
sehingga rangsangan yang diterima oleh reseptor tidak bisa diolah oleh medulla
spinalis, yang akhirnya tidak akan menghasilkan tanggapan berupa gerak refleks.

V. PENUTUP
A.

Simpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat beberapa macam gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan
medulla spinalis. Pada praktikum ini, contoh gerak refleks yang diamati adalah
refleks monosimpatik dan refleks superficialis.

B. Saran
Saran yang dapat saya berikan dalam pelaksanaan praktikum kali ini
adalah sebaiknya praktikan lebih memperhatikan prosedur kerja dalam
pengamatan agar hasil yang diperoleh dapat dipahami.

DAFTAR PUSTAKA.

Bevelander, G., J. Ramaley, 1988, Dasar-dasar Histologi Edisi Kedelapan. Erlangga,


Jakarta.
Ganong, W. F., 1990, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Kimball, J. W., 1983, Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Pujiyanto, S., 2008, Menjelajah Dunia Biologi, Penerbit Platinum, Solo.
Radiopoetra, 1988, Sistem Saraf, Erlangga, Jakarta.
Villee, C. A., 1999, Zoologi Umum Jilid 1, Erlangga. Jakarta.

PRAKTIKUM XIV
SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGONTROL GERAK REFLEKS
BAHAN DISKUSI
Gerak-gerak manakah diantara perlakuan a-k yang ada pada katak normal tetapi tidak
ada pada katak double pithing? Jelaskan mengapa demikian!
JAWAB :
Gerak refleks monosimpatik dan gerak menghadap ke sumber cahaya, Hal itu terjadi
karena sistem saraf pusat pada katak, yang terdiri atas otak dan medulla spinalis telah
mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu menghasilkan reaksi atau tanggapan
(termasuk gerak refleks) terhadap rangsangan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai