Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


“SISTEM SARAF PUSAT”

OLEH:
TRANSFER B 2018
KELOMPOK 1 / GOLONGAN 2
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB: SULY SUNARSI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara
seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya.
Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena
pengaturan hubungan saraf diantara berbagai sistem (Price Evelyn C.,
2018)
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatic
dan sistem saraf otonom. Pada tingkat yang paling sederhana, organisasi
sistem saraf hanya tersusun atas sebuah neuron dengan dendrit dan
akson. Meskipun masih sangat sederhana, dengan susunan sistem saraf
yang demikian ternyata mampu menanggapi berbagai perubahan di
lingkungannya. Neuron tersusun dalam sirkuit yang terdiri dari dua atau
atau lebih jenis fungsional. Sirkuit neuron yang paling sederhana hanya
melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron, neuron sensoris dan neuron
motoris. Tiap neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor sensoris
ke neuron motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor.
Hasilnya adalah suatu respons otomatis yang sederhana disebut refleks
(Setiadi, 2007).
Adapun pada bidang farmasi pengetahuan sistem saraf pusat perlu
diketahui dan dipahami khususnya dalam bidang ilmu farmakologi agar
seorang farmasis dapat mengetahui dan memahami obat-obat yang tepat
dalam terapi.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian-bagian dari
sistem saraf pusat serta mengetahui fisiologis dari masing-masing bagian
tersebut.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian-bagian
sistem saraf pusat beserta fisiologisnya dan letaknya dalam tubuh
manusia.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu menuliskan organ dan bagian-bagian
organ penyusun sistem saraf beserta fungsi fisiologisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Sistem saraf adalah sistem organ pada makhluk hidup yang terdiri
atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung
dan esensial untuk persepsi sensoris, aktivitas motorik volunter dan
involunter organ atau jaringan tubuh dan homeostasis berbagai proses
fisiologis tubuh. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang
saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan
ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat
oleh sel-sel glia (Sloane, 2003).
Pada tingkatan seluler, sistem saraf didefinisikan dengan
keberadaan jenis sel khusus, yang disebut neuron, yang juga dikenal
sebagai sel saraf. Neuron memiliki struktur khusus yang mengizinkan
neuron untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel lain. Neuron
mengirimkan sinyal dalam bentuk gelombang elektrokimia yang berjalan
sepanjang serabut tipis yang disebut akson, yang mana akan
menyebabkan bahan kimia yang disebut neurotransmitter dilepaskan di
pertautan yang dinamakan sinaps. Sebuah sel yang menerima sinyal
sinaptik dari sebuah neuron dapat tereksitasi, terhambat, atau
termodulasi. Bersamaan dengan neuron, sistem saraf mengangung sel
khusus lain yang dinamakan sel glia (atau sederhananya glia), yang
menyediakan dukungan struktural dan metabolik (Pearce, 2011).
Rangsangan atau impuls adalah pesan yang diterima oleh reseptor
atau tubuh dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron yang
menjalari serabut saraf. Contoh impuls antara lain perubahan suhu,
tekanan, bau, aroma, suara, benda, dan berbagai rasa  seperti asin,
manis, asam, dan pahit. Impuls yang diterima oleh reseptor dan
disampaikan ke efektor kemudian dapat menyebabkan terjadinya gerakan
(Sloane, 2003).
Gerakan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerak sadar
dan gerak refleks. Gerak sadar adalah gerak yang terjadi akibat disengaja
atau disadari. Sedangkan Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja
atau tidak disadari. Penjalaran pada gerak reflek berlangsung cepat,
melewati jalur pendek dan tidak melewati otak. Tetapi gerak refleks ini
melewati sumsum tulang belakang (Pearce, 2009).
II.2 Bagian-Bagian Saraf

Sumber : Sloane tahun 2003

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bagian yang


terdapat pada struktur jaringan saraf menurut Widia (2015), yaitu :
a. Badan Sel
Badan sel adalah bagian dari jaringan yang terbesar. Di dalam
badan sel terdapat nukleus yaitu inti sel jaringan saraf. Bagian ini
berfungsi sebagai penerima impus atau rangsangan dari sitoplasma
bercabang menuju akson.
b. Inti Sel (Nukleus)
Bagian jaringan safar inti sel atau biasa di sebut dengan
nukleus berfungsi sebagai regulator dari seluruh aktivitas sel saraf.
Inti sel berada di dalam badan sel, dan mengambang di antara
sitoplasma.
c. Sitoplasma
Bagian jaringan sitoplasma ini adalah cairan yang memiliki
protein yang tinggi. Sitoplasma di bungkus oleh sel neurologia yang
membantu sel dalam memperoleh suplai makanan.
d. Dendrit
Dendrit adalah bagian saraf yang sekumpulan serabut sel
saraf pendek yang bercabang-cabang halus dan merupakan
perluasan dari badan sel. Bagian ini berfungsi sebagai penerima
impuls dan menyampaikan impuls yang diterimanya menuju badan
sel.
e. Neurit (Akson)
Bagian saraf neurit atau akson adalah selaput sel saraf yang
Panjang perluasan dari badan sel. Neurit berfungsi sebagai pengirim
impus yang diperoleh badan sel menuju sel saraf melalui sinapsis.
Akson dilindung oleh selubung meilin. Selubung ini berupa selaput
berbahan lemak yang berfungsi melindungi akson dari kerusakan.
f. Sel Schwann
Sel schwann adalah sel penyokong akson yang berfungsi
menyediakan suplai makanan bagi metabolisme akson dan
membantu regenerasi akson
g. Sinapsis
Bagian sel safar sinapsis adalah ujung akson berfungsi untuk
meneruskan impuls menuju ke neuron lainnya. Sinapsis dari satu
neuron akan terhubung dengan dendrit dari neuron lainnya.
II.3 Jenis Sel Saraf
Berikut ini adalah jenis sel saraf menurut Widia (2015), antara lain :
a. Sel Saraf Sensorik (Neuron Sensori)
Sel saraf sensorik atau sensori adalah sel saraf yang berfungsi
menyampaikan impuls  atau rangsangan dari reseptor atau penerima
rangsangan menuju ke sel saraf penghubung atau sistem saraf pusat
(sumsum tulang belakang dan otak).
b. Sel Saraf Penghubung (Neuron Intermediat)
Sel saraf penghubung atau neuron intermediat adalah sel saraf
yang membentuk rantai-rantai penghubung antara sel saraf sensorik
dan sistem saraf pusat. Sel saraf penghubung terdapat hampir di
seluruh bagian tubuh dan menjadi lintasan impuls bagi koordinasi
saraf.
c. Sel Saraf Motorik (Neuron Motor)
Sel saraf motorik atau meuron motor adalah sel saraf yang
berfungsi mengirimkan impuls berupa perintah dari sistem saraf pusat
menuju ke jaringan otot dan kelenjar.
II.4 Fungsi Sistem Saraf
Sistem saraf pusat berfungsi menerima informasi dari semua area
tubuh dan kemudian mengkoordinasikan semua arus lalu lintas tersebut
untuk menghasilkan respons tubuh. Menurut Wiarto pada tahun 2014
organ tubuh yang termasuk dalam sistem saraf pusat manusia meliputi :
a. Otak adalah mesin pengendali utama dari segala fungsi tubuh
termasuk sensasi, pikiran, gerakan, kesadaran, dan memori atau
ingatan.
b. Sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang langsung
terhubung ke otak melalui batang otak dan kemudian mengalir
sepanjang ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang berfungsi
membawa informasi dari berbagai bagian tubuh ke otak dan
sebaliknya.
c. Neuron adalah blok sel yang membangun sistem saraf pusat.
Miliaran sel-sel saraf ini dapat ditemukan di seluruh tubuh dan
berkomunikasi satu sama lain untuk menghasilkan respons dan
tindakan fisik. Diperkirakan ada 86 miliar neuron yang ada di otak,
belum lagi yang ada di seluruh tubuh.
II.5 Klasifikasi Sistem Saraf
Sistem saraf pada secara umum dibagi menjadi dua yaitu sistem
saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. SST utamanya terdiri dari saraf, yang
merupakan serat panjang yang menghubungkan SSP ke setiap bagian
dari tubuh. SST meliputi saraf motorik, memediasi pergerakan pergerakan
volunter (disadari), sistem saraf otonom, meliputi sistem saraf simpatis,
sistem saraf parasimpatis, dan fungsi regulasi (pengaturan) involunter
(tanpa disadari) dan sistem saraf enterik (pencernaan), sebuah bagian
yang semi-bebas dari sistem saraf yang fungsinya adalah untuk
mengontrol sistem pencernaan (Sloane, 2003).
II.5.1 Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari semua kendali dan
regulasi pada tubuh dengan dua penggerak utamanya yakni otak dan
sumsum tulang belakang. Peran otak dan sumsum yang sangat penting
ini pada lapisan luarnya akan dilindungi oleh tengkorak (pada otak) dan
ruas-ruas tulang belakang (pada sumsum) (Wiarto, 2014).

Sumber : Wiarto tahun 2014

Ada dua struktur khas yang terdapat pada saraf pusat yakni area
kelabu (grey matter) dan area putih (white matter). Pada area kelabu
terdiri dari kumpulan akson yang dibungkus oleh selubung mielin
sedangkan pada area putih terdiri dari kumpulan badan sel dan dendrit
yang dilingkupi oleh banyak sinapsis. Selain itu ada juga kumpulan sel-sel
neuroglia yang merupakan jaringan ikat yang terletak diantara sel-sel
saraf di dalam sistem saraf pusat. Pada sistem saraf pusat ini juga
dilindungi oleh jaringan ikat yang menjaga dan mendukung aktivitas
sistem saraf pusat yang disebut selaput meningia atau meninges. Menurut
Wiarto (2014) selaput ini terdiri atas tiga bagian yakni :
a. Piamater merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem
saraf pusat dimana terdapat banyak sekali pembuluh darah. Lapisan
ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut
bahan sisa metabolisme.
b. Arakhnoid merupakan lapisan yang berupa selaput tipis yang berada
di antara piamater dan duramater. Lapisan ini mampu melindungi otak
dari goncangan mekanik.
c. Duramater merupakan lapisan paling luar yang terhubung dengan
tengkorak. Duramater merupakan lapisan yang sangat kuat.

Sumber : Wiarto tahun 2014

Diantara daerah arakhnoid dan piamater pada gambar di atas


terdapat cairan yang dinamakan sebagai cairan serebrospinal. Cairan
ini dapat melindungi otak dari benturan dan goncangan.
a. Otak
Otak merupakan organ tubuh yang sangat kompleks. Pada
usia dewasa, otak manusia bisa memiliki berat 2% dari berat
tubuh yakni sekitar 1,5 kilogram dengan 12 miliar neutron di
dalamnya. Neuron merupakan tempat berkumpulnya informasi-
informasi yang kemudian diolah oleh bagian-bagian khusus sesuai
dengan area penerjemahan neuron sensorik. Adapun permukaan
otak tidaklah rata melainkan ada bagian yang menonjol
(gunungan) dan ada bagian yang menjorok ke dalam (lembah).
Pada bagian gunungan dinamakan girus sedangkan pada bagian
lembah dinamakan sulkus (Wiarto, 2014).
Menurut Wiarto (2014) otak dapat kita bedakan menjadi
tiga bagian yakni otak depan, otak tengah dan otak belakang.

1. Otak Besar
Otak manusia merupakan bagian terbesar dan terdepan
dari otak yang memiliki fungsi mengatur semua aktivitas mental
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan
(memori), kesadaran dan pertimbangan. Bagian otak besar
yang menonjol ke depan dinamakan sebagai serebrum. Bagian
ini terdapat dua bagian yakni sebalah kanan dan kiri. Pada otak
sebelah kanan akan mengatur dan mengkoordinasikan bagian
tubuh sebelah kiri sedangkan otak sebelah kiri akan mengatur
dan mengkoordinasikan bagian tubuh sebelah kanan. Otak
besar terdiri dari dua lapisan sebagai berikut:
a. Korteks
Korteks merupakan bagian terluar dari serebrum. Bagian
ini terbuat dari bahan abu-abu, yaitu massa badan sel.
Keadaan korteks memiliki permukaan yang berlipat-lipat
sehingga dapat memperluas permukaannya.
b. Lapisan Dalam
Pada lapisan ini terdapat serabut saraf bermielin yang
disusun dari bahan putih. Pada otak besar terdapat talamus
yang merupakan pintu gerbang dari korteks serebrum,
hipotalamus berfungsi sebagai pusat koordinasi organ dalam,
mengatur suhu dan kandungan air di dalam darah serta
penghasil hormon oksitosin, ADH (antideuretik hormon), TSH
(hormon perangsang tiroid) dan LH (Luteinizing hormon).
Adapun bagian-bagian penting dalam otak besar
menurut Wiarto (2014) antara lain :
a. Lobus Osksipitalis berperan mengolah impuls cahaya dari
penglihatan.
b. Lobus Temporalis berperan dalam mengolah informasi suara.
c. Lobus Frontalis berperan dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia
d. Lobus Parientalis berperan mengatur impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
2. Otak Tengah
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol
yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan memberikan
impuls antara otak depan dengan otak belakang dan otak dengan
mata. Pada bagian ini banyak diproduksi neurotransmitter
dopamin yang mengontrol pergerakan lembut. Apabila terjadi
kerusakan pada bagian ini, maka akan mengalami penyakit
parkinson.
3. Otak Belakang
Pada otak belakang terdapat dua bagian yakni medula
oblongata (sumsum lanjutan), serebelum (otak kecil) dan pons
varoli. Serebelum berperan penting dalam menjaga keseimbangan
tubuh pada saat melakukan aktivitas. Informasi dari otot bagian
kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan
diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons
varoli. Medula oblongata (sumsum lanjutan) merupakan saluran
yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang
belakang. Pons varoli dan medula oblongata berperan sebagai
pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung dan
pencernaan. Selain itu juga berperan dalam pengaturan
pernapasan (Wiarto, 2014).
b. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang (Medula Spinalis) adalah suatu
saraf tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat
dari otak serta melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.
Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai pada
ruas tulang pinggang ke dua (Wiarto, 2014).
Sumsum tulang belakang ini juga dibungkus oleh selaput
meninges. Bila diperhatikan secara melintang, sumsum tulang
belakang bagian luar tampak itu berwarna putih (substansi alba)
dan juga bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu itu,
berwarna kelabu (substansi grissea). Pada bagian yang berwarna
putih itu banyak mengandung akson (neurit) yang diselimuti myelin.
Bagian ini untuk dapat menghantarkan impuls menuju otak serta
dari otak mengarah ke efektor (Wiarto, 2014).
Bagian yang berwarna kelabu tersebut mengandung serabut
saraf yang tidak ada myelinnya. Bagian ini dibedakan dua yakni
akar dorsal (akar posterior) dan akar ventral (akar anterior). Akar
dorsal ini mengandung neuron sensorik sedangkan akar ventral
mengandung neuron motorik (Wiarto, 2014).
Sumsum tulang belakang merupakan penghubung dari
sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat di otak dan ikut berperan
dalam gerak refleks. Pada laki-laki, panjang sumsum tulang
belakang bisa mencapai panjang 45 cm sedangkan pada wanita
bisa mencapai panjang 43 cm. Sumsum tulang belakang
dilindungi oleh bagian-bagian tulang belakang yakni tulang
serviks, toraks, lumbar dan sakral. Fungsi utama sumsum tulang
belakang adalah transmisi pemasukan rangsangan antara periferi
dan otak. Fungsi lainnya adalah mengontrol gerakan refleks,
termasuk gerakan reflek pada mata, hidung, dan lain-lain (Wiarto,
2014).
Menurut Wiarto (2014) apabila dilakukan pemotongan
melintang, maka akan terlihat sebuah struktur sumsum tulang
belakang yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian abu-abu
(yang berbentuk kupu-kupu) dan bagian putih (yang mengitari
bagian abu-abu).
1. Bagian putih (substansia alba)
Bagian putih (substansia alba) ini terdiri dari serabut
saraf yang disebut dengan akson, yang memanjang naik
sertaa turun di sepanjang medula spinalis. Tiap-tiap kelompok
akson itu membawa informasi tertentu yang perlu
dikomunikasikan. Cara kerjanya, Saluran akson yang naik
akan berkomunikasi dengan otak, sementara yang turun akan
membawa sinyal dari otak ke berbagai otot dan kelenjar di
seluruh tubuh.
2. Bagian abu-abu (substansia grisea)
Sedangkan untuk bagian abu-abu (substansia grisea)
pada sumsum tulang belakang itu terbagi lagi dalam beberapa
fungsi khusus. Apabila bagian abu-abu dibagi menjadi dua
bagian, tiap-tiap bagiannya memiliki bagian yang disebut
dengan sebutan tanduk dorsal, tanduk ventral, dan tanduk
lateral. Tanduk dorsal dan ventral itu terhubung dengan otot
rangka, sedangkan untuk tanduk lateral itu terhubung dengan
otot jantung dan otot polos.
II.5.2 Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah bagian dari
sistem saraf yang di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa
informasi ke (sel saraf sensorik) dan dari (sel saraf motorik) sistem
saraf pusat (SSP), yang terletak di luar otak dan sumsum tulang
belakang. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke
Sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan
eksternal (Guyton, 1997).
Sel-sel sistem saraf motorik tersebut membawa informasi dari
SSP ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf tepi dibagai menjadi
dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang
semua sistem saraf ke otot, sedangkan sistem otonom merupakan
adalah sistem saraf yang mewakili persarafan motorik dari otot polos,
otot jantung dan sel-sel kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua
komponen fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling
bertentangan yaitu sistem simpatik dan parasimpatik (Guyton, 1997).

Menurut Sloane (2003) berdasarkan cara kerjanya sistem saraf


tepi dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Sistem Saraf Kranial
Sistem saraf kranial (sering disebut dengan sistem saraf
sadar merupakan saraf yang mempunyai peranan dalam
mengatur semua gerakan yang memang dilakukan secara sadar.
Sistem saraf sadar bisa dibedakan menjadi 2 bagian
yakni meliputi bagian sistem saraf kepala dan juga bagian sistem
saraf tulang belakang. Sistem saraf kepala sendiri terbentuk
karena adanya 12 pasang saraf yang memang dikeluarkan dari
bagian otak. Saraf kepala mempunyai keterkaitan hubungan
dengan bagian reseptor dan juga bagian efektor untuk bagian
area kepala.
2. Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom (sering disebut dengan sistem saraf
tak sadar) yang bisa melakukan aktivitas kerjanya secara
otomatis, tanpa adanya kehendak dari bagian saraf pusat.
Susunan dari bagian saraf otonom meliputi susunan
saraf simpatetik dan juga susunan saraf parasimpatetik.
Perbedaan yang mendasar mengenai struktur antara saraf
simpatetik dan juga saraf parasimpatetik bisa ditemukan pada
posisi ganglion. Saraf simpatetik mempunyai ganglion yang bisa
ditemukan di sepanjang bagian tulang punggung yang melekat
secara langsung pada bagian sumsum tulang belakang. Sehingga
mempunyai banyak serabut preganglion yang pendek dan juga
mempunyai serabut postganglion yang panjang.

II.6 Mekanisme Penghantaran Impuls

Sumber : Wiarto tahun 2014

Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya


melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dua mekanisme
penghantaran impuls, yaitu :
a. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena
adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian
dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat
di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel
saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra
menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik
sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan
sepanjang serabut saraf (Wiarto, 2014).
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf
tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial
kembali seperti semula (potensial istirahat). Energi yang
digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh
mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di
bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang
dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas
ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu dari pada impuls yang lemah.
(Wiarto, 2014).
b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan
neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson
membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma
tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang
berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-
sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis (Wiarto, 2014).
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula
bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian
vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis
(Wiarto, 2014).
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat :
Torso otak dan sumsum tulang belakang
III.1.2 Bahan :
-

III.2 Cara Kerja


Amati torso kemudian catat nama organ dan bagian-bagian organ
penyusun sistem saraf pusat beserta fungsinya masing-masing.
BAB IV
PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Pengamatan

Gambar 1. Bagian-bagian otak (Wiarto, 2014)

Gambar 2. Bagian-bagian saraf (Wiarto, 2014)

Bagian-bagian otak terdiri dari :


1. Otak depan
a) Lobus frontalis (bagian depan)
b) Lobus temporalis (bagian samping)
c) Lobus oksipitalis (bagian belakang)
d) Lobus parietalis (bagian antara depan belakang)
2. Otak tengah
3. Otak belakang
a) Medula Oblongata
b) Serebelum
Bagian-Bagian Saraf
1. Sel saraf (Neuron)
a) Dendrit
b) Akson atau neurit
Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokan dalam
tiga bagian yaitu :
a) Neuron sensorik
b) Neuron motorik
c) Neuron konektor (Neuron Adjustor)
2. Implus
3. Sinap (Wiarto, 2014).
IV. 2 Pembahasan
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
bersambung serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Mekanisme sistem
saraf memantau dan mengatur lingkungan intervnal dan stimulus
eksternal (Sloane, 2002). Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu CNS
(Central Nervous System) dan PNS (Peripheral Nervous System).
Praktikum ini akan membahas tentang materi sistem saraf pusat. Sistem
saraf pusat merupakan sistem koordinasi antara satu sel saraf dengan sel
saraf lainnya yang melakukan kerjasama dengan rapi dalam
mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di dalam tubuh. Dengan
adanya sistem saraf ini mengakibatkan manusia dapat merasakan
perubahan yang terjadi baik dari luar ataupun perubahan dari dalam
tubuh.
Susunan ini terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis) bertanggung jawab antara lain dalam aktivitas dalam gerak
refleks. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan
pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari pada gerak sadar, misalnya
menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari
benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks
dapat dihambat kemauan sadar misalnya, bukan saja menarik tangan dari
benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda
panas itu (Pearch, 2013).
Otak merupakan organ tubuh yang sangat penting yang memiliki
fungsi antara lain untuk mengontrol dan mengkoordinasi semua aktivitas
normal tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak
memiliki sel utama yakni sel saraf (neuron) yang berfungsi untuk
menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya serta sel sel glia yang
berfungsi untuk melindungi, mendukung, merawat, serta mempertahankan
homeostasis cairan di sekeliling neuron (Djuwita, 2012).
Otak terbagi menjadi dua yaitu otak besar (cerebrum) dan otak
kecil (cerebellum). Otak besar (cerebrum) mempunyai fungsi dalam
pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang
terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan.
Otak besar terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal lobus dimana
frontal lobus berfungsi mengatur penalaran, perencanaan, gerakan, emosi
dan kemampuan berbicara selanjutnya parietal lobus berfungsi mengatur
daya ingat atau kecerdasan, ocicipital lobus berfungsi mengatur bagian
pendengaran dan temporal lobus berfungsi bagian pendengaran.
Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi mengatur sikap dan
aktivitas sikap badan. Serebelum berperan penting dalam koordinasi otot
dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari
korteks serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan dan
dengan demikian mengendalikan gerakan sisi lain tubuh, hemisfer
serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri (Pearch,
2013).
Di dalam otak terdapat beberapa cairan yaitu hipotalamus yang
berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf otonom yang
melakukan fungsi vegetatif penting kehidupan seperti pengaturan
frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual dan hipotalamus juga
berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan dan kemarahan. Selanjutnya ada thalamus yang merupakan
stasiun pemancar sensorik utama untuk serabut eferen dari medulla
spinalis ke serebrum dan epitalamus berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis,
sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin (Sloane, 2002).
Penghubungan otak dan sumsum tulang belakang yaitu brainstem
dimana brainstem dibagi atas tiga daerah yaitu medulla oblongata yang
berfungsi mengatur gerakan tidak sadar yaitu denyut jantung, aliran darah,
kecepatan bernafas, bersin dan batuk selanjutnya pons/ jembatan yang
berfungsi mengahantarkan implus dari otak kecil ke otak besar dan
midbrain atau otak tengah yang menjadi pusat penghantaran atau jalur
dari pusar refleks.
Di dalam otak terdiri dari neuron dan glia. Neuron adalah unit
fungsional sistem saraf yang terdapat dari badan sel dan perpanjang
sitoplasma dan glia adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat dan merupakan lapisan yang melindung
neuron. Neuron terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dendrit adalah
perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta
berfungsi untuk menghantarkan impuls ke sel tubuh, akson adalah suatu
prosesus tinggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini
menghantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel
otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson,
nodus renvier berfungsi melindungi akson atau neuron dan menunjukkan
celah antara sel-sel schwann yang berdekatan, celah ini merupakan
tempat pada akson dimana myelin dan lapisan schwann terputus
sehingga hanya melapisi sebagian akson, membantu untuk mempercepat
transmisi atau jalannya impuls, nukleus mengatur semua pergerakan dari
neuron, schwann merupakan sel glia yang membentuk selubung lemak
yaitu myelin dan terminal berfungsi mengirimkan implus ke jaringan atau
neuron lain (Sloane, 2002).
Ada tiga tahapan potensial aksi yaitu polarisasi atau potansial
istirahat merupakan sel saraf yang sedang beristirahat seperti sel lain
dalam tubuh, mempertahankan perbedaan potensial listrik (voltase) pada
membran sel di antara bagian dalam sel dan cairan ekstrakselular antara
-50 milivots (mV) sampai -80 mV terhadap voltase diluar, bergantung pada
kondisi neuron dan ekstrakseluler yang mengeliling sel, polarisasi
disebabkan oleh konsentrasi ion natrium (Na+) dan kalium (k+) yang tidak
seimbang di dalam dan diluar sel, serta perbedaan permeabilitas
membran terhadap ion satu dan ion lain selanjutnya depolarisai terjadi
penghantaran impuls karena didalam akson elektro positif dan kanal ion
Na+ terbuka sehingga implus atau potensial aksi bisa berjalan dan
repolarisasi terjadi pembukaan kanal k+ menyebabkan ion k+ di dalam
akson akan keluar akibatnya muatan menjadi negatif hingga terjadi
polarisasi kembali (Sloane, 2002).
BAB V
PENUTUP

V. 1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan yang dilakukan adalah
mengetahui Sistem saraf pusat, fungsi fisiologis sistem saraf pusat, letak
sistem saraf pusat serta bagian bagian sistem saraf pusat. Dimana sistem
saraf pusat merupakan suatu kordinasi antara sel saraf dengan sel saraf
yang lainnya, melakukan kerja sama dengan rapi dengan
mengkordinasikan seluruh kegiatan yang ada di dalam tubuh baik sadar
maupun tidak sadar..
Sedangkan sistem saraf pusat sendiri terdiri dari otak dan sumsum
tulang belakang. Otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Secara
anatomi di bagi menjadi 3 bagian. Yaitu otak besar terdiri dari 2 hemisfer,
yaitu hemisfer kiri dan kanan, tiap hemisfer terdiri dari lobus lobus. Otak
kecil berada di bawah otak besar yang berperan dalam proses kordinasi
tubuh. Batang otak menghubungkan otak dengan sumsum tulang
belakang, terdiri dari dua bagian yaitu medulla oblongata dan spons.
V. 2. Saran
V.2.1 Untuk Laboratorium
Sebaiknya dalam praktikum sistem saraf pusat di gunakan alat
peraga, alat dilengkapi lagi untuk menunjang hasil praktikum yang
dilakukan agar mahasiswa dapat ,memahami dengan baik.
V.2.2 Untuk Dosen
Sebaiknya dosen turut serta dalam mendampingi praktikan pada
saat pelaksanaan praktikum berlangsung.
V.2.3 Untuk Asisten Dosen
Sebaiknya asisten dosen mengarahkan dan membimbing praktikan
masing masing di meja kelompok praktikan agar semua praktikan dapat
memperhatikan jalannya praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djuwita, Ita. 2012. Pertumbuhan dan Sekresi Protein Hasil Kultur Primer
Sel-Sel Serebrum Anak Tikus. Jurnal Veteriner. Vol 13 (2): 125-135.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi Ke-9. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta
Pearce, E. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Pearce, E. C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis cetakan 36.
PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Pearce, Evelyn C. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Keperwatan. Graha Imu. Yogjakarta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta
Wiarto, G. 2014. Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Pustaka Baru :
Yogyakarta
Widia, L. 2015. Anatomi, Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia. Nuha
Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai