Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sistem saraf adalah sistem organ pada makhluk hidup yang terdiri dari jutaan serabut saraf
yang terdiri dari sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indra,
involunter organ atau jaringan tubuh, aktivitas motorik volunter, dan homeostasis berbagai proses
fisiologis tubuh pada makhluk hidup. Sistem saraf terdiri dari jaringan yang rumit dan paling
penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk
perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan pada makhluk hidup terutama manusia.
Sistem saraf adalah system organ yang paling rumit, tersusun dari jutaan sel-sel saraf
(neuron) yang berbentuk serabut dan saling terhubung untuk persepsi sensor, aktivitas motor sadar
maupun tidak sadar, homeostasis proses biologis tubuh, serta perkembangan pikiran dan ingatan.
Dengan demikian, system saraf merupakan system organ tubuh yang paling penting atau memiliki
fungsi yang paling berpengaruh dalam tubuh manusia. Lalu, ketika seseorang mengalami
gangguan pada system saraf dalam tubuhnya, maka akan mengganggu kerja organ lain dalam
tubuhnya yang saling terhubung dengan system saraf yang rusak tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa saja bagian-bagian penting dalam sistem persarafan?
2) Bagaimana cara kerja sistem saraf pusat?

C. TUJUAN
a. Mengetahui Fungsi dari tiap-tiap bagian dari sistem persarafan
b. Menambah ilmu tentang sistem persarafan dan cara kerjanya
c. Mengetahui bagian-bagian penting dari sistem persarafan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM SARAF
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas
sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik
volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis
tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan
sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan
ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel glia.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. SST utamanya
terdiri dari saraf, yang merupakan serat panjang yang menghubungkan SSP ke setiap bagian dari
tubuh. SST meliputi saraf motorik, memediasi pergerakan pergerakan volunter (disadari), sistem
saraf otonom, meliputi sistem saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis, dan fungsi regulasi
(pengaturan) involunter (tanpa disadari) dan sistem saraf enterik (pencernaan), sebuah bagian yang
semi-bebas dari sistem saraf yang fungsinya adalah untuk mengontrol sistem pencernaan.
Pada tingkatan seluler, sistem saraf didefinisikan dengan keberadaan jenis sel khusus, yang
disebut neuron, yang juga dikenal sebagai sel saraf. Neuron memiliki struktur khusus yang
mengizinkan neuron untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel lain. Neuron
mengirimkan sinyal dalam bentuk gelombang elektrokimia yang berjalan sepanjang serabut tipis
yang disebut akson, yang mana akan menyebabkan bahan kimia yang
disebut neurotransmitter dilepaskan di pertautan yang dinamakan sinaps. Sebuah sel yang
menerima sinyal sinaptik dari sebuah neuron dapat tereksitasi, terhambat, atau termodulasi.
Hubungan antara neuron membentuk sirkuit neural yang membuat persepsi organisme dari dunia
dan menentukan tingkah lakunya. Bersamaan dengan neuron, sistem saraf mengangung sel khusus
lain yang dinamakan sel glia (atau sederhananya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan
metabolik.
Sistem saraf ditemukan pada kebanyakan hewan multiseluler, tetapi bervariasi dalam
kompleksitas.[1] Hewan multiseluler yang tidak memiliki sistem saraf sama sekali
adalah porifera, placozoa dan mesozoa, yang memiliki rancangan tubuh sangat sederhana. Sistem
saraf ctenophora dan cnidaria (contohnya, anemon, hidra, koral dan ubur-ubur) terdiri dari jaringan
saraf difus. Semua jenis hewan lain, terkecuali beberapa jenis cacing, memiliki sistem saraf yang
meliputi otak, sebuah central cord (atau 2 cords berjalan paralel), dan saraf yang beradiasi dari
otak dan central cord. Ukuran dari sistem saraf bervariasi dari beberapa ratus sel dalam cacing
tersederhana, sampai pada tingkatan 100 triliun sel pada manusia.
Pada tingkatan paling sederhana, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari
satu sel ke sel lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Sistem saraf rawan terhadap
malafungsi dalam berbagai cara, sebagai hasil cacat genetik, kerusakan fisik akibat trauma atau
racun, infeksi, atau penuaan. Kekhususan penelitian medis di bidang neurologi mempelajari
penyebab malafungsi sistem saraf, dan mencari intervensi yang dapat mencegahnya atau
memperbaikinya. Dalam sistem saraf perifer/tepi (SST), masalah yang paling sering terjadi adalah
kegagalan konduksi saraf, yang mana dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab
termasuk neuropati diabetik dan kelainan demyelinasi seperti sklerosis ganda dan sklerosis lateral
amiotrofik
B. STRUKTURAL
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel silinder serat yang
keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk menginervasi setiap bagian tubuh.
Saraf cukup besar untuk dikenali oleh orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno, tetapi struktur
internalnya tidaklah dimengerti sampai dimungkinkannya pengujian lewat mikroskop. Sebuah
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa saraf utamanya terdiri dari akson dari neuron,
bersamaan dengan berbagai membran (selubung) yang membungkus saraf dan memisahkan
mereka menjadi fasikel. Neuron yang membangkitkan saraf tidak berada sepenuhnya di dalam
saraf itu sendiri; badan sel mereka berada di dalam otak, central cord, atau ganglia perifer (tepi).
Seluruh hewan yang lebih tinggi tingkatannya daripada porifera memiliki sistem saraf.
Namun, bahkan porifera, hewan uniseluler, dan non-hewan seperti jamur lendir memiliki
mekanisme pensinyalan sel ke sel yang merupakan pendahulu neuron. Dalam hewan simetris
radial seperti ubur-ubur dan hidra, sistem saraf terdiri dari jaringan difus sel terisolasi. Dalam
hewan bilateria, yang terdiri dari kebanyakan mayoritas spesies yang ada, sistem saraf memiliki
stuktur umum yang berasal awal periode Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu.
Sel
Sistem saraf memiliki 2 kategori atau jenis sel: neuron dan sel glia.
1). Neuron
Sel saraf didefinisikan oleh keberadaan sebuah jenis sel khusus— neuron (kadang-kadang
disebut "neurone" atau "sel saraf"). Neuron dapat dibedakan dari sel lain dalam sejumlah
cara, tetapi sifat yang paling mendasar adalah bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan
sel lain melalui sinaps, yaitu pertautan membran-ke-membran yang mengandung mesin
molekular dan mengizinkan transmisi sinyal cepat, baik elektrik maupun kimiawi. Setiap
neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi
mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls
dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu
dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan
lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk
selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat
penghantaran impuls.
Bahkan dalam sistem saraf spesies tunggal seperti manusia, terdapat beratus-ratus jenis
neuron yang berbeda, dengan bentuk, morfologi, dan fungsi yang beragam. [8] Ragam
tersebut meliputi neuron sensorik yang mentransmisikan stimuli fisik seperti cahaya dan
suara menjadi sinyal saraf, dan neuron motorik yang mentransmisikan sinyal saraf menjadi
aktivasi otot atau kelenjar; namun dalam kebanyakan spesies kebanyakan neuron menerima
seluruh masukan mereka dari neuron lain dan mengirim keluaran mereka pada neuron lain.

2). Sel Glia


Sel glia (berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lem") adalah sel non-neuron yang
menyediakan dukungan dan nutrisi, mempertahankan homeostasis, membentuk mielin, dan
berpartisipasi dalam transmisi sinyal dalam sistem saraf. Dalam otak manusia, diperkirakan
bahwa jumlah total glia kasarnya hampir setara dengan jumlah neuron, walaupun
perbandingannya bervariasi dalam daerah otak yang berbeda. Di antara fungsi paling penting
dari sel glia adalah untuk mendukung neuron dan menahan mereka di tempatnya; untuk
menyediakan nutrisi ke neuron; untuk insulasi neuron secara elektrik; untuk
menghancurkan patogen dan menghilangkan neuron mati; dan untuk menyediakan petunjuk
pengarahan akson dari neuron ke sasarannya. Sebuah jenis sel glia penting
(oligodendrosit dalam susunan saraf pusat, dan sel Schwann dalam sistem saraf tepi)
menghasilkan lapisan sebuah substansi lemak yang disebut mielin yang membungkus akson
dan menyediakan insulasi elektrik yang mengizinkan mereka untuk
mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dan lebih efisien.

C. ANATOMI PADA VERTEBRATA (TERMASUK MANUSIA)

Diagram yang menunjukkan pembagian utama dari sistem saraf vertebrata.


Sistem saraf dari hewan vertebrata (termasuk manusia) dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST).
Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian terbesar, dan termasuk otak dan sumsum tulang
belakang. Kavitas tulang belakang mengandung sumsum tulang belakang, sementara kepala
mengandung otak. SSP tertutup dan dilindungi oleh meninges, sebuah sistem membran 3 lapis,
termasuk lapisan luar berkulit yang kuat, yang disebut dura mater. Otak juga dilindungi oleh
tengkorak, dan sumsum tulang belakang oleh vertebra (tulang belakang).
Sistem saraf tepi (SST) adalah terminologi/istilah kolektif untuk struktur sistem saraf yang tidak
berada di dalam SSP. Kebanyakan mayoritas bundel akson disebut saraf yang dipertimbangkan
masuk ke dalam SST, bahkan ketika badan sel dari neuron berada di dalam otak atau spinal cord.
SST dibagi menjadi bagian somatik dan viseral.
Sel saraf
Sel saraf atau neuron merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi
menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). Jutaan sel
saraf ini membentuk suatu sistem saraf.
Struktur
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan lain. Apabila simpul
dendrit mengalami kerusakan, maka seseorang tersebut akan mengalami kepikunan (jika terjadi di
otak). Jika terjadi di organ lain, maka akan mengalami mati rasa. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek. Pada ujung akhir dari akson terdapat sinapsis yang merupakan celah
antara ujung saraf di mana neurotransmiter dilepaskan untuk menghantar impuls ke saraf
selanjutnya atau organ yang dituju.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini
berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut myelin yang dibentuk
oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem
saraf perifer yang berfungsi membentuk selubung myelin. Fungsi myelin adalah melindungi akson
dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus ranvier, yang
dapat mempercepat penghantaran impuls.
Pengelompokan
Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Sel saraf sensoris.
2. Sel saraf motorik.
3. Sel saraf intermediet (asosiasi).
Sel saraf sensorik
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet).
Sel saraf motorik
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem
saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan
aksonnya dapat sangat panjang.
Sel saraf penghubung
Sel saraf penghubung disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf
pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhubungan
dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf penghubung menerima
impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.Kelompok-kelompok serabut saraf,
akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan
sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

D. FUNGSI DAN CARA KERJA SISTEM SARAF


Pada tingkatan paling dasar, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari 1
sel ke sel lain, atau dari 1 bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Ada berbagai cara sebuah sel dapat
mengirimkan sinyal ke sel lain. Satu cara adalah dengan melepaskan bahan kimia yang disebut
hormon ke dalam sirkulasi internal, sehingga mereka dapat berdifusi tempat-tempat yang jauh.
Berkebalikan dnegan modus pensinyalan "pemancaran", sistem saraf menyediakan sinyal dari
tempat ke tempat—neuron memproyeksikan akson-akson mereka ke daerah sasaran spesifik dan
membentuk koneksi sinaptik dengan sel sasaran spesifik. Oleh sebab itu, pensinyalan neural
memiliki spesifitas yang jauh lebih tinggi tingkatannya daripada pensinyalan hormonal. Hal
tersebut juga lebih cepat: sinyal saraf tercepat berjalan pada kecepatan yang melebihi 100 meter
per detik.
Pada tingkatan lebih terintegrasi, fungsi primer sistem saraf adalah untuk mengontrol
tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil informasi dari lingkungan dengan menggunakan
reseptor sensoris, mengirimkan sinyal yang mengodekan informasi ini ke dalam sistem saraf pusat,
memproses informasi untuk menentukan sebuath respons yang tepat, dan mengirim sinyal
keluaran ke otot atau kelenjar untuk mengaktivasi respons. Evolusi sebuah sistem saraf kompleks
telah memungkinkan berbagai spesies hewan untuk memiliki kemampuan persepsi yang lebih
maju seperti pandangan, interaksi sosial yang kompleks, koordinasi sistem organ yang cepat, dan
pemrosesan sinyal yang berkesinambungan secara terintegrasi. Pada manusia, kecanggihan sistem
saraf membuatnya mungkin untuk memiliki bahasa, konsep representasi abstrak, transmisi budaya,
dan banyak fitur sosial yang tidak mungkin ada tanpa otak manusia.

Neuron dan sinaps


Elemen utama dalam transmisi sinaptik. Sebuah gelombang elektrokimia yang
disebut potensial aksi berjalan di sepanjang akson dari sebuah neuron. Ketika gelombang mencapai
sebuah sinaps, ia akan memicu pelepasan sejumlah kecil molekul neurotransmitter, yang berikatan
dengan molekul reseptor kimia yang terletak di membran sel sasaran.
Kebanyakan neuron mengirimkan sinyal melalui akson, walaupun beberapa jenis mampu
melakukan komunikasi dendrit ke dendrit. (faktanya, jenis-jenis neuron disebut sel amakrin tidak
memiliki akson, dan berkomunikasi hanya melalui dendrit mereka.) Sinyal neural berpropagasi
sepanjang sebuah akson dalam bentuk gelombang elektrokimia yang disebut potensial aksi, yang
menghasilkan sinyal sel ke sel di tempat terminal akson membentuk kontak sinaptik dengan sel
lain.
Sinaps dapat berupa elektrik atau kimia. Sinaps elektrik membuat hubungan elektrik
langsung di antara neuron-neuron, tetapi sinaps kimia lebih umum, dan lebih beragam dalam
fungsi. Di sebuah sinaps kimia, sel mengirimkan sinyal yang disebut presinaptik, dan sel yang
menerima sinyal disebut postsinaptik. Baik presinaptik dan postsinaptik penuh dengan mesin
molekular yang membawa proses sinyal. Daerah presinaptik mengandung sejumlah besar vessel
bulat yang sangat kecil yang disebut vesikel sinaptik, dipenuhi oleh bahan-bahan kimia
neurotransmitter. Ketika terminal presinaptik terstimulasi secara elektrik, sebuah susunan molekul
yang melekat pada membran teraktivasi, dan menyebabkan isi dari vesikel dilepaskan ke dalam
celah sempit di antara membran presinaptik dan postsinaptik, yang disebut celah sinaptik (synaptic
cleft). Neurotransmitter kemudian berikatan dengan reseptor yang melekat pada membran
postsinaptik, menyebabkan neurotransmiter masuk ke dalam status teraktivasi. Tergantung pada
tipe reseptor, efek yang dihasilkan pada sel postsinaptik mungkin eksitasi, penghambatan, atau
modulasi dalam berbagai cara yang lebih rumit.
Menurut hukum yang disebut prinsip Dale, yang hanya memiliki beberapa pengecualian,
sebuah neuron melepaskan neurotransmiter yang sama pada semua sinapsnya. Walaupun
demikian, bukan berarti bahwa sebuah neuron mengeluarkan efek yang sama pada semua
sasarannya, sebab efek sebuah sinaps tergantung tidak hanya pada neurotransmitter, tetapi pada
reseptor yang diaktivasinya.
Satu subset sinaps yang paling penting mampu membentuk jejak ingatan dengan cara
perubahan dalam kekuatan sinaptik tergantung aktivitas yang bertahan lama. Ingatan neural yang
paling dikenal adalah sebuah proses yang disebut potensiasi jangka panjang (long-term
potentiation, disingkat LTP), yang beroperasi pada sinaps yang menggunakan neurotransmitter
glutamat yang bekerja pada sebuah jenis reseptor khusus yang dikenal sebagai reseptor
NMDA. Reseptor NMDA memiliki sifat "assosiasi": jika 2 sel terlibat dalam sinaps yang
terkavitasi keduanya pada kurang lebih waktu yang sama, sebuah kanal terbuka sehingga
mengizinkan kalsium untuk mengalir menuju sel sasaran. Pemasukan kalsium memicu sebuah
kaskade pengantar pesan kedua yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan sejumlah reseptor
glutamat dalam sel sasaran, sehingga meningkatkan kekuatan efektif sinaps. Perubahan kekuatan
ini dapat berlangsung beberapa minggu atau lebih panjang.

Sistem dan sirkuit saraf


Fungsi dasar neuronal mengirimkan sinyal kepada sel lain meliputi kemampuan neuron
untuk mengubah sinyal dengan yang lain. Jaringan kerja terbentuk dengan kelompok saling
terhubung dari neuron mampu menjalankan berbagai fungsi, termasuk fitur deteksi, generasi pola,
dan pengaturan waktu.
Neuron-neuron ditemukan mampu memproduksi rangkaian potensial aksi reguler, atau
rangkaian ledakan (sequences of bursts), bahkan dalam isolasi penuh. Ketika neuron aktif secara
intrinsik terhubung dengan yang lain dalam sirkuit kompleks, kemungkinan penghasilan pola
temporer yang lebih rumit menjadi jauh lebih besar. Konsep modern memandang fungsi sistem
saraf sebagian dalam kerangka rangkaian stimulus-respons, dan sebagian dalam kerangka pola
aktivitas yang dihasilkan secara intrinsik — kedua jenis aktivitas berinteraksi dengan yang lain
untuk menggenerasikan tingkah laku berulang-ulang.

Sirkuit refleks dan rangsang stimulus lainnya


Skema fungsi saraf dasar yang disederhanakan: sinyal diambil oleh reseptor sensoris dan
dikirim ke sumsum tulang belakang dan otak, tempat terjadinya pemrosesan yang menghasilkan
sinyal dikirim kembali ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke neuron motorik. Jenis sirkuit
saraf yang paling sederhana adalah lengkung refleks (reflex arc), yang dimulai dari masukan
sensoris dan berakhir dengan keluaran motorik, melewati serangkaian neuron di
tengahnya.[50] Contohnya, pertimbangkan "refleks penarikan" yang menyebabkan tangan tertarik
ke belakang setelah menyentuh kompor panas. Sirkuit dimulai dengan reseptor sensoris di kulit
yang teraktivasi oleh kadar panas yang membahayakan: sebuah jenis struktur molekuler khusus
melekat pada membran menyebabkan panas untuk mengubah medan listrik di sepanjang membran.
Jika perubahan dalam potensial ekletrik cukup besar, ia akan membangkitkan potensial aksi, yang
ditransmisikan sepanjang akson sel reseptor, menuju sumsum tulang belakang. Di sana akson akan
membuat kontak sinaptik eksitatori dengan sel lain, beberapa dari antaranya memproyeksikan
(mengirim keluaran aksonal) ke regio yang sama dari sumsum tulang belakang, dan yang lain
memproyeksikan ke dalam otak. Satu sasaran adalah serangkaian interneuron tulang belakang
yang memproyeksikan ke neuron motorik untuk mengontrol otot lengan. Interneuron mengeksitasi
neuron motorik, dan jika eksitasi cukup kuat, beberapa dari neuron motorik menghasilkan
potensial aksi, yang berjalan sepanjang akson ke titik di mana mereka membuat kontak sinaptik
eksitatori dengan sel otot. Sinyal eksitatori memicu kontraksi sel otot, yang menyebabkan sudut
sendi dalam lengan berubah, menarik lengan menjauh.
Deteksi fitur adalah kemampuan untuk mengekstraksi secara biologis informasi yang
relevan dari kombinasi sinyal sensoris.[53] Dalam sistem penglihatan, contohnya, reseptor sensoris
dalam retina mata hanya mampu untuk mendeteksi "titik cahaya" dalam dunia luar secara
individual.[54] Neuron penglihatan tingkat kedua menerima masukan dari kelompok-kelompok
reseptor primer, neuron yang lebih tinggi menerima masukan dari kelompok-kelompok neuron
tingkat kedua, dan seterusnya, membentuk tingkatan proses hierarkis. Pada setiap tahapan,
infromasi penting diekstraksi dari sinyal yang dikumpulkan dan informasi yang tidak penting
dibuang. Di akhir proses, masukan sinyal mewakili "titik cahaya" telah ditransformasikan menjadi
perwakilan saraf dari objek dalam dunia sekitarnya dan sifatnya. Pemrosesan sensoris paling
canggih terjadi dalam otak, tetapi fitur ekstraksi kompleks juga terjadi di sumsum tulang belakang
dan organ sensoris periferal seperti retina.

Penghantaran Rangsang
Semua sel dalam tubuh manusia memiliki muatan listrik yang terpolarisasi, dengan kata
lain terjadi perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam dari suatu membran sel, tidak
terkecuali sel saraf (neuron). Perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam membran ini
disebut potensial membran. Informasi yang diterima oleh Indra akan diteruskan oleh saraf dalam
bentuk impuls. Impuls tersebut berupa tegangan listrik. Impuls akan menempuh jalur
sepanjang akson suatu neuron sebelum dihantarkan ke neuron lain melalui sinapsis dan akan
seperti itu terus hingga mencapai otak, dimana impuls itu akan diproses. Kemudian otak
mengirimkan impuls menuju organ atau indra yang dituju untuk menghasilkan efek yang
diinginkan melalui mekanisme pengiriman impuls yang sama. Membran hewan memiliki potensial
istirahat sekitar -50 mV s/d -90 mV, potensial istirahat adalah potensial yang dipertahankan oleh
membran selama tidak ada rangsangan pada sel.
Datangnya stimulus akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi pada
membran sel, hal tersebut menyebabkan terjadinya potensial kerja. Potensial kerja adalah
perubahan tiba-tiba pada potensial membran karena datangnya rangsang. Pada saat potensial kerja
terjadi, potensial membran mengalami depolarisasi dari potensial istirahatnya (-70 mV) berubah
menjadi +40 mV. Akson vertebrata umumnya memiliki selubung mielin. Selubung mielin terdiri
dari 80% lipid dan 20% protein, menjadikannya bersifat dielektrik atau penghambat aliran listrik
dan hal ini menyebabkan potensial kerja tidak dapat terbentuk pada selubung mielin; tetapi bagian
dari akson bernama nodus Ranvier tidak diselubungi oleh mielin.
Penghantaran rangsang pada akson bermielin dilakukan dengan mekanisme hantaran
saltatori, yaitu potensial kerja dihantarkan dengan "melompat" dari satu nodus ke nodus lainnya
hingga mencapai sinapsis. Pada ujung neuron terdapat titik pertemuan antar neuron bernama
sinapsis, neuron yang mengirimkan rangsang disebut neuron pra-sinapsis dan yang akan menerima
rangsang disebut neuron pasca-sinapsis. Ujung akson setiap neuron membentuk tonjolan yang
didalamnya terdapat mitokondria untuk menyediakan ATP untuk proses penghantaran rangsang
dan vesikula sinapsis yang berisi neurotransmitter umumnya
berupa asetilkolin (ACh), adrenalin dan noradrenalin.
Ketika rangsang tiba di sinapsis, ujung akson dari neuron pra-sinapsis akan membuat
vesikula sinapsis mendekat dan melebur ke membrannya. Neurotransmitter kemudian dilepaskan
melalui proses eksositosis. Pada ujung akson neuron pasca-sinapsis, protein reseptor mengikat
molekul neurotransmitter dan merespon dengan membuka saluran ion pada membran akson yang
kemudian mengubah potensial membran (depolarisasi atau hiperpolarisasi) dan menimbulkan
potensial kerja pada neuron pasca-sinapsis.
Ketika impuls dari neuron pra-sinaps berhenti neurotransmitter yang telah ada akan
didegradasi. Molekul terdegradasi tersebut kemudian masuk kembali ke ujung akson neuron pra-
sinapsis melalui proses endositosis.

E. PATOLOGI
Sistem saraf Pusat (SSP) dilindungi oleh sawar (barrier) fisik dan kimia. Secara fisik, otak
dan sumsum tulang belakang dikelilingi oleh membran meningeal yang kuat, dan dibungkus oleh
tulang tengkorak dan vertebra tulang belakang, yang membentuk perlindungan fisik yang kuat.
Secara kimia, otak dan sumsum tulang belakang terisolasi oleh yang disebut sawar darah-otak,
yang mencegah kebanyakan jenis bahan kimia berpindah dari aliran darah kedalam bagian dalam
SSP. Perlindungan ini membuat SSP kurang rentan bila dibandingkan dengan SST; namun, di sisi
lain, kerusakan pada SSP cenderung lebih serius dampaknya.
Walaupun saraf cenderung berada di bawah kulit kecuali di beberapa tempat, seperti saraf
ulnar dekat dengan persambungan sendi siku, saraf-saraf ini cenderung terpapar kerusakan fisik,
yang dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan sensasi rasa, atau kehilangan kontrol otot.
Kerusakan pada saraf juga dapat disebabkan oleh pembengkakan atau memar di tempa saraf lewat
di antara kanal tulang yang ketat, seperti terjadi pada sindrom lorong karpal. Jika sebuah saraf
benar-benar terpotong, saraf akan beregenerasi, tetapi untuk saraf yang panjang, proses ini
mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan untuk selesai. Sebagai tambahan pada kerusakan
fisik neuropati periferal dapat disebabkan oleh masalah medis lain, termasuk kondisi genetik,
kondisi metabolik seperti diabetes, kondisi peradangan seperti sindrom Guillain–Barré, defisiensi
vitamin, penyakit infeksi seperti kusta atau herpes zoster, atau keracunan oleh racun seperti logam
berat. Banyak kasus tidak memiliki penyebab yang dapat teridentifikasi, dan disebut idiopatik.
Saraf juga dapat kehilangan fungsinya untuk sementara waktu, mengakibatkan ketiadaan rasa —
penyebab umum meliputi tekanan mekanis, penurunan suhu, atau interaksi kimia dengan obat
seperti lidokain.
Kerusakan fisik pada sumsum tulang belakang mungkin berakibat pada kehilangan sensasi
atau pergerakan. Jika sebuah kecelakaan pada tulang punggung menghasilkan sesuatu yang tidak
parah dari pembengkakan, gejala hanya sementara, tetapi apabila serabut saraf di tulang belakang
hancur, kehilangan fungsi biasanya menetap. Percobaan telah menunjukkan bahwa serabut saraf
tulang belakang biasanya mencoba untuk tumbuh kembali dengan cara yang sama seperti serabut
saraf, teapi dalam sumsum tulang belakang, kerusakan jaringan biasanya menghasilkan jaringan
parut yang tidak dapat dipenetrasi oleh saraf yang tumbuh kembali.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

1. "Nervous System". Columbia Encyclopedia. Columbia University Press.


2. Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 2: Nerve cells and
behavior". Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional. .
3. Finger S (2001). "Ch. 1: The brain in antiquity". Origins of neuroscience: a history of
explorations into brain function. Oxford Univ. Press.
4. Balavoine G (2003). "The segmented Urbilateria: A testable scenario". Int Comp Biology.
5. Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 4: The cytology of
neurons". Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional.
6. Allen NJ, Barres BA (2009). "Neuroscience: Glia - more than just brain glue".
7. Azevedo FA, Carvalho LR, Grinberg LT; et al. (2009). "Equal numbers of neuronal and
nonneuronal cells make the human brain an isometrically scaled-up primate brain".

Anda mungkin juga menyukai