Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK I

NAMA

: FAISAL ALI

NIM

: O11115013

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa

: FAISAL ALI

NIM

: O11115013

Nama Asisten

: HARTARTO AKHMAD

Waktu Asistensi
No.

Jadwal Asistensi

Saran Perbaikan

Paraf Asisten

Makassar, 9 Oktober 2016


Asisten

Praktikan

HARTARTO AKHMAD

FAISAL ALI

JUDUL PRAKTIKUM
SISTEM SARAF

TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
Sistemmelihat
saraf merupakan
suatukatak
pusatnormal
jaringan komunikasi penghubung yang serasi
1. Untuk
fungsi bagian
2. tubuh
Untuk dan
melihat
aksi integrasi
susunan
saraf katak
antara
lingkungan
dalam
melaksanakan
berbagai aktivitas semua makhluk
3. Untuk melihat hambatan refleks pada katak normal
hidup,
baik fungsi
refleks
yangdesebrasi
sederhana sampai yang kompleks, baik yang disadari
4. Untuk
melihat
pengaruh
5. Untuk
refleks Sistem
pada katak
maupun
yang melihat
tidak disadari.
sarafspinal
mengatur aktifitas tubuh dengan cepat. Sistem
saraf terbagi atas dua kelompok besar, yaitu sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan
medula spinalis,
dan sistem
saraf perifer yang terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom
RUANG
LINGKUP
PRAKTIKUM
(Cahyanti, 2005).
Adapun ruang langkup praktikum yaitu :
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme,
Fungsi-fungsi
bagian otak
katakdan
normal,
katak deserebrasi
spinal
yang1. dicirikan
oleh cepatnya
reaksi
lokalisasi
yang tepat dan
darikatak
tempat
kerjanya.
2. Aksi integritasi susunan saraf katak
Fungsinya
didasarkan
infrastruktur selular sangat sempurna, hubungan
3. Hambatan
refleksatas
padasuatu
katak normal
4. Refleks
pada
katak deserebrasi
bercabang,
yang
menghasilkan
kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat (Campbell,
5. Refleks sederhana pada katak deserebrasi
2000).
6. Refleks pada katak spinal
7. Pengaruh
intensitas
rangsangan
pada refleks
spinal(Frandson, R. D. 1993) :
Sistem saraf
secara garis
besar dibagi
menjadikatak
dua yaitu
1. Sistem saraf pusat (central nervous system), yang mencakup otak dan korda spinalis.
Otak terletak di dalam bagian kranial tengkorak, dan korda spinalis terletak dalam
kolom vertebral.
2. Sistem saraf perifer yang terdiri atas saraf kranial dan sistem saraf spinal yang menuju
ke struktur somatik, serta saraf otonom yang menuju ke struktur visceral.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom (Wulangi,
1994).
1. Sistem saraf pusat
A. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan (Wulangi, 1994).
B. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang

TINJAUAN PUSTAKA

belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik,
dan saraf penghubung (Sonjaya, 2013).
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk
mengatur impuls dari dan ke otak sebagai pusat refleks, dengan adanya sumsum
tulang belakang pasangan saraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor

dan efektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang
telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap
stimulus atau rangsang (Rieutort M, 1982).
2. Sistem saraf perifer
Sistem Saraf Perifer Sistem saraf perifer atau Peripheral Nervous System (PNS)
berfungsi menangani informasi yang masuk dan keluar dari sistem saraf pusat. Sistem
saraf perifer pesan meliputi semua bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan
saraf tulang belakang, sampai ujung jari tangan jari kaki. Seandainya Anda tidak
mengumpulkan informasi dari dunia sekitar dengan menggunakan sistem saraf perifer,
situasi itu dapat diibaratkan seperti sebuah radio penerima. Pada sistem saraf pusat, sarafsaraf sensorik membawa pesan dari reseptor-reseptor khusus eksternal, ke saraf tulang
belakang Selanjutnya, saraf tulang belakang akan meneruskan pesan-pesan tersebut ke
otak. Saraf saraf ini memungkinkan kita untuk tetap berhubungan dengan dunia luar dan
dengan aktivitas di dalam tubuh kita sendiri. Saraf motoris berfungsi membawa pesan dari
sistem saraf pusat ke sejumlah otot, kelenjar. dan organ internal. Saraf motorik membuat
kita dapat bergerak sekaligus menyebabkan kelenjar dapat berkontraksi dan mengeluarkan
sejumlah substansi, termasuk pesan-pesan kimiawi yang disebut hormon (Wade, 2008).
Daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terdapat
hubungan. Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur
refleks. Reseptor di kulit mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan dikirim
melalui serabut radiks dorsalis ke sebuah neuron di substansia grisea Medula spinalis.
Atas kedatangan impuls tersebut neuron itu merangsang motoneuron di kornu anterior,
yang pada gilirannya menggalakkan serabut otot untuk berkontraksi (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf somatik dan otonom sering kali bekerja sama untuk memelihara
keseimbangan fungsi sistem organ yang penting dalam hom Sebagai respons terhadap
penurunan suhu, misalnya, hipotalamus akan mengirimkan sinyal sistem saraf otonom
untuk menyempitkan pembuluh darah permukaan, yang akan mengurangi kehilangan
panas pada saat yang sama hipotalamus mengirimkan sinyal ke sistem saraf somatik dan
menyebabkan respons menggigil (Campbell, 2000).
Sistem Saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
otomatis. Sistem sarat tepi adalah sistem saraf yang berada pada paling ujung sistem saraf.
Sistem saraf tepi langsung berhubungan reseptor saraf (Andriansyah, 2016).

Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan, katak dapat
merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana sarafsaraf tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon.
Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara
permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang (Excitable) dan dapat diganggu (Irritable) (Hildebrand, M. 1995).
Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus, dan dimodifikasi potensial listrik
dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh
bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf,
mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi ke neuron lain, baik
otot maupun kelenjar (Hildebrand, M. 1995).
Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini
menyebabkan kemampuan dari katak. Katak deserebrasi masih memiliki tingkat
kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran
sudah hilang pada katak spinalis (Pearce, 1989).
Katak spinal adalah katak yang hanya memiliki medula oblongata. Hal ini
berhubungan dengan sistem respirasi, ritmis jantung dan aliran darah. Gerak spontan pada
katak spinal semakin lambat, dan hilangnya keseimbangan badan dan kemampuan
berenang pada katak (Pearce, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks spinal salah satunya adalah harus ada
stimulus atau rangsangan, khususnya rangsangan dari luar, seperti derivate temperature,
kelembaban, sinar, tekanan, bahan atau zat kimia dan sebagainya. Beberapa rangsangan
langsung bereaksi pada sel atau jaringan, tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai
reseptor yang spesial untuk organ yang mempunyai kepekaan. Pada refleks spinal,
somafosensori dimasukkan dalam urat spinal sampai pada bagian dorsal. Sensori yang
masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh pada saraf spinal,
sehingga terjadi refleks spinal (Gordon, 1972).
Faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal menurut Subowo (1992) yaitu
adanya refleks spinal dari katak berupa respon dengan menarik kaki depan atau kaki
belakang saat perusakan sumsum tulang belakang disebabkan karena masih terjadi
interkoneksi dari satu sisi korda spinalis ke sisi yang lain.

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya refleks spinal adalah masih


berfungsinya sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi
penting yaitu mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat refleks. Dengan adanya
sumsum tulang belakang, pasangan saraf spinal dan cranial akan menghubungkan tiap
reseptor dan efektor dalam ubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang
belakangnya telah rusak total maka tali-tali spinal sebagai jalur saraf akan rusak dan tidak
ada lagi yang menunjukkan respon terhadap stimulus (Ville et al., 1988).
Refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi
memegang peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya
menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang
lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka
waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu
(Idel, 2000).
Menurut Mustika (2006) otak merupakan gumpalan bubur kental berlekuk-lekuk
dengan warna kelabu kemerahan yang dilindungi tempurung kepala yang tebal dan kuat
serta beberapa selaput dan cairan yang merupakan bantalan pereda goncangan.
Otak menurut Retnowati (2006) adalah tempat integrasi refleks-refleks untuk
mempertahankan lingkungan dalam dan sumber beberapa hormon dan tempat integrasi
semua informasi sensorik.
Aji (2007) mengemukakan bahwa struktur anatomi otak dibagi menjadi hindbrain
(rhombenchephalon) terdiri atas medula oblongata, pons, dan cerebellum; forebrain
terdiri atas diencephalon, telencephalon (cerebrum) dan sumsum punggung (medula
spinalis). Berdasarkan srukturnya, fungsi otak secara umum berkaitan dengan fungsi vital
somatik, otomomik, reflek, dan suatu fungsi vegetatif agar dapat bertahan hidup dan
memelihara kehidupan.
Sistem nervorum central kingdom Amfibi (Amphibia) dibagi menjadi otak
(encephalon) dan medulla spinalis (nervecord). Tiga bagian utama otak yaitu otak depan,
otak tengah, dan otak belakang. Otak besar dibagi menjadi empat bagian disebut lobus
diantaranya: (a)frontal terkait penalaran, perencanaan, bagian bicara, gerakan, emosi, dan
pemecahan masalah, (b)parietal terkait gerakan, persepsi, pengenalan orientasi, dan
rangsangan, (c)oksipital terkait pemprosesan visual, (d)temporal terkait persepsi dan
peng-

enalan rangsangan pendengaran, memori, dan bicara (Guyton, 2008).


Di bagian belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah
(mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh otak kecil (cerebellum) yang
merupakan bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian terbuka sebelah atas medulla
oblongata dan berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebuah caudal dengan
felium terminale. Diencephalon sistem saraf amfibi mempunyai badan sebelah dorsal
disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Otak kecil katak mengatur dan koordinasi
gerakan, postur, dan keseimbangan. Medulla oblongata bertanggung jawab untuk
menjaga fungsi tubuh yang vital, seperti pernapasan dan detak jantung (Isnaeni, 2006).
Tiga bagian utama otak yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak
depan terdiri dari cerebrum, thalamus, dan hypothalamus. Otak tengah terdiri dari tectum
dan tegmentum. Otak belakang terdiri dari otak kecil, pons dan medula. Cerebrum
(korteks) berhubungan dengan fungsi berpikir dan tindakan. Otak kecil (Cerebellum)
berhubungan dengan pengaturan dan koordinasi gerakan, postur, dan keseimbangan
(Guyton 2008).
Pada teori disebutkan bahwa single pitching menghasilkan gerak
iritabilitas dengan tanggapan yang lambat oleh efektornya. Katak
menanggapi beberapa gerak iritabilitas yang diberikan dengan lambat.
Kurangnya aksi gerak ini dikarenakan sistem saraf pusat yakni otak
telah mengalami kerusakan pada saat melakukan single pithing.
Kerusakan sistem saraf pusat menyebabkan reaksi efektor terhadap
beberapa impuls rangsangan berjalan lambat (Isnaeni, 2006).
Berdasarkan teori sistem saraf pusat pada vertebrata terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang. Otak mendasari daya integratif
yang

mendasari

belakang

perilaku

kompleks

menghantarkan

informasi

vertebrata.
ke

dan

Sumsum
dari

otak

tulang
serta

membangkitkan pola-pola lokomasi dasar. Sumsum tulang belakang


juga bertindak secara independen dari otak sebagai bagian dari sirkuit
saraf sederhana yang menghasilkan refleks, respon otomatis tubuh
terhadap rangsangan tertentu (Campbell, 2008).
Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf panjang
seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan otak. Neuron
ini mengirimkan sinyal dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk dan

MATERI DAN METODE


3.1 Materi
3.1.1 Alat
Gunting, Pinset, Jarum
3.1.2 Bahan
Tali, Katak, Air
3.2 Metode
Melihat fungsi bagian katak normal
1. Letakkan katak pada meja kemudian lihat sikap badan, dan posisi tubuh. Amati
dan hitunglah frekuensi napas, frekuensi denyut jantung/denyut nadi.
2. Gerakan spontan
3. Keseimbangan (kemampuan katak mencoba untuk bangkit kembali setelah
ditelentangkan dengan cepat)
4. Simpan katak didalam baskom yang berisikan air, perhatikan gerakan katak saat
berenang.
5. Lalu angkat katak dan letakkan kembali di meja, perhatikan frekuensi napas,
frekuensi denyut jantung/denyut nadi
Melihat aksi integrasi susunan saraf katak :
1. Lakukan pengangkatan pada katak secara tiba-tiba, atau dengan meletakkan katak
pada papan pengalas, kemudian angkatlah katak beserta papan pengalas dengan
gerakan tiba-tiba. Amati keseimbangan katak saat diangkat dengan gerakan tibatiba.
2. Putarlah katak tersebut beserta papannya, amati kondisi kelopak mata, posisi
tubuh normal, dan gerakan spontan.
Hambatan refleks pada katak normal :
1. Ikatlah kedua kaki depan katak dengan tali
2. Lepaskan tali dan biarkan katak kembali pada keadaan normal.
3. Amati, apakah terdapat kelainan pergerakan dari katak ?
Melihat pengaruh deserebrasi :
1. Katak tersebut dibuka mulutnya dengan menggunakan gunting, kaki gunting yang
satu dimasukkan kedalam mulut tepatnya pada rahang atas, dan yang satunya
pada membran timpani bagian depan, kemudian guntinglah sampai lepas dari
tubuhnya, dengan demikian katak tidak akan memiliki otak lagi (mengalami
deserebrasi).

membran timpani bagian depan, kemudian guntinglah sampai lepas dari


tubuhnya, dengan demikian katak tidak akan memiliki otak lagi (mengalami
deserebrasi).
2. Biarkan katak shock setelah pemotongan rahang atas, berapa menit lamanya
keadaan shock akan hilang. Lalu letakkan pada meja.
3. Katak diletakkan diatas meja, dengan posisi ditelentangkan

kemudian amati

apakah katak masih dapat membalikkan tubuhnya.


Katak spinal :
1. Katak deserebrasi kemudian dirusak serebelum dan medula oblongatanya dengan
jarum
2. Kemudian jarum ditusukkan ke ventrikel otak dan diputar-putarkan sehingga
serebelum dan medula oblongatanya rusak.
3. Didapatkan katak spinal. Letakkan katak pada meja, amati sampai berapa lama
(detik/menit) sampai timbulnya aktivitas (hilangnya fase spinal shock).
Melihat refleks pada katak spinal :
1. Gantung katak spinal dengan cara menjepit rahangnya.
2. Jepitlah kaki belakang katak pakai pinset. Bila shock belum hilang, katak tidak
bereaksi. Tetapi jika shock telah hilang, katak akan menarik kaki saat dijepit.
3. Jepitlah kaki depannya, sehingga katak akan menurunkan kakinya kembali
(penghambatan reflektorik).
4. Jepitlah lagi kaki belakang dengan lebih kuat. Katak akan menarik kedua kakinya,
bahkan kedua kaki depannya (iridiasi refleks).
5. Hitung berapa detik waktu yang diperlukan saat dijepit sampai saat menarik
kakinya (waktu refleks).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum ini antara lain :
1. Melihat fungsi katak normal
Hasil pengamatan
a. Denyut nafas (15 detik)
b. Denyut jantung (15 detik)
c. Gerak spontan saat membalikkan badan
d. Saat berenang
e. Setelah berenang
1) Denyut nafas (15 detik)
2) Denyut jantung (15 detik)

: 28 x 4 = 112 kali/menit
: 13 x 4 = 52 kali/menit
: 1 detik
: 32 x 4 = 128 kali/menit
: 20 x 4 = kali/menit

Gambar 1. Pemeriksaan denyut nafas

Gambar 2. Pemeriksaan denyut jantung

Gambar 3. Pemeriksaan gerak spontan

Gambar 4. Katak saat berenang

Pembahasan :
Berdasarkan praktikum pada katak normal ketika diberikan perlakuan,Frekuensi
nafas katak normal dari hasil pengamatan berkisar 112 kali/menit, namun setelah katak
berenang frekuensi nafasnya berkisar 128 kali/menit. Secara keseluruhan katak normal

ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Hal ini disebabkan pada
katak normal masih dalam kondisi saraf lengkap. Pusat pengaturan frekuensi nafas
terletak di medulla oblongata dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih
stabil sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis.
2. Melihat Aksi Integrasi Susunan Saraf Katak

Gambar 5. Katak yang diputar

Gambar 6. Katak diletakkan kembali

Pembahasan:
Untuk menguji aksi integrasi susunan saraf katak, katak tersebut diangkat secara
spontan dan diayunkan serta diputar setelah itu katak diletakkan kembali pada posisi
normal kemudian katak tersebut diamati. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
saat katak tersebut diputar katar mengikuti arah putarandan kelopak mata tertutup pada
saat diputar, katak berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya dan saat katak tersebut
diletakkan dengan posisi normal.
3. Hambatan refleks pada katak normal

Gambar 7. Kaki katak diikat dengan


benang

Gambar 8. Posisi katak setelah


diikat

Pembahasan :
Setelah diikat,jari atau kaki depan katak condong masuk dalam hal ini
disebabkan sistem saraf pada kaki katak mengalami shock sementara.
4. Melihat pengaruh deserebrasi
a. Gerak spontan saat membalikkan badan: -

Gambar 9. Katak saat di deserebrasi

Gambar 10. Katak shock setelah di desrebrasi

Pembahasan:
Katak normal tadi diserebrasi. Deserebrasi dilakukan dengan memotong rahang
atas katak, batas antara kelopak mata bagian belakang dan membran timpani bagian
depan. Deserebrasi merupakan penghilangan serebrum, katak dideserebrasi, didapatkan
perbedaan respon terhadap rangsang. Katak terlihat kurang agresif daripada kondisi
normal. Keseimbangan badannya menurun ditandai keinginan untuk kembali ke posisi
nyamannya tidak secepat kondisi normal.
Lama katak untuk kambali keposisi awal setelah diserebrasi : 3 menit
5. Melihat Refleks Pada Katak Spinal
a. Lama shock katak setelah di spinal : 1 menit 20 detik
b. Gerakan respon saat membalikkan badan: < 3 menit

Gambar 11. Katak saat di spinal

Gambar 12. Katak di jepit bagian rahangnya

Pembahasan:
Katak yang sudah diserebrasi tadi kemudian dirusak otak dan medula
oblongatanya sehingga diperoleh katak spinal. Katak yang sudak dirusak otak dan
medula oblongatanya tersebut mengalami shock, dan setelah berapa lama di diamkan
baru ia bergerak. Hal ini dikarenakan sistem saraf pusatnya telah mengalami kerusakan.
Namun, saat rahangnya dijepit dan kataknya digantung, katak tersebut mengangkat
kakinya menandakan katak tersebut memberi respon, untuk menyeimbangkan posisi
tubuhnya, begitupun saat kaki depan dan kaki belakangnya yang dijepit.

RANGKUMAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :
1

Pada percobaan untuk melihat fungsi kata normal, diperoleh hasil bahwa frekuensi
nafas dan denyut jantung antara katak pada keadaan normal dan setelah dimasukkan
kedalam air (berenang) terdapat

perbedaan dimana setelah berenang frekuensi

nafas dan denyut jantung katak lebih cepat dibandingkan dengan katak normal.
Pada percobaan aksi integrasi susunan saraf katak diperoleh hasil bahwa Katak
normal yang diangkat lalu diputar-putar membuat pupil katak mengecil dan
mengalami shock. Refleks kaki katak saat diikat dengan tali yaitu kaki katak

menjadi tidak normal (terjadi kelainan pergerakan).


Pada percobaan untuk melihat pengaruh deserebrasi pada katak, diperoleh hasil
bahwa, Akibat pengaruh deserebasi tersebut katak mengalami penurunan fisiologis
tubuh. Frekuensi nafas, denyut jantung dan refleks untuk membalikkan badannya

menjadi lebih lama.


4 Pada percobaan untuk melihat refleks pada katak spinal, diperoleh hasil bahwa
katak tersebut mengalami penurunan fungsi fisiologis yakni kerusakan pada sistem
saraf pusat yang menyebabkan responnya terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Bayu Wibowo. 2007. Kajian histomorfologi otak tikus putih pada kondisi
hiperglikemia dan pemberian vitamin E. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Andriansyah, Miftah. 2016. Sistem. Jurnal Sistem Saraf, Hal : 1-6.
Cahyanti, Nirma. 2005. Pola distribusi serabut saraf dari percabangan Plexus
brachialis pada kambing. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Campbell1, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid
3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Campbell2. 2008. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Gordon, M.S. 1972. Animal Physiology Principles and Adaptation. Mac Mllan
Publishing Co. Inc. New York
Guyton, AC. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology
and Mechanisms of Disease). Jakarta : EGC.
Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure, 4th Edition. John Willey&Sons
INC, New York.
Idel, Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:Jakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: kanisius
Mustika, Fika Dewi. 2006. Karakteristik emulsifier dalam minyak otak sapi hasil
proses degumming dengan jumlah penambahan asam sitrat yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Noback, C.R. Dan R.J. Demarest. 1991. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Alih
Bahasa: A. Munandar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta.
Purwanto, Setiyo., Ranita Widyaswati dan Nuryati. 2009. Manfaat Senam Otak
(Brain Gym) Dalam Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada Anak Sekolah.
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621. VOL.2 (1) : 81-90
Retnowati, Ari. 2006. Karakteristik emulsifier dari otak sapi yang diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Bogor.
Rieutort M. 1982. Physiologie Animale, 2 Les Grandes Fonctions. Paris: Masson
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press : Bogor Tambayong, Jan.
2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit:Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Subowo. 1992. Histologi Umum. ITB Press. Bandung
Ville, C. A., W. F Walker, R. D Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta
Wade, Carole., Carel Tavris. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Erlangga:
Jakarta.
Wulangi. S kartolo. 1994. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud : Bandung

Anda mungkin juga menyukai