NAMA
: FAISAL ALI
NIM
: O11115013
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
: FAISAL ALI
NIM
: O11115013
Nama Asisten
: HARTARTO AKHMAD
Waktu Asistensi
No.
Jadwal Asistensi
Saran Perbaikan
Paraf Asisten
Praktikan
HARTARTO AKHMAD
FAISAL ALI
JUDUL PRAKTIKUM
SISTEM SARAF
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
Sistemmelihat
saraf merupakan
suatukatak
pusatnormal
jaringan komunikasi penghubung yang serasi
1. Untuk
fungsi bagian
2. tubuh
Untuk dan
melihat
aksi integrasi
susunan
saraf katak
antara
lingkungan
dalam
melaksanakan
berbagai aktivitas semua makhluk
3. Untuk melihat hambatan refleks pada katak normal
hidup,
baik fungsi
refleks
yangdesebrasi
sederhana sampai yang kompleks, baik yang disadari
4. Untuk
melihat
pengaruh
5. Untuk
refleks Sistem
pada katak
maupun
yang melihat
tidak disadari.
sarafspinal
mengatur aktifitas tubuh dengan cepat. Sistem
saraf terbagi atas dua kelompok besar, yaitu sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan
medula spinalis,
dan sistem
saraf perifer yang terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom
RUANG
LINGKUP
PRAKTIKUM
(Cahyanti, 2005).
Adapun ruang langkup praktikum yaitu :
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme,
Fungsi-fungsi
bagian otak
katakdan
normal,
katak deserebrasi
spinal
yang1. dicirikan
oleh cepatnya
reaksi
lokalisasi
yang tepat dan
darikatak
tempat
kerjanya.
2. Aksi integritasi susunan saraf katak
Fungsinya
didasarkan
infrastruktur selular sangat sempurna, hubungan
3. Hambatan
refleksatas
padasuatu
katak normal
4. Refleks
pada
katak deserebrasi
bercabang,
yang
menghasilkan
kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat (Campbell,
5. Refleks sederhana pada katak deserebrasi
2000).
6. Refleks pada katak spinal
7. Pengaruh
intensitas
rangsangan
pada refleks
spinal(Frandson, R. D. 1993) :
Sistem saraf
secara garis
besar dibagi
menjadikatak
dua yaitu
1. Sistem saraf pusat (central nervous system), yang mencakup otak dan korda spinalis.
Otak terletak di dalam bagian kranial tengkorak, dan korda spinalis terletak dalam
kolom vertebral.
2. Sistem saraf perifer yang terdiri atas saraf kranial dan sistem saraf spinal yang menuju
ke struktur somatik, serta saraf otonom yang menuju ke struktur visceral.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom (Wulangi,
1994).
1. Sistem saraf pusat
A. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan (Wulangi, 1994).
B. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang
TINJAUAN PUSTAKA
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik,
dan saraf penghubung (Sonjaya, 2013).
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk
mengatur impuls dari dan ke otak sebagai pusat refleks, dengan adanya sumsum
tulang belakang pasangan saraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor
dan efektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang
telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap
stimulus atau rangsang (Rieutort M, 1982).
2. Sistem saraf perifer
Sistem Saraf Perifer Sistem saraf perifer atau Peripheral Nervous System (PNS)
berfungsi menangani informasi yang masuk dan keluar dari sistem saraf pusat. Sistem
saraf perifer pesan meliputi semua bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan
saraf tulang belakang, sampai ujung jari tangan jari kaki. Seandainya Anda tidak
mengumpulkan informasi dari dunia sekitar dengan menggunakan sistem saraf perifer,
situasi itu dapat diibaratkan seperti sebuah radio penerima. Pada sistem saraf pusat, sarafsaraf sensorik membawa pesan dari reseptor-reseptor khusus eksternal, ke saraf tulang
belakang Selanjutnya, saraf tulang belakang akan meneruskan pesan-pesan tersebut ke
otak. Saraf saraf ini memungkinkan kita untuk tetap berhubungan dengan dunia luar dan
dengan aktivitas di dalam tubuh kita sendiri. Saraf motoris berfungsi membawa pesan dari
sistem saraf pusat ke sejumlah otot, kelenjar. dan organ internal. Saraf motorik membuat
kita dapat bergerak sekaligus menyebabkan kelenjar dapat berkontraksi dan mengeluarkan
sejumlah substansi, termasuk pesan-pesan kimiawi yang disebut hormon (Wade, 2008).
Daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terdapat
hubungan. Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur
refleks. Reseptor di kulit mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan dikirim
melalui serabut radiks dorsalis ke sebuah neuron di substansia grisea Medula spinalis.
Atas kedatangan impuls tersebut neuron itu merangsang motoneuron di kornu anterior,
yang pada gilirannya menggalakkan serabut otot untuk berkontraksi (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf somatik dan otonom sering kali bekerja sama untuk memelihara
keseimbangan fungsi sistem organ yang penting dalam hom Sebagai respons terhadap
penurunan suhu, misalnya, hipotalamus akan mengirimkan sinyal sistem saraf otonom
untuk menyempitkan pembuluh darah permukaan, yang akan mengurangi kehilangan
panas pada saat yang sama hipotalamus mengirimkan sinyal ke sistem saraf somatik dan
menyebabkan respons menggigil (Campbell, 2000).
Sistem Saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
otomatis. Sistem sarat tepi adalah sistem saraf yang berada pada paling ujung sistem saraf.
Sistem saraf tepi langsung berhubungan reseptor saraf (Andriansyah, 2016).
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan, katak dapat
merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana sarafsaraf tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon.
Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara
permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang (Excitable) dan dapat diganggu (Irritable) (Hildebrand, M. 1995).
Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus, dan dimodifikasi potensial listrik
dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh
bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf,
mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi ke neuron lain, baik
otot maupun kelenjar (Hildebrand, M. 1995).
Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini
menyebabkan kemampuan dari katak. Katak deserebrasi masih memiliki tingkat
kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran
sudah hilang pada katak spinalis (Pearce, 1989).
Katak spinal adalah katak yang hanya memiliki medula oblongata. Hal ini
berhubungan dengan sistem respirasi, ritmis jantung dan aliran darah. Gerak spontan pada
katak spinal semakin lambat, dan hilangnya keseimbangan badan dan kemampuan
berenang pada katak (Pearce, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks spinal salah satunya adalah harus ada
stimulus atau rangsangan, khususnya rangsangan dari luar, seperti derivate temperature,
kelembaban, sinar, tekanan, bahan atau zat kimia dan sebagainya. Beberapa rangsangan
langsung bereaksi pada sel atau jaringan, tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai
reseptor yang spesial untuk organ yang mempunyai kepekaan. Pada refleks spinal,
somafosensori dimasukkan dalam urat spinal sampai pada bagian dorsal. Sensori yang
masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh pada saraf spinal,
sehingga terjadi refleks spinal (Gordon, 1972).
Faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal menurut Subowo (1992) yaitu
adanya refleks spinal dari katak berupa respon dengan menarik kaki depan atau kaki
belakang saat perusakan sumsum tulang belakang disebabkan karena masih terjadi
interkoneksi dari satu sisi korda spinalis ke sisi yang lain.
mendasari
belakang
perilaku
kompleks
menghantarkan
informasi
vertebrata.
ke
dan
Sumsum
dari
otak
tulang
serta
kemudian amati
: 28 x 4 = 112 kali/menit
: 13 x 4 = 52 kali/menit
: 1 detik
: 32 x 4 = 128 kali/menit
: 20 x 4 = kali/menit
Pembahasan :
Berdasarkan praktikum pada katak normal ketika diberikan perlakuan,Frekuensi
nafas katak normal dari hasil pengamatan berkisar 112 kali/menit, namun setelah katak
berenang frekuensi nafasnya berkisar 128 kali/menit. Secara keseluruhan katak normal
ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Hal ini disebabkan pada
katak normal masih dalam kondisi saraf lengkap. Pusat pengaturan frekuensi nafas
terletak di medulla oblongata dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih
stabil sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis.
2. Melihat Aksi Integrasi Susunan Saraf Katak
Pembahasan:
Untuk menguji aksi integrasi susunan saraf katak, katak tersebut diangkat secara
spontan dan diayunkan serta diputar setelah itu katak diletakkan kembali pada posisi
normal kemudian katak tersebut diamati. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
saat katak tersebut diputar katar mengikuti arah putarandan kelopak mata tertutup pada
saat diputar, katak berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya dan saat katak tersebut
diletakkan dengan posisi normal.
3. Hambatan refleks pada katak normal
Pembahasan :
Setelah diikat,jari atau kaki depan katak condong masuk dalam hal ini
disebabkan sistem saraf pada kaki katak mengalami shock sementara.
4. Melihat pengaruh deserebrasi
a. Gerak spontan saat membalikkan badan: -
Pembahasan:
Katak normal tadi diserebrasi. Deserebrasi dilakukan dengan memotong rahang
atas katak, batas antara kelopak mata bagian belakang dan membran timpani bagian
depan. Deserebrasi merupakan penghilangan serebrum, katak dideserebrasi, didapatkan
perbedaan respon terhadap rangsang. Katak terlihat kurang agresif daripada kondisi
normal. Keseimbangan badannya menurun ditandai keinginan untuk kembali ke posisi
nyamannya tidak secepat kondisi normal.
Lama katak untuk kambali keposisi awal setelah diserebrasi : 3 menit
5. Melihat Refleks Pada Katak Spinal
a. Lama shock katak setelah di spinal : 1 menit 20 detik
b. Gerakan respon saat membalikkan badan: < 3 menit
Pembahasan:
Katak yang sudah diserebrasi tadi kemudian dirusak otak dan medula
oblongatanya sehingga diperoleh katak spinal. Katak yang sudak dirusak otak dan
medula oblongatanya tersebut mengalami shock, dan setelah berapa lama di diamkan
baru ia bergerak. Hal ini dikarenakan sistem saraf pusatnya telah mengalami kerusakan.
Namun, saat rahangnya dijepit dan kataknya digantung, katak tersebut mengangkat
kakinya menandakan katak tersebut memberi respon, untuk menyeimbangkan posisi
tubuhnya, begitupun saat kaki depan dan kaki belakangnya yang dijepit.
RANGKUMAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :
1
Pada percobaan untuk melihat fungsi kata normal, diperoleh hasil bahwa frekuensi
nafas dan denyut jantung antara katak pada keadaan normal dan setelah dimasukkan
kedalam air (berenang) terdapat
nafas dan denyut jantung katak lebih cepat dibandingkan dengan katak normal.
Pada percobaan aksi integrasi susunan saraf katak diperoleh hasil bahwa Katak
normal yang diangkat lalu diputar-putar membuat pupil katak mengecil dan
mengalami shock. Refleks kaki katak saat diikat dengan tali yaitu kaki katak
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Bayu Wibowo. 2007. Kajian histomorfologi otak tikus putih pada kondisi
hiperglikemia dan pemberian vitamin E. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Andriansyah, Miftah. 2016. Sistem. Jurnal Sistem Saraf, Hal : 1-6.
Cahyanti, Nirma. 2005. Pola distribusi serabut saraf dari percabangan Plexus
brachialis pada kambing. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Campbell1, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid
3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Campbell2. 2008. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Gordon, M.S. 1972. Animal Physiology Principles and Adaptation. Mac Mllan
Publishing Co. Inc. New York
Guyton, AC. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology
and Mechanisms of Disease). Jakarta : EGC.
Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure, 4th Edition. John Willey&Sons
INC, New York.
Idel, Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:Jakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: kanisius
Mustika, Fika Dewi. 2006. Karakteristik emulsifier dalam minyak otak sapi hasil
proses degumming dengan jumlah penambahan asam sitrat yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Noback, C.R. Dan R.J. Demarest. 1991. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Alih
Bahasa: A. Munandar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta.
Purwanto, Setiyo., Ranita Widyaswati dan Nuryati. 2009. Manfaat Senam Otak
(Brain Gym) Dalam Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada Anak Sekolah.
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621. VOL.2 (1) : 81-90
Retnowati, Ari. 2006. Karakteristik emulsifier dari otak sapi yang diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Bogor.
Rieutort M. 1982. Physiologie Animale, 2 Les Grandes Fonctions. Paris: Masson
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press : Bogor Tambayong, Jan.
2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit:Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Subowo. 1992. Histologi Umum. ITB Press. Bandung
Ville, C. A., W. F Walker, R. D Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta
Wade, Carole., Carel Tavris. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Erlangga:
Jakarta.
Wulangi. S kartolo. 1994. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud : Bandung