Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN

IV.

ISOLASI MIKROBA PADA JARINGAN BATANG

OLEH :
RAHMAWATI
M1A1 14 060

UNIT LABORATORIUM KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur
murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya barasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengisolasi mikroorganisme antara
cara goresan (steak plate), cara taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate),
cara pengenceran (dilution plate) serata micromanipulator.
Mikroorganisme atau mikroba adalah mikroorganisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk melihatnya di perlukan alat bantu. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Kebanyakan mikroorganisme bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa prosista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa jenis spesis multi sel tidak terlihat oleh
mata telanjang.mikroorganisme biasanya dianggap mencangkup semua prokariota,
prosista dan alga renik.
Mikroorganisme seperi jamur, bakteri, virus, dan alga dapat dijumpai
diberbagai tempat termasuk penyebab penyakit tanaman. Ada di air, udara, tanah,
tumbuhan, hewan, dan manusia. Mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak
pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Kehadiran mikroorganisme bagi
kehidupan manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Dalam dunia
pertaniaan, mikroorganisme diketahui sebagai salah satu penyebapenyakit. Untuk

mengetahui penyebab penyakit perlu dilakukan isolasi, kemudian dilakukan pencirian


baik secara mikroskopik, maupun pencirian secara kimiawi agar penyebab penyakit
dapat diketahui yang pada akhirnya dapat digunakan untuk pengendalianya.
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkanya dalam medi padat sel-sel mikroba akan
membentuk satu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Dalam pelaksanaan isolasi
mikroba perlu dilakukan kegiatan strilisasi alat-alat labolatorium trlebih dahulu.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum isolasi mikroba
guna memberikan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan isolasi mikroba.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah:
1. untuk mengetahui dan memahami beberapa cara isolasi mikroba pada media
biakan.
2. untuk mengetahui morfologi mikroba pada media biakan
C. Kegunaan Praktikum
Kegunaan dilakukan praktikum ini adalah:
1. agar praktikan dapat mengetahui isolasi mikroba pada batang.
2. Agar praktikan dapat mengetahui morfologi mikroba.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Dekripsi Tanaman Akasia (Acacia mangium Willd)

a. Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus

: Acacia

Spesies

: Acacia mangium Wild.

(Rahmani, 2012).
b. Morfologi
Akasia tergolong pohon kecil (treeless) dengan tinggi 2,5-20 m, namun ada
yang mencapai 25 m. Memiliki satu batang utama (monopodial), percabangan dapat
terjadi dekat permukaan tanah dan membentuk bagian puncak pohon yang bulat atau
mendatar. Kulit kayu dari batang dan cabang utama berwarna kelabu hingga hitam

atau kecoklatan dengan permukaan yang kasar oleh adanya celahcelah atau retakanretakan longitudinal, percabangan ke arah atas (Malik, et Al, 2012).
c. Penyebaran
Jenis mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembap di Australia
bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia
(National Research Council 1983). Setelah berhasil diintroduksikan ke Sabah,
Malaysia, pada pertengahan tahun 1960-an, mangium banyak diintroduksikan ke
berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Bangladesh, Cina,
India, Filipina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, jenis ini pertama kali
diintroduksikan ke daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun 1970-an
sebagai jenis pohon untuk program reboisasi (Krisnawati et Al, 2011).
d. Penyakit
Bercak daun pestalotiopsis yang disebabkan oleh pestalotiopsis sp. Banyak
ditemui dipersemaian, terutama dimusim hujan. Kelembaban tinggi merupakan factor
penting ledakan penyakit (Rimbawanto et Al, 2014).
B. Teknik Isolasi Mikroba
Teknik yang digunakan dalam mengisolasi spora fungi mikoriza arbuskula
adalah teknik penyaringan basah dan dilanjutkan dengan
(Sundari, 2012).

teknik sentrifugasi

Populasi bakteri di laboratorium dapat diisolasi menjadi kultur murni yang


terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya. Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni (Cahyani et Al, 2015).
Metode isolasi biakan bakteri, cara gores; Ose yang telah steril dicelupkan
ke dalam suspensi mikroorganisme yang diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan
sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat
(Rakmawati, 2012).
Isolasi dilakukan berdasarkan intensitas pengenceran, bertujuan agar sel-sel
mikroba lebih terpisah satu dengan yang lainnya, sehingga lebih mudah untuk
melakukan isolasi. Barnoud, 1985; Away dan Goenadi, 1995). Selain itu hasil yang
diperoleh melalui cara pengenceran lebih meyakinkan, terutama dalam hal
kemurniannya (Gusmailina, 2013).
C. Pertumbuhan Mikroba Pada Media Biakan
Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang umum
digunakan untuk menganalisis jenis dan jumlah kapang pada poduk makanan.
Masalah yang sering dihadapi dalam penggunaan media ini adalah seringnya terjadi
kegagalan dalam pengamatan morfologi dan perhitungan jumlah koloni kapang
akibattumbuhnya koloni yang menyebar sehingga menghambat atau menutupi koloni
yang lain (Indriati et Al, 2010).

Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri . Untuk
menaikan tekanan osmose dan menjaga keseimbangan fisikokhemis sel-sel bakteri
yang tumbuh, kedalam media harus ditambahkan NaCL. Wadah yang digunakan pada
pembuatan media dipakai alat-alat gelas dan stainless, sedangkan pH (derajat
keasaman) media bisa diukur dengan kertas penunjuk, pH meter dan zat penunjuk
(Hidayat et Al, 2000).
Media yang umum digunakan untuk kultur mikroalga adalah media sintetik
dan alami. Media sintetik terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan
jumlahnya telah ditentukan. Medium Basal Bold (MBB) merupakan media sintetik
yang umum digunakan dalam kultur mikroalga Chlorophyta. Sedangkan media alami
dibuat dari bahan-bahan alami, seperti air kelapa. Media alami juga dapat diperoleh
dari limbah pembuatan produk tertentu, seperti limbah pengolahan produk kacang
kedelai, limbah minuman teh, limbah cair tahu dan taopika (Prihantini, 2007).
Dalam perkembangannya, untuk memadatkan media pertumbuhan jasad
renik kemudian digunakan bahan yang lebih baik yaitu agar-agar yang berasal dari
gulma laut yang mempunyai sifat pemadat lebih baik daripada gelatin (Sari, 2008).
D. Morfologi Mikroba

Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara jamur


(mykus) tanah kelompok tertentu dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi.

Berdasarkan struktur tubuhnya dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza
dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan besar yaitu Endomikoriza, Ektomikoriza,
dan Ektendomikoriza (Sumarsih, 2003).
Myzus persicae Sulzer merupakan salah satu hama penting pada tanaman
cabai merah yang dapat menimbulkan kehilangan basil hingga 80%. Salah satu
alternatif pengendalian yang dapat digunakan dan ramah lingkungan adalah
menggunakan jamur entomopatogen Verticilium lecanii (Zimmerman) Viegas
(Susniahti et Al, 2002).
Teori umum menyatakan bahwa mikoiza (asosiasi hubungan jamur tertentu
dengan akar pohon tingkat tinggi) bermamfaat dalam pertumbuhan dipterokarpa
karena membantu penyerpan air dan unsure hara, sehingga meningkatkan laju
pertumbuhan, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan melindungi pohon
dari penyakit akar, sehingga kemungkinan hidup bibit lebih tinggi (Tata, 2014).
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu tipe cendawan
pembentuk mikoriza yang akhir - akhir ini mendapat perhatian dari para ahli
lingkungan dan biologis untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati/pupuk biologis
(Husna et Al, 2011).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kehutanan, Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Pada
Seselasa, 17 November 2015, Pukul 15.00 WITA sampai selesai.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang

digunakan pada praktikum ini adalah nutrien agar (NA),

batang akasia (Acacia mangium Wild), alkohol 70%, Bayclin, aquadest dan tisuh
steril.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lampu bunsen, pingset,
cawan petri, cultur chamber dan alat tulis menulis.
C. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksananan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. prosedur pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA).
a. Menyiapkan batang akasia (Acacia mangium) yang sehat dan yang terserang
mikroba (sakit).
b. Memotong batang berbentuk dadu sebanyak 15 potong.
c. Batang akasia direndam dalam cawan petri yang berisi alkohol, kemudian
cawan petri yang berisi Bayclin dan cawan petri yang berisi aquades.
d. Meniriskan batang akasia tersebut pada Tisu.

e. Mensterilisasi dengan menggunakan lampu bunsen pada Laminar air flow.


f. Memasukkan potongan batang akasia kedalam media PDA dan NA masingmasing 5 potongan setiap media.
g. Mengingkubasi pada kultur chamber.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat disajikan pada gambar 5 sebagai
berikut:
Sterilisasi permukaan

Batang sakit dan sehat

Alkohol 70% Bayclin Aquades


Potongan batang sakit dan sehat

Mensterilisasi Laminar air flow

Memasukan hasil media isolasi


kedalam cultur cember

Gambar 5. Iaolasi Mikroba.

Tirisan

B. Pembahasan
Pembiakan mikroorganisme dalam labolatorium memerlukan media yang
berisi zat hara serta linhkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Zat
hara yang digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, kepeluan energy dalam
metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber
energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, phosfot, oksigen, hydrogen,
serta unsur sekelumit.
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan
adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium
atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal
sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel.
Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya
mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang
mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat
menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat.
Dalam kegiatan mikrobiologi pembuatan isolat dilakukan dengan cara
mengambil sampel mikrobiologi dari lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel
tersebut kemudian dibiakkan dengan menggunakan media universal atau media
selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Jika menggunakan media universal
akan diperoleh biakan mikroba campuran. Untuk proses identifikasi maupun isolasi
jenis tertentu saja, dilakukan proses pembuatan isolat tunggal dari isolat campuran
tersebut. Isolat tunggal atau biakan murni merupakan biakan yang asalnya dari

pembelahan satu sel tunggal. Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni
dari isolat campuran. Dua di antaranya yang sering digunakan adalah teknik cawan
gores dan teknik cawan tuang.

Prinsip dari kedua teknik tersebut sama, yaitu

mengencerkan biakan campuran hingga setiap individu spesies dapat dipisahkan,


sehingga setiap koloni yang terbentuk merupakan hasil dari pembelahan satu sel.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah Isolasi merupakan metode yang
digunakan untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari suatu
lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni. mikoriza adalah
suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisma antara cendawan dan perakaran
tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis ini terjadi saling menguntungkan, cendawan
memperoleh karbohidrat dan unsure pertumbuhan lain dari tanaman inang, sebaliknya
cendawan memberi keuntungan kepada tanaman inang, dengan cara membantu
tanaman dalam menyerap unsur hara terutama unsur P.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu diharapkan kepada praktikan agar
mengikuti praktikum dengan sebaik-baiknya agar dapat mempunyai manfaat bagi
dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Husna, Tuheteru, F. D., dan Mahfudz. 2007. Aplikasi Mikoriza Untuk Memacu
Pertumbuhan Jati di Muna. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Fakultas Pertanian UHO. Kendari.
Tata, L. H. 2014 Mikoriza: Korporasi Saling Menguntungkan Antara Tanaman dan
Jamur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Konservasi. Bogor.
Susniahti, N., Nasahi, H.C., dan Dewi, K. V. 2002. Virulensi Jamur Entomopatogen
Verticilium
Lecanii (Zimmerman) Viegs Terhadap Myzus Persicae Sulzer
(Homoptera ; Aphididae)
Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum
l) Di Rumah Kaca. Universitas Padjadjaran.
Prihantini, N. B., Damaynti, D., dan Yuniati, R. 2007. Makara, Sains, Vol. 11, No. 1.
1-9; Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap
Pertumbuhan Scenedesmus Isolat Subang. Departemen Biologi, FMIPA,
Universitas Indonesia.Jakarta.
Sari, N. K. 2010. Pemamfaatan Biosolid. Yayasan Humaniora. Klaten.
Indriati, N., Priyanto, N., dan Triwibowo, R. 2010. Penggunaan Dichloran Rose
Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada
ProdukPerikanan. Jurnal pascapanen dan bioteknologi kelautan dan
perikanan vol. 5 no. 2.
Hidayat, Y., dan Sutarma. 2000. Teknik pembuatan Kultur Media Bakteri. Balai
Penelitian Veteriner. Bogor.
Rahmawati, N. 2005. Pemamfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Purwaningsih, S. 2005. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium
dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Bidang Mikrobiologi, Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bogor.
Cahyani, V. R., Purwanto., dan Sudadi. 2014. Petunjuk prktikum Mikrobiologi
Pertanian.
Laboratorium Bioteknologi Tanah fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rimabawanto, A., Tjahjono, B., dan Gafur, A. 2014. Panduan Hama dan Penyakit
Akasia dan Ekaliptus. Balai besar Penelitian Bioteknologi dan Pemulihan
Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Rahmani, R. 2012. Pengaruh Allelopathy Akasia (Acacia mangium Wild) Terhadap


Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Jurusan budidaya pertanian Fakultas
Pertanian Universitas gadjah mada. Yogyakarta.
Malik, J., Santoso, A., dan Racman, O. 2012. Sari Hasil Penelitian Mangium (Acasia
mangium Wild).
Krisnawati, H., Kallio, M., dan Kannien, M. 2011. Acacia mangium willd Ekologi,
silvikultur dan produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Sundari, S., Nurhidayanti., dan Trisnawati, I. 2012. Isolasi dan identifikasi mikoriza
indigenous dari perakaran Tembakau sawah (nicotiana tabacum l) di area
persawahan Kabupaten pamekasan Madura. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.Bandung.

Anda mungkin juga menyukai