Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL EUKARYOTA (JAMUR)

LAPORAN

OLEH :
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301096
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM MIKRIBIOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan praktikum kali ini adalah “Struktur dan Fungsi Sel
Eukaryota (Jamur)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi penilaian dari
praktikum Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Penulis kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Wida
Akasah S.Agr.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi Pertanian serta abang dan
kakak asisten laboratorium yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna
ini, kritik dan saran yang bersifat membangunkan akan sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ….......................................................................................1
DAFTAR ISI .........................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................3
Latar belakang ……………………………………………………………3
Tujuan percobaan .......................................................................................4
Kegunaan penulisan ....................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
BAHAN DAN METODE........................................................................................7
Alat dan Bahan …..........................................................................................7
Prosedur Percobaan .....................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................8
Hasil ..............................................................................................................8
Pembahasan……………………………………………………………….. 8
KESIMPULAN .....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12
3

PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Jamur adalah salah satu kingdom dalam sistem klasifikasi makhluk hidup. Jamur
merupakan makhluk hidup heterotrof atau menjadi dekomposer di lingkungan. Jamur
memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, tetapi tidak semuanya telah
terindentifikasi. Masih banyaknya jumlah spesies jamur yang belum teridentifikasi
disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu dengan kondisi dan
kemampuan hidupnya yang terbatas (Campbell, 2013)
Jamur dalam sejarah telah dikenal sebagai makanan sejak 3000 tahun yang lalu,
dimana jamur menjadi makanan khusus masyarakat zaman dinasti Cho yang
kemudian berkembang menjadi makanan spesial bagi masyarakat umum karena
rasanya yang enak. Di Indonesia jamur mulai masuk tahun 1970 (Cessari et al.,
2014).
Jamur merupakan bahan pangan yang mulai banyak diminati oleh masyarakat,
disamping harganya yang murah juga memiliki cita rasa yang khas, tekstur yang
kenyal dan kandungan gizi yang tinggi. Salah satu jenis jamur yang banyak diminati
oleh masyarakat adalah jamur merang. Indonesia kaya akan sumber bahan pangan
berprotein tinggi seperti jamur merang (Pranata et al., 2016).
Jamur menjadi komponen dasar yang sangat penting bagi tanah dalam
ekosistem hutan. Jamur dapat mengendalikan rantai siklus nutrisi yang
penting untuk memelihara kesuburan tanah, selain itu juga memberikan
kontribusi untuk membangun dan memelihara struktur tanah, penyerapan materi
beracun (remediasi), siklus karbon, nitrogen, fosfor dan sulfur, menekan patogen
tular tanah, memacu pertumbuhan tanaman umbi dan memengaruhi vegetasi (Wati
et al., 2019).
Jamur dapat dilihat dan dikenal dengan mudah terutama di tempat-tempat yang
lembap, misalnya pada serasah, dan tumbuhan. Substrat yang berbeda biasanya akan
menyebabkan perbedaan jenis jamur yang tumbuh, begitu pula perbedaan kondisi
lingkungan, seperti kelembapan udara, kelembapan tanah, suhu, keasaman (pH)
tanah, intensitas cahaya. Hal ini karena faktor lingkungan sangat memengaruhi
pertumbuhan jamur baik miselium maupun tubuh buah jamur (Wati et al., 2019).

II. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum mikrobiologi ini adalah untuk
mempelajari struktur dan fungsi sel jamur secara mikroskopis dan makroskopis.
III. Kegunaan penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan kali ini adalah untuk memenuhi
komponen penilaian dari praktikum Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5

TINJAUAN PUSTAKA
Jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat
menghasilkan makanan sendiri untuk berfotosintesis, jamur dapat tumbuh dengan
mudah di batang kayu atau tumpukan sampah organik. Tubuh buah jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan struktur menyerupai benang
tersusun membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah (Wijaya, 2014).
Jamur merupakan organisme eukariota (sel-selnya mempunyai inti sel sejati). Sel
jamur terdiri dari zat kitin. Tubuh atau soma jamur dinamakan hifa (rantai sel yang
membentuk rangkaian berupa benang) yang berasal dari spora. Sel jamur tidak
mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat
tinggi. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari
bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnya diubah
menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa,
untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa
(Firdhausi et al., 2018).
Jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan
organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benangbenang sel tunggal panjang,
sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang
yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh.
Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya. Bagian penting 33 tubuh
jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada
yang tidak bersekat dan ada yang bersekat (Sugiarti, 2021)

Metode isolasi yang digunakan adalah TPC (Total Plate Count) untuk mengetahui
jumlah jamur, kemudian dilakukan pemurnian untuk mengamati koloni dan struktur
jamur. Masa inkubasi sampai terdapat pertumbuhan koloni untuk jamur sekitar 3–5 hari
bahkan bisa lebih bergantung pada jenisnya. Koloni jamur yang telah dimurnikan,
kemudian diidentifikasikan secara makroskopis dan mikroskopis (Analisis fenotip)
yaitu mengamati karakter meliputi bentuk, ukuran, warna, sifat permukaan (granular,
berbulu, licin, dan lain-lain) dan balik koloninya. Selanjutnya dilakukan pengamatan
secara mikroskopis untuk melihat struktur hifa dan spora (Suryani et al., 2020).

Berdasarkan ukuran tubuh buah, jamur dapat digolongkan ke dalam jamur


makroskopis dan mikroskopis. Jamur Makroskopis adalah jamur dengan ukuran tubuh
buah besar (Mushroom), dan jamur mikroskopis adalah jenis jamur yang sangat kecil,
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga hanya dapat dilihat
menggunakan alat bantu mikroskop. Jamur makroskopis memiliki struktur umum yang
terdiri atas bagian tubuh yaitu bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva, namun ada juga
jamur makroskopis yang tidak bercincin. Tubuh dari jamur makroskopis terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa, dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium (Fauzan et al., 2023).
7

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Adapun alat yang akan diperlukan dalam praktikum ini adalah gelas objek bersih
sebagai wadah untuk melihat jamur mikroskopis dan mikroskop sebagai alat untuk
melihat sel eukaryote (jamur) secara jelas.
Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah jamur mikroskopis pada
tempe atau roti yang sudah berjamur dan jamur makroskopis yaitu ganoderma sebagai
bahan utama dalam praktikum ini, alcohol 70% untuk mensterilkan obyek supaya kaca
preparat bebas dari lemak dan debu, methylene blue sebagai preparasi pemberi corak
warna agar sel terlihat jelas saat diamati di mikroskop, selotip untuk mengambil jamur
makroskopis.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini ialah :
- Digunakan kaca preparat yang bersih. Pembersihan ini dilakukan supaya kaca
preparat bebas lemak dan debu. Pembersihan dilakukan menggunakan
alcohol 70%.
- Diberi satu tetes cairan methylene blue pada permukaan gelas obyek. Ambil
jamur pada tempe atau roti yang sudah busuk menggunakan selotip.
- Ditempelkan jamur yang sudah di ambil menggunakan selotip di atas tetesan
cairan methylene blue pada kaca preparat, usahakan jangan ada gelembung
udara terperangkap pada kaca preparat.
- Dibersihkan tetesan-tetesan cairan methylene blue disekitar kaca objek.
- Diamati preparat yang telah diletakkan dibawah mikroskop. Gunakan lensa
dari perbesaran 40 hingga 100 kali.
- Diamati juga struktur tubuh jamur ganoderma dengan baik
HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yag telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur atau fungi
adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki
dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui
dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstraselular ke lingkungan melalui spora, dan
melakukan reproduksi secara seksual dan aseksua. Hal ini sesuai dengan literatur
Wijaya (2014) yang menyatakan bahwa Jamur merupakan organisme yang tidak
memiliki klorofil sehingga tidak dapat menghasilkan makanan sendiri untuk
berfotosintesis, jamur dapat tumbuh dengan mudah di batang kayu atau tumpukan
sampah organik. Tubuh buah jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa.
Hifa merupakan struktur menyerupai benang tersusun membentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Berdasarkan praktikum yag telah dilakukan dapat diketahui bahwa ciri salah satu
ciri jamur adalah tidak memiliki klorofil, sehingga jamur tidak bisa dapat melakukan
fotosintesis. Oleh karena itu, jamur bersifat heterotrof, artinya mereka tidak dapat
membuat makanan mereka sendiri melalui fotosintesis seperti tumbuhan hijau. Sebagai
gantinya, jamur harus mendapatkan nutrisi mereka dengan cara menguraikan materi
organik yang telah ada, seperti bahan-bahan organik mati atau organisme lain. Hal ini
sesuai dengan literatur Firdhausi et al., (2018) yang menyatakan bahwa Sel jamur tidak
mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat
tinggi. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari
bahan organik.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur terdiri
dari jaringan somatik yaitu thallus. Thallus terdiri dari flamen hifa dan misellium. Hifa
adalah struktur yang berfungsi untuk mengambil nutrisi dan berfungsi sebagai kerangka
tubuh jamur, Sedangkan iselium adalah bagian vegetatif utama dari jamur dan
bertanggung jawab atas penyerapan nutrisi dan pertumbuhan jamur. Hal ini sesusai
dengan literatur Sugiarti (2021) yang menyatakan .Jamur tersusun dari hifa yang
merupakan benangbenang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut
9

dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari
hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa TPC adalah
singkatan dari Total Plate Count, yang merupakan metode laboratorium yang umum
digunakan untuk menentukan jumlah total bakteri dan jamur dalam suatu sampel.
Dalam konteks ini, metode TPC digunakan khususnya untuk mengidentifikasi dan
menghitung jumlah jamur dalam sampel tersebut. Metode ini melibatkan penanaman
sampel pada media khusus dan menginkubasinya pada kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Hal ini sesuai dengan literatur Suryani et al., (2020) yang
menyatakan bahwa Metode isolasi yang digunakan adalah TPC (Total Plate Count)
untuk mengetahui jumlah jamur, kemudian dilakukan pemurnian untuk mengamati
koloni dan struktur jamur.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur
makroskopis adalah jamur yang dapat dilihat oleh mata telanjang, Sedangkan jamur
mikroskopis adalah jamur yang berukuran yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Melihat jamur mikroskopis harus dibantu oleh mikroskop. Hal
ini sesuai dengan literatur Fauzan et al., (2023) yang menyatakan bahwa Berdasarkan
ukuran tubuh buah, jamur dapat digolongkan ke dalam jamur makroskopis dan
mikroskopis. Jamur Makroskopis adalah jamur dengan ukuran tubuh buah besar
(Mushroom), dan jamur mikroskopis adalah jenis jamur yang sangat kecil, yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga hanya dapat dilihat menggunakan alat
bantu mikroskop.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur
mikriskopis yang terdapat pada roti adalah Rhizopus stolonifer dan pada tempe adalah
Rhizopus oligosporus. Hal ini sesuai dengan literatur Natawijaya et al ., (2015) yang
menyatakan bahwa Rhizopus stolonifer dikenal juga sebagai jamur hitam pada roti
(black bread mold), merupakan salah satu jamur yang menyebabkan busuk atau
kerusakan pada bahan makanan buah dan sayuran dan sering juga disebut dengan
Rhizopus nigricans dan literatur Virgianti (2015) yang menyatakan bahwa Rhizopus
oligosporus pada tempe berperan sebagai pengepak butiran kacang kedelai menjadi
bentuk padat dengan anyaman miselium.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur
Makroskopis yang dipraktikum kan adalah jamur Ganoderma applanatum dan jamur
Pycnoporus sanguineus. Hal ini sesuai dengan literatur Sugiarti (2021) yang
menyatakan bahwa Jamur Pycnoporus sanguineus adalah spesies jamur dari Ordo
Polyporales, berbentuk seperti kipas. Tumbuh dalam bentuk kering tipis dengan
perlekatan lateral pada substrat. Berwarna oranye terang, poripori pada bagian bawah.
Dan Ganoderma applanatum memiliki tubuh buah berukuran besar dengan bentuk
seperti kipas atau setengah lingkaran dengan tepi yang beraturan. Tubuh buah keras
tanpa batang. Permukaan atas tubuh buah berwarna cokelat kemerahan. Hymenopora
berpori halus berwarna putih. Jamur Ganoderma applanatum ditemukan tumbuh di kayu
mati atau pohon hidup. Tumbuh soliter atau kelompok kecil secara lateral di substrat,
11

KESIMPULAN
1. Jamur adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa
dan memiliki dinding sel yang mengandung kitin.
2. Ciri jamur salah satunya adalah tidak memiliki klorofil dan bersifat hetetrof.
3. Struktur jamur terdiri dari flamen atau hifa dan misellium.
4. TPC adalah singkatan dari Total Plate Count, yang merupakan metode
laboratorium yang umum digunakan untuk menentukan jumlah total bakteri dan
jamur dalam suatu sampel.
5. Jamur makroskopis bisa dilihat dengan mata telanjang sedangkan jamur
mikroskopis hanya bisa dilihat dengan miskroskop.
6. Jamur mikroskopis yang mejadi sampel pada praktikum ini adalah jamur
Rhizopus stolonifer dan Rhizopus oligosporus
7. Jamur makrokopis yang menjadi sampel pada praktikum ini adalah jamur
Ganoderma applanatum dan Pycnoporus sanguineus
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. (2012). Biologi edisi kedelapan jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Cessari, W., Susilo, B., & Sumarlan, S. H. (2014). Pengaruh Hidrogen Peroksida dan
Suhu Pendinginan Pada Proses Penyimpanan Jamur Merang. Keteknikan
Pertanian Tropis Dan Biosistem, 2(3), 263–268.
Fauzan, Taribuka, J, dan Patty,J. 2023. Eksplorasi Jamur Maskroskopis di Kecamatan
Leihitu Barat Pulau Ambon. Jurnal Agrosilvopasture-tech. 2(1) :78-84
Firdhausi, N. F, Arum, W, dan Basah, W. 2018. Inventarisasi Jamur Makroskopis Di
Kawasan Hutan Mbeji Lereng Gunung Anjasmoro. Jurnal Biology and Science.
7(2) : 142 – 146
Natawijaya,D, Saepuddin, A, dan Pangerti, D. 2015. . Uji Kecepatan Pertumbuhan
Jamur Rhizopus stolonifer dan Aspergillus niger Yang Diinokulasikan Pada
Beberapa Buah Lokal. Jurnal Siliwangi. 1(1).
Pranata,Londut Donny., D. (2016). Kajian Penilaian Sensori Berbasis Jamur Merang
(Volvariella Volvaceae) Dan Tempe Study. Jom Faperta, 3(2), 1–12.
Suryani,Y, Taupiqurrahman, O, dan Kulsum, Y. 2020. Mikologi. PT. Freeline Cipta
Granesia, Padang.
Sugiarti. 2021. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP (KINGDOM FUNGI)
BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
SELATAN BENGKULU. CV. Elsi Pro, Bengkulu
Virgiatti, D. P. 2015. Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri
Patogen Enterik. Jurnal Biosfera. 32(3) : 162 - 168
Wati,R, Noverita, dan Setia,M.T. 2019. Keanekaragaman Jamur Di Beberapa Habitat
Kawasan Taman Nasional Baluran. Jurnal Biologi. 12(2) : 171-180
Wijaya, Sheila. 2014. The Secret of Jamur. Yogyakarta : FlashBooks

Anda mungkin juga menyukai