DISUSUN OLEH :
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga tugas Makalah Mikologi
tentang “Morfologi dan Klasifikasi Jamur Secara Umum” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah ini terwujud atas kerjasama dan bantuan dari banyak pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
oleh penyusun. Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
agar dapat menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan makalah ini dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
penyusun untuk menambah wawasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
B. Klasifikasi Jamur.......................................................................................... 6
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Morfologi Jamur Secara Umum .......................................................... 3
Gambar 2.1 Siklus Hidup Saprolegnia ....................................................................7
Gambar 2.2 Siklus Hidup Mucor mucedo dari kelompok Zygomycetes ..................8
Gambar 2.3 Siklus Hidup dari Ascomycetes .........................................................10
Gambar 2.4 Siklus Hidup jamur makro kelompok Basidiomycetes ......................11
Gambar 2.5 Gambar-gambar jamur Basidiomycetes .............................................12
Gambar 2.6 Siklus Hidup dari Deuteromycetes .....................................................13
Gambar 2.7 Contoh Jamur Deuteromycetes ..........................................................14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
D. Manfaat
2
BAB II
ISI
3
sedangkan tebalnya padabagian apeks kurang lebih 50 µm. Hifa yang tua
mempunyai tambahan bahan pada dinding selnya, yaitu senyawa melanin dan
lipid. Melanin adalah senyawa hasil oksidasi dan polimerasi senyawa-senyawa
fenol. Senyawa tersebut masuk ke dalam lapisan-lapisan dinding sek yang
sudah ada, seperti halnya lignin pada tumbuhan tinggi. Melanin dapat juga
ditemukan pada lapisan permukaan dinding sel. Dalam hal ini fungsinya untuk
melindungi sitoplasma dari radiasi ultraviolet atau dapat juga terhadap enzim-
enzim lisis dari organisme lain. Berdasarkan morfologi hifa, secara
mikroskopis, kita dapat membedakan hifa yang mempunyai sputum (plural :
septa) dan yang tidak. Hifa yang berseptum dapat dilihat dengan mudah pada
Hyphomycetes (Aspergillus oryzae, Curvularia lunata, Penicillium italicum,
Penicillium chrysogenum, dan masih banyak lainnya), sedangkan hifa yang
tidak berseptum dimiliki oleh Zygomycete seperti Mucor spp., Rhizopus spp.,
Absidia spp., Syncephalastrum spp., dan lain-lain (Carlile & Watkinson,1994;
Alexopoulos et al., 1996; Samson et al., 1995; Gandjar et al., 1999).
Hifa yang berseptum dan memiliki satu inti disebut hifa monositik,
sedangkan hifa yang tidak berseptum sehingga memiliki banyak inti disebut
hifa senositik (dari bahasa latin coenocytic). Fungi yang hifanya tidak
berseptum baru membuat septum apabila fungi tersebut tidak membentuk suatu
struktur yang akan dilepas dari tubuh utama, atau apabila fungi terpaksa
membuat struktur tertentu untuk melindungi dirinya terhadap keadaan yang
kurang menguntungkan, misalnya dengan membentuk klamidosppora.
Klamidospora terbentuk dari suatu kompartemen hifa yang menerima nutrient
ekstra dan membentuk dinging yang tebal. Klamidospora tersebut sebenarnya
merupakan sel yang dorman yang akan berkecambah apabila lingkungan sudah
kondusif untuk suatu pertumbuhan. Kompartemen-kompartemen hifa lainnya
yang tidak menebal akan mengalami autolysis, terutama autolysis sitoplasma,
sedangkan dinding sel hifanya akan hancur oleh enzim-enzim litik dari luar sel,
missalnya leh enzim-enzim dari mikroorganisme lain. Sel-sel hifa yang tua
senantiasa mengalirkan nutrient ke sel-sel apical agar hifa dapat tumbuh terus.
Sel-sel apical ukurannya lebih besar dibandingkan sel-sel hifa lainnya.
4
Pembentukan cabang pada hifa dapat terbentuk sepanjang hifa. Cabang hifa
tersebut akan menjauhi hifa induk atau hifa pertama agar nutrient dilingkungan
dapat terjangkau sejauh mungkin. Pembentukan miselium terjadi karena
anastomosis pada titik temu atau titik-titik sentuh cabang-cabang hifa.
Anastomosis hifa mempunyai dua peran, yaitu pertama memperluas system hifa
menjadi suatu jala yang disebut miselium untuk memungkinkan penyerapan
nutrient dari substrat soefisien mungkin dan juga untuk memfasilitasi
pembentukan tubuh buah yang besar. Kedua untuk mempersatukan hifa yang
terpisah, tetapi secara genetis identic menjadi suatu koloni yang berasal dari hifa
tunggal untuk meyingkirkan persaingan yang tidak perlu antara genotip-genotip
yang identic.
Khamir merupakan fungi uniselular dan dapat bersifat dimorfistik yaitu
memiliki dua fase dalam siklus hidupnya, bergantung kepada keadaan
lingkungan, yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fase khamir
(membentuk sel tunggal). Khamir dapat membentuk hifa palsu (pseudohypha)
yang tumbu menjadi miselium palsu (pseudomycelium) dan ada pila sejumlah
khamir yang dapat membentuk miselium sejati, mialnya pada khamir
Trichosporon spp. Pseudomiselium adalah sel-sel tunas khamir yang
memanjang dan tidak melepaskan diri dari sel induknya, sehingga saling
berhubungan membentuk rantai, misalnya pada Candida spp., Kluyveromyces
spp., dan Pichia spp.
Hifa cendawan juga berbentuk tabung, akan tetapi jumlah inti dalam satu
kompartemen lazimnya dua. Hifa demikian disebut hifa yang dikariotik.
Basidiomycota mempunyai tiga macam hifa dalam hidupnya, yaitu hifa primer,
hifa skunder, dan hifa tersier. Pembentukan hifa-hifa tersebut adalah sebagia
berikut: Hifa primer, Apabila suatu basidiospora jatuh pada substrat yang sesuai
untuk hidupnya, maka spora tersebut akan tumbuh menjad tabung, yaitu hifa
berinti banyak. Selanjutnya, segera akan terbentuk sejumlah septum yang
membagi hifa tersebut menjadi kompartemen-kompartemen yang berisi hanya
satu inti.hifa demikian disebut hifa yang homokariotik atau hifa primer. Hifa
sekunder, Hifa homokariotik yang kompatibel akan saling mendekat. Misalnya
5
hifa (+) dan hifa (-) yang masing-masing berinti (+) dan berinti (-). Pada tempat
kedua hif yang homokariotik bersentuhan akan terjadi lisis dinding sel, sehingga
terjadi hubungan masuk ke dalam hifa (-), atau dapat juga inti (-) masuk ke
dalam hifa Inti (+) yang sudah masuk ke dalam hifa (-) akan membelah diri
sejumlah kali, dan anak-anak inti yang terbentuk akan bergerak ke
kompartemen-kompartemen yang lain melalui pori septum, sampai seluruh
kompartemen hifa mempunyai dua inti yaitu satu inti (+) dan satu inti (-). Hal
yang sama terjadi bila inti (-) masuk ke dalam hifa (+) yang mempunyai inti (+).
Hifa yang mempunyai dua inti ini disebut hifa sekunder atau hifa dikariotik,
atau hifa heterokariotik.
Bagian paling dalam dari dinding sel khamir (Saccharomyces cerevisiae)
terdiri terutama dari senyawa β (1-30) glukan dengan beberapa cabang yang
digabung oleh ikatan β (1-6). Glukan tersebut membentuk suatu jaringan
mikrofibril dan bertanggung jawab mempertahankan bentuk dari sel khamir.
Bagian dinding sel khamir yang paling luar terdiri dari senyawa α(1-6) manan
dengan cabang-cabang α(1-3) dan α(1-2). Manan umumnya terikat pada protein
dan manan yang paling luar membawa kelompok fosfat. Manan menggantikan
peran kitin dan glukan. Kitin ditemukan pada septum primer dan scar
pertunasan khamir serta dalam jumlah yang sangat sedikit sepanjang bagian
dalam dinding sel. Begitu pula senyawa lipid yang terdapat pada lapisan dalam
dari permukaan bagian dalam dinding sel berfungsi untuk mencegah
kekeringan.
B. Klasifikasi Jamur
Setiap fungi tercakup di dalam satu kategori taksonomi, dibedakan atas tipe
spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah :
Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
6
1. Oomycetes
Sebagian besar anggotanya hidup di air atau dekat badan air.
Miselium terdiri atas hifa tidak bersekat, bercabang dan banyak
mengandung inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksual dengan zoospora, pembiakan seksual dengan oospora.
Beberapa contoh : Saprolegnia sp, Achyla sp, Sclerospora sp, Phytophtora
sp. Gambar berikut menunjukkan Siklus hidup Oomycetes.
7
f. Perkembangbiakan oomycetes dengan perkembangbiakan vegetatif
bagi yang hidup diair dengan zoospora, dan yang hidup didarat
dengan sporangium/konidium.
g. Perkembangbiakan secara generatif dengan cara oogenida.
2. Zygomycetes
Memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti disebut
hifasenositik (dari bahasa latin coenocytic). Kebanyakan kelompok ini
saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, secara seksual
dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan
jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru.
Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk
zigospora. Gambar berikut menunjukkan Siklus hidup Zygomycetes.
8
Ciri-ciri Zygomycetes :
a. Terdira atas cendawan yang hidup secara saprofit dan parasit.
b. Mempunyai miselium yang bercabang banyak, sebagian tidak
bersekat tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-
sekat.
c. Dinding selnya terdiri atas kitin.
d. Perkembangbiakan secara aseksual dan seksual.
Contoh Zygomycetes :
a. Rhizophus stolonifer, Tumbuh pada roti.
b. Rhizophus oryzae, Jamur tempe.
c. Rhizophus nigricans, Menghasilkan asam fumarat.
d. Mucor mucedo, Saprofit pada kotoran ternak dan makanan.
3. Ascomycetes
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di
dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang
di dalamnya terdapat spora yang disebut akospora. Setiap askus biasanya
memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium ataustadium seksual dan
stadium askus atau stadium aseksual. Kebanyakan ascomycetes bersifat
mikroskopis, sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh
buah.
Contoh Ascomycetes :
a. Sacharomyces cereviceae (ragi/khamir), untuk pembuatan roti
sehingga roti dapat mengembang, dan mengubah glukosa menjadi
alkohol (pada pembuatan tape).
b. Penicilium
1) Penicillium chrysogenum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
2) Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
3) Penicillium notatum, untuk menambah cita rasa (pembuatan
keju)
9
4) Penicillium camemberti, untuk menambah cita rasa (pembuatan
keju)
c. Aspergilus
1) Aspergillus wentii, untuk Pembuatan kecap dan Tauco
2) Aspergillus niger, untuk Menghilangkan O2 pada sari buah
3) Aspergillus flavus, menghasilkan racun Aflatoksin yang
menyebabkan kanker hati (hepatitis)
4) Aspergillus fumigatus, penyebab Penyakit paru-paru pada aves
5) Neurospora sitophilla, untuk pembuatan oncom.
6) Neurospora crassa, untuk pembuatan oncom dan penelitian
genetika, karena daur hidup seksualnya hanya sebentar.
7) Candida albicans, bersifat parasit, menyebabkan penyakit pada
vagina
10
4. Basidiomycetes
Basidiomycetes memiliki spora yang disebut basidiospora.
Kebanyakan anggota basidiomycetes adalah cendawan, jamur payung, dan
cendawan berbentuk bola yang disebut juga jamur berdaging. Basidiospors
yang dilepas dari cendawan menyebar dan berkecambah menjadi hifa
vegetatif yang haploid disebut miselium primer. Pada banyak spesies
miselium ini pada mulanya berinti banyak, kemudian terjadi persekatan
sehingga miselium berinti satu yang haploid. Selanjutnya terjadi
plasmogami antara dua hifa yang kompatibel membentuk miselium
sekunder yang berinti dua yang masing-masing haploid. Miselium sekunder
berbiak dengan cara khusus. Tiap inti membelah diri dan belahan berkumpul
lagi tanpa mengadakan karyogami, sehingga miselium sekunder tetap
berinti dua. Miselium sekunder yang telah terhimpun banyak membentuk
jaringan teratur membentuk basidiocarp dan basidiofor disebut miselium
tersier. Pada gills (lamella) di bagian ujung hifa berintidua terbentuk
prosbasidium setelah terjadi kayogomi, selanjutnya inti prosbasidium
mengalami meiosis dan menghasilkan Basidiospora. Basidiospora dapat
bertangkaikan sterigma atau langsung duduk pada Basidium/epibasidium.
Gambar berikut menunjukkan tubuh buah basidiomycetes dan siklus hidup
dari basidiomycetes:
11
Contoh Basidiomycetes:
a. Volvariela volvacea (jamur merang)
b. Auricularia polytricha (jamur kuping)
c. Pleurotus sp (jamur tiram)
d. Polyporus giganteus (jamur papan)
e. Amanita phaloides hidup pada kotoran ternak dan menghasilkan
racun yang mematikan
f. Puccinia graminis (jamur karat) parasit pada tumbuhan graminae
(jagung)
g. Ustilago maydis parasit pada tanaman jagung
h. Ganoderma aplanatum (jamur kayu).
i. Jamur Shitake.
5. Deuteromycetes
Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur ini
tidakatau belum diketahui cara pembiakan generatifnya. Deuteromycetes
disebut juga Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna). Penamaan atau
12
pengelompokan itu bersifat sementara. Karena segera setelah diketahui cara
reproduksi generatifnya (pembentukan askus) dikelompokkan ke
Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik bukan merupakan suatu
kelompok taksonomi. Gambar berikut menunjukkan siklus hidup
Deuteromycetes.
Ciri-ciri Deuteromycetes :
a. Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
b. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada
sampah
c. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
d. Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada
hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya.
Contoh Deuteromycetes :
a. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
b. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
c. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
d. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
13
e. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
f. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tubuh jamur terdiri atas benang-benang halus yang disebut hifa. Dalam hifa
terdapat sitoplasma dengan organel yang biasa ditemukan pada eukariotik. Hifa
membentuk suatu anyaman yang disebut miselium (jamak, miselia), yang
merupakan jaringan “makanan” dari suatu jamur. Sebagian besar jamur
merupakan organisme bersel banyak (multiseluler), kecuali khamir ragi adalah
organisme bersel tunggal (uniseluler). Setiap fungi tercakup di dalam satu
kategori taksonomi, dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Faisal. II. Tinjauan Pustaka 2.1 Deskripsi Fungi. Diunduh tanggal 07 Maret
2018.http://www.academia.edu/27174994/II._TINJAUAN_PUSTAKA_2.1._Des
kripsi_Fungi
16
17