Disusun Oleh:
Fadhila Maharani Putri
C14120055
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembangnya teknologi dalam bidang budidaya perikanan, memacu
bertambah intensifnya jumlah tebar ikan di dalam satu wadah. Padat tebar yang
tinggi di dalam suatu wadah dapat memicu stress pada ikan. Hal ini dapat
disebabkan kadar oksigen yang kurang, kadar amoniak yang tinggi, ataupun ruang
gerak ikan yang terbatas. Stress yang terjadi pada ikan dapat menyebabkan ikan
rentan akan penyakit. Untuk itu diperlukan sebuah teknik pengendalian
lingkungan, dalam hal ini wadah budidaya, yang tepat untuk dapat mengatasi hal
tersebut.
Adapun penyakit pada ikan umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,
ataupun cendawan. Cendawan merupakan mikroorganisme eukariotik yang
memproduksi spora. Cendawan tidak memiliki klorofil, sehingga memperoleh
nutrisi degan cara absorbs. Umumnya, cendawan dapat bereproduksi secara
seksual dan aseksual. Cendawan memiliki struktur somatic dalam bentuk hifa dan
dinding sel yang terdiri atas kitin dan selulosa (Ahmad 2008).
Menurut Ahmad (2008) cendawan dapat digolongkan menjadi jamur,
kapang, dan khamir. Cendawan dapat dimanfaatkan dalam budidaya, yakni
sebagai pengendali hayati, immunostimulan, dan probiotik. Pemanfaatan ini
umumya berasal dari cendawan jenis khamir. Adapun cawan jenis khamir seperti
Saccharomyces sp. dan Candida sp. Pemahaman lanjut mengenai perbedaan dan
struktur kapang, jamur, dan khamir dapat dipelajari dalam praktikum ini.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui bentuk-
bentuk cendawan akuatik penyebab penyakit mikotik pada ikan beserta cara
reproduksi, serta mengetahui cara penanganan cendawan ditahap isolasi,
pewarnaan, sampai tahapan kultur untuk memudahkan dilakukannya identifikasi.
II.
2.1
METODOLOGI
pembakar bunsen, alkohol 70%, label, mikroskop, kaca preparat, gelas objek,
tissue, dan media GYA (Glucose Yeast Agar). Sementara bahan bahan yang
digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio) yang terkena jamur dan jamur pada
telur ikan lele (Clarias sp.).
2.3
Prosedur
Hasil
Hasil pengamatan isolasi cendawan pada ikan mas (Cyprinus carpio) dapat
Tabel 1. Hasil Isolasi Cendawan pada telur ikan mas (Cyprinus carpio)
No
Kelompok
Tumbuh
/ Tidak
tumbuh
Diameter
ulangan
(cm) 1
Diameter
ulangan
(cm) 2
Tumbuh
3.3
Tumbuh
3.8
2.2
Tumbuh
3.45
1.3
10
10
Tumbuh
1.6
11
11
Tumbuh
0.8
12
12
Tumbuh
1.4
Gambar 1
Gambar 2
Pembahasan
Oomycetes atau dikenal juga sebagai cendawan air merupakan kelompok
kedalam kelompok saprofit dan juga pathogen pada tumbuhan, insekta, krustasa,
ikan, hewan vertebrata, ataupun mikroorganisme lainnya (USU 2011). Cendawan
akuatik terbagi menjadi tiga golongan, yakni: kapang, khamir, dan jamur. Kapang
diketahui sebagai pengendali hayati, terutama sebagai pengendali parasite cacaing
dan parasite serangga (Ahmad 2008).
Kapang merupakan mikroba yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutriennya secara autotroph, sehungga umumnya kapang ditemui sebagai saprofut
atau parasit pada organisme lain. Kapang dapat hidup pada berbagai substrat,
terutama bila substrat tersebut mengandung karbohidrat dan berasa dalam kondisi
asam. Salah satu ciri penting untuk mengidentifikasi kapang secara mikroskopis
adalah dengan mengamati alat reproduksi aseksualnya. Alat reproduksi kapang
berupa konidia dan konidiofor. Konidia pada kapang jenis Cochliobolus sp. akan
menyerupai paruh yang tumpul dan berwarna kecoklatan. Sementara konidiofor
pada Aspergillus sp. berwarna hialin, bersekar, dan konidianya berbentuk bulat
(Putri, Suranto, Setyaningsih 2002).
Khamir merupakan fungi uniseluler yang umumnya termasuk kedalam
divisi ascomycotina. Sel khamir berbentuk bola, oval, ataypun silinder dengan
diameter yang bervariasi, yakni: 3 5 m. Khamir tidak dilengkapi oleh flagel
ataupun sel penggerak lainnya. Adapun salah satu contoh khamir adalah
Saccharomyces sp (Kusnadi et al. 2010). Jamur merupakan organisme eukariotik,
heterotroph, fan tidak dapat berfotosintesis. Kebanyakan jamur membentuk
filament berupa sel vegetative, tapi dapat pula ditemukan dalam bentuk uniseluler
(Khairyah, Kusdarwati, Kismiyati 2013).
Pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat ditemukan jamur jenus
Pnicillium glabrum, Rhizopus oryzae, Aspergillus flavus, Saprolegnia sp., dan
Curvularia lunata. Menurut Khairyah, et al. (2013) jamur jamur jenis ini
umumnya menginfeksi ikan pada suhu 15 30oC. Umunya ikan yang terinfeksi
jamur ini hidup pada lingkungan dengan kualitas air yang buruk. Ikan yang
terinfeksi jamur ini menunjukan gejala klinis seperti, adanya benda menyerupai
kapas pada sirip dan permukaan kulit. Keberadaan jamur dalam jumlah yang
tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan.
IV.
4.2
Kesimpulan
Cendawan terbagi atas tiga golongan, yakni: jamur, khamir, dan
kapang. Akan tetapi cendawan yang umunya ditemui pada ikan adalah jenis
Aphanomyces sp., Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Perbedaan ketiga jamur tersebut
adalah pada proses sporulasi. Aphanomyces sp. akan membentuk kista sebelum
spora menyebar sementara Achyla sp. dan Saprolegnia sp. tidak. Berdasarkan
hasil pengamatan, diketahui bahwa cendawan yang terdapat pada ikan mas
(Cyprinus carpio) adalah Saprolegnia sp. dengan ukuran 1 1.6 cm.
4.3
Saran
Pengamatan pada cendawan hendaknya dilakukan pada ikan jenis air laut
dan air tawar, untuk mengetahui apakah jamur yang menyerang pada ikan air
tawar juga dapat ditemukan pada ikan air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., E. Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Yogyakarta (ID); Kanisius.
Ahmad, R.Z. 2008. Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas
dan kesehatan ternak. Jurnal Litbang Pertanian 27 (3), 84 92.
Khairyah, U., R. Kusdarwati, Kismiyati. 2013. Identifikasi dan prevalensi jamur
pada ikan gurami (Osphronemus gourami) di Desa Ngrajek, Kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Artikel. Surabaya (ID):
Universitas Airlangga.
Kusnadi. 2010. Fungi. [internet]. [diacu 2014 September 28]. Tersedia dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1968050919
94031-KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB_81.pdf
Mulyani, S. 2006. Gambaran darah ikan gurame Osphronemus gourami yang
terinfeksi cendawan Achlya sp. pada kepadatan 320 dan 720 spora per ml.
Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nuryati, S., F.B.P. Sari, Taukhid. 2009. Identifikasi dan uji postulat Koch
cendawan penyebab penyakit pada ikan gurame. Jurnal Akuakultur
Indonesia 8(2), 21 27.
Putri, H.S., Suranto. R. Setyaningsih. 2002. Kajian keragaman jenis dan jenis dan
pertumbuhan kapang dalam acar mentimun. Biodiversitas 4(1), 18 23.
Zebua H.F. 2011. Cendawan air atau oomycetes (water mold). [internet]. [diacu
2014 Sepetember 28]. Tersedia dari: http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/25347/4/Chapter%2520II.pdf
LAMPIRAN
Gambar
3.
Hasil
pengamatan
cendawan
dengan mikroskop