Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum ke-12

m.k. Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik

Hari/Tanggal : Rabu/ 18 Des 2013


Kelompok
:2
Asisten
: Nadia Aulia

PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA


TERHADAP VIABILITAS BAKTERI

Disusun Oleh :
Fadhila Maharani
C14120055

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Organisme memiliki faktor-faktor untuk dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang. Faktor-faktor ini tidak hanya diperlukan bagi makroorganisme
saja,

tapi

juga

mikroorganisme.

Bakteri

merupakan

salah

satu

mikroorganisme yang memiliki banyak peran dalam kehidupan, baik yang


bersifat menguntungkan maupun merugikan. Salah satu cotoh bakteri yang
merugikan

khususnya

dalam

bidang

akuakultur

adalah

Aeromonas

hydrophilla. Sementara untuk bakteri yang menguntungkan dalam bidang


akuakultur adalah Bacillus sp. yang biasa digunakan sebagai bahan probiotik.
Faktor-faktor hidup bakteri perlu dipelajari agar dapat mengetahui cara
untuk mencegah bakteri patogen untuk dapat berkembang dan atau
mempercepat pertumbuhan bakteri yang bersifat menguntungkan. Secara
umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah nutrisi,
oksigen, karbondoksida, suhu, zat antimikroba, konsentrasi hidrogen (pH),
dan kondisi osmotik (Triana, Yulianto dan Nurhidayat 2006). Pemahaman
lebih lanjut mengenai pengaruh zat antimikroba terhadap viabilitas bakteri
dapat dipelajari dalam praktikum ini.
I.2. Tujuan
Mengetahui pengaruh bahan antimikroba terhadap viabilitas pada bakteri
Aeromonas hydrophilla dan Bacillus sp.

II. METODOLOGI
II.1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengaruh suhu dan salinitas pada bakteri dilaksanakan pada hari
Rabu, 18 Desember 2013 pukul 07.00 10.00. Sementara pengamatan dilakukan

pada hari Kamis, 19 Desember 2013 pukul 12.00. Praktikum dan pengamatan
bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI), Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
II.2. Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah:
batang penyebar, cawan petri, pembakar bunsen, mikro pipet, tabung eppendolf,
alkohol 70%, incubator, kertas cakram, wrapped dan label. Sementara bahan yang
digunakan, seperti: biakan bakteri Aeromonas hydrophilla dan Bacillus sp.,
larutan kipahit 20%, larutan kipahit 30%, larutan kloroform, formalin, larutan
fisiologis, media TSA (Trypticase Soy Agar), dan media SWC (Sea Water
Complete).
II.3. Prosedur Kerja
Uji viabilitas baktei terhadap berbagai zat anti mikroba diawali dengan
persiapan bakteri biakan yang akan digunakan serta media TSA dan SWC dimana
kedua bakteri akan ditumbuhkan. Pada media SWC akan ditumbuhkan bakteri
Bacillus sp. sementara pada media TSA akan ditumbuhkan bakteri Aeromonas
hydrophilla. Pensterilan dilakukan terhadap lingkungan kerja sebagai wujud kerja
aseptik. Kemudian secara aseptik dilakukan pengambilan bakteri menggunakan
mikro pipet, yang kemudian disebar dengan menggunakan batang penyebar.
Setelah bakteri ditebar, satu persatu kertas cakram yang telah direndam di
dalam larutan larutan antimikroba diletakkan dititik-titik tertentu pada cawan
petri. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan kipahit 20%,
larutan kipahit 30%, formalin, larutan kloroform, dan larutan fisisologis.
Kemudian cawan petri yang berisi biakan bakteri disimpan selama 24 jam dalam
incubator.
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Setelah dilakukan pengujian viabilitas bakteri Aeromonas hydrophilla dan
Bacillus sp. terhadap beberapa larutan anti-mikroba didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil sebaran bahan anti-mikroba terhadap bakteri Aeromonas hydrophilla pada
media TSA (Trypticase Soy Agar)
No

Bahan Anti-Mikroba

Hasil

1
2
3
4
5
Keterangan
++

= Zona bening luas

= Ada zona bening

Kloroform
Formalin
Kipahit 30%
Kipahit 20%
Larutan Fisiologis
-

++
+
+
+
= Tidak ada zona bening

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bahan anti-mikroba yang


memiliki pengaruh besar pada bakteri Aeromona hydrophilla adalah kloroform. Hal ini
dibuktikan dengan luasnya zona bening yang terdapat pada sisi kertas cakram. Sementara
untuk larutan formalin, kipahit 20%, dan larutan fisiologis hanya terdapat sedikit zona
bening di sisi kertas cakram. Untuk pengamatan pada larutan kipahit 30% tidak
ditemukan zona bening pada sisi kertas cakram.
Tabel 2 Hasil sebaran bahan anti-mikroba terhadap bakteri Bacillus sp. pada media SWC
(Sea Water Complete)
No
1
2
3
4
5
Keterangan
++

= Zona bening luas

= Ada zona bening

Bahan Anti-Mikroba
Kloroform
Formalin
Kipahit 30%
Kipahit 20%
Larutan Fisiologis
-

Hasil
+
= Tidak ada zona bening

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa, pengaruh bahan


anti-mikroba terhadap bakteri Bacillus sp. di media SWC tidak memiliki pengaruh. Hal
ini dibuktikan dengan tidak terdapatnya zona bening pada sisi kertas cakram yang
sebelumnya telah direndam larutan fisiologis, larutan kipahit 30%, larutan kipahit 20%,
dan formalin. Sementara pada sisi kertas cakram yang telah direndam kloroform terdapat
sedikit zona bening.

3.2 Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
S
Wang Y, Ji-Dong G. 2004. Influence of temperature, salinity, and pH on the
growth of enviromental Aeomonas and Vibrio species isolated from Mai
Po and the Inner Deep Bay Nature Reserve Ramsar Site of Hong Kong.
Journal of Basic Microbiology 45(1): 83-93
Triana E, Eko Y, Novik N. 2006. Uji Viabilitas Lactobacillus sp. Mar r
Terenkapsulasi. Biodiversitas 7(2): 114-117
Pelczar MJ, Chan ECS. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): UI Press
Mondol MAM, Hee Jae S, Mohammad Tofazzal I. 2013. Diversity of Secondary
Metabolites from Marine Bacillus Species: Chemistry and Biological
Activity. Marine Drugs 11: 2846-2872.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2009. Brock Biology of Microorganisms.
New York (US): Pearson.

Anda mungkin juga menyukai