Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

SISTEM LIMPA

Makalah ini untuk memenuhi tugas suatu matakuliah yang dibina oleh
Dosen Endik Deni Nugroho S.pd.,M.Pd.

Disusun Oleh
Doni NPM.1840603066
Nelsie Antonius Kala NPM.1840603033

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
berkah dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselasaikan.Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas yang di berikan oleh Dosen pengampuh mata kuliah Anatomi dan
Fisologi Hewan, Bapak Endik Deni Nugroho S.pd.,M.Pd.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara
penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyelesikan makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan
hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tarakan, 25 April 2020

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Bekalang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Limfatik.......................................................................................................2
1. Sistem limfatik pada manusia.....................................................................2
2. Nodus Limpa ..............................................................................................6
3. Thymus dan Limpa......................................................................................9
B. Sistem Imun.............................................................................................................11
1. Fungsi sistem Imun.....................................................................................11
2. Penggolongan sistem kekebalan tubuh.......................................................11
a) Sistem pertahanan tubuh Nonspesifik.............................................11
b) Sistem pertahanan tubuh spesifik....................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem limfa masih termasuk dalam komponen tambahan dari sistem sirkulasi.
Dimana sistem ini terdiri dari organ-organ yang memproduksi dan menyimpan suatu cairan
yang bersikulasi (limfe).Limfa termasuk getah bening dengan susunan yang tidak jauh
berbeda dengan cairan plasma darah. Limpa sendiri berasal dari protein-potein dalam darah
yang terbuang dan dikumpulkan oleh sistem limfa.
Limpa mungkin jarang sekali terdengar oleh kebanyakan orang, padahal limpa sangatlah
penting sekali bagi tubuh manusia. Limpa di sini merupakan bagian dari sistem imun atau
sistem kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh kita selain di dapatkan dari asupan makanan dan
asupan vitamin,juga berasal dari sel darah putih dimana sel darah putih tersebut di hasilkan
oleh limfa. Selain itu sel darah putih yang di hasilkan tadi juga digunakan untuk membantu
memerangi ancaman seperti bakteri dan virus, yang dapat masuk dan menyebabkan infeksi
terhadap tubuh.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sistem limfatik?
2. Apa pengertian sistem imun ?
3. Bagaimanakah proses pertahanan bawaan dan pertahanan adaptif ?
4. Bagaimana stuktur molekul antibody?
5. Bagaimana mekanisme/ aksi antibody ?
6. Bagaimanakah terjadinya respon imun ?
7. Bagaimanakah terjadinya reaksi alergi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem limfatik
2. Untuk mengetahui sistem imun
3. Untuk mengetahui proses pertahanan bawaan dan pertahanan adaptif
4. Untuk mengetahui struktur molekul antibody
5. Untuk mengetahui mekanisme/ Aksi antibody
6. Untuk mengetahui terjadinya respon imun
7. Untuk mengetahui terjadinya reaksi alergi
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Limfatik
Sistem limfatik (Lymphatic system) atau sistem getah bening adalah suatu sistem yang
membawah cairan dan protein yang hilang kembali ke darah. Sistem Limfatik termasuk
jaringan pembuluh yang membantu sirkulasi cairan tubuh,sehingga sangat terkait dengan
sistem kardiovaskular. Pembuluh limfatik memindahkan kelebihan cairan dari ruang
interstitial di sebagian besar jaringan dan mengembalikannya ke aliran darah.Tanpa sistem
limfatik cairan ini akan menumpuk di ruang jaringan.Organ sistem limfa juga membantuh
mempertahankan tubuh terhadap infeksi oleh agen penyebab penyakit,atau patogen.

1. Sistem limfatik manusia


Sistem limfatik pada manusia terdiri atas:
a. Jalur limfatik
Sistem limfatik bertindak sebagai sistem sirkulasi sekunder, kecuali ia bekerja
sama dengan sel darah putih dikelenjar getah bening untuk melindungi tubuh dari
infeksi oleh sel kanker, jamur, virus atau bakteri. Berbeda dengan sistem peredaran
darah, sistem limfatik tidak ditutupi dan tidak memiliki pompa sentral, getah bening
bergerak perlahan dan dibawah tekanan rendah karena peristaltic,operasi katup
semilunar di vena limfa, dan aksi memerah susu otot rangka. Seperti halnya vena,
pembuluh getah bening memiliki katup seminular satu arah dan terutama bergantung
pada pergerakan otot rangka untuk memerah cairan melalui mereka.Kontraksi ritmis
2
dari dinding pembuluh darah juga dapat membantu menarik cairan ke limfatik kapiler.
Cairan ini kemudian diangkut ke pembuluh limfatik yang semakin besar memuncak
pada saluran limfatik kanan(untuk getah bening dari tubuh kanan atas) dan saluran
toraks (untuk seluruh tubuh), saluran ini mengalir ke sistem peredaran darah di vena
subklavia kanan dan kiri.

b. Kapiler limfatik
Kapiler limfatik adalah tabung tertutup mikroskopis. Mereka meluas ke ruang
interstitial, membentuk jaringan komplesk yang paralel dengan jaringan kapiler darah.
Dinding kapiler limfatik mirip dengan kapiler darah. Masing-masing terdiri dari satu
lapisan sel epitel skuamosa yang disebut endothelium. Dinding tipis ini
memungkinkan cairan jaringan (cairan interstitial) dari ruang interstitial untuk
memasuki kapiler limfatik.Cairan di dalam limfatik disebut limfa. Kapiler limfatik
khusus(Lacteals) di lapisan usus kecil menyerap lemak yang di cerna, kemudian
mengangkut lemak ke sirkulasi vena.

3
c. Pembuluh limfatik
Dinding pembuluh limfatik mirip dengan pembuluh darah,tetapi lebih tipis.
Masing- masing pembuluh terdiri dari tiga laipsan, yaitu lapisan endotel, lapisan
tengah otot polos, serat elastis, dan lapisan luar jaringan ikat.Pembuluh limfatik
memiliki semilunar katup yang membantu mencegah aliran balik getah bening.
Pembuluh limfatik yang lebih besar mengarah ke organ khusus yang disebut kelenjar
getah bening (Limpf node), setelah meninggalkan node itu, pembuluh akan bergabung
menjadi batang limfatik yang lebih besar.

d. Batang limfatik dan saluran pengumpul


Batang limfatik yang mengalirkan getah bening dari pembuluh limfatik di beri
nama untuk daerah yang mereka layani. Sebagai contoh Batang lumbar mengalirkan
getah bening dari bagian bawah anggota badan,dinding perut bagian bawah dan organ
panggul. Batang usus mengaliri perut bagian bawah, Interkosal dan batang
bronomediastinal mengeringkan getah bening dari bagian dada,Batang subklavia
mengeringkan anggota tubuh bagian atas dan Batang jugularis menguras bagian leher
dan kepala. Batang limfatik ini kemudian bergabung dengan salah satu dari dua
saluran pengumpul- saluran toraks atau saluran limfatik kanan. Saluran dada adalah
yang lebih besar dan panjang dari dua saluran pengumpul. Berasal di perut melewati
atas melalui diaftagma disamping aorta, naik ke anterior ke kolom vertebral melalui
mediastinum dan bermuara ke dalam vena subklavia kiri di dekat persimpangan vena
jugularis kiri. Saluran ini mengalirkan getah bening dari batang usus,lumbar dan
interkosal serta dari subklavia kiri,juguralis kiri dan batang bronkomediastinal kiri.
Saluran getah bening kanan berasal dari rongga dada kanan pada subklavia kanan, dan
batang bronkomediastinal kanan. Ini bermuara ke vena subklavia vena juguralis
kanan. Limfe meninggalkan dua saluran pengumpul kemudian memasuki sistem vena
dan menjadi bagian dari plasma sebelum darah kembali atrium kanan.

4
e. Pembentukan getah bening.
Filtrasi dari plasma biasanya melebihi
reabsorpsi, yang mengarah pada pembentukan bersih cairan jaringan. Hal ini
meningkatkan tekanan hidrostatik cairan jaringan yang menggerakkan cairan ke
kapiler limfatik membentuk getah bening. Dengan demikian pembentukana getah
bening dapat mencegah akumulasi cairan jaringan yang berlebih atau edema.

f. Gerakan getah bening


Gerakan terus menerus cairan dari ruang anterstisial menjadi kapiler darah dan
kapiler limfatik yang dimana akan menstabilkan volume cairan dalam ruang
anterstisial. Kondisi yang menggangu pergerakan dari getah bening menyebabkan
cairan jaringan menumpuk diruang interstisial yang menghasilkan endemen. Misalnya
seorang dokter bedah menghapus tumor payudara kanker juga biasanya
menghilangkan kelenjar getah bening aksila terdekat untuk mencegah pembuluh
limfatik terkait dari pengangkutan sel kanker ke situs lain (metastasis). Menghapus
jaringan limfatik dapat menghambat drainase dari ekstremitas dan menyebabkan
edemen.

g. Aliran getah bening

5
Limfatik seperti darah vena, berada di bawah tekanan hidrostatik yang
relative rendah. Mungkin tidak mudah mengalir melalui pembuluh limfatik tanpa
bantuan dari kontraksi otot rangka di dalam anggota badan, perubahan tekanan dari
aksi otot rangka yang digunakan dalam pernapasan dan kontraksi otot polos di
dinding batang limfatik yang lebih besar. Aliran getah bening memuncak selama
latihan fisik,karena aksi otot rangka dan perubaan tekanan yang berhubungan dengan
pernapasan. Otot rangka berkontraksi menekan pembuluh limfatik, tindakan menekan
ini menggerakan getah bening di dalam pembuluh, tetapi karena pembuluh getah
bening memiliki katup yang mencegah aliran balik, getah bening hanya bisa bergerak
ke arah saluran pengumpul. Selain itu otot-otot di dinding batang limfatik yang lebih
besar dapat berkontraksi dan mengompres bagian dalam dan memaksa cairan
mengalir kedepan. Pernapasan membantu sirkulasi getah bening dengan menciptakan
tekanan yang relative rendah di dada saat terhirup. Pada saat yang sama diafragma
yang berkontraksi meningkatkan tekanan masuk rongga perut, akibatnya getah bening
di peras keluar dari pmbuluh perut dan . paksa masuk ke vena toraks pembuluh.jadi
katup pembuluh limfatik mencegah aliran balik getah bening.

2. Nodus Limpa (kelenjar getah bening)


Nodus limpa atau getah bening terdiri atas:
a. Stuktur kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening adalah kelenjar kecil yang berbentuk bulat oval, atau
berbentuk seperti kacang yang terletak di sepanjang jaringan limfatik. Kelenjar getah
bening di klasifikasikan sebagai organ limpoid sekunder dengan organ getah bening
primer adalah kelenjar rimus,amandel,limpa dan sum- sum tulang. Di sini mereka
dapat menjebak bahan asing (antigen) yang di sajikan oleh limfosit ke sel-sel penyaji
antigen untuk memulai respon imun. Limfosit padat di kelenjar getah bening dan
jaringan di atur baik untuk memfasilitasi interaksi yang di perlukan untuk
menghasilkan respon imun terhadap antigen dan untuk mempromosikan pembelahan
cepat dari limfosit yang merespon.
Ukuran dari kelenjar getah bening bervariasi, panjangnya kurang lebih 2,5 cm
dan di distribusikan di berbagai areah tubuh. Setiap kelenjar getah bening dikelilingi
oleh kapsul berserat, yang meluas di dalam kelenjar getah bening untuk membentuk
trabekula. Substansi dari kelenjar getah bening dibagi menjadi  dua yaitu

6
korteks luar dan medula dalam . Limfa memasuki sisi cembung dari kelenjar getah
bening melalui beberapa pembulu limfatik aferen dan dari sini mengalir ke
serangkaian sinus. Setelah memasuki kelenjar getah bening dari pembuluh limfatik
aferen, getah bening mengalir ke ruang di bawah kapsul yang disebut sinus
subkapsular , kemudian ke sinus kortikal.  Setelah melewati korteks, getah bening
kemudian mengumpul di sinus meduler. Semua sinus ini mengalir ke pembuluh getah
bening eferen untuk keluar dari simpul di hilus di sisi cekung. Dalam sistem limfatik,
kelenjar getah bening adalah organ limfoid sekunder . Kelenjar getah bening
mengandung limfosit , sejenis sel darah putih , dan terutama terdiri dari sel-sel
B dan sel T . Sel B terutama ditemukan di korteks luar di mana mereka
dikelompokkan bersama sebagai sel B folikel dalam folikel limfoid, dan sel T dan sel
dendritik terutama ditemukan di paracortex . Ada lebih sedikit sel di medula daripada
korteks.  Medula mengandung sel plasma , serta makrofag yang ada di dalam sinus
meduler

Fungsi kelenjar
getah bening
Fungsi Kelenjar getah bening Kelenjar getah bening memiliki dua fungsi utama:
1. Nodus limfa memiliki fungsi sebagai pembantu imun dalam melawan infeksi,
bagian penting nodus limpa berisikan sel darah putih yang juga merupakan bagian
dari kekebalan tubuh. Sel darah putih memiliki fungsi untuk melawan antigen atau
zat yang berbahaya untuk tubuh.
2. Nodus limfa juga mempunyai fungsi membantuk dalam memyaring partikel sel
yang berpotensi berbahaya bagi tubuh dan sel yang telah mati. Hasil penyaringan
tersebut selanjutnya akan dibawa melalui pembuluh darah untuk kemudian dibuang
keluar dari tubuh.

7
b. Lokasi Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening ditemukan dalam kelompok atau rantai di sepanjang jalur
pembuluh limfatik yang lebih besar di seluruh tubuh, tetapi mereka tidak berada di
sistem saraf pusat. Lokasi utama kelenjar getah bening terdiri atas :
1) Wilayah servikal : Kelenjar getah bening ini dapat di temukan di leher.
2) Wilayah aksila : Kelenjar getah bening ini berada di daerah ketiak
3) Wilayah supratroklear : Kelenjar getah bening ini terletak secara superfisial
pada sisi medial siku atau di bawah lengan.
4) Wilayah inguinal : Kelenjar getah bening di daerah inguinal menerima getah
bening dari tungkai bawah,genitalia eksternal, dan dinding perut bagian
bawah.
5) Rongga panggul : Di sini kelenjar getah bening terutama mengikuti
pembuluh darah iliaka.Mereka menerima getah bening dari pembuluh
limfatik visera panggul.
6) Rongga perut : Kelenjar getah bening ini membentuk rantai di sepanjang
cabang utama dari arteri mesenterika dan aorta perut.Kelenjar getah bening
ini menerima getah bening dari jeroan perut.
7) Rongga toraks : Kelenjar getah bening ini berada di dalam ediastinum dan
sepanjang trakea dan bronkus. Mereka menerima getah bening dari visera
toraks dan dari dinding bagian dalam thorax.

8
3. Thymus dan Limpa (spleen)
a) Thymus
Kelenjar timus adalah salah satu dari organ dalam tubuh. Organ ini bertugas
rnernproduksi sel-sel yang sering ditemukan dalam darah, namun juga membuat sel
yang sering di temukan dijaringan jaringan dalam tubuh, Kelenjar timus terletak di
belakang tulang dada, di depan jantung, berupa organ pipih berbentuk segitiga dengan
alasnya menghadap ke leher.Kelenjar timus mengandung sangat banyak Sel limfosit
yang di kenal sebagai sel limfosit T (Iimfosit yang berasal dari kelenjar timus). Sel
limfosit T ini sangat sensitif terhadap antigen yang masuk ke tubuh kita (baik berasal
dari virus, bakteri atau zat-zat lainnya). Salah satu reaksi dari sel-sel lirnfosit di
kelenjar timus bila tubuh kemasukan antigen, adalah berproliferasi atau
memperbanyak diri dengan melakukan pembelahan. Limfosit T ini seakan-akan
merupakan komando dan pengendali aparat ketahanan tubuh
Pertumbuhan kelenjar timus sangat di pengaruhi oleh usia dan hormone. Pada
masa pubertas pertumbuhann timus akan semakin mengurang dan setelah pubertas
tidak bertambah beratnya tapi makin mengecil dan kemudian diganti oleh jaringan
ikat dan jaringan lemak
Kelenjar timus menginduksi diferensiasi sel induk limfosit yang mampu
berpartisipasi dalam reaksi kekebalan.diantara bukti tentang adanya aktivitas endokrin
pada timus ialah kenyataan bahwa peka terhadap hormone tiroid. Mengecilnya
ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan oleh hambatan yang
diberikan oleh steroid gonad. Stroid adrenal juga menghambat timus, pengaruh ini
dipakai sebagai parameter untuk kortikosteroid. Kelenjar timus adalah suatu sumber
dari sel yang mempunyai kemampuan imunologis. Sumber hormone timus
mempersiapkan proloferasi dalam jaringan lain. Setelah dewasa pertumbuhan akan
berkurang.

9
b) Limpa
Limpa (limpa) adalah organ limfatik terbesar yang berada di bagian kiri atas
rongga perut, hanya lebih rendah dari diafragma, posterior dan lateral perut. Limpa
menyerupai kelenjar getah bening yang besar,tertutup dalam jaringan ikat yang
memanjang dan sebagian membagi organ menjadi ruang, atau lobulus. Organ juga
memiliki hilus pada satu permukaan dimana pembuluh darah dan saraf masuk. Namun
tidak seperti itu sinus kelenjar getah bening yang dipenuhi dengan getah bening ruang
(sinus vena) di bilik limpa dipenuhi dengan darah.

Limpa dibungkus oleh kapsula yang memiliki dua lapisan, yaitu lapisan
jaringan penyokong tebal (jaringan fibroelastik) dan satu lapisan otot halus.  Kapsula
ini memanjang dan masuk ke dalam jaringan limpa dan disebut trabekula. Trabekula
mengandung pembuluh darah, pembuluh saraf dan pembuluh limfe. Limpa
merupakan struktur lunak yang disusun oleh jaringan ikat dan diantara lipatan-lipatan
jaringan ikat tersebut terdapat isi limpa/parenkim yang disebut pulpa. Terdapat dua
jenis pulpa limpa, yaitu Pulpa merah dan Pulpa Putih.
1. Pulpa merah terdiri dari sinus-sinus yang fungsinya menyerupai vena. Sinus
ini berisi sel darah yang berasal dari pembuluh darah yang masuk ke limpa
dan unsur-unsur limpa yang lain. Sinus -sinus ini akan mengantarkan darah ke
vena disekitarnya, cabang vena tersebut akan membentuk vena limpa atau
vena lienalis. Vena lienalis inilah yang kemudian masuk ke sistem peredaran
darah dihati.
2. Pulpa Putih merupakan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh arteri. Letak
pulpa putih ini tersebar di dalam pulpa merah, berbentuk oval dan berwarna
putih kelabu. Pulpa putih sering juga disebut Pariarteriolar Limphoid Sheats
(PALS).

10
B. Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan diri
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah tekena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya jika sistem
imun melemah,maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga akan berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam berdarah dan flu
dapat berkembang dalam tubuh.

1. Fungsi sistem imun/kekebalan tubuh


a. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakityang masuk ke
dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa mikrobia penyebab
penyakit(patogen) misalnya virus, bakteri, protozoa, dan jamur.
b. Menghancurkan jaringan dan sel mati atau rusak (depri sel) untuk perbaikan
jaringan.
c. Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan
jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau
tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit
d. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen tubuh.
e. Perondaan(Penjaga), sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk
memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi
maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.

2. Penggolongan sistem kekebalan tubuh

Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit,sistem pertahanan tubuh di


golongkan menjadi 2 yaitu pertahanan tubuh bawaan (non spesifik) dan pertahanan tubuh
adaktif (spesifik).
1) Sistem pertahanan tubuh Nonspesifik
Sistem pertahan nonspesifik merupakan sistem perhanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,karena dapat memberikan respon

11
langsung terhadap antigen. Sistem tersebut dikatakan Nonspesifik karena tidak di
tunjukkan terhadap mikroorganisme tertentu.
Mekanisme sistem pertahanan tubuh nonspesifik ini di peroleh memalui
beberapa cara, yaitu :
a) Sistem pertahanan tubuh Nonspesifik ekternal
Dalam sistem pertahanan fisik di lakukan oleh lapisan terluar yaitu kulit
dan mukosa yang dimana bertugas untuk menghalangi jalan masuknya
mikroorganisme ke tubuh.
1. Kulit
Kulit merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap
serangan patogen.Lapisan kulit tersusun atas sel-sel epitel yang sangat
rapat sehingga patogen atau virus sulit untuk menembus ke dalam
tubuh, tetapi apabila ada kerusakan pada kulit walaupun itu berukuran
kecil dapat menjadi jalan masuk patogen atau virus ke dalam tubuh.
2. Membran mukosa
Membran mukosa melapisi saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin.Membran mukosa juga tidak bisa di
tembus bakteri atau virus, karena antara satu membran dan membrane
lain sangat rapat. Membrane mukosa menghasilkan lendir yang
merupakan cairan kental untuk mengikat dan mengumpulkan bakteri
yang masuk kedalam tubuh. Gumpalan itu akan di buang oleh tubuh
dalm bentuk cairan kental melalui mekanisme bersin atau batuk.
3. Sekresi kulit dan membrane mukosa
Sekresi kulit dan membrane mukosa juga menghalangi
mikroorganisme patogen dengan pertahanan kimiawi.sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mirkobia. Contonya kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Kedua
secret tesebut akan mengasilkan keasam (pH 3-5) dengan kondisi yang
cukup asam ini dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit.
Adapun air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mucus)
mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri.Enzim
tersebut mengidrolisis dinding sel bakteri sehingga pecah dan mati.

12
b) Sistem pertahanan tubuh Nonspesifik interrnal

Sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal ini menyerang semua


mikroba internal atau zat asing atau patogen yang dapat melewati pertahanan
terluar dari tubuh.

1. Fagosit
Fagosit adalah suatu mekanisme pertahanan yang di lakukan
oleh sel-sel fagosit dengan jalan mencerna mikrobia atau partikel
asing. Sel fagosit terdiri atas dua jenis, yaitu fagosit monokuler dan
polimorfonuklear contoh fagosit mononuclear adalah monosit (di
dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimornuklear adalah granulosit yang
terdiri atas neutrofil, eosinofil, basofil dan cell mast (mastosit). Sel-sel
fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari
jaringan yang terinfeksi patogen.

2. Sel NK (Natural Killer)


Sel Nk atau sel-sel pembunuh alami adalah populasi kecil dari
limfosit yang jelas berbedah dari limfosit yang menyediakan
mekanisme pertahanan adaptif. Sel-sel Nk mempertahankan tubuh dari
berbagai virus dan sel kanker dengan mengeluarkan zat sitolitik
(pemotongan sel) yang disebut perforin yang menghancurkan sel yang
terinfeksi. Sel-sel Nk juga mensekresi bahan-bahan kimia yang
meningkatkan inflasi.

3. Inflamasi
Inflamasi merupakan respon tubuh kita terhadap kerusakan
jaringan,misalnya akibat tergores atau benturan keras.Proses inflamasi
merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus yaitu nyeri (dolor),
kemerahan (rubor), panas (calor), dan pembengkakan (tumor).
Kemerahan adalah akibat dari pelebaran pembuluh darah yang
meningkatkan aliran darah dan volume pada jaringan yang terkena
(hiper-emia). Panas datang ketika darah masuk dari bagian tubuh yang
lebih dalam,yang lebih hangat dari permukaaan. Nyeri di hasilkan dari

13
stimulasi reseptor rasa sakit terdekat. Inflamasi berfungsi untuk
mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyebuhan luka.
Reaski inflamasi juga befungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai
perintah agar sel darah putih (neutrofit dan monosit) melakukan
fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.

2) Sistem Imun Spesifik (Aquired Immunity)

Sistem imun spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang mempunyai


kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing
yang pertama kali muncul di dalam tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik
yang di mana akan menimbulkan sensitifitatasi, sehingga antigen yang sama dan
masuk ke tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Sistem imun
spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya,
tertapi umumnya terjalin kerja sama yang baik antibody, komplemen, fagosit dan
antara sel T makrofag. Sistem imun spesifik diperlukan untuk melawan antigen dari
imunitas nonspesifik. Antingen merupakan substansi berupa protein dan polisakarida
yang mampu merangsang munculnya antibody atau sistem kekebalan tubuh.
a) Antigen
Antigen merupakan salah satu zat yang dapat maupun mampu merespon
imunitas tubuh terutama dalam menghasilkan antibody. Antibody yang
dihasilkan ini berupa zat molekul yang besar seperti protein, polisakarida,
polisakarida, glikoprotein, atau glikolipid. Antigen dapat berupa bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker atau racun. Antigen memiliki 2 bagian
yang yaitu Determinan antigen (epitop) dan Hapten
1. Determinan antigen (epitop)
merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan respons
imunitas atau dengan kata lain, dapat menginduksi pembentukan
antibody. Satu antigen tersusun dari 2 atau lebih molekul epitop.
2. Hapten
Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi
produksi antibody jika bergabung denga carrier yang bermolekul besra.

14
Oleh karena itu hapten memiliki sifat imonugenik. Hapten dapat
berupa obat, antibiotic dan kosmetik.

b) Sumber Limfosit
Selama perkembangan janin, sumsum tulang merah melepaskan
prekursor limfosit yang tidak terspesialisasi ke dalam sirkulasi. Sekitar
setengah dari sel-sel ini mencapai timus, tempat mereka tinggal untuk
sementara waktu. Di sini, timosit ini berspesialisasi dalam sel T. ("T" mengacu
pada limfosit yang berasal dari timus.) Kemudian, beberapa sel T ini
membentuk 70% hingga 80% dari limfosit yang beredar dalam darah. Sel T
lainnya berada di organ limfatik dan khususnya berlimpah di kelenjar getah
bening, saluran toraks, dan pulpa putih limpa. Limfosit lain tetap di sumsum
tulang merah sampai mereka berdiferensiasi sepenuhnya menjadi limfosit B,
atau sel B. (Secara historis, "B" adalah singkatan dari bursa Fabricius, organ
dalam ayam di mana sel-sel ini ditemukan.) Darah mendistribusikan sel B,
yang merupakan 20% hingga 30% dari limfosit yang bersirkulasi. Sel B
menetap di organ limfatik bersama dengan sel T.

c) Sel T dan Respon Kekebalan Seluler


Limfosit harus diaktifkan sebelum dapat merespons antigen. Aktivasi
sel T membutuhkan fragmen yang diproses antigen menempel pada
permukaan sel tipe lain, yang disebut sel penyaji antigen (sel aksesori).
Makrofag, Sel B, dan beberapa jenis sel lainnya dapat menjadi sel penyaji
antigen. Aktivasi sel T dimulai ketika makrofagmemfagositosis bakteri,
mencernanya dalam lisosomnya. Beberapa antigen bakteri keluar dari lisosom
dan pindah ke permukaan makrofag. Di sini, mereka ditampilkan pada

15
membran sel di dekat molekul protein tertentu yang merupakan bagian dari
kelompok protein yang disebut kompleks histokompatibilitas utama. (MHC)
atau human leukocyte antigen (HLA) karena mereka pertama kali
diidentifikasi pada sel darah putih. Antigen MHC membantu sel T mengenali
bahwa antigen itu asing, bukan diri sendiri. Antigen MHC kelas I ada di
membran sel semua sel tubuh kecuali sel darah merah. Antigen MHC kelas II
ada di permukaan antigen- menyajikan sel, sel timus, dan sel T teraktivasi.
Sel T yang diaktifkan berinteraksi langsung dengan antigen yang
menghadirkan sel. Kontak sel-ke-sel semacam itu disebut respons imun
seluler, atau imunitas yang diperantarai sel. Sel T (dan beberapa makrofag)
juga mensintesis dan mengeluarkan polipeptida yang disebut sitokin yang
meningkatkan respons seluler tertentu terhadap antigen. Misalnya, interleukin
1 dan interleukin 2 merangsang sintesis beberapa sitokin dari sel T lainnya.
Selain itu, interleukin-1 membantu pengaktifan Sel T, sedangkan interleukin-2
menyebabkan sel T berkembang biak. Sitokin lain yang disebut faktor
perangsang koloni (CSF) merangsang produksi leukosit dalam sumsum tulang
merah, menyebabkan sel B tumbuh dan matang, dan mengaktifkan makrofag.
Kombinasi sitokin tertentu mematikan respons imun. Sel T juga dapat
mengeluarkan racun yang membunuh mereka antigen yang mengandung sel
target, faktor penghambat pertumbuhan yang mencegah pertumbuhan sel
target, atau interferon yang menghambat proliferasi virus dan sel tumor.
Beberapa jenis sel T memiliki fungsi yang berbeda. Jenis sel T khusus, yang
disebut sel T pembantu, menjadi aktif ketika reseptor antigennya bergabung
dengan antigen asing. Setelah diaktifkan, sel T helper menstimulasi sel B
untuk menghasilkan antibodi menentukan c untuk antigen yang ditampilkan.

16
d) Sel B dan Kekebalan Humoral,
Respons Kadang-kadang sel B dapat diaktifkan ketika bertemu dengan
antigen yang bentuk molekulnya sesuai dengan bentuk B reseptor antigen sel.
Menanggapi kombinasi antigen reseptor, sel B membelah diri berulang kali,
memperluas klonnya. Namun, sebagian besar waktu membutuhkan aktivasi sel
B Sel T "membantu." Ketika sel T helper yang diaktifkan bertemu dengan sel
B yang sudah dikombinasikan dengan antigen asing yang identik, sel helper
melepaskan sitokin tertentu. Sitokin ini merangsang sel B untuk berkembang
biak, sehingga memperbesar klonnya dari sel-sel yang memproduksi antibodi
Sitokin juga menarik makrofag dan leukosit ke dalam jaringan inflamed dan
membantu menjaga mereka di sana. Beberapa anggota klon sel B yang
teraktivasiberdiferensiasi lebih jauh menjadi sel memori. Seperti sel T
memori, sel B memori ini merespons dengan cepat berikutnya paparan antigen
spesifik.

2. Strukur Molekul antibody


Antibodi adalah protein globular terlarut yang membentuk fraksi gamma
globulin protein plasma. Setiap molekul antibodi terdiri dari empat rantai asam amino
yang dihubungkan oleh pasangan atom belerang yang menarik oleh ikatan disulfida.
Keempat rantai membentuk struktur berbentuk Y. Dua rantai asam amino ini adalah
rantai ringan yang identik  (L-chain), dan dua adalah rantai berat yang identik (Rantai-
H). Rantai berat memiliki sekitar dua kali lipat asam amino sebagai rantai cahaya.
Lima jenis utama molekul antibodi dibedakan oleh jenis rantai berat tertentu.
Sebagian besar jenis molekul antibodi terdiri dari struktur berbentuk Y tunggal, tetapi
beberapa memiliki sebanyak lima Seperti halnya protein lain, urutan asam amino dari
rantai berat dan ringan memberi yang unik, tiga struktur dimensi (konformasi) dari

17
masing-masing antibodi. Konformasi khusus ini, pada gilirannya, menanamkan
fisiologis sifat-sifat molekul. Sebagai contoh, satu ujung dari masing-masing rantai
berat dan ringan terdiri dari urutan variabel asam amino (wilayah variabel). Wilayah
ini khusus untuk membuat bentuk molekul antigen spesifik. Antibodi dapat berikatan
dengan antigen tertentu karena konformasi dari daerah variabel. Antibodi berkerut
untuk membentuk saku di sekitar antigen. Ini khusus ujung molekul antibodi disebut
situs pengikatan antigen, dan bagian yang mengikat antigen disebut tipe idio. Bagian
rantai yang tersisa disebut konstan daerah karena urutan asam amino mereka mirip.
Daerah konstan memberikan sifat lain dari molekul antibodi, seperti kemampuannya
untuk berikatan dengan struktur seluler atau untuk menggabungkan dengan bahan
kimia tertentu.

3. Macam-macam Imunoglobulin
Dari lima jenis utama imunoglobulin, tiga merupakan bagian terbesar dari
antibodi yang bersirkulasi. Mereka adalah imunoglobulin G, yang menyumbang
sekitar 80% dari antibodi; imunoglobulin A, yang membentuk sekitar 13%; dan
imunoglobulin M, bertanggung jawab untuk sekitar 6%. Sisa dari antibodi adalah
imunoglobulin D atau imunoglobulin E. Immunoglobulin G (IgG) ada di plasma dan
cairan jaringan dan efektif melawan bakteri, virus, dan racun. Antibodi anti-Rh adalah
contoh IgG dan dapat melewati plasenta. Immunoglobulin A (IgA) ada dalam sekresi
kelenjar eksokrin. Itu dalam ASI, air mata, cairan hidung, jus lambung, jus usus,
empedu, dan urin.Immunoglobulin M (IgM) adalah jenis antibodi yang diproduksi
dalam plasma sebagai respons terhadap kontak dengan antigen tertentu dalam
makanan atau bakteri. Contoh-contoh IgM adalah antibodi anti-A dan anti-B, IgM
juga mengaktifkan komplemen. Immunoglobulin D (IgD) ada di permukaan sebagian
besar B sel, terutama bayi. IgD bertindak sebagai reseptor antigen dan penting dalam

18
mengaktifkan sel B. Immunoglobulin E (IgE) muncul dalam sekresi eksokrin dengan
IgA.

4. Mekanisme/ Aksi antibody


Secara umum, antibodi bereaksi terhadap antigen dengan tiga cara. Antibodi
secara langsung menyerang antigen, mengaktifkan komplemen, atau merangsang
perubahan lokal (inflammation) yang membantu mencegah penyebaran patogen.
Dalam serangan langsung, antibodi bergabung dengan antigen dan menyebabkan
mereka menggumpal (menggumpal) atau membentuk zat yang tidak larut
(presipitasi). Tindakan seperti itu membuat lebih mudah sel fagosit untuk menelan
patogen pembawa antigen dan menghilangkannya. Dalam kasus lain, antibodi
menutupi bagian toksik dari molekul antigen dan menetralkan efeknya (netralisasi).
Namun, dalam kondisi normal, komplemen aktivasi lebih penting dalam melindungi
terhadap infeksi daripada serangan antibodi langsung. Ketika antibodi IgG atau IgM
tertentu bergabung dengan antigen, mereka mengekspos situs reaktif pada daerah
konstan antibodi. Ini memicu serangkaian reaksi yang mengarah ke aktivasi protein
komplemen, yang, pada gilirannya, menghasilkan berbagai efek, termasuk pelapisan
antigen-antibodi kompleks (opsonisasi), membuat kompleks lebih rentan terhadap
fagositosis; menarik makrofag dan neutrofil ke wilayah tersebut (chemotaxis);
penggumpalan antigen sel; pecahnya sel-sel asing (lisis); dan mengubah struktur
molekul virus, membuatnya tidak berbahaya. Protein lain meningkatkan peradangan,
yang membantu mencegah penyebaran agen infeksi. Immunoglobulin E
meningkatkan peradangan yang mungkin terjadi sangat kuat sehingga merusak
jaringan. Ketika antigen bergabung dengan antibodi, kompleks antigen-antibodi yang
dihasilkan merangsang sel mast untuk melepaskan biokimiawi, seperti histamin, yang
menyebabkan perubahan yang terkait dengan inflasi, seperti vasodilatasi dan edema.

19
5. Resepon Imun
Respons Kekebalan Tubuh Ketika sel B atau sel T menjadi aktif setelah
pertama kali bertemu antigen yang khusus mereka bereaksi, tindakan mereka
merupakan respons imun primer. Selama respon seperti itu, sel-sel plasma
melepaskan antibodi (IgM, diikuti oleh IgG) ke dalam getah bening. Antibodi
diangkut ke darah dan kemudian ke seluruh tubuh, di mana mereka membantu
menghancurkan agen yang mengandung antigen. Produksi dan pelepasan antibodi
berlanjut selama beberapa minggu. Setelah respons imun primer, beberapa sel B yang
dihasilkan selama proliferasi klon tetap tidak aktif dan berfungsi sebagai sel memori .
Jika antigen identik ditemukan di masa depan, klon sel-sel memori ini membesar, dan
mereka dapat merespons dengan cepat dengan IgG terhadap antigen yang sebelumnya
mereka peka. Memori B sel ini dengan sel T memori menghasilkan sekunder respon
imun. Pada kelenjar getah bening, sel dendritikfolikular dapat membantu daya ingat
dengan menyimpan dan secara perlahan melepaskan virus antigen setelah infeksi
awal. Ini secara konstan menstimulasi sel B memori, yang menghadirkan antigen ke
sel T memori, menjaga imunitas. Sebagai hasil dari respon imun primer, terdeteksi
konsentrasi antibodi biasanya muncul dalam plasma dalam waktu lima hingga sepuluh
hari setelah terpapar antigen. Jika antigen identik ditemukan kemudian, suatu
kekebalan sekunder respons dapat menghasilkan antibodi tambahan dalam satu atau
dua hari. Meskipun antibodi yang baru terbentuk dapat bertahan dalam tubuh hanya
untuk beberapa bulan atau tahun, sel-sel memori hidup lebih lama. Respons imun
sekunder mungkin terjadi menjadi sangat tahan lama.

6. Reaksi alergi
Baik reaksi alergi maupun respons imun mensyaratkan sensitisasi limfosit atau
penggabungan antigen dengan antibody. Reaksi alergi bagaimanapun adalah respon imun
terhadap zat yang tidak berbahaya dan dapat merusak jaringan. Alergi juga disebut reaksi
hipersensitivitas. Salah satu bentuk reaksi alergi dapat terjadi pada hampir semua orang,
tetapi yang lain hanya mempengaruhi orangorang dengan kecenderungan yang diturunkan
terhadap respon imun yang berlebihan. Antigen yang memicu respons alergi disebut
alergen. Alergi reaksi langsung (tipe I atau anafilaksis) terjadi dalam beberapa menit
setelah kontak dengan allergen. Orang dengan tipe alergi ini mewarisi kecenderungan
untuk memproduksi antibody lgE secara berlebihan sebagai respons terhadap antigen
tertentu. IgE biasanya terdiri dari sebagian kecil protein plasma. Alergi reaksi langsung
20
mengaktifkan sel B, yang menjadi peka ketika alergen pertama kali ditemukan. Pada
paparan awal, IgE menempel pada membrane sel mast dan basofil yang tersebar luas.
Ketika reaksi antibody alergen terjadi, sel-sel ini melepaskan mediator alergi seperti
histamine, prostaglandin D2 dan leukotrie.

21
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Limpa merupakan organ jaringan limfatik dengan massa lunak yang terletak di bagian
kiri atas rongga abdomen (rongga perut) diantara diagfragma dan lambung , limpa merupakan
kelenjar tanpa saluran berfungsi untuk memecahkan dan mengurai sel darah merah serta
berperan dalam sistem imun manusia.
Sedangkan Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan diri
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme
sehingga tidak mudah tekena penyakit.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari akan kekurangan kami tentunya dalam pembuatan
makalah ini. Berpegang pada hal tersebut kami sangat mengharapkan untuk kepada para
pembaca dapat memberikan kritikan maupun saran yang membangun dalam perbaikan
penyusunan makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, Alif. Sistem Imunitas Bagi Tubuh Manusia. https://www.academia.edu. (Diakses


tanggal 16 April 2020 jam 14:19)
Hendra,Physio. Sistem Imun. https://www.academia.edu. (Diakses tanggal 15 April 2020 jam
19:21)
Shier, David dkk. 2010. Hole’s Human Anatomy & Physiology Twelfth Edition. New York,
Amerika Serikat. The McGraw-Hill Companies.
Tate, Seeley Stephens. 2008. Anatomy & Physiology Eight Edition. New York, Amerika
Serikat. The McGraw-Hill Companies.

23

Anda mungkin juga menyukai