Anda di halaman 1dari 16

SISTEM URINARIA (SISTEM PERKEMIHAN)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Struktur Perkembangan Hewan I
yang dibina oleh Ibu Dra. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh:
Kelompok 6
Norma Yustika (160342606298)
Saidatul Ahadah (160342606256)
Septianti Amalia (160342606226)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
SISTEM URINARIA (SISTEM PERKEMIHAN)

Pengantar

Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Berfungsi membantu terciptanya
homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Sistem saluran kemih pada manusia
dapat dilihat pada gambar berikut :

GINJAL

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada


bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari
ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga
berperan menghasilkan hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan mengubah
provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri. Permukaan lateralnya konveks. Terletak retroperitoneal cavum abdomen (antara
dinding dorsal badan dan peritoneum parietal) pada daerah lumbal superior. Paling luar
diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Bagian ginjal yang
membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena
renalis, dan ureter. Pada bagian atas ginjal terdapat kelenjar adrenal ( suprarenal).
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian
paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya
terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut
piramid renal, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papilla renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal (Bertini).
Pada korteks renal banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula Bowmani yang
terpulas gelap, sedangkan pada medulla renal banyak dijumpai loop of Henle (Lengkung
Henle).
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid.
Kaliks minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks minor,
urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung
di dalam kandung kemih.
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh
darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler
berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubulus kontortus proksimal,
ansa Henle dan tubulus kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus
koligens (saluran penampung atau pengumpul).
Suplai Darah Ginjal
Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi:
Arteri renalis Arteri interlobaris Arteri arcuata Arteri interlobularis
Arteriole aferen Glomerulus Arteriole eferen Kapiler juxta glomerulare
Peritubuler Vena interlobularis Vena arcuata Vena interlobularis Vena renalis.

A. Arteriole aferen
Pada arteriole aferen dekat dengan badan Malphigi terdapat sel-sel Juxta glomeruler yang
merupakan modifikasi otot polos befungsi menghasilkan enzim renin. Enzim renin berfungsi
mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I, selanjutnya angiotensin I oleh
converting enzim diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II berfungsi merangsang sekresi
hormon aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron berperan meningkatkan reabsorpsi ion
Na dan klorida pada tubulus kontortus distal.

B. Nefron
Tiap ginjal tersusun atas unit struktural dan fungsional dalam pembentukan urin yang
dinamakan nefron (nephron). Tiap nefron terdiri atas bagian yang melebar yang dinamakan
korpuskula renalis atau badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle serta
tubulus kontortus distal.

C. Korpuskula renalis
Korpuskula renalis terdiri atas glomelurus dan dikelilingi oleh kapsula Bowmann.

D. Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler yang ruwet yang merupakan
cabang dari arteriole aferen. Pada permukaan luar kapiler glomeruli menempel sel berbentuk
spesifik dan memiliki penjuluran-penjuluran yang disebut podosit (sel kaki). Antara sel-sel
endotel kapiler dan podosit membentuk struktur kontinyu yang berlubang-lubang yang
memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Podosit berfungsi
membantu filtrasi cairan darah menjadi cairan ultra filtrat (urin primer). Cairan ultra filtrat
ditampung di dalam ruang urin yaitu ruang antara kapiler dengan dinding kapsula Bowmani
dan selanjutnya mengalir menuju tubulus contortus proksimal. Komposisi kimia cairan ultra
filtrat hampir sama dengan plasma darah. Glomerulus dan seluruh kapsula Bowmann
membentuk renal corpuscle, unit filtrasi dasar dari ginjal. Dari kapsula Bowman keluar
pembuluh sempit, disebut tubulus kontortus proksimal.Tubulus ini berkelok-kelok sampai
berakhir pada saluran pengumpul yang menyalurkan urin ke renal pelvis.

E. Capsula Bowman
Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng. Ruang
kapsuler berfungsi menampung urine primer (ultra filtrat). Sel podosit, sel epitel
kapsula Bowman yang mengalami spesialisasi untuk filtrasi cairan darah. Oleh
karena itu komposisi cairan ultra filtrat hampir sama dengan plasma darah kecuali
tidak mengandung protein plasma.

F. Sel Mesangial
Pada sel-sel endotel dan lamina basalis kapiler glomerulus terdapat sel mesangial yang
berperan sebagai makrofage.

G. Tubulus Kontortus Proksimal (TKP)


Tubulus kontortus proksimal kebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal. Mukosa
tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, apeks sel menghadap
lumen tubulus dan memiliki banyak mikrovili. Sel epitel tubulus kontortus proksimal
berfungsi untuk reabsorpsi.

H. Lengkung Henle (loop of Henle)


Lengkung Henle berbentuk seperti huruf U terdiri atas segmen tipis dan diikuti segmen
tebal. Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan tubulus kontortus proksimal
tersusun atas sel gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen. Cairan urin ketika berada dalam
loop of Henle bersifat hipotonik, tetapi setelah melewati loop of Henle urin menjadi bersifat
hipertonik. Hal ini dikarenakan bagian descenden loop of Henle sangat permeabel terhadap
pergerakan air, Na+, dan Cl-, sedangkan bagian ascenden tidak permeabel terhadap air dan
sangat aktif untuk transpor klorida bertanggung jawab terhadap hipertonisitas cairan
interstitial daerah medulla. Sebagai akibat kehilangan Na dan Cl filtrat yang mencapai
tubulus contortus distal bersifat hipertonik.

I. Tubulus Kontortus Distalis (TKD)


Tubulus kontortus distalis tersusun atas sel-sel epithelium berbentuk kuboid, sitoplasma
pucat, nuklei tampak lebih banyak, tidak ada mikrofili. ADH disekresikan oleh kelenjar
hipofise posterior. Apabila masukan air tinggi, maka sekresi ADH dihambat sehingga dinding
tubulus contortus distal dan tubulus koligen tidak permeabel terhadap air akibatnya air tidak
direabsioprsi dan urin menjadi hipotonik dalam jumlah besar akan tetapi ion-ion untuk
keseimbangan osmotic tetap ditahan. Sebaliknya apabila air minum sedikit atau kehilangan
air yang banyak karena perkeringatan tubulus contortus distal permeabel terhadap air dan air
direabsorpsi sehingga urin hipertonik. Hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks
adrenal berperan meningkatkan reabsorpsi ion Na. Sebaliknya mempermudah ekskresi ion
kalium dan hidrogen. Penyakit Addison merupakan akibat dari kehilangan natrium secara
berlebihan dalam urin.

J. Tubulus Koligens
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila bersatu
membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris Bellini. Tubulus
koligens dibatasi oleh epitel kubis. Peristiwa penting pada tubulus koligens adalah
mekanisme pemekatan atau pengenceran urin yang diatur oleh hormon antidiuretik (ADH).
Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat permeabel terhadap air bila terdapat ADH
dan sebaliknya.

K. Tubulus Kolektivus
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-sel epithelium columnair,
sitoplasma jernih, nukleus spheris.

L. Aparatus Juksta glomerulus


Tunika media ateriol aferen yang terletak didekat korpuskula malphigi mengalami
modifikasi seperti sel-sel epiteloid bukan otot polos yang disebut sel juksta glomelurus. Sel-
sel jukstaglomelurus menghasilkan enzim renin. Renin bekerja pada protein plasma yang
dinamakan angiotensinogen yang kemudian diubah menjadi angiotensin I. Selanjutnya zat ini
oleh converting enzyme yang diduga terdapat dalam paru-paru, diubah menjadi angiotensi II.
Angiotensi II merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Penurunan kadar
ion natrium merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi aldosteron.
Akibatnya resorbsi natrium yang akan menghambat ekskresi renin. Kelebihan natrium dalam
darah akan menekan sekresi renin yang mengakibatkan penghambatan pembentukan
aldosteron yang akan meningkatkan kosentrasi natrium urin. Jadi apparatus jukstaglomelurus
mempunyai peranan homeostatic dalam mengawasi keseimbangan ion natrium.

M. Macula Densa
Macula densa merupakan bagian dari tubulus kontortus distalis yang melalui daerah di
muka kapsula Bowmani terdiri atas sel-sel yang nampak meninggi, nuklei berderet rapat dan
berbentuk spheris. Macula densa berfungsi untuk reseptor tekanan osmotic (osmoreseptor).

Pembentukan urin
Proses pembentukan urin meliputi:
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk:
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh
organisme.

Saluran urin
Saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal
hingga akhir sebagai berikut:
Glomerulus Kapsula Bowman Tubulus kontortus proksimal Loop of Henle
(Lengkung Henle) Tubulus kontortus distal Tubulus koligen Tubulus collectivus
Kaliks minor Kaliks mayor Pelvis renalis Ureter Vesica urinaria Uretra.

Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi,
reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma
darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi
metabolisme tubuh untuk mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga berfungsi
sebagai memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk
dikeluarkan dalam urin. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan
urin. Dengan cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan tekanan
osmotik.
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorsi dan yang 1
ml dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin.
Filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah dimana gaya-gaya yang
melawan tekanan hidrostatik yaitu:
1. Tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. Tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. Tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada kapsul
Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang
melawannya adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25
mm Hg.

URETER

Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga
pelvis. Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding
otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi
sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.
Pada bagian superfisial terlihat sel-sel yang bentuknya seperti payung (sisi atas lebih lebar
dari sisi bawah) dan sel-sel lapisan bawah berbentuk polygonal. Tunica mucosa ureter
membentuk lipatan-lipatan longitudinal dengan epithelium transisional. Lamina propria tipis
tersusun atas jaringan pengikat longgar, dengan pembuluh darah, lymfe, dan serabut syaraf.
Tunica muscularis tersusun atas stratum longitudinale, stratum circulare. Tunica serosa
tersusun atas jaringan ikat longgar, tipis, jaringan lemak. Lamina propria tipis tersusun atas
jaringan pengikat longgar, dengan pembuluh darah, lymfe, dan serabut syaraf.
Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari ureter.
Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak di
dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih
tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis. Dinding kandung kemih
terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan otot), Tunika
sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Kandung kemih dan saluran urin menyimpan urin yang dibentuk dalam ginjal dan
mengalirkan keluar. Kaliks, pelvis, ureter, dan kandung kemih mempunyai struktur dasar
histologis yang sama. Dinding ureter lambat laun menjadi lebih tebal bila makin mendekati
kandung kemih. Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria
organ-organ ini terdapat selubung otot polos yang padat dan bergelombang.
Kandung kemih berfungsi menyimpan urin dan mengalirkannya ke ureter. Kaliks, pelvis,
ureter dan kantung kemih memiliki struktur histology yang hampir sama. Mukosa terdiri atas
epitel transisional dan facet sel berfungsi sebagai barier osmotic antar urin dan cairan
jaringan. Lamina propria terdiri atas otot polos.
URETRA

Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar tubuh
ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan
melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-
kira 20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki
mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa.
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan
memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di
sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra
wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam).
Ren (Ginjal) dan Saluran Keluarnya

PISCES
Tipe ren (ginjal) pada hewan pisces adalah opistonefros, letaknya di dorsal.
Bentuknya panjang, sempit, terletak di dinding tubuh sebelah dorsal di atas
peritonium perietal, pada kanan kiri sisi garis tengah. Ren memanjang hampir ke
seluruh panjang rongga tubuh. Ren pada ikan jantan lebih panjang dari pada ikan
betina, pada ujung anteriornya terdapat sistem reproduksi. Dari tubulus kolektivis
pada pisces urin menuju ke duktus arkinefrik yang merupakan suatu saluran seperti
ureter, menuju kloaka. Dilatasi duktus arkinefrik membentuk pembesaran seperti
vesika urinaria untuk penyimpanan urine sementara.
AMFIBIA
Ren pada hewan amfibi meluas pada sebagian besar panjang rongga tubuh dan
berlobus, tipenya adalah opistonefros. Pada Amfibia berekor ren terdiri dari 2 bagian
yaitu:
a. Bagian anterior merupakan bagian yang sempit, pada hewan jantan lebih berhubungan
dengan fungsi reproduksi
b. Bagian posterior merupakan bagian yang meluas, merupakan penyusunan bagian
utama opistonefros.
Duktus arkinefrik pada hewan jantan juga berfungsi sebagai suatu duktus
deferensi, disamping untuk mengangkut zat-zat sisa. Pada hewan betina hanya
berfungsi sebagai pengangkut zat zat sisa. Duktus arkinefrik bermuara di kloaka.
Pada rana sp dan Bufo sp, ren (ginjal) tidak berhubungan dengan sistem reproduksi.
Pada Amfibia terdapat vesika urinaria yang berdinding tipis ang muncul
sebagai suatu tonjolan dinding ventral kloaka,vesika urinaria ini berlobi 2. Tidak ada
hubungan langsung antara duktus dengan vesika urinaria. Urin langsung menuju
kloaka, dari kloaka urin didorong ke vesika urinaria.

REPTILIA
Tipe ren pada reptilia adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior
rongga abdominal, di daerah pelvis. Bentuk ren kecil dan padat, tetapi permukaannya
berlobus dan bagian posteriornya lebih sempit. Ureter bermuara terpisah di kloaka
dan tidak berhubungan dengan vesika urinaria kecuali pada chelonia sp. Vesika
urinaria sebagian merupakan derivat kloaka dan sebagian dari basal alantois vesika
urinaria tidak terdapat pada ular dan buaya. Cecak dan kura-kura mempunyai vesika
urinaria yang berkembang baik dan biasanya berlobus 2 yang bermuara ke kloaka.

AVES
Pada semua tipe burung, ren terletak pada bagian pelvis rongga tubuh dan
sering bersatu pada ujung posterior. Tipe ren adalah metanefros. Bentuk ren berlobi,
fisura yang dalam di antara kedua lobus menjadi jalan bagi cabang-cabang vena
renalis. Ureter aves pendek dan bermuara pada kloaka. Kecuali pada burung unta,
aves tidak mempunyai vesika urinaria. Sisa-sisa nitrogen dikeluarkan dalam bentuk
asam urat dan bentuk semi padat bersama-sama feses. Tidak adanya vesika urinaria
menyebabkan burung biasa terbang karena tidak ada beban dalam bentuk urine cair
yang harus dibawa.

PENYAKIT BATU SALURAN KEMIH (BSK)

Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran kemih.
Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, atau bergerak
turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam kandung
kemih itu sendiri. Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra.

Pembentukan BSK merupakan hasil interaksi beberapa proses yang kompleks,


merupakan komplikasi atau salah satu manifestasi dari berbagai penyakit atau kelainan yang
mendasarinya. Beberapa teori terbentuknya BSK, yaitu :

1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi

Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila
dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul zat organik seperti urea,
asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi kelarutan zat-zat lain. Bila
konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat dan
sebagainya) makin meningkat, maka akan terbentuk kristalisasi zat-zat tersebut. Batasan
pH urin normal antara 4,5-8. Bila air kemih menjadi asam (pH turun) dalam jangka lama
maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal. Sebaliknya bila air kemih menjadi
basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium fosfat akan mengkristal. Dengan
demikian, pembentukan batu pada saluran kemih terjadi bila keadaan urin kurang dari
atau melebihi batas pH normal sesuai dengan jenis zat pembentuk batu dalam saluran
kemih.

2. Teori Nukleasi/Adanya Nidus

Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian
terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa, gumpalan
darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal
dari neoplasma atau infeksi dan benda asing.
3. Teori Tidak Adanya Inhibitor

Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya
inhibitor kristalisasi. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu
terjadi pembentukan batu saluran kemih, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun
sama-sama terjadi supersaturasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih
ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan
penghambat (inhibitor). Ternyata pada penderita batu saluran kemih, tidak didapatkan zat
yang bersifat sebagai inhibitor dalam pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan pirofosfat
telah diketahui dapat menghambat pembentukan nukleasi (inti batu) spontan kristal
kalsium. Zat lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain : asam ribonukleat, asam
amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng.

4. Teori Epitaksi

Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan kristal lain.
Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan kalsium dan
oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan
menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga
tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang
dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya.

5. Teori Kombinasi

Teori terakhir mengenai pembentukan BSK adalah gabungan dari berbagai teori
tersebut yang disebut dengan teori kombinasi. Terbentuknya BSK dalam teori kombinasi
adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk mengekskresi zat
yang dapat membentuk kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal harus dapat menghasilkan
urin dengan pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari kedua hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan
dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus
tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor kristalisasi. Keempat, kristal yang telah
terbentuk harus berada cukup lama dalam urin, untuk dapat saling beragregasi
membentuk nukleus, yang selanjutnya akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang
terjadi kemudian, memegang peranan penting dalam pembentukan batu saluran kemih,
sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuh.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Batu Saluran Kemih (BSK)

a. Usia

Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.

b. Jenis kelamin

Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki dan
perempuan serta faktor hormone estrogen yang mencegah

c. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan mengurangi
terjadinya BSK bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.

d. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi terbentuknya batu,
sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai
dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya BSK.

e. Makanan

Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan meningkatkan
pembentukan BSK. Diet banyak purin (kerang-kerangan, anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat,
minuman soda, bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah
terjadinya penyakit BSK. Makan-makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati
mengurangi risiko BSK dan makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan
meningkatkan risiko BSK.

f. Riwayat Keluarga/keturunan

Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah menderita BSK akan memberikan
resiko lebih besar timbulnya gangguan/penyakit BSK pada anggota keluarga lainnya.

g. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan BSK. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium
akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

h. Iklim dan temperatur/suhu

Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi
akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu
peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden BSK akan meningkat. Tempat
yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan
BSK.

i. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Fitria, dkk. 2013. Sistem Saluran Kemih (Urinaria). Medan : Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

Muhtaroh. 2009. Sistem Urinaria pada Hewan Vertebrata. Palembang.

Paryono. 2011. Sistem Urinaria. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai