Anda di halaman 1dari 19

Mekanisme Kerja Pernapasan dan Mekanisme Transpor O2 serta CO2

Rufina Rettu
10 2011 046
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Pendahuluan
Sistem respirasi atau sistem pernapasan merupakan suatu mekanisme yang penting
dalam tubuh manusia. Sistem respirasi mencakup 2 proses yaitu respirasi internal yaitu
meliputi proses metabolisme intra sel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi oksigen
dan produksi karbon dioksida selama pengambilan energi dari molekul nutrient. Yang kedua
adalah pernapasan luar yang meliputi seluruh urutan langkah kejadian antara sel tubuh
dengan lingkungan luar.Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan membuang karbon dioksida , untuk mencapai tujuan ini , pernapasan dapat
dibagi menjadi 4 fungsi utama yaitu :1
a. Ventilasi paru yang berarti masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru.
b. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel jaringan tubuh.
d. Pengaturan ventilasi dan hal hal lain dari pernapasan .

Alamat Korespondensi :
Rufina Rettu
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
No Telp ( 021) 5694-2051 email : vivinretu@yahoo.co.id
Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Pernapasan
1

Struktur saluran pernapasan terdiri dari sistem saluran udara / tidak ada pertukaran gas
yang dimulai dari hidung , faring , laring , trakea , bronkus sampai bronkiolus terminalis dan
organ pertukaran gas ( sistem alveol paru ).
a.

Hidung

Di dalam hidung terdapat organum olfactorium primer.Fungsi hidung antara lain ialah
a.
b.
c.
d.
e.

Fungsi penghidu
Pernapasan
Penyaringan debu
Pelembapan udara pernapasan
Penampungan secret dari sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis

Pada permukaan luar inferior hidung terdapat dua lubang yakni nares anterior yang
terpisah satu dari yang lain oleh septum nasi .Terdiri dari vestibulum dan fosa nasal
Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Kulit luar
hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam vestibulum, pada permukaan
dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, selain rambut tebal
pendek atau vibrissa. Didalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih
menjadi epitel respirasi khas sebelum memasuki fosa nasal.2
Fosa nasal, terdiri dari 2 rongga yang dibatasi oleh septum nasi. Dari dinding lateral
menonjol keluar 3 tonjolan bertulang mirip rak yang dikenal sebagai konka. Dari konka
superior, media, dan inferior, hanya konka media dan inferior ditutupi oleh epitel olfaktorius.
Didalam lamina propia konka terdapat plexus venosa besar yang dikenal sebagai badan
pengembang (swell bodies) untuk menghangatkan udara yang masuk melalui hidung.2
b. Faring
Faring adalah sebuah pipa musculomembranosa , panjang 12 14 cm membentang
dari basis cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea.Paling
lebar di bagian superior berukuran 3 ,5 cm.Di sebelah kaudal dilanjutkan dengan oesophagus
( kerongkongan ). Faring dibagi menjadi tiga bagian :3
a. Nasopharing
b. Orofaring
c. Laringofaring

Nasofarings adalah bagian pertama faring, yang kearah kaudal berlanjut sebagai oral
organ ini, yaitu orofaring. Nasofaring dilapisi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet,
dibawah membrana basalis terdapat lamina propia terdapat kelenjar campur. Orofaring
sendiri dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, terletak dibelakang rongga mulut
dan permukaan belakang lidah. Nanti akan dilanjutkan bagian atas yang akan menjadi epitel
mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus.2
c. Laring
Laring merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara ,
membentang antara lidah sampai trakea atau pada laki laki dewasa setinggi vertebra
cervical 3 sampai 6 tetapi sedikit lebih tinggi pada anak dan perempuan dewasa.Laring
berada di antara pembuluh pembuluh besar leher dan di sebelah ventral tertutup oleh kulit ,
fascia fascia dan otot otot depressor lidah. 3 Laring adalah tabung tak teratur yang
menghubungkan faring dengan trakea. Didalam lamina propia terdapat jumlah tulang rawan
laryngeal. Tulang rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan kebanyakan aritenoid) adalah
tulang rawan hialin, dan beberapa di antaranya mengalami perkapura pada orang tua. Tulang
rawan yang lebih kecil (epiglottis, kuneifrom, kornikulata, dan ujung aritenoid) adalah tulang
rawan elastis. Ligament mengikat tulang-tulang rawan. Fungsi sebagai penyongkong
(menjaga agar jalan napas terbuka), tulang rawan ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah
makanan atau cairan yang ditelan memasuki trakea, dan juga berfungsi sebagai alat
pengahasil nada suara untuk fonasi.2
d. Trakea
Trakea merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput
fibromuskular , panjangngnya sekitar 10 -11 cm sebagai lanjutan dari laring , membentang
mulai setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra thoracal 5 .Ujung kaudal trakea terbagi
menjadi bronkus principalis ( primer , utama ) dekstra dan sinistra.3
Trakea dilapisi oleh mukosa respirasi. Terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin
membentuk C, yang terdapat dalam lamina propia, berfungsi menjaga agar lumen trakea tetap
terbuka. Ujung terbuka dari cincin berbentuk C terletak dipermukaan posterior trakea.
Ligamen fibroelastis dan berkas-berkas otot polos (muskulus trakealis) terikat pada
periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas tulang rawan berbentuk C ini. Ligamen
mencegah overdistensi dari lumen, sedangkan muskulus memungkinkan lumen menutup. 2
3

Untuk mempertahankan trakea agar tidak kolaps terdapat cincin kartilago multipel yang
mengelilingi trake pada kira kira lima perenam panjang trakea.Di semua bagian trakea
yang tidak terdapat tulang rawan ( kartilago ) dindingnya terutama terbentuk oleh otot polos.1
e. Bronkus
Merupakan generasi percabangan keduabelas sampai kelima belas dari pohon bronkus.
Tidak ada lempengan tulang rawan pada dindingnya dan juga tidak ditemukan kelenjar pada
bagian lamina proprianya, hanya ada sedikit sel goblet pada epitel di segmen awalnya. Pada
bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang semakin
memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis
kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Pada epitel di bronkiolus juga
mengandung sel clara yang permukaannya tidak ditutupi mikrovili dan sitoplasma apikalnya
mengandung sedikit granul sekresi padat di bagian atasnya (apexnya) yang berguna untuk
menyekresi protein yang melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan
inflamasi. Di dekat permukaan bebas, sel clara berhubungan dengan sel-sel didekatnya
dengan zonula occludens. Pada bronkiolus ini juga memperlihatkan daerah spesifik yang
disebut badan neuroepitel. Pada badan ini mengandung banyak sekali granul sekretorik dan
menerima ujung saraf kolinergik. Fungsi dari badan neuroepitel ini belum diketahui, namun
badan-badan ini mungkin merupakan kemoreseptor yang bereaksi terhadap perubahan
komposisi gas dalam jalan napas. Selain itu juga ikut berperan pada proses pemulihan sel-sel
epitel jalan napas yang mengalami cedera.2 Pada dinding bronkus terdapat lempeng kartilago
yang kecil dan melengkung yang mempertahankan rigditas namun tetap memungkinkan
pergerakan yang cukup agar paru dapat mengembang dan mengempis.Kartilago ini secara
progresif manjadi semakin kecil pada generasi akhir bronkus.1

Struktur Mikroskopis Bronkus 4


Diambil dari :Bagian Histologi FK UKRIDA.Penuntun praktikum Histologi.Jakarta:Penerbit
FK Ukrida;2012.h 48.4

f. Bronkus Respiratorius
Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius yang
berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem
pernapasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktual identik dengan yang ada pada
bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus sakular tempat
terjadi pertukaran gas. Dibagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersila sel
clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel selapis
alveolus gepeng. Makin kedistal alveolusnya dan jarak diantaranya makin kecil. Diantara
alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia.2

Struktur Mikroskopis Bronkiolus Terminalis Bronkiolus Respiratorius 4


Diambil dari :Bagian Histologi FK UKRIDA.Penuntun praktikum Histologi.Jakarta:Penerbit
FK Ukrida;2012.h 48.4
g. Duktus Alveolaris
Makin kedistal pada bronkiolus repiratorius, jumlah muara alveolus ke dalam dinding
brinkiolus makin banyak sampai dinding itu seluruhnya ditempatinya, dan tabung itu kini
disebut duktus alveolaris. Duktus alveolaris dan alveolus keduanya dipisahkan oleh sel
alveolus gepeng yang sangat halus. Dalam lamina propia yang mengelilingi tepian alveolus
terdapat anyaman sel otot polos. Berkas otot polos mirip sfingter ini tampak sebagai tombol
di antara alveoli berdekatan.2

Duktus alveolus bermuara kedalam atrium, yang berhubungan dengan sakus alveolaris,
dua atau lebih sakus alveolaris timbul dari setiap atrium. Banyak serat elastin dan retikulin
membentuk jalinan rumit sekitar muara atrium. Serat-serat retikulin berfungsi sebagai
penunjang yang mencegah pengembangan yang berlebihan dan pengrusakan pada kapilerkapiler halus dan septa alveolus yang tipis.2
h. Alveolus
Alveolus adalah penonjolan (evaginasi) mirip kantung bergaris tengah lebih kurang 200
m, dari bronkiolus, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveoli adalah bagian terminal
dari percabangan bronkus, merekalah yang memberi paru struktur sponsnya. Didalam
struktur mirip mangkuk ini berlangsung pertukaran oksigen dan CO 2 antara udara dan darah.
Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara
lingkungan luar dan dalam. Umumnya setiap dinding terletak diantara dua alveolus
bersebelahan dan karenannya disebut sebagai septum atau dinding interalveolus. Satu septum
interalveolus terdiri atas dua lapis epitel gepeng tipis, dan mengandung kapiler, fibroblast,
serat elastin dan retikulan, makrofag. Kapiler dan matriks jaringan ikat membentuk
intertisium. Didalam intertisium dari septum interalveolus terdapat jaringan kapiler yang
paling luas dalam tubuh.2
Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga unsur yang secara kolektif
disebut sebagai sawar darah udara: lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus; lamina
basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel; dan sitoplasma sel endotel. Didalam
septum interalveolus, kapiler paru berkesinambungan ditunjang oleh jalinan serat retikulin
dan elastin, serat-serat ini yang disusun agar dinding alveolus dapat mengembang dan
mengerut, adalah alat penyangga struktural pertama dari alveolus. Membran basal, leukosit,
makrofag, fibroblast, juga terdapat didalam intertisium septum. Membran basal dibentuk oleh
penyatuan dua lamina basal yang diproduksi oleh sel endotel dan sel epitel (alveolar) dinding
alveolus. Oksigen dari udara alveolus masuk kedarah kapiler melalui lapisan-lapisan tersebut
diatas, CO2 berdifusi kearah yang berlawanan, pembensan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh
enzim karbon anhidrase yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kurang 300 juta alveoli
yang terdapat dalam paru sangat memperluas permukaan dalam untuk pertukaran gas, yang
diperkirakan mencapai lebih kurang 140 m2. Septum interalveolus terdiri dari lima jenis sel
utama: sel endotel kapiler, sel alveolus tipe 1 (gepeng), sel alveol tipe 2 (septal, alveoli
besar), sel intersisial, termasuk fibroblast dan sel mast, dan makrofag alveolar. 2 Sel endotel
6

sangat tipis dan mudah dikacaukan dengan sel alveolar tipe 1. Pelapis endotel itu utuh dan
tidak bertingkat. Ciri paling mencolok pada sitoplasma bagian gepeng dari sel adalah
banyaknya vesikel pinositotik.Sel tipe 1, juga disebut sel alveolus gepeng, adalah sel yang
sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe 1 merupakan 97% dari permukaan
alveolus. Fungsi utama sel ini adalah mengadakan sawar dengan ketebalan minimal yang
mudah dilalui gas. Sel tipe 2, juga disebut sel alveolar besar ditemukan terselip diantara sel
alveolar tipe 1. Kedua jenis sel ini melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2
berbentuk agak kuboid yang biasanya berkelompok 2 atau 3 sepanjang permukaan alveolus
pada tempat pertemuan dinding alveolus dan membentuk sudut. Sel ini, yang tempat diatas
membrane basal adalah bagian dari epitel karena mempunyai asal yang sama dengan sel tipe
1 yang melapisi dinding alveolus. Sel ini mirip dengan sel sekresi biasa, mereka memiliki
mitokondria, RE kasar, kompleks golgi yang baik dan mikrofili pada permukaan apikal
bebasnya.2 Pada sel janin histologi, mereka menampilkan ciri sitoplasma vektikular has atau
berbusa, vesikel ini disebankan adanya badan-badan berlamel yang tetap terpelihara dan
terdapat dalam jaringan dipersiapkan. Badan berlamel menghasilkan materi yang menyebar
diatsa permukaan alveolus, memberi lapisan alveolar ekstraselular, yaitu surfaktan pulmonal,
yang menurunkan takanan permukaan alveolar. Surfakatan juga mencegah alveolus agar tidak
kolaps saat ekspirasi.2

Mekanisme Kerja Pernapasan


Mekanisme kerja pernapasan meliputi dua proses yaitu inspirasi ( pemasukan O2 ) dan
ekspirasi ( pengeluaran CO2 hasil metabolisme tubuh ). Untuk menjalankan mekanisme
pernapasan tentu saja membutuhkan otot otot pernapasan baik otot otot inspirasi maupun
ekspirasi .
Otot Pernapasan Inspirasi
Otot otot inspirasi adalah otot

- otot yang mengelevasikan rangka dada.Otot

pernapasan utama adalah otot inspirasi yang terpenting adalah diafragma selain itu juga
diperlukan otot interkostalis eksterna . Otot inspirasi aksesorius misalnya scalenus anterior ,
scalenus medius ,scalenus posterior , sternocleidomastoideus , serratus anterior.1
a. Diafragma

Merupakan jaringan musculofibrosa yang berbentuk dua belah kubah diantara rongga
toraks dan rongga perut. Terutama cembung kearah posterosuperior yang menghadap rongga
toraks dan cekung kearah anteroinferior yang menghadap rongga perut. Kontraksi diafragma
akan medatarkan kubah , mengurangi tekanan rongga toraks sehingga menarik udara masuk
ke paru.Tempat lekat diafragma meliputi :3
a. Processus xiphoideus
b. Ujung ujung sterna iga dan tulang tulang rawan iga 7 12
c. Processu transverses vertebra lumbar 1 dan korpus vertebra lumbal atas,perlekatannya
pada daerah lumbal ini berlangsung melalui perantaraan ligg.arcuatum mediale dan
laterale serta crura diaphragmatica.
Ada tiga aperture pada diafragma, yaitu:3
a. Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta desenden, vena azigos dan duktus torasikus.
b. Hiatus esophagus yang dilalui oleh esophagus
c. Aperture yang satu lagi dilalui oleh vena kava inferior.2
b. Mm.Intercostalis Externi
Sebelas pasang M.intercostalis externus ini membentang dari tepi inferior iga atas
menuju tepi superior iga di bawahnya.Serabut serabut otot ini melintas serong kearah antero
inferior. Paa saat inspirasi otot ini mengangkat iga iga ke arah atas karena kontraksi
konsentrik serabut serabut otot ini sangat dekat dengan kelandaian iga iga pada tempat
lekat otot tersebut.3
Otot pernapasan tambahan seperti sternokleidomastoideus berfungsi untuk mengangkat
sternum ke atas.Serratus anterior berfungsi untuk mengangkat sebagian besar iga dan otot
skalenus berfungsi untuk mengangkat dua iga pertama.1
Otot Pernapasan Ekspirasi
Otot otot ekspirasi adalah otot otot yang menurunkan rangka dada.Ekspirasi
dicapai dengan recoil pasif paru dan dinding dada namun pada laju ventilasi yang tinggi
ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot abdomen yang mempercepat recoil diafragma dengan
meningkatkan tekanan abdomen ( misalnya olahraga). Otot yang aktif saat ekspirasi adalah
Mm intercostalis interni.1,5
a. Mm.Intercostalis Interni

Sebelas pasang M.intercostalis internus melintas antara tepi paling inferior lateral
sulcus costae iga atas menuju tepi superior iga di bawahnya . Otot ini membentang dari ujung
sterna daerah intercatilaginea sampai angulus costae di sebelah posterior . Kea rah columna
vertebralis , di sebelah medial belakang / ujung vertebral sela iga , lapis ini
berkesinambungan dengan lig.intercostalis interna . Serabut otot ini melintas serong ke arah
postero inferior .Bagian interosseus Mm intercostalis interni merupakan otot yang paling
aktif selama ekspirasi , menggerakkan iga iga ke arah bawah , karena kontraksi konsentrik
serabut otot ini hampir tegak lurus dengan kelandaian iga iga pada tempat perlekatan otot
tersebut.3
Paru paru normal bersifat ringan lunak dan menyerupai sepon .Paru paru juga
kenyal dan dapat mengisut sampai sekitar sepertiga besarnya.Masing masing paru paru
memiliki puncak / apex , tiga permukaan , dan tiga tiga tepi .6
Permukaan paru paru memiliki :6
a. Facies costalis , terhampar pada sternum , cartilage costalis dan costa.
b. Facies mediastinalis , ke medial berhubungan dengan mediastinum dan ke dorsal
dengan sisi vertebra.
c. Facies diaphragmatica / alas bertumpu pada kubah diafragma yang cembung ,
cekungan terdalam terdapat pada paru paru kanan , karena letak kubah sebelah
kanan lebih tinggi.
Tepi paru paru memiliki :6
a. Margo anterior adalah tepi pertemuan facies costalis dengan facies mediastinalis di
sebelah ventral yang bertumpang pada jantung , incisura cardiac merupakan torehan
pada tepi paru paru kiri.
b. Margo inferior membentuk batas lingkar facies diaphragmatica paru paru dan
memisahkan facies diaphragmatica dari facies costalis dan facies mediatinalis.
c. Margo posterior ialah tepi pertemuan facies costalis dengan facies mediastinalis di
dorsal , tepi ini lebar dan mencembung , terletak dalam ruang pada sisi vertebra.
Paru paru merupakan struktur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan
pengembangannya.Juga tidak terdapat perlekatan antara paru paru dan dinding rangka dada
kecuali pada bagian paru yang tergantung hilumnya dari mediastinum.Bahkan paru paru
sebetulnya mengapung dalam rongga toraks dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan
9

pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru di dalam rongga.Selanjutnya cairan yang
berlebihan akan diisap terus menerus ke dalam saluran limfatik untuk menjaga agar
terdapat sedikit isapan antara permukaan viseral dari pleura paru dan permukaan parietal
pleura dari rongga toraks . Oleh karena itu kedua paru menetap pada dinding toraks seolah
olah terlekat padanya , kecuali ketika dada melakukan pengembangan dan berkontraksi ,
maka paru paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan baik . Tekanan pleura
adalah tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding
dada.Tekanan pleura normal pada awal inspirasi adalah sekitar 5 sentimeter air yang
merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai
nilai istirahatnya.Kemudian selama inspirasi normal pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan
menjadi lebih negatif , menjadi rata rata sekitar 7,5 sentimeter air.1
Tekanan alveolus adalah tekanan udara di bagian dalam alveoli paru.Untuk
menyebabkan udara mengalir ke alveoli selama inspirasi , maka tekanan dalam alveoli harus
turun sampai nilainya sedikit dibawah tekanan atmosfer .Selama inspirasi normal , tekanan
alveolus menurun sampai sekitar 1 sentimeter air.Tekanan yang sedikit negatif ini cukup
untuk menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru dalam waktu 2 detik sebagaimana yang
diperlukan untuk inspirasi yang normal dan tenang. Selama ekspirasi terjadi tekanan yang
berlawanan .Tekanan alveolus meningkat sampai sekitar +1 sentimeter air dan tekanan ini
mendorong 0,5 liter udara inspirasi keluar paru pada saat ekspirasi selama 2 sampai 3 detik.1
Tekanan transpulmonal yaitu perbedaan antara tekanan alveolus dan tekanan
pleura.Ini merupakan perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar
paru dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada
setiap pernapasan yang disebut tekanan daya lenting paru.Luasnya pengembangan paru untuk
setiap unit peningkatan tekanan transpulmonal ( jika terdapat cukup waktu untuk mencapai
keseimbangan ) disebut komplians paru.1
Kerja insprasi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :1
a. Yang dibutuhkan untuk pengembangan paru dalam melawan daya elastisitas paru dan
dada yang disebut kerja komplians atau kerja elastis.
b. Yang dibutuhkan untuk mengatasi viskositas paru dan struktur dinding dada yang
disebut kerja resistensi jaringan.

10

c. Yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi jalan napas terhadap pergerakan udara ke
dalam paru yang disebut kerja resistensi jalan napas.
Volume paru terdiri dari:1
a. Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal.
b. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah
dan diatas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat biasanya mencapai 3000
ml.
c. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal jumlah normalnya
adalah sekitar 1100 ml.
d. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah
ekspirasi paling kuat , volume ini besarnya kira kira 1200 ml.
Penyatuan dua atau lebih volume diatas disebut kapasitas paru .Kapasitas paru terdiri dari :1
a. Kapasitas inspirasi yaitu jumlah udara ( kira kira 3500 ml ) yang dapat dihirup oleh
seseorang , dimulai dari tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimum.
b. Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara yang tersisa dalam peru pada akhir
ekspirasi normal ( kira kira 2300 ml ).
c. Kapasitas vital yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari
paru , setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak banyaknya.
d. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru
sebesar mungkin dengan dengan inspirasi sekuat mungkin .

11

Gambar 1.Mekanisme Pernapasan 7


Mekanisme pernapasan .Diunduh dari biologysmylife.blogspot.com14 Mei 2012.

Mekanisme Transpor Oksigen dan Karbon Dioksida


Setelah alveoli diventilasi dengan udara segar , langkah selanjutnya dalam proses
pernapasan adalah difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan difusi karbon
dioksida dalam arah sebaliknya , keluar dari pembuluh darah . Proses difusi secara sederhana
merupakan gerakan molekul molekul secara acak yang menjalin jalan ke seluruh arah
melalui membran pernapasan dan cairan yang berdekatan .Walaupun demikian dalam
fisiologi pernapasan kita tidak hanya memperhatikan mekanisme dasar terjadinya difusi tetapi
juga kecepatan difusi .Pada fisiologi pernapasan banyak sekali campuran gas gas terutama
oksigen , karbon dioksida dan nitrogen .Kecepatan difusi masing masing gas ini berbanding
langsung dengan tekanan yang disebabkan oleh gas itu sendiri yang disebut tekanan parsial
gas .Selain perbedaan tekanan berbagai faktor lain juga mempengaruhi kecepatan difusi gas
dalam cairan .Faktor faktor tersebut antara lain :1
a. Daya larut gas dalam cairan , makin besar daya larut gas makin banyak jumlah
molekul yang tersedia untuk berdifusi pada perbedaan tekanan parsial tertentu.
b. Luas penampang cairan ,makin besar luas penampang lintang daerah difusi itu makin
besar jumlah total molekul yang berdifusi.
c. Jarak yang harus dilalui gas sewaktu difusi , makin jauh jarak yang harus ditempuh
oleh molekul makin lama waktu yang dibutuhkan olehmolekul tersebut untuk
berdifusi.
d. Berat molekul gas
e. Suhu cairan
Difusi gas melalui membran pernapasan melukiskan unit pernapasan yang terdiri dari
bronkiolus respiratorius , duktus alveolaris , atria dan alveoli.Kira kira 300 juta alveoli di
kedua paru , masing masing alveolus mempunyai diameter rata rata 0,2 mm . Dinding
alveolus sangat tipis dan diantara alveoli terdapat jaringan kapiler yang hampir padat dan
saling berhubungan .Karena luasnya pleksus kapiler inilah maka aliran darah dalam dinding
alveolus telah diuraikan sebagai suatu lembaran aliran darah.Dengan demikian jelas
bahwa gas alveolus berada sangat dekat dengan darah kapiler paru.Selanjutnya pertukaran
gas antara udara alveolus dan darah paru terjadi melalui membran di seluruh bagian terminal

12

paru , tidak hanya dalam alveoli itu sendiri .Semua membran ini secara bersama sama
dikenal sebagai membran pernapasan yang juga disebut membran paru .1
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas melalui membran pernapasan antara
lain :1
a.
b.
c.
d.

Ketebalan membran
Luas permukaan membran
Koefisien difusi gas dalam substansi membran
Perbedaan tekanan parsial gas antara kedua sisi membran

Peran Hemoglobin dalam Pengangkutan Oksigen


Pada keadaan normal , sekitar 97 % oksigen yang diangkut dari paru ke jaringan
dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah sisanya
sebanyak 3 % diangkut dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah.Dengan
demikian pada keadaan normal , oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh
hemoglobin.Molekul oksigen bergabung secara longgar dan reversible dengan bagian heme
dari hemoglobin .Bila PO2 tinggi seperti dalam kapiler paru oksigen akan berikatan dengan
hemoglobin , tetapi bila PO2 rendah seperti dalam kapiler jaringan , oksigen dilepaskan dari
hemoglobin .Ini adalah dasar untuk hampir seluruh pengangkutan oksigen dari paru ke
jaringan.1
Darah orang normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam setiap 100 ml
darah dan tiap gram hemoglobin dapat berikatan maksimal dengan 1 , 34 ml oksigen ( 1,39
ml bila hemoglobin secara kimiawi bersifat murni , tetapi ketidakmurnian seperti
methemoglobin mengurangi jumlah ini ).Jumlah total oksigen yang terikat dengan
hemoglobin di dalam darah arteri sistemik normal dengan saturasi 97 persen , kira kira
adalah 19 ,4 ml tiap 100 ml darah .Saat melewati kapiler jaringan , jumlah ini berkurang , rata
rata menjadi 14 ,4 ml ( PO2 40mmHg , saturasi hemoglobin 75 %).Dengan demikian pada
keadaan normal , kira kira 5 ml oksigen diangkut dari paru ke jaringan oleh setiap 100 ml
aliran darah.1
Meskipun hemoglobin diperlukan untuk pengangkutan oksigen ke jaringan ,
hemoglobin mempunyai fungsi utama lainnya untuk kehidupan .Fungsi ini adalah fungsi
hemoglobin sebagai sistem dapar oksigen jaringan .Dengan ini hemoglobin dalam darah
bertanggung jawab terutama untuk stabilisasi tekanan oksigen dalam jaringan.Fungsi ini
dapat dijelaskan sebagai berikut .Pada keadaan basal jaringan membutuhkan kira kira 5 ml
13

oksigen dari setiap 100 ml darah yang melalui kapiler jaringan.Untuk setiap 5 ml darah
oksigen yang dilepaskan oleh setiap 100 ml aliran darah , PO 2 harus turun kira kira 40
mmHg .Oleh karena itu PO2 jaringan normalnya tidak dapat meningkat di atas 40 mmHg ,
karena seandainya terjadi demikian

, oksigen yang diperlukan jaringan

tidak dapat

dilepaskan dari hemoglobin .Dengan cara ini , dalam keadaan normal hemoglobin mengatur
batas atas tekanan oksigen dalam jaringan , yaitu sekitar 40mmHg.1
PO2 normal dalam alveoli kira kira 104 mmHg , tetapi ketika seseorang mendaki
gunung atau naik pesawat udara , PO2 dapat turun dengan mudah sampai kurang dari setengah
jumlah ini .Bila PO2 alveolus diturunkan sampai 60 mmHg , saturasi oksigen hemoglobin
arteri masih 89 % hanya 8 % dibawah saturasi normal sebesar 97 %.Selanjutnya jaringan
masih mengeluarkan kira kira 5 ml oksigen dari setiap 100 ml darah yang mengalir melalui
jaringan tersebut , untuk mengeluarkan oksigen , PO2 darah vena turun menjadi 35 mmHg
PO2 hanya 5 mmHg di bawah nilai normal sebesar 40mmHg.Dengan demikian PO 2 jaringan
hampir tak berubah walaupun PO 2 alveolus secara nyata menurun menjadi 104 menjadi 60
mmHg .1
Bila darah menjadi sedikit asam , dengan penurunan pH dari nilai normal 7 ,4 menjadi
7,2 pergeseran kurva disosiasi oksigen hemoglobin rata rata 15 persen ke
kanan.Sebaliknya peningkatan Ph normal 7 ,4 menjadi 7 ,6 akan menggeser kurva ke kiri
dengan besar yang sama.Selain perubahan pH dikenal pula beberapa faktor lain yang
menyebabkan pergeseran kurva .Tiga faktor diantaranya menggeser kurva ke kanan ialah :1
a. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida , pergeseran kurva disosiasi oksigen
hemoglobin sebagai respons terhadap peningkatan karbon dioksida dan ion hidrogen
dalam darah memberi pengaruh penting dalam meningkatkan pelepasan oksigen dari
darah dalam jaringan dan meningkatkan oksigenasi darah dalam paru.Pengaruh ini
disebut efek Bohr.Pengaruh ini dapat dijelaskan sebagai berikut ketika darah melalui
jaringan , karbon dioksida berdifusi dari sel jaringan ke dalam darah .Proses ini
menaikkan PO2 dan kemudian meningkatkan H2CO3 darah ( asam karbonat ) darah
dan konsentrasi ion hydrogen.Efek ini menggeser kurva disosiasi oksigen
hemoglobin ke kanan dan kearah bawah

yang memaksa oksigen terlepas dari

hemoglobin dan dengan demikian meningkatkan jumlah pengiriman oksigen ke


jaringan.Terjadi efek yang berlawanan di dalam paru yang menyebabkan karbon
dioksida berdifusi dari darah ke dalam alveoli .Efek ini menurunkan PCO2 darah dan
14

menurunkan konsentrasi ion hidrogen , menggeser kurva disosiasi oksigen


hemoglobin ke kiri dan kearah atas.Oleh karena itu jumlah oksigen yang berikatan
dengan hemoglobin pada PO2 alveolus tertentu , menjadi sangat meningkat sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan dalam jumlah yang lebih besar.
b. Peninggian suhu darah
c. Peningkatan 2 ,3 difosfogliserat ( DPG ) yaitu suatu senyawa fosfat yang secara
metabolik penting terdapat dalam darah dengan konsentrasi yang berubah ubah
tergantung pada kondisi metabolik yang berbeda.DPG normal dalam darah
mempertahankan kurva disosiasi oksigen hemoglobin sedikit bergeser ke kanan
setiap saat .Tetapi dalam keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa
jam , jumlah DPG

dalam darah sangat meningkat sehingga menggeser kurva

disosiasi oksigen hemoglobin lebih ke kanan.Ini menyebabkan oksigen dikirimkan


ke jaringan pada tekanan oksigen 10 mmHg lebih besar daripada keadaan tanpa
peningkatan DPG ini.Oleh karena itu pada beberapa keadaan hal ini dapat menjadi
suatu mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap hipoksia

khusunya

terhadap hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik .

Pengangkutan Karbon Dioksida dalam Darah


Untuk memulai proses pengangkutan karbon dioksida , karbon dioksida berdifusi
keluar dari sel jaringan dalam bentuk molekul karbon dioksida yang terlarut.Waktu memasuki
kapiler jaringan , karbon dioksida segera menginisiasi serangkaian reaksi secara kimia dan
fisika yang penting untuk transport karbon dioksida.Ada beberapa jenis pengangkutan karbon
dioksida antara lain:
a. Pengangkutan karbon dioksida dalam bentuk terlarut
Sebagian kecil karbon dioksida ditranspor dalam bentuk terlarut ke paru.Telah dijelaskan
bahwa PCO2 darah vena adalah 45 mmHg dan darah arteri adalah 40 mmHg.Jumlah karbon
dioksida terlarut dalam cairan darah pada tekanan 45mmHg kira kira 2,7ml/dl ( 2,7 volume
persen ).Jumlah yang terlarut dalam tekanan 40 mmHg kira kira 2,4 ml atau berbeda 0,3
ml.Oleh karena itu , kira kira hanya 0,3 ml karbon dioksida yang diangkut dalam bentuk

15

karbon dioksida terlarut oleh setiap 100 ml aliran darah.Jumlah ini kira kira 7 % dari semua
karbon dioksida yang diangkut secara normal.1
b. Pengangkutan karbon dioksida dalam bentuk ion bikarbonat.
Karbon dioksida yang terlarut dalam darah bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat.Reaksi ini terjadi sangat lambat dan tidak penting seandainya tidak ada enzim
protein di dalam sel darah merah yang disebut karbonik anhidrase , yang berfungsi untuk
mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air , serta mempercepat reaksi ini kira kira
5000 kali lipat.Oleh karena itu , berbeda dengan reaksi dalam plasma yang memerlukan
waktu berdetik detik atau bermenit menit , maka dalam sel darah merah reaksi ini terjadi
sedemikian cepatnya sehingga mencapai keseimbangan hampir sempurna dalam waktu
sepersekian detik .Ini memungkinkan sejumlah besar karbon dioksida bereaksi dengan cairan
sel darah merah bahkan sebelum darah tersebut meninggalkan kapiler jaringan.1
Dalam waktu sepersekian detik selanjutnya asam karbonat yang dibentuk dalam sel darah
merah ( H2CO3 ) terurai menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat ( H + dan HCO3).Kemudian
sebagian besar ion hydrogen bersatu dengan hemoglobinfdalam sel darah merah sebab
protein hemoglobin merupakan dapar asam basa yang kuat.Lalu banyak ion bikarbonat
yang berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma sementara ion klorida berdifusi ke
dalam sel darah merah untuk menggantikannya.Hal ini dapat terjadi karena adanya protein
pembawa bikarbonat klorida yang khusus dalam membrane sel darah merah yang
menggerakkan kedua ion ini bolak balik dengan cepat dalam arah yang berlawanan.Dengan
demikian kadar klorida sel darah merah vena lebih besar daripada sel darah merah di arteri ,
fenomena ini disebut pergeseran klorida.Di bawah pengaruh karbonik anhidrase , gabungan
karbon dioksida dengan air dalam sel darah merah yang bersifat reversible , meliputi sekitar
70 % dari seluruh karbon dioksida yang diangkut dari jaringan ke paru .1
c. Pengangkutan karbon dioksida dalam gabungannya dengan hemoglobin dan protein
plasma karbaminohemoglobin
Karbon dioksida juga bereaksi langsung dengan radikal amino molekul hemoglobin ,
untuk membentuk senyawa karbaminohemoglobin ( CO 2Hgb).Gabungan karbon dioksida
dengan hemoglobin ini adalah reaksi reversibel yang terjadi dengan ikatan longgar , sehingga
karbon dioksida mudah dilepaskan ke dalam alveoli yang memiliki PCO2 lebih rendah
daripada kapiler paru.1
16

Kurva disosiasi karbon dioksida memperlihatkan ketergantungan karbon dioksida


darah total dalam semua bentuknya terhadap PCO2 .1Pengikatan oksigen dengan hemoglobin
cenderung mengeluarkan karbon dioksida dari darah.Sesungguhnya efek ini yang disebut
efek Haldane.Efek Haldane disebabkan oleh fakta sederhana bahwa gabungan oksigen
dengan hemoglobin dalam paru menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat.Hal
ini menyebabkan pindahnya karbon dioksida dari darah dan masuk ke dalam alveoli melalui
dua cara yaitu :1
a. Semakin tinggi keasaman hemoglobin , semakin berkurang kecenderungannya untuk
bergabung dengan karbon dioksida untuk membentuk karbaminohemoglobin , jadi
memindahkan banyak karbon dioksida dalam bentuk karbamino dari darah.
b. Meningkatnya keasaman hemoglobin juga menyebabkan hemoglobin melepaskan
sejumlah ion hidrogen , dan ion ion ini berikatan dengan ion bikarbonat untuk
membentuk asam karbonat , kemudian terurai menjadi air dan karbon dioksida dan
karbon dioksida dikeluarkan dari darah masuk ke dalam alveoli dan akhirnya ke
udara.

Alkalosis
Pada alkalosis , rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ekstrasel meningkat ,
menyebabkan peningkatan pada pH ( penurunan konsentrasi H+ ) seperti yang terbukti dari
persamaan Handerson Hasselbalch.Tanpa memperhatikan penyebab alkalosis , baik akibat
gangguan metabolik atau respiratorik , masih terdapat suatu peningkatan rasio HCO 3terhadap H+ did alam cairan tubulus ginjal .Efek akhir dari mekanisme kompensasi ini adalah
kelebihan HCO3- yang tidak dapat direabsorbsi dari tubulus dan oleh

karena itu

diekskresikan dalam urin. Jadi alkalosis HCO 3- dikeluarkan dari cairan ekstra sel melalui
ekskresi ginjal yang mempunyai efek yang sama seperti dengan penambahan H + pada cairan
ekstrasel.Ii membantu mengembalikan konsentrasi H+ dan pH kembali normal.Pada alkalosis
respiratorik terdapat peningkatan pH cairan ekstrasel dan penurunan konsentrasi H +
.Penyebab

alkalosis

adalah

penurunan

PCO2

plasma

yang

disebabkan

oleh

hiperventilasi.Pengurangan PCO2 kemudian menimbulkan penurunan kecepatan sekresi H+


17

oleh tubulus ginjal .Penurunan sekresi H+ mengurangi jumlah H+ dalam cairan tubulus ginjal.
Akibatnya jumlah H+ tidak cukup untuk bereaksi dengan semua HCO3- yang difiltrasi.Oleh
karena itu HCO3- yang tidak dapat bereaksi dengan H+ , tidak direabsorbsi dan diekskresikan
dalam urin.Hal ini menghasilkan penurunan konsentrasi HCO3- plasma dan koreksi terhadap
alkalosis.Oleh karena itu respons kompensasi terhadap pengurangan PCO 2 primer pada
alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi HCO 3- plasma yang disebabkan oleh
peningkatan ekskresi HCO3- oleh ginjal .1
Alkalosis respiratorik disebabkan oleh ventilasi yang berlebihan oleh paru.Jenis
alkalosis respiratorik fisiologis terjadi ketika seseorang mendaki hingga mencapai tempat
yang tinggi .Kandungan oksigen yang rendah dalam udara akan merangsang pernapasan yang
menyebabkan banyak sekali pelepasan CO2 dan terbentuknya alkalosis respiratorik ringan.1
Kesimpulan
Sesak napas yang dialami oleh laki laki itu adalah suatu hal yang fisiologis , hal ini
terjadi karena adanya penurunan tekanan atmosfer , dimana komposisi / kadar gas di udara
tetap dan tekanan gas menurun , PO2 alveol 60 mmHg yang mengakibatkan rangsang
ventilasi meningkat , semakin tinggi tempatnya maka rangsang ventilasi semakin tinggi
sehingga terjadi hiperventilasi , hal ini mengakibatkan alkalosis respiratorik.

Daftar Pustaka
1. Guyton,Hall.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.11thed.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2007.h 495 - 537.
2. Carlos JL. Histologi dasar.Jakarta:EGC; 2005.h. 341-55.
3. Gunardi S.Anatomi sistem pernapasan.Jakarta:FKUI;2009.h 14 71.
4. Bagian Histologi FK UKRIDA.Penuntun praktikum Histologi.Jakarta:Penerbit FK
Ukrida;2012.h 48.
5. Ward J , Clarke R, Linden R. At a glance Fisiologi. Jakarta:Erlangga;2007.h 51.
6. Moore KL,Agur AMR.Anatomi klinis dasar.Jakarta:Hipokrates;2002.h 45 7.
7. Mekanisme pernapasan.Diunduh dari biologysmylife.blogspot.com , 14 Mei 2012.

18

19

Anda mungkin juga menyukai