Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga


tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba adalah ventilasi, drainase sekret, dan
menghalagi masuknya sekret dari nasofaring ketelinga tengah. Ventilasi berguna
untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan
tekanan udara luar. Tuba akan membuka melaluli kerj otot bila mana terdapat
perbedaan tekanan sebesar 20 hingga 40 mmHg.1

Gangguan pada tuba eustachius salah satunya adalah barotrauma, dimana


barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang
terjadi pada saat menyelam atau pada saat terbang.2 Perubahan tekanan udara
yang besar dan sangat cepat pada saat menyelam atau terbang dapat menyebabkan
gelombang tekanan di telinga dalam dan mengakibatkan kerusakan struktur
telinga dalam. Perubahan tekanan udara yang sangat besar juga akan
mempengaruhi telinga tengah dan mastoid apabila ada obstruksi tuba karena
rumitnya fungsi tuba eustachius.3 Ketidaknyamanan ini dapar diatasi dengan
menelan, mengunyah atau melakukan perasat valsava, yang kesemuanya
menyamakan tekanan dengan membuka tuba eustachius. 4

Bila tuba eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghebat
didaam telinga. Nyeri di sertai dengan sensasi tekanan yang hebat dalam telinga
serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan rupture.
Pada kasus barotrauma yang hebat, gejala akan menetap selama beberapa hari
setelah perjalanan uadara tersebut dan pada pemeriksaan telinga akan
menunjukkan warna biru pada membran timpani serta batas cairan akibat
perdarahan ke dalam telinga tengah.4

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi menjadi tiga bagian telinga
luar, telinga tenga dan telinga dalam. 3

Gambar 1: Anatomi Telingah

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar adalah bagian telinga yang terdapat disebelah luar membran
timpani. Bagian ini terdiri dari daun telinga dan saluran enuju membrane timpani,
yaitu disebelah liang telinga luar. Daun telinga merupakan suatu lempeng tulang
lrawan yang berlekuk-lekuk di tutupi oleh kulit dan di pertahankan pada
tempatnya oleh otot-otot dan ligamentum. Lekuk daun telinga yang utama adalah
heliks dan antiheliks, tagus dan anti tragus, serta meatus acusticus eksterna.3

2
Liang telinga luar berasal dari celah brakial pertama ectoderm, berbentuk
seperti huruf S. Sepertiga bagian luar liang telinga dibentuk oleh tulang rawan
sedangkan 2/3 baian dalam dibentuk oleh tulang sejati. Panjangnya sekitar 2-3cm
disebelah medial liang telinga luar dibatasi oleh membran timpani. Kulit yang
melapisi tulang rawan sangat longgar dan mengandung banyak folikel rambut
kelenjar serumen, dan kelenjar sebasea.1

Gambar 2: Daun Telinga

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak
enam sisi. Diding posteriornya lebih luas dari pada dinding anterior sehingga
kotak tersebut berbentuk baji. Promntorium pada dinding medial meluas kelateral
kearah umbo dari membrane timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada
bagian tengah.2

Telinga tengah berbentuk kubus, dengan:1

3
Batas luar: membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah: Vena Jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani ( Meningen/Otak)
Batas Dalam :Berturut-turut dari atas kebawah kanalis
semisirkularis horizontal, analis fasialis, oval window, round
window dan promontorium

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun


dari luar kedalam,yaitu maleus,incus dan stapes. Tulang pendengaan didalam
telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membrane timpani, maleus melekat pad incus, dan incus melekat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang behubungan dengan koklea. Hubungan
antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. 1

Gambar 3:Tulang pendengaran.

Membrane timpani merupakan batas antara telinga luar dan telinga dalam
yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapsan skuamosa membatasi telinga luar
sebelah luar, lapisan mukosa membatasi telinga tengah sebelah lateral dan
jaringan fibrosa terletak diantara kedua lapisan tersebut. Lapisan fibrosa terdiri

4
dari serat melingkar dan serat radial yang menjadikan bentuk dan konsistensi
membrane timpani. 2

Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan berbentuk oblik terhdap sumbu liang telinga. Membrane timpani
terdiri dari pasr flaksid bagian atas membrane Shrapnel, sedangkan bagian bawah
pars tensa (membrane propria). Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membrane timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suat reflek cahaya
(cone of light) kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane tipani kiri dan
pukul 5 untuk membrane timpani kanan. 1

Membrane timpani terdiri dari empat kuadran, dengan menarik garis


searah dengan prosesus longus maleus dan garis terletak lurus pada umbo,
sehingga didapatkan bagian anterosuperior, anteroinferior, posteriorsuperior,
posteriorinferior. 1

Gambar 4: Membrane Timpani

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan


nasofaring dengan telinga tengah.1 Tuba eustachius mula-mula merupakan suatu
diverticulum sederhana dari forgut embriokemudia berkembang menjadi system
organ yang rumit untuk keperluan pertukaran udara dan pembersih telinga. Tuba
eustachius berukuran 17 sampai 18 mm saat kelahiran dan tumbuh sekitar 35 mm
pada saat dewasa. Sepertiga bagian luar tuba eustachius terdiri dari tulang

5
sedangan dua pertiga bagian dalam tub terdiri dari tulang rawan. Panjang tuba
eustachius sekitar 4cm. fungsi tuba adalah untuk ventilasi, drainase secret dan
menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga tegah. Ventilasi
memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfir pada kedua sisi membrane
timpani. Ventilasi tuba eustachius dapat dinilai dengan melihat pergerakan
kelateral dari membrane timpani memakai otoskop. 5

Gambar 5: Tuba Eustachius

2.1.3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibular yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak dari koklea disebut Helikotrema, yang menghubungkan perilimf skala
vestibule dan skala timpani. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara
tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan
melintang koklea tampak tiga buah sekala yaitu skala vestibule sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. skala
vestibule dan skala timpani berisi perilimf sedangkan skala media berisi endolimf.
Koklea berfungsi sebagai pusat pendengaran dan vestibularis berfungsi sebagai
pusat keseimbangan. Ion dan gaam yang terdapat pada perilimf dan endolimf
berbeda ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai

6
membrane vestibulis (reisnniers membrane) sedangkan dasar sekala media adalah
membrane basalis. Pada membranini terletak organ korti.1

Gambar 6: Telinga Dalam

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran. Energy getar yang telah diaplikasikan ini
akan diteruskan ke stapes sehingga perilimfe pada skala vestibule bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrane reissner yang mendorong endolimfe akan
menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorus selalu dilanjutkan ke nucleus sampai ke koreksi pendengaran
pada lobus temporalis area 39-40.1

7
Gambar 7: Fisiologi Pendengaran

2.3 Barotrauma

2.3.1 Definisi

Barotrauma atau aerotritis media adalah trauma yang terjadi akibat dari
perubahan tekanan barometric secara tiba-tiba diluar telinga tengah pada aat
menyelam atau saat terbang, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka
sehingga terjadi kerusakan jaringan telinga. Barotrauma dapat terjadi bila mana
ruang-ruang berisi udara dalam tubuh menjadi tertutup dengan menjadi buntunya
jaras-jaras ventilasi normal. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90mmHg maka
otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini
terjadinya tekanan negative dirongga tengah, sehingga cairan keluar dari
pembuluh darah kapiles mukosa dan kadang-kdang disertai dengan rupture
pembuluh darah, sehingga cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid tercampur
darah.2

Pada saat pesawat naik, tekanan barometric ditelinga tengah akan menurun
secara pelan-pelan, udara dalam telinga tengah keluar melalui tuba eustachius.

8
Pada saat pesawat turun, udara luar tidak dapat menerobos tuba eustachius untuk
masuk ketelinga tengah sehingga tekanan dalam telinga tengah menjadi lebih
rendah daripada diluar. Hal ini mengakibatkan tekanan pada membrane timpani
yang dirasakan nyeri oleh penderita disertai penurunan pendengaran.6

Gambar 8: Barotrauma

2.3.2 Etiologi

Barotrauma telinga tengah terjadi akibat kegagalan tuba eustachius untuk


menyamakan tekanan antara telinga tengah dan lingkungan saat terjadi perubahan
tekanan. Kecepatan dan besarnya perubahan tekanan berpengaruh terhadap
terjadinya barotrauma. Makin cepat perubahan tekanan yang terjadi dan makin
besar perbedaan tekanan yang ada, maka makin mudah barotrauma terjadi.
Penyebab dari barotrauma adalah suatu tekanan udara yang lebih besar dari
biasanya secara tuba-tiba atau tekanan udara yang berkurang dari biasanya. Secara
klinis, akan timbul gangguan pendengaran ataupun gangguan vestibular. Selain itu
adanya factor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba adalah
adanya proses infeksi saluran nafas atas seperti rhinitis, sinusitis, faingitis,
hipertrofi adenoid dan infeksi telinga tengah, adanya riwayat alergi, sumbatan

9
jalan napas seperti septum deviasi dan massa tumor pada daerah telinga, hidung
dan tenggorok dan hal-hal lain yang juga peting adalah perasat Toynbee dan
Valsava yang dilakukan kurang optimal.7

2.3.3 Epidemiologi

Jenis barotrauma telinga terbanyak adalah barotrauma telinga tengah


sebesar 83,3%. Barotrauma telinga tengah merupakan cedera yang paling sering
ditemukan, yang lebih banyak terjadi pada penyelam pemula sebagai pemakaian
teknik ekualisasi tekanan telinga tengah yang tidak benar. Keluhan telinga
sesudah menyelam terbanyak adalah pendengaran berkurang sebanyak 42%.
Penelitian chak dan Werkhaven 19 menyebutkan keluhan telinga terbanyak adalah
rasa penekanan dan rasa buntu telinga selama menyelam turun sebanyak 52,8%.
Pada pemeriksaan telinga sesudah penyelam didapatkan kelainan terbanyak
adalah hiperemis membrane timpani sebanyak 75%.8

Gambar 9: Barotrauma

10
2.3.4 Patogenesis

Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui


Hukum Boyle. Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik
dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV2. Hukum Boyle yang mengatakan bahwa
volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya, maka pada saat tekanan udara
di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi perbedaan tekanan udara antara di
rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi penekanan/penghisapan terhadap
mukosa dinding rongga dengan segala akibatnya.2

Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan


atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan
(secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam
struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun
kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh
(telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya
jaras-jaras ventilasi normal.2

Barotrauma sering terjadi ditelinga tengah, hal ini terutama karena


rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu tertutup
namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap dan dengan
maneuver valsava. Factor predisposisi terhadap disfungsi tuba eustachius adalah
pilek dan rhinitis alergi. Tekanan yang terjadi pada tuba eustachius harus perlu
diseimbangkan. Apabila tekanan lingkungan menurun, udara didalam telinga
tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius.
Apabila tekanan lingkungan meningkat, udara dalam telinga tengah dan dalam
tuba eustachius akan menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan
tuba eustachius. Jika perbedaan teknan antara rongga telinga tengah dan
lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90-100mmHg), maka bagian
kartilaginosa dari tuba eustachius akan sangat menciut.2

Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah. Jika
tidak ditambahkan udara melalui tuba eustachius untuk memulihkan volume

11
telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan. Mula-
mula membrane timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan membrane
teregang dan pencahayaan pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak
gambaran injeksi atau bula hemoragik pada gendang telinga. Dengan makin
meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa telinga
tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotimpanum. Kadang-
kadang tekanan dapat menyebabkan rupture membrane timpani.2

Gambar 10. Perbedaan Telinga Normal dan Barotrauma

2.3.5 Gejala Klinis

Gejala ascent (penerbangan) barotrauma:8

- Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga


- Vertigo
- Tinitus tuli ringan
- Barotrauma telinga dalam (komplikasi)

Gejala descent (penyelam) barotrauma:8

- Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar


- Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring
- Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif

12
Gambar 11: Gejala Klinis Barotrauma

2.3.6 Diagnois

Diagnosis barotrauma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis,


penilaian membran timpani berdasarkan klasifikasi Wallace Teed, dan ditunjang
dengan penilaian tekanan telinga tengah dan fungsi tuba Eustachius dengan
timpanometri. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah telinga terasa penuh,
telinga sakit, tinitus, gangguan pendengaran dan keseimbangan.7

Wallace Teed menggambarkan klasifikasi untuk derajat barotrauma, yaitu:7

Derajat 0: tidak ada keluhan dengan membran timpani normal;

Derajat 1: membran timpani kemerahan yang difus dan retraksi;

Derajat 2: derajat 1 ditambah dengan perdarahan ringan membran timpani;

Derajat 3: derajat 1 ditambah dengan perdarahan sedang membran timpani;

Derajat 4: membran timpani tampak bulging, terdapat efusi cairan;

Derajat 5: perforasi membran timpani.

13
Gambar 12: Grade Barotrauma

14
2.3.6.1 Anamnesis

Dari anamnesis, dapat ditemukan gejala seperti tinnitus, kurang dengar,


rasa nyeri dan penuh dalam telinga, autofoni, perasaan ada air dalam telinga daan
vertigo. Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli
sensoneural adalan gejala-gejala kerusakan telinga dalam, barotrauma telinga
tengah tidak jarang menimbulkan kerusakan telinga dalam. Vertigo sering
dikeluhkan pasien dan ini lazim menyertai barotrauma telinga tengah.2

Nyeri yang timbul dengan barotrauma biasanya digambarkan cepat dan


menyiksa. Pasien juga mengeluhkan sensasi tekanan yang jelas. Mungkin ada tuli
konduktif yang menyertai.9

2.3.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop adalah salah satu metode


pemeriksaan fungsi tuba Eustachius yang tertua. Adanya tekanan negatif di
telinga tengah atau otitis media efusi, dapat dinilai dengan otoskop pneumatik
yang mengindikasikan adanya gangguan fungsi tuba Eustachius, tetapi metode ini
tidak dapat digunakan untuk menentukan tipe gangguan, apakah karena masalah
fungsional atau akibat obstruksi.7

Pemeriksaan dengan menggunakan otoskop dapat ditemukan gendang


telinga mengalami injeksi dengan pembentukan bleb hemoragik atau adanya
darah dibelakang gendang telinga. Kadang-kadang membrane timpani akan
mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif ringan.2

Pada kasus ringan, membrane timpani tampak kemerahan terutama


sepanjang lengan maleus, dan pada membrane sharpnell. Membrane timpani akan
tertatik kecuali bila kavum timpani berisi darah atau secret, sehingga akan
terdorong keluar atau tampak jelas meradang. Serangan yang berulang akan
menimbulkan ketulian akibat proses kronik telinga tengah.3

15
2.3.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Apabila seseorang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma


harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan
bahwa terjadi gangguan pendengaran. Selain itu, bila gejala menetap setelah
perjalanan udara tersebut, biasanya tes audiometric (tmpanometri) akan
menunjukkan tuli konduktif ringan di telinga yang terkena.4

- Timpanometri

Timpanometri merupakan alat pengukur tak langsung dari kelenturan


(gerakan) membrana timpani dan sistem osikular dalam berbagai kondisi
tekanan positif, normal, atau negatif. Energi akustik tinggi dihantarkan
pada telinga melalui suatu tabung tersumbat; sebagian diabsorpsi dan
sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran
kedua dari tabung tersebut. Bila telinga terisi cairan, atau bila gendang
telinga menebal, atau sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang
dipantulkan akan lebih besar dari telinga normal. Dengan demikian jumlah
energi yang dipantulkan makin setara dengan energi insiden. Hubungan ini
digunakan sebagai sarana pengukur kelenturan.2

Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan


relatif sistem timpanoosikular sementara tekanan udara liang telinga
diubah-ubah. Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal,
dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu
dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan
memperlihatkan sistem timpanoosikular yang normal. Suatu timpanogram
berbentuk huruf W dihubungkan dengan parut atrofik pada membrane
timpani atau dapat pula suatu adhesi telinga tengah, namun biasanya
membutuhkan nada dengan frekuensi yang lebih tinggi sebelum dapat
didemonstrasikan.2

16
Liden (1969) dan Jerger (1970) mengembangkan suatu klasifikasi
timpanogram. Tipe-tipe klasifikasi yang diilustrasikan adalah sebagai
berikut :2
1. Tipe A (Timpangan Normal). Kelenturan maksimal terjadi pada
atau dekat tekanan udara sekitar, member kesan tekanan udara
telinga tengah yang normal.

Gambar 13: Timpanogram tipe A: Puncak dan tekanan yang normal.

2.
Tipe As. Kelenturan maksimal terjadi pada atau dekat tekanan
udara sekitar, tapi kelenturan lebih rendah daripada tipe A. Fiksasi
atau kekakuan sistem osikular seringkali dihubungkan dengan tipe
As. Timpanogram kelihatan seperti tipe A (normal), di mana
puncak berada atau dekat titik 0 daPa, tapi dengan ketinggian
puncak yang secara signifikan berkurang. Huruf s di belakang A
berarti stiffness atau shallowness.

Gambar 14: Timpanogram tipe As.

17
3. Tipe AD. Kelenturan maksimum yang sangat tinggi terjadi pada
tekanan udara sekitar, dengan peningkatan kelenturan yang amat
cepat saat tekanan diturunkan mencapai tekanan udara sekitar
normal. Tipe ini berkaitan dengan diskontinuitas sistem osikular
atau suatu membran timpanometri. Timpanogram kelihatan seperti
tipe A (normal), tetapi dengan puncak lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan normal. Huruf d di belakang A berarti deep atau
discontinuity.

Gambar 15: Timpanogram tipe AD.

4. Tipe B. Timpanogram tidak memiliki puncak melainkan pola


cenderung mendatar, atau sedikit membulat yang paling sering
dikaitkan dengan cairan di telinga tengah (kavum timpani).
Timpanogram ini berkaitan dengan cairan dalam telinga tengah,
gendang telinga yang menebal atau sumbatan serumen. Ciri
hambatan sistem timpanoosikular didominasi oleh sifat tak dapat
dipadatkan dari kelainan yang ada. Sedikit perubahan tekanan
hanya kecil pengaruhnya.

18
Gambar 16: Timpanogram tipe B.

5. Tipe C. Secara signifikan puncak kelenturan di bawah nol (


biasanya kurang dari -200), mengindikasikan tekanan negatif (sub-
atmosferik) dalam ruang telinga tengah. Temuan ini menyimpulkan
terjadinya disfungsi eustachius tube atau cairan pada telinga
tengah.

2.3.7 Pengobatan

Pengobatan barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja yaitu


dapat berupa dekongestan local, analgetik selama 1-2minggu atau samai gejala
menghilang dan menghindari menyelam ataupun terbang sampai pasien kembali
dapat menyeimbangkan teknan telinga tengah. Selain itu dapat dilakukan dengan
melakukan valsava selama tidak terdapat injeksi dijalan napas atas. Kasus berat
memerlukan waktu hingga 4-6 minggu ntuk sembuh, tapi pada umumnya dapat
sembuh dalam 2 hari. Antibiotic tidak diindikasikan kecuali didapatkan adanya
perforasi. Apabila cairan atau cairan yang bercampurdarah menetap ditelinga
tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi
dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet).6

19
2.3.8 Inflasi Tuba Eustachius dan Telinga Tengah

Tiga cara yang sering digunakan untuk inflasi telinga tengah adanya
perasat valsava, metode politzer dan kateterisasi. Inflasi bertujuan untuk
mengembalikan atau menyamakan tekanan udara dikedua sisi membrane timpani,
mengembalikan tekanan yang normal antara membrane timpani, rangkaian tulang
pendengaran dan labirin, dan juga untuk mengembalikan sirkulasi yang normal
pada pembuluh darah di mukosa dan ruang-ruang limfe, mengeluarkan secret dari
kavum timpani dan tuba eustachius, serta memecah adhesi yang baru terbentuk.10

- Perasat valsava
Metode inflasi telinga ini sangat bermanfaat karena dapat dilakuakn
oleh pasien setiap saat dengan berulang-ulang sampai fungsi tuba
normal. Caranya adalah memaksakan udara mesuk ke dalam telinga
dengan meniup hidung sambil lubangnya dipencet. Hal ini harus
dikerjakan tanpa mengejan, olehkarena mengejan dapat membuat
glottis tertutup dan mencegah terbentuknya tekanan mendadak, yang
penting untuk membuka tuba eustachius.10

Gambar 17: Perasat Valsava

20
- Metode Politizer
Inflasi ini dilakukan dnegan memberikan teknan udara melalui
rongga hidung, sementara penderita menutuo nasofaring dengan cara
menelan atau menyebut hutuf K. untuk ini digunakan balon karet yang
diberi ujung yang bulat atau alat penyemprot udara dengan ujung
khusus untuk hidung. Ujung untuk hidung dimasukkan kesalah satu
nostril dan nostril yang lain ditutup dengan jari. Penderita disuruh
menelan sementara udara dipompakan dengan cara memencet balon
atau menyemprotkan ke udara. Hal ini menyebabkan udara mask
kedalam tubaeustachius oleh karena menelan pada saat hidung tertutup
akan menyebabkan nasofaring tertutup. Bila cara tersebut dilakukan
lebih dari 1 atau 2 kali maka penderita akan mengalami kesulitan yang
dpat dihilangkan dengan minum air sedikit.10

- Kateterisasi
Metode kateterisasi yang biasanya digunakan adalah dengan
memasukkan kateter melalui meatus inferior hidung ke nasofaring
kemudia kateter dibelokkan kea rah lateral dan atas, kedalam muara
tuba eustachius. Waktu masuk, lengkungan ujung kateter harus tetap
berada du dasar hidung pada pertemua dasar hidung dengan sptum.
Ujung kateter menyentuh dinding posterior faring, maka selanjutnyya
di putar ke lateral menuju fossa tossenmuller. Kemudian ditarik sedikit
ke depan melalui penonjolan bibir posterior tuba, masuk kedalam
muara tuba.10

2.3.9 Pencegahan

Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang ataupun menyelam


pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. Selain itu
dapat juga dilakukan dengan selalu mengunyak permen karet, melakuakn perasat
valsava, menelan atau meneguk minuman, terutama sewaktu peswat terbang
mulai turun untuk mendarat, akan membantu terbukanya tuba eustaschius. Jika

21
terasa nyeri, agaknya tuba eusthacius telah menciut. Yang harus dikerjakan jika
ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau naiklah beberapa
kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan kembali.

22
BAB III

KESIMPULAN

Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga


dengan nasofaring. Fungsi tuba salah satunya adalah untuk ventilasi, dimana
memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfir pada kedua sisi membrane
timpani. Tuba akan membuka melalui kerja otot bilamana terdapat perbedaan
tekanan sebesar 20-40mmHg. Gangguan pada tuba salah satunya adalah
barotrauma, dimana barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan
tekanan barometric yang terjadisaat menyelam atau pada saat tebang. Diagnosis
barotrauma dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Barotrauma dapat dicegah dengan melakukan hal yang
dapat membuka tuba eustachius, seperti menelan, mengunyah permen karet,
ataupun dengan melakukan suatu perasat valsava. Pengobatan barotramu adalah
dengan pemberian dekongestan oral.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher, edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Adams GL, Boeis LR. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, edisi keenam.
Jakarta:EGC
3. Ballenger JJ. 2001. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher, jilid kedua. Jakarta: Binarupa Aksara
4. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. 1995. Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokkan, edisi kelima. Jakarta: EGC
5. Lee KJ. 2003. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, edisi
kedelapan. New York: Medical Publishing Division
6. Lal Wani AK. 2008. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology
Head and Neck Surgery. New York: Medical Publishing Division
7. Pitoyo Y, dkk. 2012. Hubungan Nilai Tekanan Telinga Tengah dengan
Derajat Barotrauma pada Calon Penerbang. Jakarta: Universitas
Indonesia
8. Namena. 2012. How Boyles Law Applies to Scuba Diving. Available from
http://www.leisurepro.com/blog/scuba-guides/dive-science-boyles-law-
applies-scuba-diving/
9. Thaller SR, Granick MS. 1995. Diagram Diagnostik Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan. Jakarta: EGC
10. Reading, Philip. 1996. Common Disease of The Ear, Nose and Throat.
London: Gloucester Place

24

Anda mungkin juga menyukai