A. Pendahuluan
1
darah kapiler mukosa sehingga cairan di telinga tengah dan ruang mastoid
tercampur darah.3
a. Telinga tengah
2
4) Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis.
5) Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)
6) Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval
window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.3
b. Tuba Eustasius
Tuba eustachius menghubugkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang. Sementara dua pertiga
bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak
disebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak dibagian
3
bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkoral untuk
masuk ke faring diatas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup
tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor
palatinum dan masing-masing dipersarafi pleksus faringealis dan saraf
mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membran timpani.6
c. Telinga dalam
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.
timpani dengan skala vestibuli. Pada irisan melintang koklea, tampak skala
vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah, dan skala media
4
Telinga memiliki susunan otot yang terdiri atas otot intrinsik dan
antitragus, otot transversal, dan otot oblik. Otot-otot ekstrinsik meliputi otot
Sistem vena pada daun telinga terdiri dari vena aurikularis posterior, vena
kelenjar limfe servikal. Persarafan daun telinga berasal dari saraf kranial VII
sedangkan labirin membran yang terletak di dalam labirin tulang terdiri dari
5
Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval dengan ukuran
dengan panjang sekitar 3,1-3,3 cm. Koklea membentuk 2,5 kali putaran
dengan tinggi sekitar 0,5 cm. Koklea dan organ vestibuler terdapat didalam
tulang temporal. Pada koklea terdapat tiga kanal yaitu: skala vestibuli, skala
media dan skala timpani (Gambar 2).9 Skala media terletak ditengah koklea
yang dipisahkan dari skala vestibuli oleh membran reissner’s dan dari skala
satu baris sel-sel rambut bagian dalam dan tiga baris sel-sel rambut bagian
luar. Setiap telinga ditemukan sekitar 3500 sel rambut bagian dalam yang
disokong oleh sel falangeal. Sekitar 12.000 sel rambut bagian luar dimana
disokong oleh sel deiters. Serat saraf kranial ke-8 melintasi terowongan
6
Gambar 4. Struktur koklea dan organ corti.6
dengan sistem saraf melalui cabang saraf pendengaran dari saraf kranialis ke-
8 (vestibulokoklear).6
Koklea dipersarafi oleh 3 jenis serabut saraf yaitu serabut saraf aferen
Serabut saraf aferen pendengaran merupakan sel bipolar, sel tubuh yang
canal. Pada manusia saraf pendengaran memiliki sekitar 30.000 serabut saraf
aferen. Dua jenis serat saraf aferen telah diidentifikasi. Tipe I adalah
berselubung mielin dan memiliki large cell bodies dan merupakan 95% dari
7
serat-serat saraf pendengaran. Tipe II yaitu sekitar 5% dari saraf pendengaran
dimana ada dua saraf vestibuler yaitu superior dan inferior serta saraf
auditori internal. Kanal ini juga berisi nervus VIII dan pasokan darah ke
telinga bagian dalam yaitu auditori internal. Saraf melewati meningen menuju
Suplai darah ke koklea berasal dari arteri labirin. Arteri ini berasal dari
arteri serebelum antero inferior dan mengikuti nervus VIII di meatus auditori
bagian dari koklea. Cabang lainnya adalah arteri modiular spiralis yang
artery dengan sedikit atau tanpa suplai darah kolateral ke koklea. Penting
untuk dicatat bahwa arteri labirin yang berjalan di meatus auditori internal
bukan arteri tunggal, namun berupa arteriol kecil, hampir seperti pleksus
arteri.
8
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh
membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana
kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling
berhubungan.
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga
Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis
di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan
oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri
9
berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang
mempertahankan keseimbangan.6
semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis
terletak pada sudut 450 terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior
10
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan
untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista
paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal
pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin
11
membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan
kepala.
input dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral
12
Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe)
Nukleus vestibularis inferior (Roller)
Anatomi hubungan aferen dan eferen nuklei vestibularis saat ini belum
diketahui secara pasti. Teori yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut :
13
ke sel-sel rambut labirin, tempat mereka mengeluarkan efek regulasi
ke sel-sel kornu anterior setinggi servikal dan torakal bagian atas. Serabut
ini mempengaruhi tonus otot leher sebagai respon terhadap posisi kepala
14
Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang mempersarafi
15
stilomastoidea. Pada daerah superior mendapat perdarahan dari cabang a.
meningea media juga a. petrosa superior, a. timpanika superior dan ramus
inkudomalei. Pembuluh vena kavum timpani berjalan bersama-sama
dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus
petrosus superior. Pembuluh getah bening kavum timpani masuk ke
dalam pembuluh getah bening retrofaring atau ke nodulus limfatikus
parotis.13
2. Fisiologi
Telinga tengah berperan penting dalam proses pendengaran. Suara
bermula dari gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga
tulang pendengaran, stapes bergerak ke dalam dan keluar dari telinga dalam
seperti piston.7
Udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara luar
tubuh. Tuba Eustachius berfungsi untuk ventilasi, drainase secret, dan
proteksi agar menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga
tengah. Dengan adanya fungsi ventilasi memungkinkan keseimbangan
tekanan atmosfer pada kedua sisi membrane timpani. Tuba akan membuka
melalui kerja otot jika terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 sampai 40
mmHg.6,7
Tuba Eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan
belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran eustachius dan
telinga tengah tertutup dan terbuka melalui kontraksi aktif m. tensor veli
palatine pada saat mengunyah atau menguap. Menjelaskan mengapa
penumpang pesawat terbang merasa tuli sementara saat pesawat lepas
landas. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara sekitar.
Pada saat tersebut, tekanan udara disekitar telah turun sementara tekanan
udara di telinga tengah masih dengan tekanan udara saat masih di darat.
Perbedaan ini dapat diatasi dengan gerakan menelan sesuatu atau menguap.6
16
C. Epidemiologi
Menurut jurnal laringologi dan otology. Insiden barotrauma
penerbangan berkisar antara 1,9% sampai 9% dalam satu studi, 13 dari 50
anak-anak dilaporkan mengalami barotrauma pada saat pertama kali
melakukan penerbangan dimana 31% mengalaminya saat pesawat lepas
landas, dan 85% mengalaminya saat pesawat turun atau mendarat.
Banyaknya penunpang yang bepergian dengan pesawat memberikan
gambaran tentang jumlah orang yang beresiko mengalami barotrauma.8
Pada penelitian penyelam tradisional, penyelam yang
menggunakan kompresor udara) di kepulauan Seribu, pulau Panggang dan
pulau Pramuka tahun 1994-1996 didapatkan 28 orang mengalami
barotrauma telinga, 19 orang mengalami penyakit dekompresi tipe I dan II,
serta 23 orang menunjukkan osteonekrosis disbarik. Penelitian Kartono
pada nelayan penyelam di pulau Karimun Jawa tahun 2007 menyebutkan
barotrauma yang paling banyak terjadi adalah gangguan pendengaran
43,2%, gangguan saluran hidung 16,9% dan gangguan paru 14,9%. Data
yang dikumpulkan Dit Sepim Kesma Depkes sampai dengan tahun 2008,
dari 1.026 penyelam ditemukan 93,9% penyelam pernah menderita gejala
awal penyakit penyelaman, yaitu sebanyak 29,8% menderita nyeri sendi,
39,5% menderita gangguan pendengaran dan 10,3% menderita
kelumpuhan.2
D. Etiopatogenesis
17
Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui
Hukum Boyle. Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding
terbalik dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV2. Hukum Boyle yang
mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya,
maka pada saat tekanan di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi
perbedaan tekanan antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi
penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala
akibatnya.9
Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu
penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar
atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup.
Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat
rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru)
menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi
normal.9
Seperti yang dijelaskan di atas, maka tekanan yang meningkat di
telinga tengah perlu diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan
tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif.
Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan
mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius.
Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah
dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan. Hal ini cenderung
menyebabkan penciutan tuba eustachius.7,10
Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan
lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100cmHg),
maka bagian kartilaginosa dari tuba eustachius akan semakin menciut. Jika
tidak ditambahkan udara melalui tuba eustachius untuk memulihkan
volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan
jaringan didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan.
18
Terjadi rangkaian kerusakan yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya
keaadan vakum relatif dalam rongga telinga tengah.10
Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam.Retraksi
menyebabkan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak
gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga tengah juga
mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan
hemotimpanum. Kadang kadang tekanan yang tinggi diluar dapat
menyebabkan ruptur membrane timpani.
Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam
ataupun saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama
di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki
pertama diatas bumi. Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan
terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang.
Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insidens barotrauma pada
telinga tengah pada saat menyelam.10
Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelam kompresi
udara (SCUBA/Self Contained Underwater Breathing Apparatus) atau
penyelaman dengan menahan napas. Seringkali terjadi pada kedalaman 10
sampai 20 kaki. Sekalipun insidens reltif lebih tinggi pada saat menyelam,
masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan
orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun
hanya sampai 8.000 kaki. Maka berotrauma masih mungkin terjadi, namun
insidensnya tidak setinggi yang diakibatkan menyelam.10
Pada saat pesawat mulai naik, akan terjadi perubahan tekanan udara
yang tiba-tiba, dimana akan timbul tekanan positif pada rongga telinga
tengah dan negatif pada bagian luar membran timpani. Hal ini akan
menimbulkan penonjolan keluar dari membrane timpani (bulging),
sedangkan saat pesawat akan mendarat akan terjadi keadaan yang
sebaliknya akan timbul tekanan negatif pada liang telinga tengah dengan
tekanan positif pada bagian luar telinga akibatnya terjadi retraksi-
penarikan ke arah dalam. Di sinilah sangat dibutuhkan fungsi normal tuba
19
eusthacius untuk dapat mengalirkan udara yang terperangkap di telinga
tengah keluar melalui nasofaring. Barotrauma telinga luar, tengah dan
dalam. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara bersamaan dan juga dapat
berdiri sendiri.10
Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka
pada waktu menyelam, air akan masuk ke dalam meatus akustikus
eksternus. Bila meatus akustikus eksternus tertutup, maka terdapat udara
yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya volume udara
tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus
eksternus), hal ini berakibat terjadinya dekongesti, perdarahan dan
tertariknya membrana timpani ke lateral. Peristiwa ini mulai terjadi bila
terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara dalam rongga kanalis
akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu sedalam 1,5 – 2
meter.10
Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi
atau udema pada mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan
merupakan penyulit untuk menyeimbangkan tekanan telinga tengah
terhadap tekanan lingkungan yang terjadi pada saat ascent maupun
descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma
tergantung pada kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan tekanan
lingkungan yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan tekanan
telinga tengah.
Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari
barotrauma telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena
malakukan maneuver valsava yang dipaksakan. Bila terjadi perubahan
dalam kavum timpani akibat barotrauma maka daerah kavum timpani akan
mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen
ovale dan membran pada foramen rotunda, yang mengakibatkan
peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan merangsang labirin
vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan “Stepping
Test”. Dapat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat
20
berpengaruh pada labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan
laten pada tonus otot melalui refleks vestibulospinal.10
E. Jenis-jenis Barotrauma
1. Barotrauma Telinga Tengah
Gambar 11. Gambaran telinga tengah dan telinga luar; (a) pada ketinggian konstan
dengan tuba eustachius yang paten; (b) saat turun dari ketinggian dengan tuba eustachius yang
tertutup.
21
tuba eustasius benar-benar "diblokir" dan elastisitas gendang telinga
telah mencapai puncaknya. Inspeksi visual gendang telinga
mengungkapkan derajat barotrauma dengan klasifikasi Haines and
Harris menggunakan otoskopi.10,12
22
2. Barotrauma Telinga Dalam
telinga tengah. Namun, ini tidak selalu terjadi pada semua kasus. Dalam
kebanyakan kasus, gejala terjadi pada keadaan desent, meski tidak jarang
koklea melalui jendela bundar yang pecah, ini mungkin tidak selalu
terjadi selama ascent dari menyelam. Udara yang terjebak mungkin tetap
Hal ini biasanya terjadi setelah kegagalan equalizing pada saat descent,
menunjukkan peran mukosa tuba eustasia yang padat dan kedap air.
23
Perbedaan tekanan sampai dengan tekanan air 300 cmHg dapat
rata-rata air rata-rata 43,5 cm, akan memicu terjadinya iskemik neuroprax .
di satu sisi lidah bisa dijelaskan sebagai "rasa logam" atau "perasaan aneh
dari lidah". Jika neuropraxis bertahan lebih dari 3-5 jam, kerusakan
F. Diagnosis
Diagnosis barotrauma ditegakkan dengan anamnesis dan gejala klinis,
24
kelebihan nada. Terdapat beberapa pilihan nada terutama dari oktaf
skala: 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz. Audiometer
G. Differential Diagnosis
a. Otitis Media akut/kronik
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media akut terjadi selama < 8 minggu (2 bulan) sedangkan
kronik > 8 minggu dan terjadi karena factor pertahanan tubuh
tengganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan factor penyebab
utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga tenganggu,
25
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.3
b. Menieres Disease
Menieres disease merupakan pembengkakan pada endolimpatik.
Penderita mulai mengalami gangguan pendengaran sensorineural pada
nada rendah, di ikuti dengan gejala tinitus dan vertigo akut. Penyakit
ini berfluktuasi dalam waktu lama
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dasar untuk pengelolaan barotrauma bertujuan
untuk meringankan tekanan, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi
sekunder.
1. Non farmakologi
Tatalaksana barotrauma telinga yaitu bed rest dengan
mengelevasikan kepala setinggi 300 . Jika keluhan vertigo dan juga
gangguan pendengaran menetap maka di indikasikan terapi
parasintesis. Terapi parasintesis hanya dilakukan sebelum Grading 5
dalam klasifikasi Haines and Harris, atau sebelum terjadinya rupture
membrane timpani. Terapi parasintesis dapat segera mengurngi
tekanan negative ditelinga tengah.
Laporan kasus telah dijelaskan dimana pengobatan dengan
oksigen hiperbarik telah terbukti bermanfaat. Terapi ini memberikan
oksigen 100% dengan tekanan lebih dari 1 ATA (atmosphere
absolute). Terapi oksigen hiperbarik diperkirakan memiliki efek yang
kompleks pada imunitas tubuh, transpor oksigen dan hemodinamik,
peningkatkan respons normal penderita terhadap infeksi dan iskemia,
serta mengurangi hipoksia dan edema.
Namun, karena perawatan ini menghadapkan pasien kembali
pada tekanan lingkungan yang meningkat, hal ini membawa risiko
barotrauma telinga dalam yang baru. Dalam sebuah studi terhadap 80
26
pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik, 5 pasien (6,25%)
mengalami barotrauma pada telinga atau sinus.14
2. Farmakologi
Dalam kasus barotrauma telinga tengah dan barotrauma sinus,
obat dekongestif topical atau oral diindikasikan. Terapi profilaksis
dengan antibiotik biasa ditambahkan.10
Pada kasus yang ringan usaha untuk membuka kembali tuba
eustasius dengan cara menurunkan bengkak pada membrane timpani
adalah dengan menggunakan aobat non steroid antiinflamasi, selain
itu obat ini digunakan untuk mengontrol nyeri. Steroid digunakan
untuk mengotimalkan pernapasan hidung.7
3. Terapi Operatif
Jika tidak membaik dengan pengobatan medikamentosa dan
maneuver valsalfa, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan
bila perlu dilakukan pemasangan pipa ventilasi (grommet).
I. Prognosis
Umumnya prognosis baik tergantung grading barotrauma. Pada
pengobatan barotrauma cukup dengan cara konservatif saja yaitu dengan
decongestan atau dengan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi di
jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan bercampur darah menetap di
telinga tengah sampai beberapa minggu maka dianjurkan untuk tindakan
bedah.3 Bila barotrauma terjadi selama seseorang turun atau kembali ke
permukaan saat menyelam dan terjadi robekan membrane timpani, air
yang mengalir masuk akan menimbulkan stimulasi vestibular yang
ekstrem dengan akibat vertigo hebat dengan gangguan orientasi. Kondisi
ini merupakan suatu kecelakaan menyelam yang mengancam nyawa.
27
J. Pencegahan
Usaha pencegahan terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan
selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsalva, terutama
sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Perasat valsalva
dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung
dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk
ke dalam rongga telinga tengah yang menekan membrane timpani kea rah
lateral.3 Selain itu, perlu pemberian decongestan pada seseorang yang
menderita rhinitis sebelum melakukan penerbangan dan bagi penderita
rhinitis hindari diving sebab dapat terjadi komplikasi berupa sinusitis
dikemudian hari.
Barotrauma telinga dapat terjadi apabila penyelam tidak melakukan
ekualisasi tekanan telinga secara benar. Kegagalan proses ekualisasi
tekanan telinga tengah terhadap perubahan tekanan lingkungan merupakan
penyebab terjadinya barotrauma telinga. Berikut ini teknik ekualisasi
antara lain sebagai berikut : 4
1. Perasat valsava
Dengan menekan hidung hingga tertutup dan mendorong udara ke arah
hidung dengan sedikit tenaga, sehingga tekanan di dalam rongga sinus
seimbang
2. Teknik Toynbee
Dengan cara menekan hidung dan melakukan gerakan menelan
3. Teknik lawrey
Teknik ini dilakukan dengan kombinasi antara peasat valsava dengan
teknik Toynbee.
4. Teknik Edmond
Melakukan teknik valsava sambil memajukan rahang ke depan dan ke
bawah, membuat palatal (langit-langit ke belakang) kita menegang.
5. Mannuver frenzel
28
Dengan cara menekan hidung dan menutup lubang tenggorokan
(seperti sedang mengangkat beban berat ) kemudian berusaha untuk
menyuarakan huruf ‘K’
6. Voluntary tuba opening
Dengan cara menegangkan otot palatal (langit-langit ke atas) dengan
menegangkan otot-otot tenggorokan, rahang terdorong ke depan dan
ke bawah seolah sedang menguap.
7. Ekualisai dilakukan segera mungkin dan sesering mungkin. Sebagian
sumber mengatakan bahwa ekualisasi menggunakan metode valsalfa
baiknya dilakukan penyelam setiap turun 2 kaki penurunan
penyelaman. Pada tingkat penurunan penyelaman yang cukup lambat
seperti 60 kaki permenit, ekualisasi dilakukan tiap 2 detik untuk
menyamakan tekanan antara lingkungan dengan telinga dalam. Ketika
peneylam mencapai kedalaman maksimum , lakukan lagi ekualisasi.
Pada saat ini tekanan negatif dalam telinga tengah mungkin sangat
kecil sehingga penyelam mungkin tidak merasakannya, jika kondisi ini
tidak dipertahankan lebih dari beberapa menit itu secara bertahap dapat
menyebabkan barotrauma.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
9. Claes J; et al. Ear, Nose, Throat and Non Acoustic Barotrauma. B-ENT.
2016.
10. Leeson CR. Buku ajar histologi. Penerbit buku kedokteran EGC. 1996. Hal
576
11. Bessereau, J; Alexis T; Nicolas G. Middle-ear Barotrauma After
Hyperbaric Oxygen Therapy. Undersea & hyperbaric
medicine: Journal of the Undersea and Hyperbaric
Medical Society. 2010. Vol. 37(4). Hal 203-208.
http://archive.rubicon-foundation.org. Diakses pada tanggal 21 Oktober
2018.
12. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU. RSUP.H. Adam Malik
Medan. Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit
THT – KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003.
13. Novita, S; Natalia Y. Diagnosis dan Tatalaksana Tuli Mendadak.
Continuig Medical Education. 2013. Vol 40 (11). Hal 820-826.
https://www.google.com/search?q=Diagnosis+dan+Tata+Laksana+Tuli+M
endadak&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab#. Diakses pada tanggal
21 Oktober 2018.
14. Francis, J. Ear Injury preventive. The Diver's Complete Guide To the Ear.
2015.
31