Anda di halaman 1dari 18

Gangguan Komunikasi Antar Sel

Lili Juliani Hia / 102012413 / B4


Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

Abstrak
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan membentuk
sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Miliaran sel penyusun
setiap makhluk hidup harus berkomunikasi, yakni terjadinya komunikasi antar sel untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk
berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system
yang menjalankan organisme untuk hidup.
Kata kunci: sel, komunikasi antar sel
Abstract
The cell is the smallest unit of an organism . The cells would not be able to work and form a
network when there is no coordination with each other . Billions of cells making up any living
creature should communicate , the communication between cells to coordinate their activities in
a way that allows the organism to flourish . Starting from the cells communicate to form tissues
and then organs and systems running for living organisms .
Keywords : cells , communication between cells

Pendahuluan
Sel hidup dalam melakukan aktivitasnya melibatkan enzim-enzim. Enzim-enzim tersebut hanya
dapat bekerja pada komposisi dan keadaan intraselular yang tertentu. Untuk dapat terus

beraktivitas, sel akan memelihara kondisi internal sel ada dalam kisaran tertentu yang sangat
sempit. Pemeliharaan keadaan internal tersebut antara lain pada pH, kadar ion-ion, banyaknya
mikro dan makromolekul. Jika kondisi internal dipelihara disekitar nilai konstan, tidak demikian
halnya dengan lingkungan sel (cairan ekstraselular). Keadaan ekstraselular senantiasa berubah,
tidak selalu sama dari waktu ke waktu.
Membran sel merupakan barrier terhadap perubahan lingkungan sekaligus penyeleksi lalu lintas
bahan dari dan ke luar sel. Membran sel dengan struktur dasar bilayer lipid hanya permeabel
terhadap bahan-bahan yang hidrofobik dan molekul-molekul hidrofilik berkuran kecil, tetapi
tidak permeabel terhadap molekul-molekul polar berukuran cukup besar, molekul-molekul
kompleks dan ion-ion. Molekul-molekul polar berukuran cukup besar, molekul-molekul
kompleks dan ion-ion dapat melintas membran melalui protein membran yang membentuk
saluran (protein channel) atau menggunakan protein carrier.
Stimulus tertentu dapat mengakibatkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial
membran dapat menjadi stimulus bagi protein channel tertentu sehingga permeabilitas membran
terhadap ion tertentu

meningkat. Peningkatan permeabilitas membran tersebut akan

mengakibatkan laju ion tertentu tersebut melintas membran meningkat. Perpindahan ini akan
mengubah beda potensial membran. Jika perpindahan ion tersebut mengakibatkan depolarisasi
membran hingga nilai potensial tertentu, akan menimbulkan lonjakan potensial yang kemudian
kembali ke potensial awal, yang disebut potensial aksi. Pada sel saraf (neuron), potensial aksi
dapat dijalarkan, sehingga stimulus yang diberikan, merupakan informasi yang dapat
ditransmisikan dari organ sensorik (penerima stimulus) ke sistem saraf pusat (untuk
diintegrasikan) dan kemudian ke organ/jaringan sasaran sehingga timbul respons individu
terhadap stimulus tersebut.

Komunikasi Antar Sel


Selain mengatur segala macam aktivitas ternyata di dalam tubuh kita sel juga berinteraksi
antar satu sama lain. Disamping itu, mereka juga mempunyai cara atau metode tersendiri dalam
berkomunikasi, terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:

1. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini
terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang
sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran khusus yang
dibentuk oleh protein connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal
listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam
sitoplasma kedua sel yang berhubungan.
2. Komunikasi Lokal
Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke cairan
ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin)
atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3. Komunikasi Jarak Jauh
Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh.
Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan
sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.

Sel di Sistem Saraf


1. Sel Glial
Sel Glial yang terdiri atas oligodendrosit dalam susunan syaraf pusat ,dan sel schawnn
dalam sistem syaraf tapi menyusun lapisan yang membungkus akson, merupakan substansi
lemak yang disebut mielin dan menyediakan insulasi elektrik yang memungkinkan untuk
mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dan lebih efisien.
2. Sel Saraf
Komunikasi Sel Saraf
Informasi lingkungan dari reseptor tubuh atau indra menuju pusat pengolahan informasi
misalnya otak, memerlukan suatu media. Media tersebut berupa sel, yaitu sel saraf (sel neuron).
Neuron-neuron yang berhubungan dalam sebuah sinapsis mempunyai mekanisme khas dalam
menyampaikan perambatan impuls. Antara neuron dan neuron tidak terjadi hubungan langsung
karena terdapat sebuah celah sempit yang berfungsi untuk menghantarkan impuls di sinapsis.
Celah ini disebut dengan celah sinaptik yang akan meneruskan impuls dari neuron ke neuron
lainnya melalui sebuah perantara yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter merupakan

sebuah cairan kimia dalam tubuh yang berfungsi menghantarkan impuls. Sinapsis terdapat di
antara akson neuron yang satu dengan dendrit atau badan sel atau aksondari neuron lain.
Agar dapat menghantarkan impuls, akson harus mencapai potensial tertentu yang lebih
negatif hingga mencapai suatu ambang batas. Pada saat ambang batas ini, keadaan potensial di
dalam akson dinamakan potensial aksi atau spike. Potensial aksi menyandikan informasi kurang
lebih seperti sandi Morse dengan hanya titik atau hanya garis. Potensial ini sebenarnya terbentuk
dari perbedaan muatan yang dimiliki oleh ion-ion yang berada di dalam sel, yaitu Cl-, Na+, dan
K+ yang berada di luar dan di dalam sel, dan juga ada potensial membran istirahat yang memacu
pada pemisahan muatan diantara kedua sisi membran atau perbedaan relatif kation dan anion di
CES (Cairan Ekstra Selular) dan CIS (Cairan Intra Selular). Adanya rangsang akan mengubah
susunan potensial listrik atau depolarisasi di dalam mebran selubung mielin yang bersifat semi
permeabel yang dapat ditembus oleh ion-ion dengan mekanisme transport aktif atau pompa ion,
sehingga terjadi pergerakan keluar-masuknya ion.
Daerah yang mengalami depolarisasi akan membentuk suatu aliran listrik sehingga
menjadi depolarisasi. Bagian yang terdepolarisasi ini akan kembali membentuk aliran listrik
dengan daerah lainnya yang masih dalam keadaan polarisasi sehingga menjadi terdepolarisasi.
Begitu seterusnya sehingga terjadi penjalaran listrik atau yang dikenal dengan impuls saraf. Arah
impuls saraf hanya terjadi dalam satu arah, baik dari dendrit menuju akson ataupun antarneuron.
Impuls saraf yang telah mencapai sinapsis, diteruskan oleh cairan kimia yang disebut
neurotransmitter.

Tahapan Komunikasi Sel


Dalam berkomunikasi, sel mempunyai proses komunikasi yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Penerimaan (reseption)
Merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. Sel kimiawi
terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada permukaan sel yang
bersangkutan.

2. Transduksi

Diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor. Tahap transduksi
ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon seluler spesifik. Pada
sistem Sutherland, pengikastan epinefrin kebagian luar protein reseptor dalam membrane plasma
sel hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk mengaktifkan glikogen fosforilase.
3. Respon
Pada tahap ini, pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon seluler
spesifik. Respon ini dapat berupa hampir seluruh aktivitas seluler seperti katalis oleh suatu
enzim, penyusunan ulang sitoskeleton, atau pengaktifan gen spesifik di dalam nukleus.

Gambar 1. Reseption, Transduksi, Respon

Potensial Membran
Potensial membran adalah beda potensial elektrik antara dinding sebelah luar dan sebelah
dalam dari suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus
menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya). Semua sel
memiliki tegangan melintasi membran plasmanya, di mana tegangan ialah energi potensial
listrik-pemisahan muatan yang berlawanan.Sitoplasma sel bermuatan negatif dibandingkan
dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh distribusi anion dan kation pada sisi membran yang
berlawanan yang tidak sama. Potensial membran bertindak seperti baterai, suatu sumber energi
yang memengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang melintasi membran. Karena di
dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di luarnya, potensial membran ni mendukung transpor
pasif kation ke dalam sel dan anion ke luar sel. Dengan demikian, dua gaya menggerakkan difusi

ion melintasi suatu membran: gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya listrik (pengaruh
potensial membran pada pergerakan ion). Kombinasi kedua gaya yang bekerja pada satu ion ini
disebut gradien elektrokimiawi. Perubahan lingkungan dapat memengaruhi potensial membran
dan sel itu sendiri, sebagai conthnya, depolarisasi dari membran plasma diduga memicu
apoptosis (kematian sel yang terprogram).
Potensial membran merupakan hasil dari perbedaan konsentrasi potasium dan sodium
antar membran sel yang dipelihara dengan asupan ion.Sebagian besar pengeluaran energi tubuh
saat beristirahat dikhususkan untuk mempertahankan potensial membran, yang sangat penting
untuk transmisi impuls saraf, kontraksi otot, fungsi jantung, dan transportasi nutrisi dan
metabolit ke dalam dan keluar sel.
Fenomena transpor ion-ion melintas membran dan upaya pemeliharaan kadar ion-ion tertentu di
dalam sel berbeda dengan di luar sel, mengakibatkan perbedaan distribusi muatan antara bagian
dalam membran yang berbatasan dengan cairan intraselular dan bagian luar yang berhadapan
dengan cairan ekstraselular. Besarnya beda potensial membran dapat diukur dengan jalan
menyisipkan satu elektroda di dalam sel dan satu elektroda di luar sel dan menghubungkannya
dengan recorder.
Potensial Membran Istirahat
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial
yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). Potensial ini berpolaritas
negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Berikut ini akan diuraikan bagaimana
terjadinya potensial istirahat sel tersebut.Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar
membran sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang
berbeda. Gambar 2 mengilustrasikan komposisi ion di kedua sisi membran sel. Konsentrasi ion
potasium (K+) di sisi dalam membran sekitar 35 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di
sisi luar. Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+)di sisi luar membran sel sekitar 10 kali lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi di sisi dalam. Adanya perbedaan konsentrasi ion di sisi dalam
dan luar membran ini mendorong terjadinya difusi ion-ion tersebut menembus membran sel.
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi potensial di
sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion tersebut pada potensial

membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara sendiri-sendiri
terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara bersamaan. Untuk itu
akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion potasium.
Potensial Membran Aktif
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara kedua sisi
membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila sel yang dalam
keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan dengan level yang cukup maka
sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif,
potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif
di sisi dalam.Keadaan sel seperti ini disebut dalam keadaan depolarisasi.Depolarisasi ini dimulai
dari suatu titik di permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran.Bila
seluruh permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam
keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.Dalam
keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam menuju kembali ke
negatif di sisi dalam.Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan merambat ke seluruh permukaan
membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan
sel dalam keadaan istirahat atau keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan
berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke polarisasi
lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel. Perubahan
tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian kembali lagi
menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi
(action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada
di sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel
yang semula dalam keadaan istirahat.

Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi, repolarisasi, dan


kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar dibawh ini. Perubahan potensial tersebut berupa
impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase 4,
0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel.

Potensial Berjenjang
Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang
bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Sebagai contoh, potensial ini dapat berubah
dari -70 menjadi -60 mV (suatu potensial berjenjang 10mV) atau dari -70 menjadi -50 mV
(potensial berjenjang 20 mV). Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pemicu
atau pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Potensial berjenjang
biasanya dihasilkan oleh kejadian pemicu tertentu yang menyebabkan saluran ion berpintu
terbuka di bagian tertentu membran sel peka rangsang. Umumnya, saluran ini adalah saluran
berpintu kimia atau berpintu mekanis.Yang biasanya terjadi adalah terbuka saluran berpintu Na +
ke dalam sel sesuai gradient konsentrasinya. Depolarisasi yang terjadi potensial berjenjangterbatas di region kecil dari keseluruhan membran plasma.6 Kejadian pencetus dapat berupa:
Stimulus
Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot
Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran
pemasukan/ kebocoran-pemompaan)
Semakin kuat kejadian pemicu, semakin banyak saluran berpintu yang terbuka, semakin
banyak muatan positif yang masuk ke dalam sel, dan semakin besar potensial berjenjng
terdepolarisasi di tempat inisial. Juga semakin lama durasi kejadian pemicu, semakin lama durasi
potensial berjenjang.6
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat
potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif)mengalir antara daerah yang terlibat dan
daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Ketika suatu potensial berjenjang
terjadi di membran sebuah sel saraf atau otot maka bagian lainnya masih berada dalam keadaan
potensial istirahat. Daerah yang mengalami depolarisasi temporal disebut daerah aktif yang mana
relative lebih positif daripada daerah inaktif sekitar yang masih berada dalam potensial istirahat.
Di luar sel, daerah aktif relative kurang positif dibanding daerah sekitar. Karena inilah maka
muatan listrik yang dibawa ion mengalir pasif antara daerah aktif dan daerah istirahat sekitar,
baik sisi dalam maupun luar membran. Di dalam sel, muatan positif mengalir melalui cairan

intraseluler menjauhi daerah aktif depolarisasi yang relatif lebih positif kea rah daerah istirahat di
sekitar yang lebih negatif. Di luar sel, muatan positif mengalir melalui cairan ekstraseluler dari
daerah inaktif yang lebih positif ke arah daerah aktif yang lebih negatif. Perpindahan ion
berlangsung di sepanjang membran di daerah yang berdekatan di sisi membran yang sama.
Akibat hal ini, terjadi perubahan potensial di daerah yang semula inaktif. Muatan positif
mengalir ke daerah di sekitar sisi dalam, bersamaan itu muatan positif mengalir ke luar daerah ini
di sisi luar. Karena itu, di daerah sekitar bagian dalam menjadi lebih postif dan bagian luar
kurang positif daripada sebelumnya. Dengan cara ini, arus menyebar ke dua arah menjauhi
tempat awal perubahan potensial.6
Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone
di atas ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan
insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES)
sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Akibat berkurangnya arus ini maka
kekuatan potensial berjenjang terus menerus menurun. Semakin jauh potensial merambat dari
daerah asal maka arus akan mereda hingga lenyap beberapa millimeter dari tempat awal.
Karenanya potensial berjenjang dapat berfungsi sebagai sinyal hanya untuk jarak yang sangat
pendek. Contoh potensial berjenjang:
1.
Potensial pasca sinaps (EPSP dan IPSP)
2.
Potensial reseptor
3.
Potensial end-plate
4.
Potensial alat pacu

Gambar 2. Potensial Berjenjang

Potensial Aksi

Potensial aksi adalah impuls saraf. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.
Potensial aksi hanya akan terjadi jika depolarisasi mencapai potensial ambang. Potensial ambang
sebuah neuron biasanya berkisar antara 15 sampai 20 mV lebih positif dibanding potensial
istirahat. Potensial aksi berlangsung singkat, cepat dan besar.4,6
Potensial aksi merupakan peristiwa yang bersifat ya atau tidak sama sekali (all or none
event) yang tidak bergradasi, yang berarti bahwa besarnya potensial aksi tidak bergantung pada
kekuatan stimulus yang menyebabkan potensial aksi tersebut (polarisasi harus cukub besar untuk
melewati ambang). Potensial aksi timbul karena membran plasma sel-sel yang dapat dirangsang
mempunyai saluran ion bergerbang voltase. Saluran ini dapat membuka dan menutup sebagai
respon terhadap perubahan potensial membran.4
Dua jenis saluran bergerbang voltase memberikan sumbangan terhadap potensial aksi,
yaitu saluran kalium dan saluran natrium. Masing-masing saluran kalium mempunyai sebuah
gerbang tunggal yang sensitive terhadap perubahan voltase. Gerbang menutup saat fase istirahat
dan membuka secara perlahan-lahan sebagai respon terhadap depolarisasi. Sementara masingmasing saluran natrium mempunyai dua gerbang yang sensitive terhadap perubahan voltase. Satu
gerbang menutup saat fase istirahat dan merespon terhadap depolarisasi dengan membuka secara
cepat srta satu gerbang inaktivasi yang membuka saat fase istirahat dan merespon terhadap
depolarisasi dengan menutup secara perlahan-lahan.4
Pada fase istirahat baik saluran natrium maupun saluran kalium berada dalam keadaan
tertutup namun tetap mempertahankan potensial membran. Pada saluran natrium yang mentup
adalah gerbang aktivasi, sementara gerbang inativasi terbuka. Selama proses depolarisasi
gerbang aktivasi natrium akan membuka secara cepat yang menyebabkan aliran masuk ion Na +
dalam jumlah besar sehingga bagian dalam sel menjadi lebih positif. Apabila depolarisasi
mencapai atau melewati potensial ambang, maka dapat memicu potensial aksi. 4 Sementara itu
pada saat yang sama saluran kalium juga membuka namun sangat lambat (beberapa buku
mengklasifikasikan saluran kalium tersebut tetap menutup).
Selama proses repolarisasi gerbang inaktivasi menutup saluran natrium dan saluran kalium
terbuka perlahan. Ion Na+ tidak dapat masuk lagi ke dalam sel, sebaliknya ion K+akan bergerak
keluar dari sel (hal ini sesuai dengan arah gradient konsentrasinya). Akibatnya perlahan potensial
akan kembali bertambah negatif. Selama beberapa saat saluran kalium yang terbuka
mengakibatkan berlebihnya

ion K+ yang

keluar dari dalam sel, sehingga terjadi

hiperpolarisasi.Kemudian setelah gerbang kalium menutup, ion K+ dari dalam tidak lagi bergerak

ke luar. Membran potensial istirahat akan kembali pada keadaan istirahat dengan masuknya ion
K+ melalui saluran bocor.4-7
Potensial aksi ini

menyebar

ke

seluruh

membran

sel

tanpa

menyebabkan

penyusutan.Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke
ujung saraf dan mencapai ujung akson (akson terminal). Saat potensial aksi mencapai akson
terminal akan dikeluarkanlah neurotransmitter, yang melintasi synaps dan dapat saja merangsang
saraf berikutnya.

Gambar 3. Potensial Aksi

Perubahan Potensial Membran


Semua sel tubuh memperlihatkan potensial membran, yaitu pemisahan muatan positif dan
negatif di kedua sisi membran. Berikut ini adalah perubahan yang dapat terjadi pada potensial
membran.
1. Depolarisasi. Membran menjadi kurang terpolarisasi; bagian dalam membran menjadi
kurang negatif dibanding pada potensial istirahat, dengan nilai potensial mendekati 0
milivolt (mV). Contohnya, perubahan dari -70 menjadi -60 mV. Lebih sedikit muatan yang
dipisahkan ketimbang saat potensial istirahat. Istilah ini juga merujuk pada bagian dalam
membran yang bahkan menjadi positif seperti pada potensial aksi (jenis utama sinyal
listrik) ketika potensial membran berbalik dengan sendirinya (misalnya, menjadi +30 mV).
Depolarisasi dapat terjadi apabila masuknya ion Na+ sehingga membran menjadi kurang
negatif.
2. Repolarisasi. Membran kembali ke potensial istirahat setelah terdepolarisasi. Repolarisasi
dapat terjadi apabila keluarnya ion K+.

3. Hiperpolarisasi. Membran menjadi lebih terpolarisasi; bagian dalam membrane menjadi


lebih negative dibanding pada potensial istirahat, dengan nilai potensial menjauhi 0 mV.
Misalnya, perubahan dari -70 menjadi -80 mV; lebih banyak muatan yang dipisahkan
ketimbang saat potensial istrirahat. Hiperpolarisasi dapat terjadi akibat keluarnya K + yang
berlebihan.6

Siklus Hodgkin
Depolarisasi akan memicu pembukaan cepat pintu aktivasi Natrium sehingga
memungkinkan ion Na+ masuk memindahkan potensial dari ambang ke puncak. Penutupan
lamban pintu inaktivasi Natrium, akan menghentikan pemasukan Na+ ke dalam sel. Penutupan
pintu inaktivasi natrium ini merupakan feedback positif. Pembukaan lamban pintu aktivasi
Kalium berperan besar dalam pemulihan potensil kembali normal dengan mengeluarkan ion K+
ke luar sel (repolarisasi).6

Gambar 4. Siklus Hodgkin

Struktur Sinaps
Mekanisme Transfer Informasi di Sinaps
Apabila impuls sampai pada tombol

sinapsis,

segera

neuron mengirimkan

neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmiter dibawa oleh vesikula sinapsis menuju membran


prasinapsis. Kedatangan impuls tersebut membuat permeabilitas membran prasinapsis terhadap

ion Ca2+ meningkat (terjadi depolarisasi). Sehingga, ion Ca2+ masuk dan merangsang vesikula
sinapsis

untuk menyatu

dengan

membran

prasinapsis.

Bersama

kejadian

tersebut, neurotransmiter dilepaskan ke dalam celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah
sinapsis, neurotransmiter ini berdifusi menuju membran pascasinapsis.
Setelah impuls

dikirim, membran

pascasinapsis akan mengeluarkan enzim untuk

menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya enzim asetilkolineterase yang


menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam etanoat. Oleh vesikula sinapsis, hasil
hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan
kembali.

Gambar 5. Struktur Sinaps

Gambar 6. Struktur Sinaps

Peristiwa Sinaps
Sinapsis merupakan titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron yang
lain. Proses inilah yang disebut dengan sinaps.9 Ada 2 jenis sinaps yaitu sinaps listrik dan sinaps
kimia.
1. Sinaps Kimia
Sinaps kimia merupakan sebagian besar sistem saraf yang ada pada manusia, tempat zat
kimia perantara menghantarkan informasi satu arah melintasi celah yang memisahkan dua
neuron.

Prasinaptik terminal banyak mengandung vesikel-vesikel prasinaptik yang berisi

neurotransmiter. Vesikel-vesikel bergabung dengan membran prasinaptik dan mengeluarkan


neurotransmiter ke celah sinaptik melalui melalui proses eksositosis. Neurotransmitter
dilepaskan dari ujung saraf ketika datang impuls saraf (potensial aksi). Potensial aksi
menyebabkan influks K+ yang menyebabkan vesikel sinaptik bergabung dengan membran
prasinaptik. Kemudian neurotransmitter dikeluarkan ke celah sinaps. Ketika berada di celah
sinaptik, neurotransmiter mencapai sasarannya dengan meningkatkan atau menurunkan
potensial istirahat (resting potential) pada membrane pascasinaptik untuk waktu yang singkat.
Protein reseptor pada membran sinaptik mengikat neurotransmitter dan melakukan penyesuaian
dengan membuka kanal ion, membangkitkan Excitatory Postsynaptic Potential (EPSP) atau
Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSP). E ksitasi cepat diketahui menggunakan asetilkolin
(nikotinik) dan L-glutamat atau inhibisi menggunakan GABA. 9 misalnya penerusan impuls saraf
dari dendrit sel saraf ke otot.
2. Sinaps Listrik
Sinaps ini, neuron-neuron berkomunikasi secara listrik dan tidak ada transmitter kimia.
Sinaps listrik ini jarak ada pada sistem saraf manusis. Ion mengalir dari satu neuron ke neuron
lain melalui kanal-kanal upenghubung. Sinaps elektrik menghasilkan transmisi sinyal listik yang
dimana bergerak secara terus menerus dan sangat cepat tetapi pada hakikatnya, bersifat on atau
off dan tidak terkendali. Sinaps elektrik dapat berjalan 2 arah berbeda dengan sinaps kimiawi
yang berjalan satu arah.6,8 misalnya di retina, korteks serebrum.

Setelah berikatan dengan kanal reseptor subsinapsnya, tiap jenis neurotransmitter menyebabkan
perubahan permeabilitas ion yang berbeda. Ada 2 jenis sinaps yang bergantung terhadap
perubahan permeabilitasnya yaitu sinaps eksitatirok dan sinaps inhibitorik.
1. Sinaps Eksitatorik
Respons terhadap kombinasi neurotransmiter-reseptor menyebabkan pembukaan saluran
Na+ dan K+ di dalam membran subsinaps sehingga terjadinya peningkatan permeabilitas ion
tersebut. Perpindahan secara simultan sedikit ion K+ ke luar dari neuron pascasinaps dan
sebagian besar ion Na+ masuk. Hasilnya adalah perpindahan net ion-ion positif ke dalam sel. Hal
ini membuat bagian dalam membrane sedikit kurang negative daripada saat potensial istirahat,
menimbulkan depolarisasi kecil pada neuron pascasinaps. Satu aktivasi eksitatorik sudah cukup
untuk mendepolarisasi neuron pascasinaps menuju ambang walaupun aktivasi ini jarang.
Depolarisai kecil ini menjadikan ambang lebih lebih mungkin tercapai dan potensial aksi
tercetus, membrane kini lebih peka terhadap rangsangan daripada saat potensial istirahat.
Perubahan potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik disebut Potensial Pascasinaps
Eksitatorik (Excitatory Post-Synaptic Potential (EPSP)).6,7

Gambar 7. Sinaps Eksitatorik

2. Sinaps Inhibitorik
Kombinasi perantara kimiawi yang dilepaskan dengan reseptornya meningkatkan
permeabilitas nenbran subsinaps terhadap K+ atau Cl-. Perpindahan ion yang menimbulkan
hiperpolarisasi kecil di neuron pascasinaps. Yang dimana banyak muatan positif keluar dari sel
K+ dan meninggalkan banyak muatan negative didalam sel. Hiperpolarisasi ringan ini
menyebabkan potensial membran semakin menjauhi ambang, sehingga memungkinkan neuron
pascasinaps mendekati ambang dan mengalami potensial aksi semakin kecil. Membrane kini

krang peka rangsangan daripada saat potensial istirahat. Dalam keadaan seperti ini, membran
dikatakan mengalami inhibisi, dan hiperpolarisasi kecil di sel pascasinaps disebut Potensial
Pascasinaps Inhibitorik (Inhibitory Postsynaptic Potential (ISPS)).6,9

Gambar 8. Sinaps Inhibitorik

Resultan potensial pascasinps bergantung pada jumlah aktivitas semua masukan prasinaps.
EPSP dan IPSP adalah potensial berjenjang. Yang dimana meurmiliki periode efrakter,
bervariasi, dan dapat dijumlahkan. Potensial aksi dapat tercetus di neon pascasinaps
dikarenakarn ada banyak sekali masukan prasinaps yang diterima oleh sebuah badan sel saraf
dari baniyak neuon lain. Informasi yang dibawah yaitu informasi sensoris dari lingkungan,
informasi keseimbangan homeostasis, informasi dari pusat-pusat kontrol otak, informasi lainlain. Neuron prasinaps ini tereksitasi sehingga mempengaruhi tingkat aktivitas neuron
pascasinap. Resultan potensial pascasinaps Grand Postsynaptic Potential

(GPSP) adalah

gabungan dari semua EPSP dan IPSP yang terjadi hampir bersamaan. 7,9
Neuro pascasinaps dapat dibawa ke ambang melalui sumasi temporal atau sumasi spasial.
Sumasi temporal : berarti

waktu. Pada potential berjenjang tidak memiliki periode

refrekter, EPSP ditambahkan (Ex 1 dan Ex 2) sehingga membawa membrane ke ambang


dan mencetuskan potensial aksi di neuron pascasinaps. EPSP dapat ditambahkan karena
EPSP ini bertahan kebih lama dari potensial aksi penyababnya. Disebut sebagai sumasi
temporal karena penjumlahan EPSP yang terjadi hampir bersamaan dikarenakan eksitasi
berturut-turut sebuah neuron prasinaps. Setiap potensial aksi pada sebuah neuron
prasinaps memicu pengosongan sejumlah vesikel sinaps. Jumlah neurotransmitter dan

besar perubahan potensial pascasinaps yang dihasilkan berkaitan secara langsung dengan
frekuensi potensial aksi prasinaps. Oleh sebab itu, cara untuk membawa membrane
pascasinaps ke amang yaitu dengan melalui eksitasi berulang yang cepat dari satu
masukan persisten.
Sumasi spasial : berarti ruang. Potensial aksi di Ex1 dan Ex2 akan mengahsikan EPSP du

neuron pascasinaps, namun jika sendirian masing-masing potensial aksi tersebut tidak
dapat membawa membaran ke ambang untuk mencetuskaan potensial aksi pascasinaps.
Disebut sebagai sumasi spasial karena penjumlahan beberapa EPSP yang tercetus secara
bersamaan dari sejumlah masukan prasinaps dari berbagai titik dalam ruang. Cara kedua
untuk membangkitkan potensial aksi pada se pascasinaps adalah melalui aktivitas
silmultan beberapa masukan eksitatorik.6

Masa Rafrakter
Terdapat dua jenis periode refrakter, yaitu:
1. Periode refrakter absolut ialah jangka waktu tertentu saat sel saraf benar-benar tidak dapat
menanggapi rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya, apapun jenis rangsangnya dan berapa
pun kekuatan rangsang yang diberikan. Periode ini biasanya berlangsung pada awal repolarisasi.
2. Periode refrakter relatif ialah jangka waktu pada akhir repolarisasi, yang mana sel saraf
kemungkinan sudah dapat kembali menanggapi rangsang, asalkan rangsang yang diberikan lebih
kuat daripada rangsang sebelumnya atau jenis rangsangnya berbeda.4

Kesimpulan
Gangguan komunikasi antar sel pada tubuh manusia dapat menyebabkan kegiatan di dalam tubuh
menjadi terganggu. Sehingga bisa terjadi beberapa masalah dan gangguan dalam tubuh kita.
Salah satu gangguan yang bisa terjadi adalah periodic paralisis hipokalemia seperti kasus pada
skenario.

Daftar Pustaka
1. Suryo. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2007.h.126-8
2. Dorland. Kamus Kedokteran Dorland. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 2000.h.1518
3. Roberts JAF. Genetika Kedokteran: suatu pengantar (An introduction to medical genetics).
8th ed. Jakarta; EGC; 1995.h.42-58
4. Fitzpatricks TB. Dermatology In General Medicine. 5th ed. United State of America: The
McGraw-Hill Company; 1999.h.925-36
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006.h.58-61.

Anda mungkin juga menyukai