Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI ANTAR SEL DAN TRANSDUKSI SINYAL

Komunikasi sel adalah interaksi antara satu sel dengan sel yang lainnya ataupun antara sel
dengan lingkungannya. Tujuannya agar setiap organ di tubuh kita dapat menjalankan tugasnya
sehingga dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Jenis-jenis komunikasi sel yaitu komunikasi antar
sel dan komunikasi dalam sel. Komunikasi antar sel yaitu system penghantaran informasi atau
signal dari sel yang satu ke sel yang lain atau di dalam sel sel itu sendiri untuk melakukan aktivitas
dan fungsi koordinasi. Komunikasi dalam sel yaitu kelangsungan hidup sel atau organisme,
homeostasis sel normal, perkembangan dan pembelahan sel, perbaikan jaringan serta sistem
imunitas.
Di dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel. Yang pertama yaitu wired
system, komunikasi yang berlangsung melalui system saraf atau listrik. Informasi yang dihantarkan
sepanjang sel saraf berbentuk potensialaksi. Penghantaran informasi dari sel saraf kesel target
berlangsung melalui sinaps. Yang kedua adalah non-wired system, komunikasi yang terjadi secara
kimiawi. Komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efektiv lebih lama. Dalam
melangsungkan peranannya dalam komunikasi sel, terdapat beberapa metode dalam melakukan
proses komunikasi. Berikut adalah metode untuk melakukan komunikasi antar sel:
1. Komunikasi langsung, komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi
dengan mentransfer sinyal listrik atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel
satu dengan yang lain.
2. Komunikasi lokal, komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan kecairan ekstra
selu ntuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri
(sinyal autokrin).
3. Komunikasi jarak jauh, komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh. Komunikasi ini
berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan sinyal kimia
(hormone atau neuron hormon) yang dialirkan melalui darah. Bila mediator kimia dari ujung
akson disekresikan kesinap yaitu neurotransmitter dan bila mediator kimia dari ujung akson
disekresikan ke CES yaitu neurohormon.
Komunikasi yang dilakukan oleh sel yang berdekatan dapat dilakukan melalui beberapa
hubungan, yaitu melalui tight junction maupun gap junction. Pada proses komunikasi jarak jauh,
setelah hormone dilepas oleh sel-sel endokrin maka hormone itu akan berikatan dengan first
messenger dan akan dibawah sampai kesel target. Di permukaan luar membran plasma tersebar
reseptor-reseptor protein khusus yang berikatan dengan zat-zat perantara kimia tertentu yang
berkontak dengan sel. Komunikasi antar sel biasanya melewati enam tahap yaitu sintesis, pelepasan
hormon, transport ke organ target, pengenalanpetunjuk, penerjemahan, respons. Tiga tahapan proses
pensinyalan sel
1. Penerimaan (reception)
Yaitu proses pendeteksian molekul sinyal yang dating dari luar sel. Berdasarkan sifat
molekul sinyal, penerimaan dapat dilakukan oleh protein reseptor yang terdapat di:
Membrane plasma (coontoh: reseptor hormone epinefrin)
Sitoplasma (reseptor intraseluler). Contoh: reseptor hormone steroid
2. Transduksi (pengolahan sinyal)
Transduksi merupakan urutan perubahan dalam sederetan molekul yang berbeda dan disebut
jalur transduksi sinyal. Pada tahap ini terjadi perubahan sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat
menimbulkan respon seluler spesifik.
3. Responsel
Aktivitas sel sebagai respon terhadap sinyal yang datang
Aktivitas seluler seperti: reaksi enzimatik, penyusunan ulang sitoskeleton, pengaktifan gen
spesifik dalam nucleus.

Transduksi sinnyal adalah proses perubahan bentuk sinyal yang berurutan dari sinyal
ekstraseluler sampai respon dalam komunikasi antar sel.
Pada umumnya transduksi sinyal terdiri dari beberapa langkah yaitu sejumlah kecil molekul
sinyal dapat menghasilkan respon seluler yang besar (penguatan sinyal) dan menentukan respon
yang spesifik. Transduksi sinyal dilakukan oleh molekul relay, yaitu molekul yang berfungsi
menyampaikan (mentransmisikan) sinnyal dari reseptor hingga dihasilkan responsel yang sesuai,
dapat berupa protein ataumolekul non-protein.
Proses penerimaan sinyal (pengaktifan protein reseptor) akan berlanjut pada pengaktifan
molekul-molekul relay secara beruntun hingga protein akhir yang menghasilkan respon sel
diaktifkan. Jalur transduksi sinyal akan terhenti dengan adanya protein fosfatase (enzim yang
melepaskan gugus fosfat dari protein).
Persinyalan sel dengan reseptor terikat membrane (contoh: pengaruh epinefrin)
1. Penerimaan
Molekul sinyal (ligan) berupa hormone epinefrin yang terdapat di cairan ekstraseluler terikat
pada reseptor spesifik pada membrane plasma sel target (sel hati dan sel otot rangka).
2. Transduksi
Interaksiligan-reseptor mengakibatkan konfirmasi atau perubahan bentuk reseptor kemudian
terjadi serangkaian perubahan atau aktivasi sejumlah molekul relay pada jalur transduksi sinyal
yang mengarah pada aktivitas enzim spesifik.
3. Responsel
Adanya aktivitas sel sebagai respon terhadap sinnyal yang datang

Persinyalan sel dengan reseptor intaseluler


1. Penerimaan
Molekul sinnyal (ligan) berupa hormone steroid berdifusi melewati membrane plasma sel
target kemudian ligan berikatan dengan reseptor intraseluler yang terdapat di sitoplasma
2. Transduksi
Kompleks ligan-reseptor memasuki nucleus, berikatan dengan DNA dan menentukan suatu
gen menjadi aktif atau non aktif
4. Responsel
Terjadi trasnkripsi dan translasi hingga terbentuk protein baru

Second messenger Merupakan jalur persinyalan yang melibatkan molekul atau ion kecil non
protein yang terlarut-air. Sedangkan molekul sinyla ekstraseluler yang mengikat reseptor membrane
merupakan messenger pertama jalur, Karena messenger kedua itu kecil dan terlarut dalam air,
messenger ini segera menyebar keseluruh sel dengan berdifusi. Messenger kedua berperan serta
dalam jalur yang diinisiasi reseptor terkait protein-G meupun reseptortirosin-kinase. Dua messenger
kedua yang paling bayak digunakan ialah:

a. AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari membrane
plasma sel hati atau otot kebagian dalam sel, dimana sinyal itu menyebabkan pemecahan
glikogen. Pengikatan epinefrin pada membran plasma sel hati akan meningkatkan senyawa
adenosine monofosfat siklik yang disingkat AMP siklik atau cAMP. cAMP ini diaktifkan
oleh adenil atsiklase yang mengkatalisa perombakan ATP.
b. Ion kalsium
Sel menggunakan ion kalsium sebagai messenger kedua dalam jalur protein-G dan jalur
reseptor tirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal,
kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas
ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam sitosol
SINAPS
Sinaps dapat didefinisikan sebagai struktur yang memediasi transmisi sinyal dari satu
neuron ke neuron yang berdekatan. Sinaps ditemukan di sistem saraf. Mereka dapat
mentransmisikan sinyal listrik atau sinyal kimia. Sinaps dapat diklasifikasikan dua jenis utama
menurut jenis sinyal ini: sinaps listrik dan sinaps kimia. Pada sinaps, dua neuron yang
berkomunikasi mendekati membran plasma mereka untuk melewati sinyal secara akurat dan efisien.
Neuron yang mengirim sinyal terdiri dari ujung presinaptik sementara neuron yang menerima sinyal
terdiri dari ujung postsynaptic. Ujung ini bisa dilihat pada akson dan dendrit / soma.

SINAPS KIMIA
Sinaps kimia adalah struktur biologis yang dapat ditemukan di antara dua neuron atau di
antara neuron dan sel nonneuronal dan fungsinya utamanya adalah berkomunikasi satu sama lain
melalui pembawa pesan kimia seperti yang ditunjukkan pada gambar 01. Utusan kimia ini dikenal
sebagai neurotransmitter . Neurotransmiter diproduksi dan dikemas di dalam vesikula kecil yang
dikenal sebagai vesikula sinaptik. Synaptic vesikula diisi dengan neurotransmiter dan terakumulasi
di dekat ujung presinaptik neuron presinaptik. Bila potensi aksi berubah pada membran neuron
presinaptik, neurotransmiter ini dilepaskan oleh eksositosis ke ruang yang disebut celah sinaptik.
Begitu neurotransmitter ini masuk ke celah sinaptik, mereka mengikat reseptor spesifik yang ada di
permukaan neuron postsinaptik dan memberikan informasinya.Ini adalah jenis transmisi sinyal
kimia yang terjadi pada sinaps kimia; Dengan demikian, struktur ini sangat penting untuk
menghubungkan sistem saraf tanpa keruntuhan. Transmisi sinyal melalui sinaps kimia hanya terjadi
dalam satu arah.
Satu organisme mengandung sejumlah besar sinaps kimia dalam sistem syarafnya. Orang
dewasa mungkin memiliki 1000 sampai 5000 triliun sinapsis kimia di sistem saraf pusat. Jumlah ini
bisa berbeda dengan umur.

Gambar_1: Sinaps Kimia

SINAPS LISTRIK
Sinaps listrik adalah struktur yang memfasilitasi dua neuron untuk berkomunikasi satu sama
lain melalui sinyal listrik tanpa adanya keterlibatan kimia. Pada sinaps listrik, membran neuron
presinaptik dan membran neuron postsynaptic sangat dekat satu sama lain dan terhubung dengan
membuat saluran yang disebut gap junction seperti ditunjukkan pada gambar 2. Kemudian sinyal
yang berbentuk arus ionik, mengalir melalui selisih gap. pasif, memungkinkan transmisi sinyal.
Sambungan gap terbentuk dengan menggunakan saluran protein yang disebut connexons.

Connexons adalah protein berbentuk tabung yang menghasilkan perjalanan melalui dua neuron.
gambar 2. Sinaps listrik

Tabel perbedaan Sinaps Hormon (Kimia) dengan Sinap Sinyal Listrik

Perbedaan Sinaps Kimia Sinaps Listrik

Transmisi Sinyal Dalam sinaps kimia, Dalam sinaps listrik, transmisi


transmisi sinyal terjadi sinyal terjadi dalam bentuk sinyal
melalui molekul kimia listrik tanpa menggunakan molekul.
yang disebut
neurotransmiter.

Modifikasi Sinyal Sinyal dimodifikasi saat Sinyal tidak dimodifikasi selama


transmisi berlangsung. transmisi berlangsung.

Pelepasan Sinyal Neurotransmitter Sinyal listrik lewat melalui selisih


dilepaskan oleh gap
eksositosis dan menyebar
di celah synapsis dan
kemudian terikat pada
reseptor.

Ruang Antara Dua Ruang antara awal dan Ruang antara awal dan akhir
Neuron akhir postsynaptic lebih postsynaptic sangat kecil.
besar.

Arah Sinyal Transmisi sinyal hanya Transmisi sinyal bisa terjadi di


terjadi pada satu arah. kedua arah.

Konsumsi Energi Transmisi sinyal Transmisi sinyal terjadi tanpa


membutuhkan energi. memanfaatkan energi. Jadi ini
Jadi ini proses yang aktif. proses pasif.

Kecepatan Transmisi Transmisi sinyal terjadi Transmisi sinyal sangat cepat.


pada kecepatan sedang.

PERBEDAAN KOMUNIKASI LEWAT HORMON DAN SINYAL LISTRIK


Hormon di khususkan untuk komunikasi antar sel yang berada dalam jarak yang jauh maka
dari itu disekresikan masuk ke dalam aliran darah. Hormon hanya mempengaruhi sel yang dituju,
sel lain yang tidak berhubungan tidak akan terpengaruh walaupun dilewati hormon. Kata hormon
berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat gerakan atau membangkitkan. Hormon
mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan.
Secara umum pengaturan hormonal terjadi melalui suatu jalur vertical dari hipotalamus
kehipofisis lalu ke kelenjar hormon dan akhirnya menuju sel target.
Produksi hormon ada dua cara yaitu melalui:
1. Umpan balik negative
Berusaha agar kejadian ini tidak berlanjut terus (agar tetap stabil). Berlaku dihampir semua
system tubuh. (jika produk usaha berlebihan, berusaha untuk menghentikan).
2. Umpan balik positif
Terdapat pada 4 sistem:
a. Proses penghantaran impuls saraf
b. Proses pembekuan darah
c. Proses partes (persalinan)
d. Proses ovulasi
Sebagian besar reseptor diaktivasi oleh ikatan molekul dengan membran (misalnya hormon,
faktor pertumbuhan, neurotransmiter dan feromon). Terdapat beberapa cara komunikasi sel yang
menggunakan reseptor membran yaitu juktakrin, otokrin, parakin dan endokrin.
a) Signallingjuktakrin
Signalling juktakrin merupakan komunikasi dua sel yang berdekatan dengan membentuk
pori yang menghubungkan kedua sel tersebut sehingga ion dan molekul terkecil dapat melalui
pori yang terbentuk.
b) Signalling otokrin
Signalling otokrin sel atau sel-sel merespons molekul yang di sekresikannya sendiri.
Sinyal ini juga dijumpai pada sel-sel tumor yang Man-sekresi faktor pertumbuhan secara
berlebihan hingga menginduksi proliferasi sel yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan
terbentuknya tumor yang dapat menekan jaringan atau organ yang ada di sekitarnya.
c) Signalling parakrin
Signalling parakrin, merupakan komunikasi antar sel jarak pendek. Sel signal mensekresi
molekul sinyal targetnya pada sel-sel yang berdekatan dengan sel sinyal
Misalnya epinefrin merupakan neutotransmiter yang dilepaskan oleh satu sel saraf ke sel saraf
lainnya atau sel saraf ke efektor pada otot rangka (merangsang atau menghambat konstraksi).
Kemudian dapat berikatan dengan reseptor membran pada sel-sel target yang ada di sekitarnya
dan menginduksi perubahan di dalam sel target.
d) Signalling endokrin
` Signalling endokrin merupakan contoh komunikasi antar sel jarak jauh karena sel sinyal
terletak di lokasi yang relatif jauh dari sel target. Dalam sinyal ini molekul sinyalnya adalah
hormon. Molekul sinyal dapat sampai ke sel target karena ditransfor melalui darah atau cairan
ektraseluler lainnya.
Signalling endokrin misalnya terjadi pada siklus reproduksi wanita. Hormon yang terlibat
dapat berupa peptida atau steroid. Hormon peptida misalnya follicle stimulating hormon (FSH),
Lutenizing Hormon (LH) dan Gonadotropin. Sedangkan hormon steroid misalnya estrogen dan
progesteron.

No Nama hormon Fungsinya

1 Anti Diuretik Hormone (ADH) Meningkatkan absorbs air dari tubulus ginjal dan
meningkatkan tekanan darah

2 Oksitosin Merangsang kontraksi ureus, pengeluaran air susu

3 Growth Hormone (GH) Merangsang pertumbuhan tulang dan otot, meningkatkan


sintesis protein, mobilisasi lemak, menurunkan metabolism
karbohidrat.

4 Prolaktin Meningkatkan perkembangan payudara selama kehamilan


dan produksi air susu setelah kelahiran

5 Tiroid Stimulating Hormone Merangsang produksi dan sekresi hormon tiroid


(TSH)

6 Adenocorticotropic Hormone Merangsang sekresi dan produksi hormon steroid dan


(TSH) korteks adrenal.

7 Luteinizing horrmon (LH) Merangsang pertumbuhan korups luteum, ovulasi, produksi


esterogen dan progesteron (pada wanita) sedangkan
merangsang sekresi testosterone, perkembangan jaringan
interstisial (pada pria)

8 Folicel stimulating hormone Merangsang pertumbuhan folikel telur dan ovulasi (pada
wanita) sedangkan merangsang produksi sperma (pada
pria)

9 Melanosit stimulating hormone Bersama dg ACTH terlibat dalam pembentukan kulit

10 Tiroksin (T4) dan Meningkatkan laju metabolism, sensitivitas kardiovaskular


terhadap aktivasi saraf simpatik, mempengaruhi
kematangan homeostatis otot skelet

11 Kalsitonin Menurunkan konsentrasi Ca dalam fosfat

12 Hormon paratiroid Meningkatkan konsentrasi Ca dalam darah, menurunkan


kadar fosfatdarah, bekerja mempengaruhi tulang, usus,
ginjal dan sel-sel lainnya.

13 Adrenalin/ epinefrin Meningkatkan kecepatan denyut jantung, dan tekanan


darah, mengatur diameter arteriol, merangsang kontraksi
otot polos, meningkatkan konsentrasi gula darah

14 Noradrenalin/ norepinefrin Menyebabkan konstriksi arteriol dan meningkatkan laju


metabolism

15 Glukokortikoid (kortison dan Mempengaruhi proses metabolism, mengatur konsentrasi


kortikosteron)

16 Insulin Menurunkan gula darah, meningkatkan simpanan gula


darah

17 Glukagon Meningkatkan kadar gula darah

18 Estrogen Mempengaruhi perkembangan organ seks dan ciri-ciri


kelamin wanita.
19 Prosgesteron Mempengaruhi siklus menstruasi, merangsang penealan
dinding uterus

20 Human chorionic gonadotropin Memelihara kehamilan


(HCG)

21 Testosteron Mempengaruhi perkembangan organ seks dan ciri kelamin


pria.

Sinyal Listrik
Penyaluran Sinyal (impuls) pada sel Saraf (Neuron)
a. Penyaluran sinyal listrik pada neuron → penjalaran potensial aksi
b. Neuron berfungsi→menerima, menterjemahkan dan menyalurkan pesan listrik
c. Awalnya badan sel menerima sinyal listrik dari neuron lainnya melalui kontak-kontak yang
disebut sinaps yang terletak di dendrit
d. Dendrit bagian badan sel yang berperan menerima informasi dari rangsangan atau dari sel lain
e. Bila sinyal listrik kuat, maka sinyal listrik dari badan sel diteruskan keakson
f. Dari akson sinyal listrik diteruskan ke neuron lainnya, otak, organ ataukelenjar yang sesuai
Terbentuknya sinyal Listrik Pada Neuron
1. Neuron Padakondisiistirahat/ polarisasi(tidakadaimpulslistrik)

Di luar membran
bermuatan +

Di dalam membran
bermuatan -

a. Setiap sel saraf menggunakan difusi pasif dan transportasi aktif untuk mempertahankan
distribusi ion
b. Setiap sel saraf menghasilkan sedikit ion negative tepat didalam sel dan ion positif tepat
diluar membran sel.
2. Neuron mengalamistimulasi/Depolarisasi(adaimpulslistrik)
a. Saat neuron mendapatkan rangsangan (impuls) →Neuron terstimulasi → pori-pori
membrane akan berubah dan ion-ion Na+ akan masuk dari luar sel kedalam sel →perubahan
komposisi ion karena adanya pergerakan ion → perubahan muatan, Sehingga: didalam sel
akan menjadi kurang negative ( lebih positif) drpd diluar sel → perubahan beda postensial
yang sangat besar dititik stimulasi, Keadaan ini disebut DEPOLARISASI → selanjutnya
perubahan potensial membran/ potensial aksi diteruskan/ menjalar sepanjang akson.
b. Perubahan beda potansial ini disebut potensial aksi
c. Potensialaksimenjalarsepanjangakson(menjauhibadansel) → seperti pesan berantai untuk
sampai ke otak
Rangsangankuat → mampu mendepolarisasi dari - 90mV menjadi+50 mV.
3. Neuron setelahterstimulasi/ kembaliistirahat(Repolarisasi)
a. Setelah depolarisasi, saluranNa+ tertutup selama 1 detik sampai membrane tidak dapat
dirangsang lagi.
b. K+ di dalam sel difusi keluar sel sehingga luar sel dalam jumlah besar agar luar sel
bermuatan+
c. Selanjutnya terjadi transport aktif u/ mengembalikan sel kekondisi polarisasi melalui
mekanisme pengaktifan pompa NA.
d. Na+ dari dalam sel di pompa keluar sel dans ebaliknya ion K+ dipompa kedalam sel, sehingga
e. potensial membrane kembali seperti saat istirahat, kondisi ini disebut REPOLARISASI

Penjalaran Listrik Pada Sel saraf


Saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi karena mampu menghasilkan
sinyal listrik apabila dirangsang. Potensial yang tidak memperlihatkan perubahan yang cepat
disebut sebagai potensial membran istirahat. Sinyal listrik hasil dari potensial membran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu potensial berjenjang atau graded potential dan potensial aksi atau action
potential. Potensial berjenjang yang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat, yaitu kondisi dimana
sedikit perubahan kimia pada membran potensial dapat menyebabkan perubahan besar pada
potensial membran istirahat di dendrit. Respons dari potensial berjenjang didapatkan pada kondisi
depolarisasi atau hiperpolarisasi. Potensial berjenjang sebanding dengan intensitas stimulus. Apabila
kanal ion di membran bagian yang spesifik terbuka, maka akan menyebabkan depolarisasi dan
muatan positif akan berdifusi di membran dan masuk ke dalam sel. Area yang mengalami
depolarisasi akan terus menyebar tetapi akan mengurangi intensitasnya. Apabila stimulus diperkuat,
maka kanal ion akan membuka lebih banyak lagi dan perubahan yang terjadi akan semakin besar.
Potensial berjenjang dapat menjadi stimulus atau penghambat pada sel saraf.
Sel saraf dan sel otot memiliki potensial membran istirahat dan menggunakan potensial aksi
yang merupakan jalan tercepat dan terefisien dalam menghantarkan listrik sepanjang aksonnya.
Potensial aksi memiliki sinyal listrik seperti pada potensial berjenjang, namun dengan jalan yang
berbeda. Pada potensial aksi, terjadi perubahan yang besar pada potensial membran. Teori all-or-
none yaitu teori yang menjelaskan bahwa kekuatan sel saraf dan sel otot dalam merespon stimulus
terbebas dari kekuatan awal stimulus tersebut. Apabila stimulus dapat melebihi potensial batas
ambang atau threshold potential, maka sel saraf dan sel otot akan memberikan respons yang
lengkap; jika tidak, tidak ada respon. Adanya teori all-or-none dikarenakan potensial aksi tetap
akan terjadi baik dengan adanya perubahan yang besar dan kuat pada potensial membran maupun
perubahan yang kecil. Dengan kata lain, potensial aksi memiliki intensitas yang sama ketika
menjalar sepanjang membran dan tidak berkurang sejauh apapun, oleh karena itu potensial aksi
disebut juga sinyal jarak jauh.8 Potensial aksi ini didasarkan dengan adanya kanal ion natrium dan
kalium seperti yang telah dijelaskan diatas, yang akan membuka ketika sel saraf mengalami
depolarisasi. Kanal ion ini terbatas pada akson dari hampir semua neuron. Begitu juga, dendrit dari
sel saraf dan sel dalam tubuh tidak berperan dalam mengatur potensial aksi. Pada sel saraf, terdapat
akson hilok yang berada pada akson, dan memiliki densitas atau massa jenis yang tinggi terhadap
kanal ion. Daerah ini dikenal sebagai trigger zone dari potensial aksi. Ketika akson mengalami
depolarisasi, diikuti dengan membukanya kanal ion natrium mengakibatkan ion natrium masuk ke
dalam sel dan menyebabkan depolarisasi bertambah hingga mencapai potensial ambang. Proses
dimana ion natrium masuk dan ion kalium keluar, serta hasil dari kanal ion natrium yang masih
terbuka memulai sebuah potensial aksi. Potensial aksi yang merambat ke akson terminal dimana
depolarisasi menyebabkan lepasnya neurotransmitter. Setelah timbul potensial aksi, sel membran
akan mengalami repolarisasi yang disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter ada dua fase,
yaitu periode refrakter absolut dan periode refrakter relatif. Periode refrakter absolut terjadi selama
tidak ada rangsangan sebagai sumber kekuatan untuk menghasilkan potensial aksi yang lain.
Sedangkan refrakter relatif terjadi setelah membran sel mendekati repolarisasi seluruhnya. Maka
dari periode refrakter absolut akan menjadi periode refrakter relatif. Ketika ada stimulus yang kuat
secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru. Potensial aksi dapat dipercepat dengan
adanya mielinisasi dari serat bermielin pada akson. Mielin merupakan lapisan tebal yang tersusun
atas lipid dan terdapat pada setiap rentang jarak tertentu sepanjang akson. Kemudian diameter serat
akson juga dapat mempengaruhi kecepatan hantaran potensial aksi.

Hubungan Sel Saraf dengan Sel Otot


Impuls akan ditransmisi dari satu sel saraf ke sel lainnya pada sinaps. Hubungan sinaps ini
dapat dibentuk dengan sel saraf lain, sel otot, dan juga beberapa jaringan kelenjar. Terdapat
persimpangan atau junctions dimana akson atau sel yang mengirimkan impuls melalui dendrit atau
akson dari sel lainnya yang disebut presynaptic cell menuju sel otot atau kelenjar yang disebut
postsynaptic cell. Pada komunikasi sel saraf dengan sel otot, terdapat celah sempit yang disebut
synaptic cleft yang memisahkan ujung dari presynaptic cell dan postsynaptic cell. Impuls dari akson
presynaptic ini akan menyebabkan sekresi kimiawi yang berdifusi melewati synaptic cleft dan
berikatan dengan reseptor pada permukaan postsynaptic cell. Pada sinaps listrik, membran
presynaptic dan postsynaptic dari sel saraf saling mendekat dan terbentuk gap junctions antara sel
tersebut. Gap junctions membentuk jembatan dengan resistansi yang rendah dimana ion dapat
langsung melewatinya. Sinaps antara sel saraf motorik dengan sel otot rangka pada vertebrata
menggunakan transmisi sinaptik kimiawi yang disebut neuromuscular junctions. Transmisi antara
saraf otonom dengan sel otot polos dan sel otot jantung lebih umum dilakukan dengan proses difusi.

Sinaps Eksitasi dan Sinaps Inhibisi pada Potensial Berjenjang


Setiap neuron prasinaps hanya akan melepaskan satu jenis neurotransmitter. Terdapat dua
jenis sinaps, bergantung pada perubahan permeabilitas yang dihasilkan, yaitu sinap eksitatorik dan
sinaps inhibitorik. Sinaps eksitatorik memiliki kanal ion yang mengizinkan ion natrium dan kalium
untuk melewatinya. Ketika kanal ion ini terbuka sebagai respons dari neurotransmitter akan
meningkatkan permeabilitas kedua ion tersebut. Jumlah ion yang dapat berdifusi bergantung dari
gradien elektrokimia tiap ion. Pada potensial membran istirahat, gradien konsentrasi dan gradien
listrik ion natrium mendorong ion masuk ke neuron pascasinaps, sedangkan gradien ion kalium
mendorong ion kalium keluar dari neuron pascasinaps. Oleh karena perubahan permeabilitas ini
yang dipicu sinaps eksitatorik menyebabkan keluarnya sedikit ion kalium dengan masuknya ion
natrium yang banyak. Dengan ini, di dalam sel terdapat banyak sekali ion positif dan menimbulkan
depolarisasi kecil pada neuron prasinaps yang dapat membawa neuron ini lebih dekat ke ambang
serta mencetuskan potensial aksi. Membran menjadi peka terhadap rangsangan daripada saat
potensial istirahat. Perubahan potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik ini disebut
excitatory postsynaptic potential (EPSP).
Sinaps inhibitorik memiliki respons dari neurotransmitter dan akan meningkatkan
permeabilitas membran subsinaps terhadap ion kalium atau ion klorida. Perpindahan ini
menyebabkan hiperpolarisasi kecil pada neuron pascasinaps yang menyebabkan bagian dalam sel
menjadi lebih negatif. Peningkatan permeabilitas ion kalium menyebabkan ion positif banyak yang
keluar, serta peningkatan permeabilitas ion klorida yang disebabkan konsentrasi ion klorida yang
lebih tinggi diluar sel, mengakibatkan banyak muatan negatif yang masuk dalam bentuk ion klorida.
Kedua hal ini menyebabkan hiperpolarisasi kecil membawa potensial membran semakin jauh dari
ambang, serta potensial aksi pada membran akan terhambat, disebut inhibitory postsynaptic
potential (IPSP)
Mekanisme penjumlahan kuat potensial berjenjang yaitu gabungan dari EPSP dan IPSP
yang disebut grand postsynaptic potential (GPSP). Penjumlahan ini dapat dibagi menjadi sumasi
temporal dan sumasi parsial. Sumasi temporal adalah penjumlahan beberapa EPSP yang terjadi
hampir bersamaan akibat eksitasi berturut-turut pada sebuah neuron prasinaps. Sedangkan sumasi
parsial adalah penjumlahan beberapa EPSP yang terjadi secara bersamaan dari sejumlah masukan
prasinaps.
Perbandingan system saraf dan Endokrin
A. SISTEM SARAF
1. Sel Saraf
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn
ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai
hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah
satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu
yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang
menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
2. Struktur Sel Saraf Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma
dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
(neurit).Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf
ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia
yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann
disebut neurilemma. Fungsi myelin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1. Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu
otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2. Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar
yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di
sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem
saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam system saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-
kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

3. Mekanisme Penghantaran Impuls


Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis.
Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf
(akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian
dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub
negatif terdapat di bagian dalam sel saraf.
Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan
perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan
sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi
antara 1 sampai dengan 120 m per detik,
tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah
lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi
kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari
hasil pernapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang
kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah
potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan
sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis.
Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma
tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang
disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada
tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya
yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka
vesikula bergerak dan melebur dengan membran prasinapsis. Kemudian vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron
pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin
yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin
serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis
dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan
asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang
dihasilkan oleh membran post-sinapsis. Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor
ke otot. Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-
sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel
otot.

B. Sistem Endokrin
Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu
kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Seperti halnya kelenjar eksokrin,
kelenjar endokrin juga berasal dari jaringan epitel, hanya pada proses pembentukkannya pada
kelenjar endokrin sel-sel yang berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel
induknya, sehingga tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu. Getah
yan dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang didistribusikan melalui sistem peredaran.
Dalam beberapa hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap
fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat dibandingkan dengan cara kerja
sistem hormonal yang lebih lambat, namun berkesinambungan.
Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja hormon, tetapi terdapat kaitan
antara keduanya, seperti beberapa kelenjar yang akan bersekresi bila ada rangsang yang datang dari
saraf. Ukuran kelenjar endokrin biasanya kecil saja namun sangat vaskuler. Kelenjar endokrin yang
terdapat pada hewan-hewan vertebrata antara lain meliputi : kelenjar hipofise, kelenjar pankreas,
kelenjar adrenal, kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar gonad mencakup ovarium dan testis, serta
beberapa organ yang juga menghasilkan hormon-hormon tertentu seperti ginjal, lambung, usus
kecil, dan plasenta.
1. Macam-macam Kelenjar Endokrin
Oleh kebanyakan ahli endokrinologi sering disebut sebagai “master gland” atau “the leader
of the orchestra”, karena dapat mengatur ritme atau irama terhadap aktivitas kelenjar endokrin
lainnya. Kelenjar hipofise terdiri atas :
a. Pars digitalis atau lobus anterior atau Adenohipofise
b. Pars intermedia
c. Pars nervosa atau lobus posterior atau Neurohipofise
Kompleksitas kelenjar hipofise hanya hampir disamai oleh kelenjar Adrenal bagian korteks
dalam adalah bahwa kelenjar hipofise menggetahkan hormon-hormon peptida sedangkan kelenjar
adrenal memproduksi hormon-hormon steroid. Kelenjar hipofise merupakan perpaduan dua
“embryonic rudiment” yaitu bagian yang berasal dari infundibulum dari Diensefalon (otak) yang
menjadi Pars Nervosa, dan yang berasal dari epitel rongga mulut (Rathke pocket) yang akan
menjadi Adenohipofise.
Jadi meskipun Neurohipofise dan Adenohipofise berasal dari lapisan lembaga ektoderm namun
berasal dari dua bagian yang berbeda. Neurohipofisa yang berasal dari infundibulum otak
dihubungkan ke hipotalamus oleh tangkai neural.

A. Adenohipofisa atau Lobus Anterior


Lobus anterior, dibangun oleh sel-sel yang tersusun dalam pita-pita dengan jaringan ikat dan
pembuluh-pembuluh darah diantaranya. Sel-sel ini terdiri atas : sel-sel kromofil yang kuat
menyerap zat warna, ada dua macam yaitu sel alfa yang bersifat asidofilik dan sel beta yang
bersifat basofilik, sedangkan yang lain disebut sel-sel kromofob yang kurang suka menyerap
warna.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh Lobus Anterior adalah
1. Hormon Pertumbuha atau Growth Hormone (GH) atau somatotropin (STH)
Dihasilkan oleh sel-sel alfa, berperan dalam pertumbuhan badan. Bila hormon dihasilkan
berlebih pada saat pertumbuhan berlangsung, maka dapat menimbulkan gejala yang disebut
gigantisme. Bila dihasilkan berlebih setelah masa pertumbuhan berakhir, maka akan
menyebabkan akromegali. Namun apabila hormon ini kurang sekali dihasilkan pada masa
anak-anak akan dapat menimbulkan kretinisme atau cebol
2. Hormon Prolaktin atau Lactogenig Hormone (LH)
Dihasilkan oleh sel alfa, merangsang kelenjar mammae untuk memproduksi susu (laktasi).
Selain itu mempengaruhi terhadap kerja korpus luteum dalam aktivitasnya memproduksi
hormon progesteron, merangsang sifat-sifat maternal tirotropin.
3. Hormon Perangsang Tiroid atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Dihasilkan oleh sel beta, mengatur kelenjar tiroid agar memproduksi hormon tiroksin.
4. Hormon Perangsang Folikel atau Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Dihasilkan oleh sel-sel beta, berperan untuk merangsang sel-sel folikel telur agar menjadi
masak pada wanita, atau merangsang pemasakan sel-sel seprmatozoa pada pria.
5. Luteinizing Hormone (LH)
Dihasilkan oleh sel-sel beta, berperan untuk merangsang terjadinya ovulasi terhadap folikel
Graaf, hingga terbentuk korpus luteum. Pada pria hormon ini disebut Interstitial Cell
Stimulating Hormone (ICTH) yang akan merangsang sel-sel Leydig atau sel-sel intersisiel
diantara tubulus seminiferous agar memproduksi hormon testosteron.
6. Hormon Perangsang Adrenal bagian Korteks atau Adrenocorticotropic Hormone (ACTH).
Dihasilkan oleh sel-sel beta, berperan untuk merangsang kelenjar adrenal bagian korteks
untuk memproduksi hormon-hormon mineralokortikoid, glukokortikoid, dan hormon steroid
seperti estradiol.
B. Pars Intermedia
Pada manusia pertumbuhannya kurang baik, menghasilkan hormon intermedin atau
Melanocyte Stimulating Hormone (MSH), berperan dalam penyebaran, sel-sel malanofor.
C. Pars Nervosa atau Lobus Posterior atau Neurohipofisa
Hormon-hormon yang terdapat pada Pars Nervosa, dibuat oleh badan-badan sel saraf yang
terdapat pada nuklei supraoptik dan nuklei para ventrikular pada hipotalamus. Hormon-hormon
yang dihasilkannya disalurkan melalui kumpulan akson yang disebut “hypothalamo-hypophyseal
tract” ke Pars Nervosa untuk disimpan. Jadi Pars Nervosa hanya untuk penyimpanan sementara,
sedangkan sel-sel yang memproduksinya disebut sel-sel neurosekretoris, artinya secara struktur
merupakan sel saraf sedangkan fungsional berperan sebagai kelenjar.
Hormon-hormon yang dihasilkan adalah :
1. Vasopressin atau Antidiuretic Hormone (ADH)
Berperan mempengaruhi reabsorpsi air sepanjang tubulus distal dan duktus koligen pada ginjal.
Kegagalam sistem supraoptik pada hipofise untuk mensekresikan AD akan menimbulkan gejala
penyakit Diabetes Insipidus. Hal ini akan menyebabkan kadar urin yang disekresikan meningkat
samapai 12-15 liter per hari (normal 2-6 liter).
2. Hormon Oksitoksin
Berperan terhadap kontraksi otot polos yang terdapat pada uterus dan pada dinding saluran
kelenjar susu.

Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mengelilingi trakea di sebelah ventral dari larink. Setiap lobus dari kelenjar
tiroid dipisahkan oleh sekat-sekat menjadi lobuli tiroid yang terdiri atas badan-badan bulat yang
disebut folikel tiroid. Dalam keadaan dimana hormon hasil produksi tidak dipakai, maka hormon ini
disimpan dalam bentuk koloid yang tak aktif disebut tiroglobulin. Kelenjar tiroid juga menghasilkan
enzim proteolitik yang disebut katepsin untuk mengubah tiroglobulin yang tidak aktif menjadi
hormon tiroksin yang aktif. Bila kadar iodium yang terdapat dalam tubuh kurang maka yang
dihasilkan bukan tiroksin (T4), tetapi triiodotiroksin (T3). Fungsi hormon tiroksin
a. Mengatur derajat metabolisme supaya di atas menimum
b. Mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan diferensiasi
c. Mempengaruhi pertumbuhan mental kematangan seksual
d. Mempengaruhi metabolisme glukosa dan protein
e. Merangsang mengurangi jumlah asam-asam lemak, kolesterol dan fosfolipid
Bila pada saat pertumbuhan hormon tiroksin kurang, maka akan mengurangi pelepasan
hormon pertumbuhan (GH) yang diproduksi oleh pars anterior hipofisa, hingga akan menimbulkan
gejala kretinisme (kekerdilan). Kekurangan hormon tiroksin juga dapat menimbulkan gejala
Miksidema, yaitu
dimana substansi intreseluler jaringan ikat akan ditimbun secara abnormal berupa zat yang disebut
mukopolisakarida.
a. Kelenjar Adrenal
Terdapat sepasang melekat di sebelah anterior dari ginjal. Bagiannya dapat dibedakan menjadi
korteks, medula dan seludang.
Korteks terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Zona glomerulosa, menghasilkan hormon mineralokortikoid, fungsinya untuk mengatur
keseimbangan kadar natrium, dalam tubuh, hormonnya yang penting ialah aldosteron
2. Zona Fasikulata, menghasilkan hormon glikokortikoid, fungsinya dalam metabolisme
karbohidrat dan protein, hormon yang penting adalah hidrokortison
3. Zona retikulata, menghasilkan hormon-hormon seks, yaitu hormon-hormon derivat steroid,
seperti estradiol dan sebagainya
b. Medulla
Sel-sel penyusun medula berkelompok atau membentuk pita. Dalam sel-sel ini mengandun butir-
butir halus (granula) yan terwarna oleh pewarna garam-garam krom yang menimbulkan warna
coklat. Hormon ini pertama kali diketemukan oelh Oliver dan Schafer pada tahun 1894. Pada
tahun 1901 dan ektralnya dapat dibuat kristal murni yang ternyata dari hasil penelitian lebih
lanjut mengandung dua hormon yaitu adrenalin atau epinefrin, dan noradrenalin atau
norepinepfrin, keduanya mempunyai fungsi :
a. Mempengaruhi denyut jantung, jadi berpengaruh terhadap tekanan darah.
b. Mempengaruhi limpa, dengan kontraksi darah yang terdapat dalam limpa dipompa ke
pembuluh darah.
c. Meningkatkan kadar glukosa darah, dengan mengubah glikogen menjadi glukosa.
c. Pankreas
Fungsi endokrin pankreas terdapat pada pulau-pulau Langerhans yang tersebar di seluruh organ.
Pada Pulau-pulau Langerhans ini dapat dijumpai tiga macam sel yaitu :
a. Sel alfa, sel ini menghasilkan Glukagon juga dihasilkan oleh sel-sel alfa ekstrapankreas (di
luar pankreas), seperti pada lambung dan saluran pencernaan.
b. Sel beta, menghasilkan hormon insulin yang berperan untuk mengubah glukosa darah menjadi
glikogen dalam hati.
c. Sel delta, menghasilkan hormon somatotropin atau Growth Hormone Releasing Inhibiting
Factor (GH-RIF) seperti dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsinya untuk menghambat produksi
hormon insulin maupun glukagon.
d. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk buah amadel, bergaris tengah 5 cm, dengan lebar 1,-
3,0 cm dan tebal antara 0,6-1,5 cm. Terdiri atas bagian medula yang merupakan jaringan ikat
vaskuler, serta bagian korteks yang banyak mengandung folikel-folikel telur. Folikel-folikel ini
tertanam dalam stroma korteks. Ada tiga macam folikel telur yaitu (1) folikel primordial
(primer); (2) folikel pertumbuhan (sekunder); dan (3) folikel Graaf. Folikel Graarf akan
berovulasi dan sel-sel folikel yang tersisa akan menjadi korpus luteum.
Estrogen merupakan hormon yang dihasilkan sel-sel folikel pada masa pertumbuhan,
sedangkan korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Baik estrogen maupun progesteron
keduanya mempunyai peranan yang menyiapkan mukosa uterus bekerja menghambat sekresi
FSH, agar tidak merangsang pertumbuhan folikel promodial menjadi masak.

Anda mungkin juga menyukai