Anda di halaman 1dari 36

MATERI KOMUNIKASI SEL INTRA DAN INTERSELULER

BLOK NMS 1 2021

Percakapan seluler terdiri dari 3 tahap: resepsi, transduksi, dan respons:


1. Penerimaan.
Sel target mendeteksi molekul sinyal yang masuk. Sinyal kimia terdeteksi ketika
molekul pemberi sinyal berikatan dengan protein reseptor di permukaan sel (atau di
dalam sel).
2. Jalur transduksi / pensinyalan
Ikatan molekul pensinyalan dengan protein reseptor, inisiasi proses transduksi,
molekul relai.
3. Tanggapan
Sinyal transduksi memicu respons seluler spesifik. Respon enzim katalisis aktivitas
seluler (glikogen fosforilase), penataan ulang sitoskeleton, aktivasi gen spesifik di
nukleus.

Gambar mekanisme pensinyalan sel


Prinsip dasar jalur pensinyalan sel.
Stimuli (misalnya hormon, neurotransmiter atau faktor pertumbuhan)reseptor
permukaan sel tiba-tiba menyebarkan informasi melalui jalur sinyal intraseluler. Dimulai
dengan aktivasi dari transduser yang menggunakan amplifier untuk menghasilkan utusan
internal yang bekerja secara lokal atau menyebar melalui sel. Messenger internal melibatkan
sensor yang bergabung dengan efektor untuk mengaktivasi respon seluler. Panah hijau dan
merah menunjukkan bahwa pensinyalan sel adalah proses dinamis yang terdiri dari
mekanisme ON (panah hijau) selama informasi mengalir ke jalur, ditentang oleh mekanisme
OFF (panah merah) yang mematikan langkah-langkah berbeda dari jalur pensinyalan.

Komunikasi intra seluler dan antar seluler


Komunikasi antar seluler :
- Sinyal molekul/chemical messenger akan mentransmiter informasi,
- Molekul sinyal berikatan dengan reseptor permukaan;
- Terjadi proses pengikatan ligan reseptor.
- Respon akan diekspresikan oleh sel target
Komunikasi intra seluler :
- Sinyal molekul/chemical messenger akan mentransmiter informasi,
- Molekul sinyal berikatan dengan reseptor permukaan;
- Terjadi proses pengikatan ligan pada permukaan reseptor.
- reseptor Surface mengaktifkan enzim target intraseluler untuk mentransmisikan
dan memperkuat sinyal.
- Molekul sinyal / second chemical messenger berikatan dengan reseptor
intraseluler yang berada di sitoplasma dan nukleus
- Terjadi regulasi dan ekspresi gen sebagai respon terhadap stimulus sel eksternal

Gambar : Prinsip dasar jalur pensinyalan sel.


Stimuli (misalnya hormon, neurotransmiter atau faktor pertumbuhan)reseptor
permukaan sel tiba-tiba menyebarkan informasi melalui jalur sinyal intraseluler. Dimulai
dengan aktivasi dari transduser yang menggunakan amplifier untuk menghasilkan utusan
internal yang bekerja secara lokal atau menyebar melalui sel. Messenger internal melibatkan
sensor yang bergabung dengan efektor untuk mengaktivasi respon seluler. Panah hijau dan
merah menunjukkan bahwa pensinyalan sel adalah proses dinamis yang terdiri dari
mekanisme ON (panah hijau) selama informasi mengalir ke jalur, ditentang oleh mekanisme
OFF (panah merah) yang mematikan langkah-langkah berbeda dari jalur pensinyalan.

Jalur pensinyalan intraseluler


Jalur pensinyalan intraseluler dibagi menjadi 2 kategori.
Kategori ke 1 : Jalur 1 - 16
Yaitu respons terhadap rangsangan eksternal yang datang di permukaan sel, berupa sinyal
kimia (neurotransmitter, hormon, atau faktor pertumbuhan), yang diterima oleh reseptor
perifer sel yang berfungsi sebagai antena yang tertanam di membran plasma. Reseptor akan
mentransfer informasi melalui membran menggunakan transduser dan amplifier
Kategori ke 2 , Jalur 17 dan 18
Jalur yang diaktivasi oleh sinyal yang dihasilkan di intra seluler. Yaituutusan metabolisme
yang bekerja di dalam sel untuk menginisiasi jalur pensinyalan. Protein pengikat GTP
merupakan peran sentral dalam proses transduksi untuk menginisiasi jalur signaling.

Jalur sinyal menghasilkan utusan internal yang akan merelay informasi sensor yang
menyampaikan ke efektor untuk mengaktivasi respons seluler.
Contoh jalur sinyal intraseluler antara lain:
1. Jalur pensinyalan AMP siklik.
2. Pensinyalan siklik ADP-ribosa (cADPR) dan pensinyalan asam nikotinat – adenin
dinukleotida fosfat (NAADP)
3. Saluran yang dioperasikan dengan tegangan (VOC) berkontribusi pada sinyal Ca2+ oleh
Ca2+ eksternal dalam sel yang dapat dieksitasi.
4. Fosfolipase C (PLC) untuk menghidrolisis PtdIns4,5P2 (juga dikenal sebagai PIP2)
menghasilkan sejumlah jalur pensinyalan:

Pembawa pesan intraseluler


Fungsi intracellular messengers adalah untuk membawa informasi dari permukaan sel menuju
sensor dan efektor internal . Jika ada stimulus eksternal, sebagai first messenger, akan
mengalami transduksi, ditransformasi sebagai second messenger. 'Intracellular messenger'
yaitu agen yang membawa informasi di dalam intraseluler.
Contoh Intracellular messenger yaitu :
1. Ca2+ intracellular messenger yang mentransmiter informasi untuk Sinyal Ca2+ jalan
setapak
.2. AMP siklik di jalur pensinyalan AMP siklik
3. Ca2+ -mobilizing second messenger: Inositol 1,4,5-trisphosphate (InsP3) , messenger
linking receptors pada jalur pensinyalan Ca2+

Gambar jalur pensinyalan sel


Ringkasan jalur pensinyalan utama yang digunakan oleh sel untuk mengatur proses seluler.
Sel memiliki sistem persinyalan yang mampu merespons adanya rangsangan eksternal dan
rangsangan internal. Jalur 1–18, yaitu rangsangan eksternal bekerja di reseptor permukaan sel
yang bergabung dengan transduser untuk merelay/ menyiarkan informasi menuju intra sel.
Jalur 19 dan 20, yaitu Rangsangan internalberasal dari endoplasmic reticulum (ER) atau
dari metabolisme yang mengaktivasi jalur pensinyalan secara independen terhadap adanya
sinyal eksternal. Semua jalur pensinyalan akan menghasilkan utusan internal yang bekerja
melalui sensor internal untuk merangsang efektor yang menghasilkan respons seluler.

Jenis komunikasi interseluler


a. Langsung komunikasi antar sel, kontak fisik antara sel yang berinteraksi
a.1. Gap junction, tunneling nanotube /TNT.
Melalui gap junction, terjadi pertukaran ion dan molekul secara langsung dan interaksi
sel di luar extra cell fluid/ECF.
a.2. Penanda permukaan langsung sementara.
Sistem kekebalan sel, memiliki penanda di permukaan membran yang bisa
berhubungan langsung dengan sel lain yang memiliki penanda yang kompatibel untuk
mengadakan
interaksi sementara. Sel kekebalan perusak sel secara khusus mengenali dan secara
selektif menghancurkan sel yang tidak sesuai seperti sel kanker
b. Secara tidak langsung komunikasi antar sel, melalui extracellular chemical
messengers, atau signal molecule, terdapat 4 jenis, yaitu :
parakrin/autokrin, neurotransmiter, hormon,dan neurohormon.
Messenger kimia spesifik, molekul sinyal dikeluarkan menuju cairan ekstraseluler
ECF , lalu messenger kimia ekstraseluler akan berikatan dengan sel target reseptor
spesifik

4 jenis indirect intercellular coomunication, berdasarkan 'jenis extracellular


chemical messengers as signal molecule yaitu :
b.1. parakrin, utusan kimia lokal, mensekresi utusan kimia ke sel tetangga.
Autokrin, mensecresi chemical messenger hanya kepada sel yang mensekresi itu
sendiri.
Parakrin terdistribusi dengan cara difusi sederhana di dalam cairan interstisial, dan
secara cepat diinaktivasi oleh enzim lokal. Contoh dari parakrin adalah histamin, yang
dikeluarkan oleh sel jaringan ikat sebagai respon inflamasi pada jaringan yang terluka
b.2. Neurotransmitter. Neuron berkomunikasi dengan sel yang dipersarafi (sel
target) dengan cara mengeluarkan neurotransmiter, sebagai respons terhadap sinyal
listrik (potensial aksi) neurotransmiter menyebar melintasi ruang ekstraseluler menuju
sel target, bisa berupa neuron, otot, kelenjar. Neuron melepaskan messenger kimia di
akson melintasi celah sinaptik.
b.3. Hormon pembawa pesan kimia jangka panjang secara khusus disekresikan
menuju darah oleh kelenjar endokrin sebagai respons terhadap sinyal yang sesuai. Sel
target
memiliki reseptor membran untuk mengikat. hormon.
b.4. Neurohormonadalah hormon yang dikeluarkan menuju darah oleh neuron
neurosecretory. Neurosecretory neurons me respon adanya sinyal listrik. Neuron
neurosecretory menginnervasi sel target dan melepaskan neurotransmitter menuju
celah sinaptik, Neurosecretory neuron melepaskan pembawa pesan kimia,
neurohormon, menuju darah ketika potensial aksi mencapai terminal akson.
Neurohormon terdistribusi melalui darah ke sel target. Contoh adalah vasopresin,
neurohormon yang dikeluarkan oleh sel saraf otak untuk konservasi air oleh ginjal
selama pembentukan urin.

Gambar Jenis-jenis komunikasi antar sel. Gap junction dan transient direct oleh surface
markers merupakan komunikasi langsung antar sel. Parakrin, neurotransmiter, hormon, dan
neurohormon merupakan pembawa pesan kimia ekstraseluler yang berperan pada komunikasi
antar sel tidak langsung. Pembawa pesan kimiawi memiliki perbedaan dari sumbernya dan
jaraknya dengan sel target.

Rangsangan sel / molekul sinyal / ligan


Rangsangan dibagi dalam 5 kelompok, yaitu neurotransmiter, hormon dan hormon
lokal, faktor pertumbuhan, rangsangan permukaan sel dan rangsangan
sensorik.Hormon terdiri dari 2 jenis. Hormon klasik yang melalui sirkulasi dan bekerja di
jaringan. Hormon lokal di sel komunitas lokal diautokrin atau parakrin. Rangsangan kimia,
seperti hormon, neurotransmiter, dan faktor pertumbuhan

Gambar komunikasi sel


Komunikasi sel melalui mekanisme sinyal listrik dan kimia. Sel-sel yang terhubung melalui
low-resistance gap junctions ( sebelah kiri) dapat berkomunikasi melalui arus listrik atau
secara difusi dari second messenger low-molecular-mass seperti cyclic AMP dan inositol
1,4,5-trisphosphate (InsP3). Pada komunikasi kimia (kanan), membuka stimulus, difusi
menuju sel target yang merespon adanya stimulus dan menyebarkan informasi sepanjang
jalur pensinyalan sel untuk mengaktivasi efektor di nukleus (Enukl) atau sitoplasma (Ecyto).

Kelompok 1: Pemancar saraf


Asetilkolin
ATP
dopamin
Asam -aminobutirat (GABA)
Peptida pelepas gastrin (GRP)
glutamat
5-Hydroxytryptamine (5-HT) (serotonin)
Noradrenalin
Melanokortin
Kelompok 2 : Hormon dan Hormon Lokal
Adrenalin
Adenosin
Angiotensin II
Adiponektin
Hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Aldosteron
Peptida terkait gen kalsitonin
Kemokin
Kolesistokinin (CCK)
Eicosanoids
endotelin
Eritropoietin (EPO)
Hormon perangsang folikel (FSH)
Glukagon
Hormon pelepas gonadotropin (GnRH)
Hormon pertumbuhan (GH)
Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH)
Faktor pertumbuhan
Faktor pertumbuhan angiopoietin
Faktor pertumbuhan epidermis (EGFs)
Transformasi faktor pertumbuhan-α (TGFα)
Faktor pertumbuhan seperti insulin (IGFs)
Faktor pertumbuhan fibroblas (FGF)
Faktor pertumbuhan yang diturunkan dari trombosit (PDGFs)
Rangsangan permukaan sel
CD40L
CD86
Kompleks antigen MHC II
RANKL
Stimulus sensorik
Lampu
Oksigen
bahan pewangi
Suara
Tastan
Menyentuh
Suhu

dan cara kerja dari rangsangan sel.


Stimuli / molekul sinyal / ligan terdiri dari 4 mode aksi. Ikatan antara molekul sinyal dan
permukaan membran dapat mengaktivasi reseptor di sel tetangga (juxtacrine). Molekul sinyal
dapat mengaktivasi reseptor di sel otomatis (autokrin); Molekul sinyal berdifusi ke sel
tetangga (parakrin); atau Molekul sinyal yang mengalir melalui aliran darah menuju sel-sel
yang jauh (endokrin).
Pembentukan gambar dan aksi rangsangan sel
Contoh dari pensinyalan parakrin yaitu
- Neurotransmitter mentransfer informasi dari akhir sinaptik menuju membran postsinaptik
pada proses transfer informasi saraf
• Acetylcholine (ACh) yang membebaskan dari motor neuron akan memicu eksitasi =
kopling kontraksi di otot rangka

Jenis extra chemical messenger, berdasarkan solubilitas :


- Pembawa pesan kimia ekstraseluler yang larut dalam lemak,misalnya hormon steroid
yang diturunkan kolesterol, menembus dan terlarut dalam lipid bilayer dari membran
plasma sel target. Utusan kimia ekstraseluler berikatan dengan reseptor pada sel target
untuk menghasilkan respons intraseluler, misalnya mengubah aktivitas gen,
mengaktifkan atau menekan transkripsi dari gen tertentu.
- Utusan kimia ekstraseluler yang larut dalam air.tidak dapat melaluiplasma lipid
selaput. Utusan ekstraseluler utama yang larut dalam air meliputi peptida (protein),
hormon yang ditransportasi melalui darah, neurotransmitter yang dilepaskan dari
ujung saraf, parakrin yang dilepaskan secara lokal. Sinyal pembawa pesan yang larut
dalam air berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan luar membran plasma.
Lalu mentrigger respon aktivitas intraseluler.
Jenis Extracellular Chemical Messengers berdasarkan solubilitas
I. Pembawa pesan ekstraseluler larut lemak yang berikatan dengan reseptor intraseluler
A. Nukleus untuk menghasilkan aktivitas gen tertentu (contoh: hormon steroid)
II. Extracellular messenger yang larut dalam air yang berikatan dengan reseptor membran
permukaan
A. Berikatan dengan saluran reseptor yang terjaga keamanannya secara kimiawi (contoh:
neurotransmiter)
B. Berikatan dan aktifkan kompleks reseptor-enzim
1. Jalur tirosin kinase, auto reseptor dan sebagai enzim (contoh: insulin, faktor pertumbuhan)
2. Jalur JAK/STAT, reseptor dan bergabung dengan enzim dalam suatu unit (contoh:
prolaktin, sitokin imun)
C. Berikatan dengan G-protein-coupled receptor (GPCRs) dan mengaktifasi jalur second-
messenger (contoh: eikosanoid dan sebagian besar hormon peptida)

Jenis- jenis membran reseptor pada komunikasi sel

Terdapat 2 jenis reseptor yaitu reseptor permukaan sel dan reseptor intraseluler.
Reseptor permukaan sel membentang di membran plasma dan memiliki domain pengikat
ligan ekstraseluler yang berbeda, domain transmembran hidrofobik dan domain sitoplasmik.
Setelah terjadi ligand binding, membrane-spanning receptor mengalami transfomrmasi di
extracellular domain dan mengaktifkan sitoplasmaic domain-linked enzymatic machines,
yaitu kinases, phosphatases, dan adapters. Dan berikatan dengan reseptor dan menghasilkan
second messenger untuk proses transduksi sinyal. Reseptor permukaan sel dapat
dikategorikan menjadi reseptor berpasangan G-protein, reseptor ionotropik, dan reseptor
tirosin kinase.
Reseptor memiliki 2 fungsi, yaitu mendeteksi sinyal dan mentransmisikan informasi kepada
transduser internal untuk menginisiasi reseptor jalur sinyal.
Angka Pandangan holistik dari berbagai permukaan sel dan reseptor intraseluler,

yang terkait

komponen intraseluler, dan efek hilir

Terdapat antaraextracellular messenger (first messenger) yang larut dalam air dengan
reseptor membran permukaan untuk menimbulkan respon intraseluler melalui 3 jenis
reseptor , yaitu :
A. Messenger berikatan dengan saluran reseptor bergerbang kimiawi, membuka atau
menutup saluran, menghasilkan pergerakan ion dan menimbulkan respons sel.
B. Messenger berikatan dengan reseptor-enzim kompleks tirosin kinase, melalui
protein fosforilasi untuk menghasilkan respon sel.
C. Messenger berikatan dengan G-protein-coupled receptor yang mengaktivasi jalur
second-messenger untuk menghasilkan respon sel.
Reseptor saluran ion
Reseptor saluran ion merupakan single protein yang multi fungsi sebagai reseptor, transduser
dan amplifier. Saluran ion sebagai reseptor dari rangsangan eksternal. Reseptor ion bersifat
multifungsi, untuk mendeteksi stimulus, transduksi informasi menuju pembukaan saluran,
mengkonduksi sinyal dan amplifikasi sinyal. Amplificasi merupakan fungsi dari reseptor
saluran yang efektif sebagai transduser dari informasi sensorik. Saluran ion merupakan
efektor untuk berbagai utusan intraseluler. Saluran ion sensitif terhadap nukleotida siklik
seperti AMP siklik dan GMP siklik yang merupakan bagian penting dari
transduksi sensorik.

Gambar rangsangan untuk saluran ion


Fungsi dari saluran ion sebagai reseptor terhadap rangsangan sel. Saluran ion akan
mendeteksi stimulus yang masuk (fungsi reseptor), dan bertransformasi (fungsi transduser)
untuk menjadi gerbang atau gerbang dengan sejumlah besar ion (fungsi amplifikasi). Gerbang
reseptor Ca2+ berperan dalam jalur pensinyalan Ca2+. Ion gerbang juga mengubah potensial
membran (_V) dan berperan sebagai fungsi pembawa pesan melalui perubahan aktivitas dai
saluran Ca2+ yang dioperasikan dengan voltase (VOC).

Reseptor superfamili G protein-coupled receptor (GPCRs) yang mampu merespons terhadap


rangsangan ekstraseluler (cahaya, bau, neurotransmiter, hormon, dan protease). GPCRs
berikatan dengan heterotrimeric G protein yang berfungsi sebagai transduser untuk merelay
informasi dalam signaling pathway, seperti cyclic AMP signaling pathway dan inositol
Jalur pensinyalan 1,4,5-trisfosfat (InsP3)/diasilgliserol (DAG). Ligan eksternal GPCRs, akan
menginduksi reseptor dan bertransmisi melalui membran untuk mengaktifkan protein
pengikat GTP (protein G). Protein G terdiri dari 2 bentuk yaituprotein G heterotrimerik dan
protein G monomer. Heterotrimer merupakan transduser utama untuk mentransfer informasi
dari GPCR ke dalam jalur pensinyalan. Reseptor mengaktifasi
Protein G melalui guanine nucleotidecexchange factor (GEF) untuk menginduksi terjadinya
perubahan dari GDPcmenjadi GTP.cKetika protein G berikatan dengan GTP akan
mengaktivasi efektor downstream yaitu adenylyl cyclase dan phospholipase . Padafaktor
pertumbuhan cogenic bekerja melalui GPCRs dan kanker manusia memiliki mutasi pada
GPCRs ini.

Pergantian biner protein Gambar G


Transduksi sinyal melalui switching biner protein G. Protein pengikat GTP (protein G)
bekerja melalui mekanisme binary switching. Protein G tidak aktif ketika berikatan dengan
GDP. Saat GDP berubah menjadi GTP, protein G diaktivasi dan menstimulaasi terjadinya
respon signaling. Pengalihan menjadi keadaan aktif difasilitasi oleh guanine nucleotide
exchange factors (GEFs) yang menerima informasi dari reseptor pada permukaan sel.
Sebaliknya, GTPase-activating protein (GAPs) mengakselerasi terjadinya reaksi OFF melalui
proses hidrolisis dari GTP GDP.

Jalur sinyal menghasilkan utusan internal yang akan merelay informasi sensor yang
menyampaikan ke efektor untuk mengaktivasi respons seluler.
Contoh jalur sinyal intraseluler antara lain:
1. Jalur pensinyalan AMP siklik.
2. Pensinyalan siklik ADP-ribosa (cADPR) dan pensinyalan asam nikotinat – adenin
dinukleotida fosfat (NAADP)
3. Saluran yang dioperasikan dengan tegangan (VOC) berkontribusi pada sinyal Ca2+ oleh
Ca2+ eksternal dalam sel yang dapat dieksitasi.
5. Fosfolipase C (PLC) untuk menghidrolisis PtdIns4,5P2 (juga dikenal sebagai PIP2)
menghasilkan sejumlah jalur pensinyalan:

Cyclic AMP merupakan second messenger yang meregulasi respon seluler. Berhubung dgn
putaran Pembentukan AMP berdasarkan aktivasi dari G-protein-coupled receptor (GPCRs)
yang memakai protein G heterotrimerik untuk mengaktivasi amplifier adenilat siklase (AC).
Pensinyalan AMP siklik bekerja dalam regulasimetabolisme, gen transkripsi dan aktivitas
saluran ion, sebagai modulator pada Pensinyalan Ca2+ di neuronal dan sel otot. AMP siklik
diaktivasi oleh rangsangan sel, terutama neurotransmiter dan hormon, yang dideteksi oleh
Reseptor berpasangan G-protein (GPCR) menggunakan protein G heterotrimerik, yang
mentransduksi dan mengaktivasi atau menginhibisi enzim adenilat siklase (AC)

Angka
Organisasi dan fungsi jalur pensinyalan AMP siklik.
Cyclic AMP dibentuk oleh adenyl cyclase yang terikat membran dan adenylyl cyclase yang
sensitif terhadap bikarbonat. Diregulasi oleh stimulatory agonis melalui subunit αS atau
inhibitory agonis melalui i atau subunit. Jalur utama cyclic AMP adalah aktivasi protein
kinase A (PKA) untuk memfosforilasi target downstream. Seperti signaling pathway cyclic
GMP phosphodiesterase (cGMP PDE), phospholamban (PLN) yang meregulasi sarco/endo-
plasmic reticulum Ca2+ -ATPase (SERCA), ryanodine receptor (RYR) dan Ca2+ channels
CaV1.1 dan CaV1.2.

Komunikasi sel di musculus skeletal pada neuromuscular junction, di otot polos dan di otot
jantung, terdiri dari komunikasi interseluler dan intraseluler

Komunikasi sel pada neuromuskuloskeletal


Neuromuscular junction (NMJ) menghubungkan otot rangka dengan saraf yang
menginnervasi, terdiri dari 3 bagian : ujung saraf motorik distal, celah sinaptik, dan daerah
postsinaptik, yang berlokasi di membran otot. Cabang neuron motorik menjadi beberapa
termini, menyambung dengan motor endplates, daerah khusus dari otot dimana
neurotransmitter terletak di situ . Transfer informasi antara saraf dan otot dimediasi oleh
pengeluaran asetilkolin dari neuron motorik, yang berdifusi sepanjang celah sinaptik, dan
berikatan dan mengaktifasi ligan-gated, yaitu reseptor nikotinik asetilkolin (nAChRs) di
endplate. Aktivasi dari nAChR memicu kation influks (natrium dan kalsium) yang
menimbulkan depolarisasi di membran sel otot. Depolarisasi akan mengaktivasi high density
voltage-gated sodium channels di membran otot,
Potensi aksi berjalan melalui otot permukaan dan menginvasi T-tubulus. Pembukaan voltage-
gated sodium channels akan mengaktivasi saluran kalsium voltage-gated tipe L yang melapisi
T-tubulus. Lalu akan membuka kalsium di SR melalui activation dari RyR1.Calcium yang
berikatan dengan troponin dan menginisias proses kontraksi. Kalsium yang berikatan dengan
CaM akan mengaktivasi MLCK, yang akan memicu fosforilasi dari MLC dan mengubah
struktur cross-bridge. Dan memodulasi kontraksi yang bergantung pada troponin

Angka. Kontraksi otot rangka. Neurotransmitter (acetylcholine, ACh) membersihkan dari ujung saraf
dan berikatan dengan reseptor (AChRs) di permukaan otot. Depolarisasi menyebabkan saluran
natrium terbuka, akan menimbulkan potensial aksi yang menyebar di sepanjang sel. Potensi aksi
invasi ke Ttubulus dan menyebabkan saluran kalsium tipe L terbuka, sehingga menyebabkan reseptor
ryanodine (RyRs) di SR terbuka dan melepaskan kalsium, yang merangsang kontraksi pria. Calcium
dipompa kembali menuju ke SR oleh (SR/ER calcium ATPase SERCA) pumps. Penurunan kadar
kalsium sitosolik menyebabkan kalsium terpisah dari troponin C sehingga tropomiosin kembali ke
posisi dimana akan menutupi tempat pengikatan miosin.
Komunikasi sel di musculoskeletal pada neuromuscular junction

Komunikasi interseluler terjadi pada proses nomer 1 sampai nomer 3

Komunikasi intraseluler terjadi pada proses nomer 4 sampai nomer 5

Kopling eksitasi-kontraksi (EC) di otot rangka


1. Saat motor neuron mentransmisi aksi potensial yang melintasi motor neuron junction ke
neuromuscular junction, akan memicu pembukaan dari asetilkolin (ACh) menuju celah
sinaptik yang sempit.
2. ACh akan berdiffusi melintasi celah sinaptik yang sempit (celah 40–50 nm yang
memisahkan presynaptic ending dari sarcolemma). Selama potensial aksi, sekitar 10.000
molekul ACh akan disemburkan menuju daerah terbatas dari permukaan otot, yang
mengandung sekitar 2×107 reseptor nicotinic acetylcholine (nAChRs). nAChRs merupakan
reseptor yang dioperasikan
Kanal ion yang akan merespon ACh melalui saluran sekitar 50.000 kation (kebanyakan Na+ ,
dan Ca2+ ), yang mengakibatkan terjadinya depolarisasi kecil (0,3 V). Perubahan tegangan
pada reseptor akan menimbulkan potensial end-plate (_V) yang besar yang menimbulkan
potensial aksi all-or-none.
3. Potensi aksi otot akan menyebar ke seluruh membran otot dan melintasi T-tubulus, dimana
terjadi depolarisasi yang mengaktivasi saluran Ca2+ yang dioperasikan tegangan CaV1.1,
yang berinteraksi dengan reseptor ryanodine tipe 1 (RYR1). Kopling antara depolarisasi dan
dimana Ca2+ oleh sarcoplasmic reticulum (SR) terjadi pada triadic junction, SR
menyebabkan terputusnya hubungan dengan T-tubulus. 2 membran yang terhubung oleh
struktur kaki, dimana terjadi agregasi dari CaV1.1 L-type channels dan RYR1, yang
bergabung lalu mentransmisi informasi melalui 20 nm gap yang memisahkan membran.
CaV1.1 L-type channel mengandung RYR1-binding region spesifik yang berada di
sitoplasma loop di antara domain II dan III
4. Transduksi yang terjadi saat CaV1.1 Ltype channel merespon adanya depolarisasi oleh
perubahan voltage-dependent yang akan mengaktivasi RYR1 untuk melepaskan Ca2+ dari
SR
5. Ca2+ membuka dari SR, yang berdifusi menuju sarkomer, dimana akan bekerja pada
troponin C (TnC) untuk mencetuskan interaksi antara aktin dan miosin untuk terjadinya
kontraksi. Relaksasi otot terjadi ketika Ca2+ dipumpa kembali menuju ke SR oleh
sarco/retikulum endoplasma Ca2+ ATPase 1 (SERCA1)
Kopling eksitasi-metabolisme di otot rangka
Energi untuk kontraksi otot berasal dari glukosa, yang disimpan di otot dalam bentuk
glikogen. Glikogen mengalami hidrolisis menjadi glukosa oleh enzim fosforilase. Fosforilase
inaktif b yang diubah menjadi fosforilase aktif a dilakukan oleh enzim fosforilase kinase,
untuk 2 macam sistem pensinyalan. Melalui cyclic AMP, dan Ca2+ ,:
6. Regulasi produksi energi dilakukan oleh adrenalin (epinefrin) terjadi saat aktivasi dari jalur
pensinyalan AMP siklik. Adrenalin berikatan dengan -adrenergic receptor yang bekerja
melalui heterotrimeric G protein (GS) untuk mengaktivasi adenylyl cyclase (AC) untuk
menghasilkan second messenger cyclic AMP.
7. Cyclic AMP berdifusi menuju ke dalam sel untuk berikatan dengan protein kinase A
(PKA), yang memfosforilasi fosforilase kinase yang mengubah fosforilase tidak aktif menjadi
fosforilase aktif a. Fosforilase kinase sensitif terhadap Ca2+ , yang menyebabkan terjadinya
mekanisme umpan balik karena Ca2+ dapat mengaktivasi kontraksi metabolisme energi
8. Fosforilase menghidrolisis glikogen menjadi glukosa, masuk ke dalam proses glikolisis
untuk menghasilkan ATP yang dibutuhkan untuk kontraksi daya.
Kontrol insulin sintesis glikogen otot rangka.Otot rangka merupakan komponen penting
darienergi metabolisme. Ia mampu mengambil glukosa dan mensintesis glikogen melalui
proses yang diatur oleh insulin melalui Langkah 9-13

Gambar Mekanisme kontrol otot rangka kontraksi dan metabolisme energi.


Proses eksitasi–kontraksi (EC) coupling merupakan proses transduksi dari sinyal listrik yang
datang melalui neuron motorik sinyal Ca2+ yang memicu kontraksi (Langkah 1–5). Pasokan
energi akan ditingkatkan oleh Ca2+ (Langkah 7) dan oleh aktivasi yang diinduksi adrenalin
dari jalur pensinyalan AMP siklik (Langkah 6–8). Insulin akan meningkatkan penyimpanan
energi melalui stimulasi sintesis glikogen (Langkah 9-13).

Komunikasi sel pada otot polos

Relaksasi sel otot polos


Terdapat 2 mekanisme regulasi relaksasi otot polos :
• Nitric oxide (NO)/siklik GMP dan relaksasi otot polos
• Sel otot polos Ca2+ memicu
Nitric oxide (NO)/siklik GMP dan relaksasi otot polos
Jalur pensinyalan Nitric oxide (NO)/cyclic GMP akan mencetuskan relaksasi melalui
Sinyal Ca2+
1. Fosforilasi dari saluran konduktansi besar (BK) akan menyebabkan hiperpolarisasi yang
menurunkan aktivitas dari saluran tipe-L yang membawa Ca2+ masuk menuju intraselluler
2. Produksi inositol 1,4,5-trisphosphate (IP3) menurun oleh aktivitas siklik GMP-dependent
phosphorylation dari phospholipase Cβ3 (PLCβ3), yang sensitif terhadap G protein-coupled
receptor
3. Cyclic GMP bekerja melalui cyclic GMP-dependent protein kinase type Iβ (cGKIβ) akan
mem phosphorylasi inositol 1,4,5-trisphosphate receptor-associated cGKI substrat (IRAG),
yang akan menurunkan Ca2+ oleh InsP3 receptor (IP3R).
4. Myosin phosphatase targeting subunit 1 (MYPT1) dari protein phosphatase 1 (PP1)
catalytic subunit, akan men dephosphorylasi myosin light chains (MLCs), cGKIα akan
memperkuat activitas dari otot polos myosin phosphatase, yang akan menurunkan sensitivitas
Ca2+ terhadap contractile apparatus.
Gambar pensinyalan GMP siklik sel otot polos
Fungsi nitric oxide (NO)/siklik GMP jalur pensinyalan dalam meregulasi relaksasi sel otot
polos. Nitric oxide (NO) bekerja melalui soluble guanylyl cyclase (sGC) untuk membentuk
cyclic GMP (cGMP), yang meregulasi Ca2+ - dan Rho-dependent signaling untuk
menginduksi kontraksi melalui peningkatan fosforilasi pada myosin light chain yang
berlekatan dengan myosin.

Mekanisme aktivasi otot polos


mekanisme aktivasi untuk menghasilkan sinyal Ca2+ yang mengontrol kontraksi sangat
bervariasi antara berbagai jenis sel otot polos (SMC). Sinyal Ca2+ berperan utama dalam
proses eksitasi-kontraksi kopling sel otot polos.

Terdapat 3 mekanisme mekanisme aktivasi otot polos :


A. Pada otot fasik, seperti vas deferens, aktivasi tergantung dari neurotransmiter seperti ATP
yang menginduksi depolarisasi (_V) untuk menimbulkan
kontraksi. Pada kandung kemih dan uterus, depolarisasi tergantung pada aktivitas osilator
membran. Pada kandung kemih, neurotransmiter membebaskan dari varises saraf untuk
merangsang 2 macam jalur pensinyalan Ca2+. Pertama, ATP bekerja melalui receptor-
operated channels (ROCs) seperti reseptor P2X yang merupakan gerbang masuknya arus
sehingga menimbulkan depolarisasi membran dan mengaktivasi VOC. VOC dapat
mengaktivasi kontraksi secara langsung dan dapat mengambil Ca2+ melallui stimulasi dari
penyimpanan internal melalui proses Ca2+ -induced Ca2+ release (CICR). Kedua, transmitter
seperti asetilkolin dapat mensstimulasi jalur sinyal InsP3/Ca2+ yang mengakselerasi
oscillator. Pada uterus, hormone oxytocin bekerja melalui jalur signaling InsP3/Ca2+ untuk
mengaccelerasi membrane oscillator
B. Beberapa sel otot polos memiliki pengatur pacu jantung endogen yang dilakukan oleh
osilator sitosolik. Pada vascular, airway dan corpus cavernosum smooth muscle, untuk
memelihara tonus yang bervariasi, cytosolik oscillator akan menghasilkan ritme miogenik
yang mengandung Ca2+oscillations. Saat terjadi depolarisasi membran, maka akan
mengaktivasi VOC yang dapat meningkatkan proses masuknya Ca2+. Pelepasan
neurotransmiter tidak mengaktivasi kontraksi secara langsung, tetapi dapat mempengaruhi
otot tonus melalui modulasi frekuensi pacu jantung endogen yang merupakan aktivitas sentral
dari osilator sitosolik sel otot polos.
C. Otot polos di saluran cerna dan uretra, ditentukan oleh sel interstisial Cajal (ICC), yang
menghaasilkan depolarisasi alat pacu jantung untuk menimbulkan kontraksi. ICC yang
terhubung dengan sel otot polos melalui gap junction akan menghasilkan irama pacemaker
(gelombang lambat) yang akan menimbulkan depolarisasi periodik untuk terjadinya kopling
eksitasi-kontraksi sel otot polos. Osilator Ca2+ sitosolik ICC akan menghasilkan transien
Ca2+ berulang yang mengaktivasi aliran arus yang masuk melalui pembukaan dari Ca2+ -
sensitve chloride channels yang menghasilkan spontan transient depolarization (STD). Aliran
arus akan menyebabkan depolarisasi menyebar melalui gap junction untuk menginduksi
simultan depolarisasi di sel otot polos yang akan mengaktivasi VOC kemudian memicu
kontraksi

Gambar mekanisme aktivasi SMC


Mekanisme aktivasi Ca2+ sel otot polos. Ada tiga mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan transien Ca2+ yang memicu kontraksi.

Komunikasi sel di otot polos meliputi interseluler dan intraseluler

Pensinyalan Ca2+ otot polos


Sel otot polos menggunakan actomyosin untuk menghasilkan tenaga. Interaksi antara actin
dan myosin di smooth muscle sangat berbeda dengan otot lain. Sensornya tidak
menggunakan troponin C (TnC), seperti pada otot rangka dan jantung, tetapi menggunakan
calmodulin (CaM) yang memberikan respons terhadap Ca2+ melalui stimulasi myosin light
chain kinase (MLCK) untuk memfosforilasi myosin light chains (MLCs) sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi antara myosin dan aktin dan menghasilkan kontraksi.
mekanisme sel otot polos untuk menghasilkan sinyal Ca2+ yang bervariasi antara berbagai
jenis sel:
Komunikasi interseluler terjadi pada nomer 1 dan 2
Komunikasi intraseluler terjadi pada nomer 3 - 9
1. Otot-otot polos yang berada di bawah control neural, saat kedatangan transmitter di
receptor-operated channels (ROCs), akan mendepolarisasi membran sel untuk membuka
voltage-operated channels (VOCs) tipe L yang memungkinkan Ca2+ eksternal untuk masuk
ke dalam sel untuk menimbulkan kontraksi , seperti yang terjadi di sel otot polos detrusor
2. Jenis sel otot polos lainnya akan memunculkan sinyal depolarisasinya, seperti pada
sel otot polos rahim, atau akan menyebarkan depolarisasi sinyal pada sel pacu jantung, seperti
pada sel interstisial Cajal (ICC) dan sel otot polos atipikal, yang menghasilkan depolarisasi
untuk membuka VOC seperti pada sel otot polos saluran cerna, sel otot polos uretra dan sel
otot polos ureter
3. Influx dari Ca2+ eksternal dapat diamplifikasi oleh aktivasi dari ryanodine receptor
(RYRs) untuk proses mengaktifkan Ca2+ dari internal store.
4. Reseptor permukaan sel akan memproduksi inositol 1,4,5-trisphosphate (InsP3), yang
bekerja pada reseptor InsP3 untuk melepaskan/mengeluarkan internal Ca2+ .
5. Peningkatan Ca2+ diinduksi oleh beberapa mekanisme yang bekerja melalui calmodulin
(CaM) untuk merangsang myosin light chain kinase (MLCK).
6. MLCK akan memphosphorilasi myosin light chains (MLCs), yang menyebabkan interaksi
miosin dan aktin untuk menimbulkan kontraksi.
7. Ketika terdapat banyak Ca2+ di intra sel, RYRs secara spontan akan menghasilkan Ca2+
yang bekerja pada saluran konduktor besar (BK) untuk membuat membran hiperpolarisasi
dan menginhibisi kopling eksitasi-kontraksi. Seperti yang terjadi pada periode refrakter di
ureter otot polos
Pensinyalan Rho/Rho kinase otot polos
Selain melalui mekanisme direct Ca2+ -dependent, sel otot polos juga meregulasi kontraksi
melalui mekanisme signaling Rho, melalui aktivasi dari berbagai varian reseptor melalui step
8 dan 9.
8 dan 9. Jalur signaling Rho/Rho kinase akan memfosforilasi myosin light chain (MLC)
dengan mengaktivasi myosin light chain kinase (MLCK), untuk menginhibisi protein
phosphatase 1 (PP1) yang akan mendefosforilasi MLC

Gambar kopling EC sel otot polos


Mekanisme kopling eksitasi-kontraksi (EC) sel otot polos.
Ca2+ berasal dari 3 sumber yaitu : Ca2+ dapat masuk melalui L-type voltage-operated
channels (VOCs), Ca2+ dapat dirilis / dikeluarkan oleh ryanodine receptors (RYRs) dari
internal store , atau Ca2+ dapat dilihat oleh inositol 1,4,5- trifosfat (IP3). Ca2+ bekerja
melalui calmodulin (CaM) untuk merangsang myosin light chain kinase (MLCK), yang akan
memfosforilasi regulasi myosin light chain (MLC) sehingga kepala myosin dapat berinteraksi
dengan aktin untuk menginisiasi siklus kontraksi. Sensitisasi dari sistem pensinyalan Ca2+
diatur melalui jalur pensinyalan Rho/Rho kinase yang akan memfosforilasi myosin
phosphatase targeting subunit 1 (MYPT1), kemudian akan menginaktivasi catalytic protein
phosphatase 1 (PP1) untuk mencegah terjadinya dephosphorylasi pada regulator light chains.

Komunikasi sel pada otot jantung


Kopling eksitasi-kontraksi (EC) sel ventrikel
Ca2+ masuk Sarcolemma dan terjadi melalui Ca2+ dari sarcoplasmic
retikulum (SR) pada persimpangan diadik. Zona persimpangan , unit pensinyalan otonom,
terhubung dengan CaV1.2 saluran tipe L di T-tubulus dan reseptor ryanodine tipe 2 (RYR2s)
di junctional SR selaput. Integrity dari diadic junction dikelola oleh junctophilin 2 (JP2). Saat
aksi potensial masuk ke T-tubulus, timbul depolarisasi di sarcolemma, yang meng aktivasi
tipe-L channel untuk mendukung Ca2+ masuk ke intra cell untuk membentuk sparklet. Pada
zona persimpangan, kilauan mengalirkan arus yang memproduksi arus listrik. Arus Ca2+
yang masuk akan menjadi jalan masuk dari
Ca2+ untuk mengaktifkan RYR2s untuk melepaskan Ca2+ dari junctional SR, yang memicu
proses EC coupling. Sparklet TIap akan mengaktivasi RYR2s di junctional Zone untuk
menghasilkan spark, yang berdifusi keluar mengaktivasi myofibrils untuk menghasilkan
proses EC coupling.Percikan Ca2+ akan menginaktivasi RYR2s yang disebabkan adanya
deplesi dari Ca2+ di lumen junctional zone. Saat Ca2+ sparklet mengaktivasi RYR2s untuk
menghasilkan spark, jumlah Ca2+ yang keluar dari lumen SR sangat banyak sehingga
menimbulkan deplesi sementara, disebut blink, yang akan meng inaktifasi RYR2s

Gambar kopling EC sel ventrikel


Penggabungan eksitasi-kontraksi di zona junctional pada sel-sel ventrikel.
Depolarisasi dari T-tubule mengaktivasi 1 subunit dari Cav1.2 Saluran tipe-L yang memulai
pengeluaran Ca2+ . Ca2+ berdifusi melalui celah di zona junctional untuk mengaktivasi
reseptor ryanodine tipe 2 (RYR2s) yang akan mengeluarkan Ca2+ , yang berdifusi menjauh
dari zona junctional untuk menimbulkan aktivasi kontraksi di miofibril. Setelah terjadi
pengeluaran Ca2+, maka RYRs menjadi tidak aktif, dan terjadilah Ca2+ lalu dibuang. Selama
fase pemulihan, Ca2+ yang masuk melalui saluran Cav1.2, akan dihilangkan / dibuang dari
sel oleh Na+ /Ca2+ exchanger (NCX), sementara sisanya dikembalikan lagi menuju
sarcoplasmic reticulum (SR), yang dilakukan oleh pompa sarco /endo-plasmic reticulum
Ca2+ -ATPase (SERCA), yang terdistribusi di sepanjang SR longitudinal. Masuknya Ca2+
kemudian di transfer kembali menuju junctional SR melalui process tunnelling. Homeostasis
Ca2+ terjadi karena proses masuknya Ca2+ melalui T-tubulus dan SR yang seimbang selama
fase eksitasi dan pemulihan.

Komunikasi sel di otot jantung


Komunikasi interseluler pada nomer 1
Komunikasi intraseluler pada nomer 2 dan sseterusnya
1. Aksi potensial di jantung akan menginduksi terjadinya depolarisasi membran yang
menyebar menuju T-tubulus untuk mengaktivasi CaV1.2 Saluran tipe L untuk melepaskan
Ca2+ dan menginisiasi proses sel ventrikel Exitasi-Contraction coupling
2. Ca2+ berdifusi menuju intra sel untuk mengaktivasi reseptor ryanodine tipe 2 (RYR2s) di
sarcoplasmic reticulum (SR) untuk melepaskan Ca2+ ke dalam sitosol. Pelepasan Ca2+ yang
diinduksi Ca2+ (CICR)
3. Ca2+ di sarkomer akan meng induksi kontraksi. Proses kontraksi EC coupling, diikuti oleh
mekanisme OFF pada fase pemulihan ketika Ca2+ keluar dari sitoplasma.
4. Na+ /Ca2+ exchanger 1 (NCX1) di membran plasma akan mengeluarkan Ca2+. agonis
Gq-coupled receptor akan mengaktivasi proses exchanger melalui jalur pensinyalan
diasilgliserol (DAG)/protein kinase C (PKC).
5. Membran plasma Ca2+ -ATPase (PMCA) di membran plasma juga akan mengeluarkan
Ca2+.
6. Pompa SERCA (Sarco/endo-plasmicCa2+ -ATPase 2a) (SERCA2a) yang berada di SR,
akan mengambil Ca2+ yang menang, untuk digunakan pada kontraksi berikkutnya.
SERCA2a pump, is central role dalam memelihara penyimpanan Ca2+
7. Katekolamin bekerja melalui AMP siklik untuk meregulasi Ca2+,. Cyclic AMP
memphosphorylasi phospholamban, yang menghilangkan inhibisi dari SERCA2a untuk
memperkkuat Ca2+ signaling dengan cara meningkatkan penyimpanan Ca2+ Cyclic AMP
memfosforilasi CaV1.2 untuk meningkatkan pemasukan Ca2+menuju intrasel. Katekolamin
berkontribusi terhadap respon hipertrofi pada stimulasi kronis dari reseptor -adrenergik yang
terjadi selama hipertrofi yang mengakibatkan inaktivasi dari reseptor yang diinduksioleh -
adrenergik reseptor kinase 1 (βARK1). Inaktivasi dari cyclic AMP signaling merupakan
peran utama pada proses kongestifjantung kegagalan.
8. Calsequestrin (CSQ), merupakan Ca2+ -binding protein, bekerja sebagai Ca2+ buffer di
dalam lumen SR, dan meregulasi jumlah Ca2_ yang dikeluarkan melalui RYR2s.
9. Aktivasi dari metabolisme phosphoinositide melalui Gq-coupled receptor terhadap
noradrenalin (norepinefrin). Endothelin-1 dan angiotensin II berkontribusi terhadap
hipertrofi awal. Expressi active dari Gq di cardiac dapat memicu hipertrofi. Inositol 1,4,5-
trisphosphate (InsP3) berkontribusi terhadap sinyal Ca2+. DAG bekerja melalui PKC untuk
mensstimulasi NCX untuk menyebabkan peningkatan pengeluaran Ca2+.
10. Perubahan pada sistem kontraktil dapat menyebakan hipertrofi. Pertama, kelebihan
tekanan di sel jantung akan mengubah tegangan antara jaringan fibrilar dan membran, dan
menghasilkan sinyal melalui proses transduksi mekanis, yang berdampak pada jalur
pensinyalan Ca2+. Kedua, perubahan di sarcomere atau cytoskeleton akan menurunkan
efisiensi kontraktil dari sel jantung, dan mengaktifkan
mekanisme umpan balik dengan membuka katekolamin, endotelin-1 dan angiotensin II yang
dapat menimbulkan onset hipertrofi.
11. Perubahan pada pensinyalan Ca2+ dapat mengaktifasi transkripsi gen program. Aktivasi
transkripsi diatur oleh Ca2+ -aktivasi yang bergantung pada kalsineurin (CaN).
12. Aktivasi transkripsi gen akan meremodeling sel jantung dengan perubahan yang terjadi
pada mesin kontraktil dan sistem pensinyalan. Peningkatan dari produksi protein sarcomeric,
akan menjadi pemicu di sel jantung. Perubahan pada signaling component adalah dengan
RNA dan expressi level dari NCX1.

Gambar pensinyalan Ca2+ ventrikel


Ringkasan pensinyalan Ca2+ dalam sel-sel ventrikel jantung.
Pensinyalan Ca2+ mengaktivasi periode kontraksi di jantung dan transkripsi gen stimulasi
pria untuk merombak sinyal jantung sewaktu terjadi hipertrofi.

asetilkolin merupakan neurotransmitter yang berperan sebagai chemical messenger, pada


komunikasi sel di neuromuscular junction, di otot polos dan otot jantung

Neurotransmitter
Molekul pensinyalan sel yang ditemukan oleh neuron dan beraktivasi di reseptor
permukaan sel pada neuron atau sel target lain (sel otot).Neurotransmitter grup meliputi
asetilkolin, dopamin, epinefrin (adrenalin), serotonin, histamin, glutamat, dan asam a-
aminobutirat (GABA). Pelepasan neurotransmiter dari neuron dipicu oleh potensial aksi.
Pelepasan neurotransmiter akan berdiffuse melintasi celah sinaptik dan berikatan dengan
reseptor permukaan pada sel target.

ACh berperan sebagai (i) jalur motor transmisi yang menghasilkan kontraksi otot rangka, (ii)
transmisi eksitatorik di ganglia parasimpatis dan sistem ortosimpatis (iii) transmisi pasca
ganglion dari jalur parasimpatis.

Asetilkolin merupakan pembawa pesan kimia, neurotransmiter, yang dikeluarkan oleh sel
saraf dari sistem saraf perifer. Untuk meregulasi kontraksi otot rangka dan otot volunter,
kontraksi otot polos dan otot jantung. Asetilkolin berada di dalam vesikel sinaptik dari
terminal saraf, ketika terdapat sinyal listrik akan menyebabkan asetilkolin menuju membran
sel otot sebagai reseptor dari neurotransmitter.

Reseptor asetilkolin di neuromuskuloskeletar (motor-end plate) adalah nikotinat asetilkolin


Reseptor asetikolin di otot polos dan otot jantung adalah muscarinic acetylcholin

Asetilkolin pada Otot Rangka

Rangka, sel otot lurik akan berkontraksi sebagai respon terhadap input dari sistem. Motor
neuron yang bersambungan dengan sel otot yaitu motor end plate. Membran sel otot
mengandung reseptor nikotinik yang sensitif terhadap asetilkolin. Molekul reseptor protein,
akan berkontraksi saat membuka asetilkolin. Reseptor nikotinik merupakan saluran natrium
berpintu ligan. Acetylcholine, the ligand, binding to a receptor, receptor mengalami
perubahan bentuk dan kemudahan sodium masuk ke intra muscle
Asetilkolin pada Otot Halus

Asetilkolin mengaktifasi berbagai jenis reseptor di otot polos:, yaitu reseptor


muskarinik. Saat reseptor mengikat asetilkolin, terjadi pembukaan ion kalsium , interaksi
asetilkolin dengan reseptor muskarinik, menyebabkan saluran terbuka sehingga aliran ion ter
depolarisasi di sel otot.yang menimbulkan kontraksi otot.

Asetilkolin pada Otot Jantung

Seperti otot polos, otot jantung memiliki reseptor muskarinik. Asetilkolin mengaktivasi
reseptor muskarinik yang menyebabkan terbukanya saluran di membran otot sehingga ion
kalium keluar dari sel. Menimbulkan penurunan kontraksi otot jantung.

Angka .Kelenjar ludah (A), asetilkolin mengaktifasi subtipe reseptor muskarinik, menimbulkan
sekresi. Di jantung (B), aktivasi asetilkolin subtipe reseptor muskarinik , menurunkan kecepatan dan
kekuatan kontraksi. Pada otot rangka (C), asetilkolin mengaktifkan reseptor nikotinik, menimbulkan
depolarisasi sel otot dan kontraksi

Tabel : Jenis reseptor asetilkolin, nikotinat dan muskarinik


1. Jenis extra chemical messenger pada komunikasi sel di neuromuskuloskeletal dan otot
polos dan otot jantung.
Berikut utusan kimia ekstra yang larut dalam air
2. Jenis reseptor membran / reseptor membran permukaan, pada komunikasi sel di
neuromuskuloskeletal dan otot polos dan otot jantung.
Neuromuskuloskeletal, otot polos dan otot jantung memiliki jenis reseptor
membran/permukaanchemical gated receptor-channels / ionotropik dan reseptor
pasangan protein G / GPCR, reseptor tirosin kinase dan reseptor nuklir. Karena setiap
jenis signaling cell / communication cell, pada setiap otot, akan memerlukan jenis
reseptor membran yang berbeda. Untuk proses excitasi contraction coupling / EC
coupling pada muscle, menggunakan membran reseptor jenis ion channel dan
GPCRs .

Reseptor pasangan protein G sebagai reseptor membran di pensinyalan jantung

Sistem pensinyalan GPCR jantung di jantung. Jenis pembawa pesan kimia / molekul sinyal /
ligan pada pensinyalan jantung yaitu : 1) katekolamin melalui reseptor alfa beta-adrenergik,
2) endotelin melalui reseptor ETA dan ETB endotelin, 3) angiotensin II melalui reseptor
angiotensin AT1 dan AT2, 4) adenosin melalui A1 dan reseptor A2, dan 5) asetilkolin
melalui reseptor muskarinik.

Gambar : Ionotropic ligand-gate ion channel dan reseptor pasangan protein G

Contoh muscarinic receptor acetylcholin, pada G protein couple receptor, di jantung dan otot
polos

Gambar : Reseptor protein G C Pada otot jantung, reseptor asetilkolin muskarinik mengaktivasi
efektor K+ saluran melalui subunit Gβγ dari protein Gi. Ikatan asetilkolin memicu aktivasi dari
subunit Gα dan disosiasi dari subunit Gβγ biasanya subunit Gβγ yang dilepaskan (bukan Gαi∙GTP)
mengikat dan membuka protein efektor terkait, saluran K+. K+ akan membuat hiperpolarisasi di
membran, dan menurunkan frekuensi dari kontraksi otot jantung.
Angka. Jalur pensinyalan reseptor muskarinik meregulasi sistem kontraktil di otot polos.
Reseptor M3 berpasangan dengan saluran ion dan fosfolipase C melalui protein Gq/11 G,
akan meningkatkan masuknya Ca dan melepaskan Ca dari sarcoplasmic reticulum (SR).
Kontraksi tergantung dari myosin light chain (MLC) phosphorylation, yang ditentukan oleh
keseimbangan antara aktivitas MLC kinase (MLCK) dan aktivitas MLC phosphatase. MLC
fosfatase terdiri dari 3 subunit: subunit katalitik (PP1c), subunit pengikat myosin (MYPT),
subunit fungsi tidak pasti (M20 Reseptor muskarinik mengirim sinyal pengaktif melalui Ca2+
kepada MLCK dan sinyal penghambatan kepada MLC fosfatase melalui Rho kinase (ROK)
dan CPI17. Protein kinase G (PKG) mengaktivasi myosin phosphatase untuk menimbulkan
relaksasi PLC, phospholipase C; IP3, inositol 1,4,5-trisphosphate

Pensinyalan neurohumoral, pada pensinyalan jantung dengan reseptor pasangan


protein G sebagai reseptor membran di otot jantung:_alfa1/beta_1-reseptor adrenergik,
reseptor ETA endotelin, dan reseptor AT1 angiotensin II. alfa_1-Adrenergik reseptor
memediasi klasik fight-or-flight response melaui translating catecholamine binding menjadi
pengaktivasi dari G alfa s, adenylyl cyclase, dan protein kinase A (PKA). Sebagai respon
sistemik kardiovaskular terhadap latihan dan refleks kardiovaskular. Reseptor ETA, reseptor
AT1, dan reseptor beta _1-adrenergik akan mengaktivasi G alfa_q, fosfolipase C, dan protein
kinase C (PKC),
Gambar GPCR Klasik pada pensinyalan jantung
Aktivasi berbagai GPCR. Reseptor beta-adrenergik melalui G_s/adenyl cyclase/PKA.
Alfa_1-adrenergik AT1 dan ETA sinyal melaui G alfa_q/PLC_1 dan PKC. Molekul end-
effector protein mengalami fosforilasi oleh G alfa_q / PKC dan G alfa_s/PKA. Norepinefrin
mengaktivasi beta_2- atau beta _3-adrenergik reseptor dalam regulasi signal cardiac

Proses komunikasi sel di neuromuskuloskeletal


Pelepasan ACh di Neuromuscular Junction
1. Masing-masing tombol terminal berisi vesikel yang menyimpan ACh. Propagasi
potensial aksi ke terminal akson memicu pembukaan saluran voltage-gated calcium
(Ca2+) di semua terminal button pada neuromuscular junction.
2. Ketika saluran Ca2+ terbuka, Ca2+ berdifusi ke tombol terminal, dari konsentrasi
ekstraseluler yang tinggi
3. sehingga menyebabkan ACh melalui eksositosis ratusan vesikel menuju ke
celah sinaps
Pembentukan Potensi Pelat Akhir
4. ACh yang bermanfaat berdifusi melintasi sinaps sumbing dan berikatan dengan
saluran reseptor yang terjaga keamanannya secara kimiawi dari jenis nikotinat
kolinergik pada membran serat otot pelat ujung motor.

Pengikatan dengan Ach menyebabkan saluran reseptor terbuka. Gradien elektrokimia Na


lebih besar dari K, maka lebih banyak Na bergerak ke dalam daripada K bergerak ke luar,
sehingga menimbulkan depolarisasi pelat ujung motor. Perubahan potensial yang disebabkan
oleh pergerakan ion melintasi tombol terminal pada neuromuscular junction, disebut sebagai
end-plate potential (EPP)

1. Potensi aksi di motor neuron mengalami propagasi di tombol terminal.


2. Potensi aksi pemicu pembukaan voltage-gated Ca2+channels dan masuknya Ca2+
menuju terminal button.
3. Ca2+ memicu pengeluaran asetilkolin (ACh) melalui eksositosis dari vesikel.3
4. ACh berdifusi melintasi ruang antara sel saraf dan otot dan berikatan dengan reseptor-
saluran spesifik pada membran sel otot motor end plate.
5. Ikatan Ach dan receptor-channels specific pada motor end plate membran sel otot
memicu terbukanya saluran kation nonspesifik, dan menyebabkan pergerakan Na+
menuju sel otot, dibandingkan dengan pergerakan K+ ke arah luar.5
6. Mengakibatkan terjadinya potensi end-plate. Aliran arus lokal timbul pada daerah end
plate yang terdepolarisasi dan membran yang berdekatan.
7. Aliran arus lokal membuka saluran Na+ berpintu tegangan di membran yang
berdekatan.
8. Hasil Na+ entry menurunkan potensial menuju ambang, memulai potensial aksi, yang
dihantarkan menuju serat otot.
9. ACh dikendalikan oleh acetylcholinesterase, suatu enzim yang berada pada membran
end-plate motor, dan akan mendapat respon dari sel otot .
NEUROTRANSMITTER
Neuron berkomunikasi dengan sel lain melalui pelepasan neurotransmiter kimia (lihat
Gambar 3.9B). Sistem saraf manusia memiliki sekitar 100 miliar neuron, yang masing-
masing berkomunikasi dengan target pascasinaps melalui neurotransmisi kimiawi.
Neurotransmiter pertama yang dijelaskan adalah asetilkolin (ACh) dan norepinefrin (NE). Ini
adalah
diidentifikasi pada sinapsis di PNS. Banyak pemancar lain telah diidentifikasi sejak itu,
tetapi, bahkan menghitung semua peptida yang diketahui bertindak sebagai pemancar,
jumlahnya jauh lebih sedikit.
dari 50. Pensinyalan neuron spesifik yang memungkinkan kompleksitas fungsi yang sangat
besar dalam sistem saraf sebagian besar merupakan hasil dari kota spesifik koneksi neuron
yang dibuat selama
pengembangan dan distribusi kelas spesifik reseptor neurotransmiter (Tabel 3.1).

Perbedaan antara neurotransmiter berkontribusi pada kemampuan sistem saraf untuk


melakukan fungsi yang kompleks.
Pemancar terbagi dalam tiga kelas tradisional: asam amino, monoamina, dan polipeptida.
Contoh pemancar asam amino termasuk glutamat (GLU), aspartat, glisin (GLY), dan asam g-
aminobutirat (GABA). Monoamina (atau amina biogenik) dinamakan demikian karena
mereka disintesis dari prekursor asam amino tunggal yang tersedia. Contoh neurotransmiter
monoaminergik adalah ACh, yang diturunkan dari kolin; pemancar katekolamin dopamin
(DA), NE, dan epinefrin (EPI), berasal dari asam amino tirosin; dan indoleamine, serotonin
atau 5-hydroxytryptamine (5-HT), berasal dari triptofan. Pemancar polipeptida (atau
neuropeptida) terdiri dari rantai asam amino, dengan panjang bervariasi dari tiga hingga
beberapa lusin. Contoh pemancar polipeptida adalah
opioid dan zat P. Baru-baru ini, satu set tambahan molekul larut-membran yang bertindak
sebagai molekul pemberi sinyal antara neuron dan targetnya telah diidentifikasi. Yang paling
terkenal adalah nitric oxide (NO) dan asam arakidonat.

Asetilkolin

Neuron yang menggunakan asetilkolin (ACh) sebagai neurotransmitter mereka dikenal


sebagai neuron kolinergik. ACh disintesis di neuron kolinergik dari kolin dan asetat, di
bawah pengaruh enzim kolin asetiltransferase. ACh disintesis dan disimpan dalam vesikel
sinaptik di daerah terminal akson neuron kolinergik. Vesikel penyimpanan dan kolin
asetiltransferase diproduksi di soma dan diangkut ke terminal akson. Langkah pembatas laju
dalam sintesis ACh di terminal saraf adalah ketersediaan kolin, yang mekanisme khusus
memastikan pasokan terus menerus. Reseptor untuk ACh, yang dikenal sebagai reseptor
kolinergik, terbagi dalam dua kategori, berdasarkan obat yang meniru atau menentang aksi
ACh pada jenis sel targetnya. Dalam studi klasik yang berasal dari awal abad ke-20, obat-
obatan muscarine,
diisolasi dari tembakau, digunakan untuk membedakan dua jenis reseptor. Muscarine
merangsang beberapa reseptor, dan nikotin merangsang semua yang lain, maka sebutannya
muskarinikatau nikotinik (Gbr. 3.14). Reseptor nikotinik terdiri dari lima subunit: dua subunit
a dan tunggal b, g, dan d. Kanal ion berada di tengah makromolekul.
Ada beberapa bentuk subunit, sehingga menimbulkan keluarga reseptor nikotinik. Kedua
subunit a adalah tempat pengikatan untuk ACh. Ketika molekul ACh mengikat kedua
subunit,
perubahan konformasi terjadi, sehingga membuka saluran ion. Peningkatan konduktansi
untuk Na+ dan, pada tingkat yang jauh lebih rendah, K+, terjadi. Gradien listrik dan kimia ke
dalam yang kuat untuk Na+ mendominasi di luargradien ion K+. Aliran bersih ion bermuatan
positif mendepolarisasi sel postsinaptik di daerah sinaps. Reseptor muskarinik memiliki tujuh
membran- mencakup struktur domain dan bertindak melalui protein G. Lima jenis reseptor
muskarinik yang berbeda, M1 sampai M5, telah dikarakterisasi. Aktivasi reseptor M1, M3,
dan M5 meningkatkan aktivitas fosfolipase C, yang, pada gilirannya, menghasilkan IP3 dan
DAG. Utusan ini kemudian mengaktifkan lainnya proses seluler seperti pelepasan kalsium
dari intraseluler simpanan dan fosforilasi protein. Aktivasi M2 dan M4 reseptor menghambat
adenilat siklase, sehingga mengurangi tingkat dari cAMP. Proses ini mengaktifkan kelas
saluran kalium yang menyebabkan hiperpolarisasi sel. Setelah pelepasan ACh ke dalam celah
sinaptik, enzim asetilkolinesterase (AChE) menghidrolisis ACh menjadi kolin dan asetat.
Th adalah enzim yang terletak di postsinaptik membran sel, memungkinkan hidrolisis yang
cepat dan efisien dari
ACh ekstraseluler. Kolin yang dihasilkan dibawa kembali ke neuron oleh protein transpor
kolin dan digunakan untuk mensintesis kembali ACh.

Angka Neurotransmisi kolinergik.Kedatangan potensial aksi saraf ke terminal saraf


presinaptik memungkinkan masuknya kalsium dan kemudian pelepasan asetilkolin (ACh)
ke dalam celah sinaptik. ACh berikatan dengan reseptor nikotinik atau muskarinik di
membran pascasinaps. ACh dihidrolisis oleh asetilkolinesterase (AChE) menjadi kolin dan
asetat. Kolin diambil ke terminal saraf presinaptik oleh transporter dan kemudian disintesis
ulang menjadi ACh.

Anda mungkin juga menyukai