Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biokimia dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang dasar kimiawi
kehidupan. Sel adalah unit structural makhluk hidup. Oleh karena itu biokimia juga dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang konstituen kimiawi sel hidup serta reaksi dan
proses yang dialami konstituen-konstituen tersebut. Berdasarkan definisi ini, biokimia
mencakup bidang biologi sel, biologi molekuler dan genetika molekuler.

Sel merupakan unit terkecil dan structural dari organisme atau mahluk hidup.
Miliaran sel harus ber-koordinasi untuk membentuk suatu jaringan. Dengan
adanya koordinasi tersebut maka memungkinkan suatu organisme dapat
berkembang. Dimulai dari sel kemudian membentuk jaringan, organ dan system organ
yang menjalankan organisme tersebut.

Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan


berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sinyal-
sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang biasanya
dirubah oleh manusia.

Sinyal - sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera dan merespons sinyal elektromagnetik, seperti cahaya,
dan sinyal mekanis seperti, sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi
satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.

BAB II
PEMBAHASAN

1. TRANSUDKSI SINYAL
Transduksi sinyal merupakan suatu proses perubahan suatu jenis sinyal menjadi
jenis yang lain. Transduksi sinyal mencakup pengubahan sinyal dari satu bentuk ke
bentuk lain dalam sel. Akhirnya, respon terjadi sebagai hasil dari sinyal awal. Sinyal-
sinyal kimia dapat berupa protein, asam amino, peptida, nukleotida, steroid, dan gas.
Sebagian besar sinyal bersifat hidrofilik sehingga tidak dapat melewati membran
(contohnya protein, asam amino, dan peptida). Beberapa sinyal bersifat hidrofobik dan
mampu melalui membran untuk memulai respon (contohnya hormon steroid). Sinyal-
sinyal tersebut diproduksi oleh signal cell dan dideteksi oleh protein reseptor pada sel
target.
Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam
menentukan respon seluler yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang
terangkum dalam dogma biologi molekuler diawali oleh adanya aktivitas komunikasi.
Untuk dapat menjalankan aktivitas komunikasi tersebut sebuah sel (eukariotik)
dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di membrane plasmanya.Reseptor ini
biasanya merupakan bagian structural dari protein integral yang terdapat di sela-sela
lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan sel lain dengan cara komunikasi langsung
atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel target.
Berikut macam-macam interaksi sel :
1. Autokrin
Suatu sel mensekresikan molekul, dan molekul tersebut bekerja/berpengaruh
terhadap sel itu sendiri atau sel-sel lain yang sejenis. Sinyal dan reseptor terdapat
pada sel yang sama.

2. Parakrin
Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target didekatnya
dengan melepas molekul pengatur local ke dalam fluida ekstraseluler. Sel
mensekresi sinyal ke lingkungan di sekitarnya. Sel penghasil dan sel penerima sinyal
berada pada lingkungan yang sama.
3. Endokrin/Hormonal
Hormon mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel
endokrin terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu darah.
Hormone dapat mencapai hamper seluruh sel tubuh dengan melalalui aliran darah,
tetapi, hanya sel target spesifik yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi
yang diberikan.

4. Sinaptik
Persinyalan sinaptik merupakan tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem
persarafan. Sel saraf melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis
sehingga merangsang sel target. Pada pensinyalan sinaptik sel saraf
melepaskan molekul neurotransmitter ke dalam sinapsis antara sel lain.

5. Kontak antar Sel


Persinyalan tipe ini adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan.
Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia
melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction
merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein connexin. Gap
junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-
molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma
kedua sel yang berhubungan.

Sifat Umum Transduksi Sinyal :


1. Kespesifikan
Sinyal memiliki reseptor sepesifik yang dapat menerimanya.

2. Amplifikasi

3. Desensitisasi atau adaptasi


4. Respon atau integrasi
Hasil akhir dari adanya transduksi sinyal adalah respon. Suatu sinyal dapat
menghasilkan berbagai respon, contohnya seperti perubahan aktivitas enzim dan
perubahan ekspresi gen. Berbagai sinyal dapat berintegrasi dan menghasilkan
suatu respon tunggal. Suatu kompleks transduksi sinyal dapat meningkatkan
efektivitas dan kecepatan penyebaran sinyal

2. KOMUNIKASI INTRASELULER
Komunikasi intra sel adalah komunikasi yang terjadi di dalam sel. Komunikasi
intra sel merupakan proses pengubahan sinyal yang terdapat di dalam sel itu sendiri.
Komunikasi ini tergantung pada pembentukan sinyal spesifik yang dipicu oleh pemicu
eksternal yang kemudian sinyal diterima oleh sel sasaran dan ditransmisikan serta
diproses lebih lanjut dengan bantuan rantai sinyal intraseluler. Transduksi sinyal
intraseluler melibatkan protein dan caraka kedua (second messenger).
Tahap-tahap komunikasi intraseluler
1. Pembentukan sinyal akibat adanya pemicu eksternal
2. Transpor sinyal ke sel sasaran
3. Pengenalan sinyal oleh sel sasaran
4. Transmisi sinyal masuk ke sel sasaran
5. Transformasi sinyal menjadi reaksi elektris atau biokimiawi dalam sel sasaran
6. Pengakhiran sinyal

3. CARAKA KEDUA/SECOND MESSENGER


Second messenger merupakan jalur persinyalan yang melibatkan molekul atau
ion kecil nonprotein yang terlarut-air. Sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang
mengikat reseptor membrane merupakan mesenjer pertama jalur. Karena mesenjer
kedua itu kecil dan terlarut dalam air, mesenjer ini data segera menyebar ke seluruh
sel dengan berdifusi. Messenger kedua berperan serta dalam jalur yang diinisiasi
reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua mesenjer kedua yang
paling banyak digunakan ialah:
A. AMP siklik

Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari
membrane plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu
menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane plasma sel
hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfat siklik, yang disingkat
AMP siklik atau cAMP. cAMP ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang
mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat
perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau mediator
intraseluler yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein
kinase.

B. Ion kalsium

Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, factor


pertumbuhan, dan sejumlah hormone, menginduksi respon pada sel targetnya
melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium
sitosolik. Peningktan konsentrasi ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon
pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai mesenjer kedua dalam jalur
protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh
jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh
suatu mekanisme yang melepas ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi
daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosolit rendah, perubahan
kecil pada jumlah absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan
yang relative tinggi pada konsentrasi kalsium.

4. RESEPTOR
Ada 2 tipe reseptor yaitu reseptor intraseluler dan reseptor permukaan sel.
Reseptor intraseluler ada yang lambat (mengubah ekspresi gen) dan cepat (mengubah
fungsi protein). Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada
membran sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran
plasma terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran
molekul kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam
membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid
(testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Contoh reseptor intraseluler yang cepat adalah sinyal gas nitrat oksida yang berikatan
secara langsung dengan enzim dibagian dalam sel target.
Reseptor permukaan membrane terbentang dalam plasma membrane dan memunyai
extracellular binding domain untuk caraka. Sebagian besar molekul sinyal adalah
hidrofilik sehingga tidak dapat menembus membrane plasma, untuk menembus
membrane pmasma maka sinyal tersebut harus berikatan dengan reseptor baru kemudian
dapat membentuk sinyal intraseluler.

3 kelas terbesar pada protein reseptor permukaan sel adalah ion-channel-linked, G-


protein-linked, dan enzyme-linked receptors.
Ion-channel-linked receptors juga dikenal sebagai transmitter-gated ion channels atau
ionotropic receptors. Membuka atau menutup secara singkat sebagai jawaban atas
pengikatan suatu neurotransmitter.

G-protein-linked receptors: memerantarai respon terhadap berbagai macam molekul


sinyal,meliputi hormon, neurotransmitter, dan perantara lokal. Semua G-protein-
linked receptors termasuk famili besar homolog, 7-pass transmembrane proteins.
Protein reseptor ini dapat mengaktivasi atau inaktivasi enzim yang terikat pada
membran plasma atau ion channel melewati protein G secara tidak langsung.
Enzyme-linked receptors memiliki 6 subfamili yaitu receptor tyrosine kinase,
tyrosine-kinase associated-receptors, receptorlike tyrosine phosphatases, receptor
serine/threonine kinases,receptor guanylyl cyclases, dan histidine-kinase-associated
receptors. Protein reseptor ini merupakan protein transmembran dengan domain
pengikatan ligan pada permukaan luar membran plasma. Contoh: kemotaksis bakteri
yang diperantarai oleh histidine-kinase-associated chemotaxis receptors.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung: Widya Padjadjaran
2. Campbell. 2014. Biologi Edisi 10. Jakarta: Erlangga
3. Retno,Dwirini. Sinyal dan Transduksi Sinyal.

Anda mungkin juga menyukai