Anda di halaman 1dari 6

D.

Seleksi Klonal

Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan memiliki genetik yang

identik. Selama perkembangannya dalam jaringan limfoid primer, sel B dan sel T

memperoleh reseptor permukaan spesifik untuk satu antigen yang akan

memberikan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen tersebut.

 Teori seleksi klonal

Teori seleksi klonal adalah teori ilmiah dalam imunologi yang

menjelaskan fungsi sel (limfosit) dalam merespon antigen spesifik yang

menyerang tubuh. Konsep ini diperkenalkan oleh dokter Australia Frank

Macfarlane Burnet pada tahun 1957, dalam upaya untuk menjelaskan keragaman

besar antibodi yang terbentuk selama inisiasi respon imun . Teori ini telah menjadi

model yang diterima secara luas tentang bagaimana sistem kekebalan

tubuh manusia merespons infeksi dan bagaimana beberapa

jenis limfosit B dan T dipilih untuk penghancuran antigen spesifik.

Teori ini menyatakan bahwa dalam kelompok limfosit yang sudah ada

sebelumnya (sel B khusus), antigen spesifik hanya mengaktifkan (yaitu memilih)

sel counter-spesifik, yang kemudian menginduksi sel tertentu untuk berkembang

biak, menghasilkan klon identik untuk produksi antibodi. Aktivasi ini terjadi pada

organ limfoid sekunder seperti limpa dan kelenjar getah bening. Singkatnya, teori

ini adalah penjelasan tentang mekanisme untuk menghasilkan keragaman

spesifisitas antibodi. Bukti eksperimental pertama datang pada tahun 1958,

ketika Gustav Nossal dan Joshua Lederberg menunjukkan bahwa satu sel B selalu

hanya menghasilkan satu antibodi. Gagasan itu ternyata menjadi dasar imunologi

molekuler, terutama dalam kekebalan adaptif .


Pada tahun 1900, Paul Ehrlich mengusulkan apa yang disebut "teori rantai

samping" produksi antibodi. Menurutnya, sel-sel tertentu menunjukkan pada

permukaan mereka " rantai samping " yang berbeda (yaitu antibodi yang terikat

membran) yang mampu bereaksi dengan antigen yang berbeda. Ketika antigen

hadir, ia berikatan dengan rantai samping yang cocok. Kemudian sel berhenti

memproduksi semua rantai samping lainnya dan mulai sintesis intensif dan sekresi

rantai samping yang mengikat antigen sebagai antibodi yang larut. Meskipun

berbeda dari seleksi klon, ide Ehrlich adalah teori seleksi yang jauh lebih akurat

daripada teori-teori instruktif yang mendominasi imunologi pada dekade

berikutnya.

Pada tahun 1955, ahli imunologi Denmark Niels Jerne mengemukakan

hipotesis bahwa sudah ada banyak sekali antibodi yang larut

dalam serum sebelum infeksi apa pun. Pintu masuk antigen ke dalam tubuh

menghasilkan pemilihan hanya satu jenis antibodi yang cocok dengan itu. Ini

diduga terjadi oleh sel-sel tertentu yang memfagositosis kompleks imun dan entah

bagaimana mereplikasi struktur antibodi untuk menghasilkan lebih banyak

darinya.

Pada tahun 1957, David W. Talmage berhipotesis bahwa antigen mengikat

pada antibodi pada permukaan sel yang memproduksi antibodi dan "hanya sel-sel

yang dipilih untuk perkalian yang produk sintesisnya memiliki afinitas untuk

antigen". Perbedaan utama dari teori Ehrlich adalah bahwa setiap sel dianggap

hanya mensintesis satu jenis antibodi. Setelah antigen mengikat sel berkembang

biak, membentuk klon dengan antibodi yang identik.


Reseptor sel T (TCR) akan menetap selama sel hidup, tetapi

imunoglubulin permukaan (Surface IgM) pada sel B dapat berubah oleh mutasi

somatik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengalihan produksi imunoglobulin bila

sel terpejan dengan antigen spesifik. Sel yang berikatan dengan antigen spesifik

akan berproliferasi, berdiferensiasi dan menjadi sel efektor yang matang. Sel yang

dirangsang antigen dan berproliferasi akan menurunkan sel-sel yang yang genetik

identik (=klon). Fenomena tersebut dinamakan seleksi klon.

Sel memori merupakan sel B dan sel T yang pernah dirangsang antigen

dan hidup lama. IgG ditemukan pada permukaan sel memori B yang berfungsi

sebagai reseptor antigen dengan afinitas yang lebih besar dibandingkan dengan

IgD dan IgM. Sel memori T memiliki molekul CD45RO dan menunjukkan

peningkatan molekul LFA-3 dan VLA-4.

Sel baru yang belum dirangsang antigen terpajan dengan antigen yang

dipresentasikan APC akan berkembang menjadi sel efektor. Sebagian sel yang

baru terpajan antigen tersebut beserta sel memori tersebut disebar ke seluruh

jaringan tubuh melalui sirkulasi darah dan limfa sehingga dapat memantau

jaringan tubuh terhadap serangan mikroorganisme. Proliferasi sel efektor dan sel

memori tersebut di atas disebut respons primer.

Akhirnya sel B berkembang menjadi sel plasma. Sel plasma jarang terlihat

dalam sirkulasi (kurang dari 0,2% seluruh jumlah leukosit) dan biasanya terbatas

pada organ limfoid sekunder dan jaringan. Imunoglobulin yang dibentuk sel

plasma dapat ditemukan dalam sitoplasma dan permukaan sel dengan teknik

imunofluoresens. Biasanya sel B akan dirangsang menjadi sel plasma yang


membentuk antiodi atas pengaruh antigen dan sel T (dependent). Sel B dapat pula

membentuk antibodi dan rangsangan antigen tanpa bantuan sel T (independent).

Gambar mekanisme seleksi klonal

Keterangan :

1) Sel induk hematopoietik mengalami diferensiasi dan penataan ulang genetik

untuk menghasilkan limfosit imatur

2) Limfosit imatur dengan banyak reseptor antigen berbeda mengikat antigen


3) Antigen yang berasal dari tubuh sendiri dihancurkan sedangkan sisanya

menjadi limfosit tidak aktif. Limfosit yang mengandung reseptor untuk

molekul sendiri yaitu antigen endogen yang diproduksi didalam tubuh

dihancurkan pada tahap awal.

4) Limfosit yang tidak aktif Sebagian besar tidak pernah menemukan antigen

asing yang cocok,

5) Tetapi limfosit yang aktif jika terjapan akan menghasilkan klon sendiri.

6) Limfosit aktif menghasilkan banyak banyak klon sendiri


Daftar Pustaka

Baratawidjaja KG dan Rengganis I., 2010, Imunologi Dasar Edisi Ke-9, FKUI,

Jakarta

https://en.Wikipedia.org/wiki/clonal_selection

Anda mungkin juga menyukai