Analisis Kromosom
Pada kultur sel limfosit T saat akan dilakukan penilaian imunitas seluler maka
diberikan stimulant/ mitogen. Stimulant yang diberikan bisa berupa PHA (phyto
hemagglutinin) stimulant ini bersifat poliklonal artinya sebagian besar sel T akan
terstimulasi dan sebagian kecil sel B. sedangkan saat akan menstimulasi sel B saja maka
distimulasi dengan stimulant ConA (Canavalia A) yang bersifat monoclonal. Saat akan
menstimulasi respon imun humoral maka stimulant yang diberikan berupa PWM
(pokeweed mitogen) yang akan menstimulasi sel limfosit B.
Pemeriksaan kromosom dapat dilakukan saat seseorang memiliki indikasi berikut :
a. Masalah pertumbuhan dan perkembangan awal, keterlambatan mental, malformasi ganda,
hambatan tinggi tubuh, genetalia yang meragukan dan retardasi mental
b. Kematian saat lahir (neonates)
c. Masalah kesuburan (fertilitas) seperti wanita dengan amenorrhoe, pasutri dengan riwayat
infertilitas dan abortus habitualis
d. Riwayat keluarga dengan abnormalitas kromosom
e. Neoplasia (keganasan kanker)
f. Wanita yang hamil dengan usia lanjut, karena terdapat peningkatan resiko kelainan
kromosom pada fetus yang dikandung wanita dengan usia > 35 tahun. Indikator
menggunakan nilai ASKA (Asosiasi Kromosom Akrosentrik) jika nilainya tinggi maka
kemungkinan kelahiran dengan kelainan kromosom juga akan tinggi.
Sumber kromosom
1. Darah tepi : sel yang memiliki inti dengan waktu kultur 3-4 hari karena stadium sel yang
berbeda-beda.
2. Biopsy kulit : menghasilkan kultur fibroblast
3. Specimen lekosit : spesifik pada limfosit T dan membentuk limfoblastoid
4. Sumsum tulang : digunakan untuk diagnosis keganasan hematologis (tidak perlu dikultur,
karena sifatnya yang hematopoetik)
5. Fetal cell : berasal dari cairan amnion dan biopsy villi khorialis (diawal kehamilan)
Identifikasi kromosom
Kromosom diidentifikasi dengan menggunakan teknik banding. Teknik banding merupakan
suatu pewarnaan kromosom dengan gambaran gelap/terang dimana gambaran gelap dan terang
yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi heterokromatin dari tiap kromosom. Macam-macam
pewarnaan banding adalah
1. G banding: pewarna Giemsa
2. Q banding: pewarna Quinacrine, keunggulannya bisa membedakan lengan panjang kromosom
Y lebih mudah dilihat.
3. R banding (reverse): teknik dengan pemanasan tinggi, bagian telomer akan terwarnai sehingga
mudah dilihat apakah terjadi perubahan pada ujung telomer.
4. C banding (centromere): bagian yang terwarnai adl daerah dekat sentromer
5. Banding dengan resolusi tinggi: menggunakan teknik sikronisasi saat kultur dimana diberikan
bahan khusus agar tahap replikasi berjalan bersamaan dari setiap sel kultur. Sel akan
ditahan pada fase S
6. FISH (fluorescence in situ hybridization): teknik
pemeriksaan ada tidaknya gen/ sekuens DNA
tertentu pada kromosom yang dilakukan dengan
bantuan probe/ pelacak spesifik. Teknik ini
dapat mendeteksi delesi kecil pada kromosom,
duplikasi dan rearrangement kromosom. Aplikasi
teknik FISH digunakan untuk mendeteksi
struktur dan jumlah abnormalitas kromosom,
identifikasi kromosom marker, monitoring efek
terapi, deteksi dini penyakit genetic dan deteksi
delesi & amplifikasi gen
2
A. Tahapan Kultur sel
- Medium RPMI dimasukan ke tabung sentrifuge 5ml ditambah FBS 0.8ml, PHA 70 𝜇l dan
sampel darah 0.5-0.8ml *untuk kultur darah bayi baru lahir sampai umur < 1 bulan,
sampel yang digunakan hanya 3 tetes karena masih mengandung banyak limfosit, untuk
bayi umur > 1 bulan digunakan sekitar 800 𝜇l.
- Inkubasi 72 jam suhu 37oC dengan penambahan CO2 5-10% untuk menjaga pH dari medium
kultur tetap stabil
- Lakukan penghentian proses mitosis kira-kira 1 jam sebelum pemanenan dengan
memberikan kolcemid 0,2 ml
3
Jelaskan kelainan kromosom Philadelphia pada leukimia dalam Teknik FISH atau Banding
Kelainan kromosom Philadelphia ini terjadi karena adanya kelainan struktur dapat dilihat
dengan metode banding melihat corak gelap terang dari kromosom. Philadelphia ini terjadi karena
adanya translokasi balance pada kromosom 9 dan kromosom 22 ditandai dengan limfoblastik.
Teknik FISH (flouresense in situ hybridization) : menggunakan probe / penanda yang
spesifik dari gen atau sekuens dna pada kromosom 9 dan kromosom 22. Sehingga metode ini lebih
spesifik dan tidak perlu melakukan kultur terlebih dahulu dan hasinya berupa sub mikroskopik.
Ketika ada kelainan, maka probe itu akan mendeteksi spesifik pada gen atau sekuens DNA yang
dituju sehingga akan terlihat berpendar. Metode FISH ini selain spesifik juga bisa dilakukan
pada tahap interfase dan mitosis.
Metode membuat preparate
1. Dengan akuades
- Slide diberi label kemudian direndam didalam air
- Ambil sampel, teteskan ke slide dan tuang sisanya
- Miringkan agar tiris
2. Metode tiup
- Teteskan sampel di slide yang sudah diberi label
- Tiup sampai sampel menyebar dipermukaan slide
- Tunggu kering
HASIL PRAKTIKUM