2. Transduksi ekstraseluler
Sinyal komunikasi ekstraselular, umumnya meliputi 6 tahapan: sintesis, pelepasan
molekul isyarat, transpor isyarat menuju sel target, deteksi molekul isyarat oleh protein pencerap
khusus, perubahan pada metabolisme, fungsi dan perkembangan seluler, peluruhan molekul
isyarat yang sering kali disertai dengan terhentinya respon seluler. Pada eukariota, transduksi
ekstraselular terjadi oleh sekresi molekul tertentu yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian
endokrin, parakrin, dan otokrin berdasarkan jarak tempuh isyarat.
a. Sinyal endokrin
Sinyal endokrin secara khusus disebut hormon, mempunyai jarak tempuh yang sangat
jauh dari organ endokrin tempat sintesis molekul dengan sel target. Pada hewan, hormon
biasanya diusung oleh darah mengarungi jarak tempuh yang jauh tersebut.
b. Sinyal parakrin
Molekul isyarat parakrin yang dilepaskan oleh sebuah sel hanya berpengaruh terhadap sel
target yang berada disekitarnya. Salah satu contoh isyarat parakrin adalah pulsa elektrik yang
dilepaskan oleh neuron ke sel saraf yang lain, dan dari neuron ke sel otot. Saat teraktivasi oleh
isyarat parakrin dari sel saraf lain, neuron mengirimkan impuls elektrik secara cepat di sepanjang
akson; ketika impuls mencapai ujung akson, ujung saraf akan mensekresikan isyarat kimiawi
yang disebut neurotransmiter. Sinyal ini disekresikan ke cell junctions khusus yang disebut
chemical synapses. Proses transduksi oleh akson memungkinkan sel saraf untuk melakukan
regulasi terhadap sel target seperti sel otot yang terletak jauh sekali dari pusat saraf.
c. Sinyal otokrin
Sinyal otokrin merupakan isyarat yang direspon oleh sel-sel sejenis dengan sel yang
melepaskan molekul isyarat. Faktor pertumbuhan merupakan isyarat jenis ini, yang merupakan
stimulator bagi sel-sel sejenis untuk tumbuh berkembang dan melakukan proliferasi. Sinyal
otokrin sangat umum ditemukan dalam kasus tusekresi sel-sel dari grup yang serupa akan
berikatan kembali dengan pencerapnya sendiri. Autocrine signaling merupakan tipe paling
efektif ketika dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang tipenya sama.
Transduksi ini dianggap sebagai suatu mekanisme yang mendasari "efek komunitas" pada
perkembangan seluler awal, selama grup sel-sel serupa merespon isyarat yang menginduksi
diferensiasi tetapi tidak dapat pada sel tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker sering kali
menggunakan autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan dan
kelangsungan hidup sel.
3. Reseptor molekul isyarat
Ada dua tipe reseptor yaitu reseptor intraseluler dan reseptor permukaan sel. Reseptor
intraseluler ada yang lambat (mengubah ekspresi gen) dan cepat (mengubah fungsi protein).
Contoh reseptor intraseluler yang cepat adalah isyarat gas nitrat oksida (NO) yang berikatan
secara langsung dengan enzim di bagian dalam sel target.
Gap junctions membolehkan informasi isyarat untuk dibagi dengan sel-sel tetangga.
Saluran-saluran gap junctions membolehkan pertukaran molekul-molekul isyarat intraseluler
kecil (perantara intraseluler), seperti Ca2+ dan cyclic AMP, tetapi bukan makromolekul, seperti
protein atau asam nukleat. Sel-sel yang terhubung dengan gap junctions dapat berkomunikasi
dengan sel lainnya secara langsung.
Tiga kelas terbesar pada protein reseptor permukaan sel adalah reseptor terhubung kanal
ion, reseptor terhubung-protein G (GPCR), dan reseptor terhubung enzim.
Reseptor terhubung kanal ion juga dikenal sebagai kanal ion teraktivasi ligan atau
reseptor ionotropik. Reseptor ini membuka atau menutup secara singkat sebagai respon
atas pengikatan suatu neurotransmiter.
Reseptor terhubung-protein G (GPCR): memerantarai respon terhadap berbagai macam
molekul isyarat, meliputi hormon, neurotransmiter, dan perantara lokal. Semua GPCR
termasuk famili besar homolog protein 7-pass transmembrane. Reseptor ini dapat
mengaktivasi atau inaktivasi enzim yang terikat pada membran plasma atau kanal ion
melewati protein G secara tidak langsung.
Reseptor terhubung enzim memiliki enam subfamili yaitu reseptor tirosin kinase,
reseptor-terhubung tirosin-kinase, reseptor mirip tirosin fosfatase, reseptor
serine/threonine kinase, reseptor guanilil siklase, dan reseptor terhubung histidine-kinase.
Protein reseptor ini merupakan protein transmembran dengan domain pengikatan ligan
pada permukaan luar membran plasma. Contoh: kemotaksis bakteri yang diperantarai
oleh reseptor kemotaksi terhubung histidine-kinase.
Proses transduksi sinyal pada tingkat sel, diawali dengan melekatnya molekul sinyal
pada reseptor. Secara umum, reseptor pada sel, dapat ditemukan pada permukaan sel dan
dapat juga ditemukan di daerah sitoplasma/ dalan inti sel (intraseluler). Khusus untuk
reseptor permukaan sel, jalur transduksi sinyal yang akan terjadi di dalam sel, tergantung
pada jenis reseptor yang ditempeli molekul sinyalnya. Terdapat beberapa jenis reseptor
permukaan sel, yang dapat dilihat pada Skema 1 di bawah ini:
Reseptor Reseptor
Permukaan Sel
Intraseluler
Skema 1. Beberapa jalur aktivasi transduksi sinyal melalui reseptor pada sel.
6. Molekul Sinyal
Molekul sinyal ekstraseluler, terdiri atas beberapa golongan/ jenis seperti:
a. Molekul kecil, seperti asam amino dan turunannya.
Contoh: glutamat, glisin, asetilkolin, dan epinefrin
Bertindak sebagai hormon dan neurotrasmiter.
b. Steroid
Mengatur perkembangan seksual, kehamilan, metabolisme karbohidrat, ekskresi ion Na
dan K
c. Eicosanoid
Contoh: prostaglandin, tromboksan, leukotrien
Mengatur proses inflamasi, tekanan darah, dll
d. Berbagai macam polipeptida dan protein, seperti protein transmembran
Molekul sinyal yang sama, pada sel yang berbeda akan memberikan respon yang
berbeda. Misalnya molekul sinyal berupa asetilkolin. Pada sel otot jantung, asetilkolin
berperan untuk menurunkan rate dan kekuatan kontraksi otot jantung, pada kelenjar ludah
berperan untuk meningkatkan sekresi air ludah sedangkan pada sel otot skeletal/ otot
rangka, asetilkolin malah meningkatkan kontraksi otot rangka.