Komunikasi tidak hanya berlangsung pada tahap Organisme, organ, maupun jaringan. Bahkan pada
tingkatan sel komunikasi juga berlangsung dengan adanya komunikasi antarsel. Pada umumnya
komunikasi dilakukan pada mediasi perkawinan atau ‘mating’. Dengan perkembangan organisme
multiseluler, kelompok sel yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda dan menjadi penting bagi sel
untuk mengkomunikasikan banyak aspek hidupnya. Beberapa kelompok sel juga berperan dalam
memgontrol tingkah laku kelompok sel lain.
Pada umumnya proses isyarat seluler terdiri dari tiga tahap yaitu:
Penerimaan; mirip dengan mekanisme reaksi kimiawi antara enzim dengan substrat yang
membentuk kompleks enzim-substrat, seperti analogi kunci dan gembok. Molekul ligan
yang biasanya bersifat hidrofilik hanya dikenali oleh satu pencerap protein yang terikat
dengan membran sel.
Transduksi; menimbulkan perubahan konformasi pada pencerap yang menyebabkan
interaksi antara pencerap dengan molekul intraselular. Transduksi juga dapat
menyebabkan perubahan konformasi/struktural pada protein seluler lainnya, misalnya
aktivasi enzim.
Respon; berupa aktivitas seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali
sitoskeleton atau aktivitas gen yang bersifat spesifik
Melihat pembagian tipe diatas, jelas bahwa tipe signaling interseluler didefinisikan juga berdasarkan jarak
antara sel yang sel yang menghasilkan dengan sel target.
Signaling interseluler juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara molekul pada sel penghasil sinyal
mempengaruhi sel target. Hal ini disebut ‘modes of intercellular communication’ yang dapat dibedakan
menjadi :
Reseptor permukaan
Terdapat beberapa tipe reseptor permukaan yaitu :
G protein berada pada membrane sel dan memediasi fungsi G protein linked receptors (GPCRs). G
protein merupakan heterotrimeric karena terdiri dari tiga subunit yang berbeda. Subunit-subunit tersebut
adalah α, β, γ. Subunit α merupakan komponen enzimatik. Subunit ini mengikat GTP dan
menghidrolisisnya menjadi GDP. Subunit β dan γ tetap berikatan satu sama lain dan berasosiasi dengan
subunit α saat berikatan dengan GDP.
Tipe G protein linked receptors ini berupa protein membrane yang bekerjasama dengan protein G dan
protein lainnya, biasanya sebuah enzim (atau disebut juga efektor). Jika tidak ada molekul sinyal
ekstraseluler spesifik untuk reseptor, protein berada dalam keadaan tidak aktif. Protein G inaktif memiliki
satu molekul GDP yang terikat padanya. Jika molekul sinyal terikat pada reseptor, reseptor akan berubah
bentuk sehingga reseptor ini mengikat dan mengaktifkan G protein. Satu molekul GTP menggantikan
GDP pada protein G. Protein G aktif mengikat dan mengaktifkan enzim dan memicu langkah selanjutnya
dalam jalur dan menghasilkan respon sel. Protein G kemudian mengkatalis hidrolisis GTP dan
melepaskannya dari enzim, sehingga siap digunakan kembali.
Reseptor serine/threonin kinase berfungsi sebagai reseptor permukaan sel tumbuhan. Perbedaan dengan
sel hewan adalah kebanyakan reseptor permukaan sel hewan adalah G-protein-linked receptors,
sedangkan kebanyakan di tumbuhan adalah enzyme-linked receptors. Kelas terbesar enzyme-linked
receptors di hewan adalah reseptor tirosin kinase. Tipe yang paling melimpah pada reseptor tumbuhan ini
adalah Leucine-rich repeats (LRR) proteins. LRR reseptor kinase berbeda disebut BRI1 bertindak sebagai
reseptor hormon steroid permukaan sel pada Arabidopsis.
Tumbuhan dan hewan menggunakan protein yang merangsang cahaya untuk merasa cahaya pada panjang
gelombang yang berbeda. Di tumbuhan, biasanya dikenal sebagai fotoreseptor. Hewan menggunakan
beberapa famili fetoprotein sama yang digunakan oleh tumbuhan. Fotoprotein hewan yang paling luas
dipelajari adalah rhodopsin yang terikat membran, G-protein-linked receptors yang meregulasi ion
channel pada sel-sel retina yang sensitif terhadap cahaya. Fotoprotein tumbuhan yang paling dikenal
adalah fitokrom yang ada di semua tumbuhan dan beberapa algae. Walaupun fitokrom memiliki aktivitas
serine/threonin kinase, sebagian strukturnya menyerupai hisridin kinase yang terlibat dalam kemotaksis
bakteri. Fitokrom dapat mendeteksi cahaya merah. Tumbuhan merasa cahaya biru dengan menggunakan 2
tipe fetoprotein yaitu fototropin dan kriptokrom. Fototropin berhubungan dengan membran plasma dan
sebagian bertanggung jawab untuk fototropisme. Kriptokrom merupakan flavoprotein yang sensitif
terhadap cahaya biru. Secara struktur, kriptokrom berkaitan dengan enzim yang sensitif terhadap cahaya
biru yang disebut fotoliase, yang terlibat dalam perbaikan kerusakan DNA yang diinduksi ultraviolet pada
semua organisme, kecuali sebagian besar mamalia. Tidak seperti fitokrom, kriptokrom juga ditemukan di
hewan dan tidak memiliki aktivitas perbaikan DNA, tetapi kriptokrom dianggap berkembang dari
fotoliase.
TUGAS
KOMUNIKASI SEL
OLEH :
J1A119183
K3
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019