Anda di halaman 1dari 7

PROSES KONDUKSI DAN PERSINYALAN MEMBRAN SEL MELALUI RESEPTOR

Seperti mikroba, sel dalam organisme multiseluler biasanya berkomunikasi dengan melepas pembawa pesan (messenger) kimiawi yang ditujukan untuk sel yang masih jauh. Sebagian messenger hanya menempuh jarak dekat: Sel pengirim mensekresi molekul pengatur lokal, suatu substansi yang mempengaruhi sel yang ada di dekatnya. Suatu kelas pengatur lokal pada manusia, yaitu faktor pertumbuhan, merupakan senyawa yang akan merangsang sel target di dekatnya untuk tumbuh dan bertambah banyak. Sejumlah besar sel dapat menerima dan merespons molekul faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh satu sel di dekatnya secara bersamaan. Tipe pensinyalan jarak dekat pada manusia ini disebut pensinyalan parakrin. Tipe lain dari pensinyalan jarak dekat yang lebih terspesialisasi terjadi pada sistem saraf. Di sini sel saraf menghasilkan senyawa kimiawi, neurotransmitter yang berdifusi ke sel target tunggal yang hampir menyentuh sel pertama. Sinyal listrik yang dihantarkan di sepanjang saraf memicu sekresi molekul neurotransmitter ke dalam sinapsis, ruang sempit di antara sel saraf dan sel targetnya (sering berupa sel saraf lainnya). Karena sel-sel saraf spesifik begitu berdekatan pada sinapsis, sinyal saraf dapat merambat dari otak Anda ke ibu jari Anda, misalnya, tanpa menyebabkan respon yang tidak diperlukan dalam bagian tubuh lainnya. Untuk pensinyalan ke tempat yang lebih jauh menggunakan bahan kimiawi yang disebut hormon. Pada pensinyalan hormonal, yang juga dikenal sebagai pensinyalan endokrin, sel terspesialisasi melepas molekul hormon ke dalam pembuluh pada sistem peredaran, kemudian melalui sistem ini hormon tersebut mengalir dalam pembuluh tetapi lebih sering mencapai targetnya dengan cara bergerak melalui sel atau dengan berdifusi melalui udara sebagai gas. Hormon mempunyai ukuran molekuler dan tipe yang sangat berbeda-beda sepeerti juga pada pengatur local. Misalnya, hormon insulin yang mengatur kadar gula dalam darah merupakan protein dengan ribuan atom.

Sel juga dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Sel memiliki junction (sambungan) sel yang akan memeberikan kontinuitas sitoplasmik di antara sel-sel yang berdekatan. Dalam kasus ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel yang berdekatan. Di samping itu, sel mungkin berkomunikasi melalui kontak langsung di antara molekul-molekul pada

permukaannya. Jenis pensinyalan ini penting dalam perkembangan embrio dan dalam pengoperasian sistem imun.

Tahap Pensinyalan Sel Bagaimana messenger kimiawi bertindak melalui jalur transduksi-sinyal bermula dari penelitian yang dipelopori oleh Earl W. Sutherland, yang membuatnya meriah Hadiah Nobel pada tahun 1971. Sutherland dan sejawatnya di Vanderbilt University menyelidiki bagaimana hormon epinefrin merangsang pemecahan (depolimerisasi) polisakarida glikogen yang disimpan di dalam sel hati dan sel otot rangka. Tahap pensyinyalan sel menurut Sutherland dibagi atas 3, yaitu 1. Penerimaan (reception) sinyal merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. Sinyal kimiawi terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada permukaan sel yang bersangkutan. 2. Pengikatan molekul sinyal megubah protein reseptor, dengan demikian mengawali (menginisiasi) proses transduksi. Tahap transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respons seluler spesifik. Pada system Sutherland, pengikatan epinefrin ke bagian luar protein reseptor dalam membran plasma sel hati berlangsng melalui serangkaian langkah untuk mengaktifkan glikogen fosforilase. Transduksi ini kadang-kadang terjadi dalam satu langkah, tetapi lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam sederetan molekul yang berbeda jalur transduksi sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering disebut molekul relai.

3. Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respons seluler spesifik. Respons ini dapat berupa hampir seluruh aktifitas seluler seperti katalisis oleh suatu enzim (seperti glikogen fosforilase), penyusunan-ulang sitoskeleton, atau pengaktifan gen spesifik di dalam nucleus. Proses pensinyalan-sel membantu memastikan bahwa aktivitas penting seperti ini terjadi pada sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan pada koordinasi yang sesuai dengan sel lain dalam organisme bersangkutan. Kita sekarang akan mengeksplorasi mekanisme persinyalan sel secara lebih rinci.

Molekul sinyal terikat pada protein reseptor yang menyebabkan protein berubah bentuk. Pengikatan antara molekul sinyal (ligan)dan reseptor bersifat sangat spesifik. Perubahan konformasi pada reseptor seringkali merupakan transduksi awal sinyal. Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein membran-plasma. Reseptor terkait protein-G merupakan reseptor membran yang bekerja dengan bantuan protein G sitoplasmik. Pengikatan ligan mengaktifkan sisi sitoplasmik reseptor, yang kemudian mengaktifkan protein G spesifik dengan cara menyebabkannya menukarkan pengikatan GDP dengan GTP. Hingga protein G menginaktifkan dirinya sendiri dengan menghidrolisis GTP-nya menjadi GDP, protein itu masih dapat mengaktifkan

protein lain dalam jalur transduksi-sinyal. Epinefrin menggunakan reseptor semacam ini.

Reseptor membran yang disebut reseptor tirosin-kinase bereaksi atas pengikatan molekul sinyal dengan membentuk dimer dan kemudian menggunakan suatu enzim intrinsic untuk menambahkan gugus fosfat ke tirosin pada sisi sitoplasmik reseptor

tersebut. Beragam protein relai di bagian dalam sel tersebut kemudian dapat diaktifkan dengan mengikat tirosin terfosforilasi yang berbeda, yang membuat reseptor dapat memicu beberapa jalur yang berbeda sekaligus. Faktor pertumbuhan merupakan tipe molekul sinyal yang umumnya menggunakan reseptor tirosin-kinase.

Molekul sinyal spesifik menyebabkan saluran ion bergerbang-ligan dalam suatu membran membuka atau menutup, yang mengatur alirann ion spesifik melintasi membran. Saluran ini penting pada sinapsis sel saraf. Reseptor intraseluler berupa protein sitoplasmik atau protein nucleus. Molekul sinyal yang siap menembus membran plasma, seperti hormon lipid dan gas oksida nitrat, menggunakan reseptor jenis ini.

Source : Campbell, Neil A. 2002. Biology, Fifth Edition. Jakarta : Erlangga, hal 205-209

Anda mungkin juga menyukai