PENDAHULUAN
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kripta di dalamnya. Tonsil terdiri dari 3 macam yaitu tonsil
Infeksi pada tonsil merupakan masalah yang cukup sering dijumpai. Ada
berbagai macam tonsillitis, namun yang akan dibahas lebih lanjut pada referat ini
adalah mengenai tonsilitis akut. Tonsilitis akut adalah radang akut yang
dan nyeri di telinga sebagai nyeri alih melalui nervus glossofaringeus. Pada anak-
anak terkadang disertai drooling (air liur menetes keluar) karena terdapat sakit
menelan dan susah makan. Lebih berat lagi ,dapat timbul obstruksi jalan nafas.
1
Gejala biasanya membaik dalam 3-4 hari,namun dapat menetap hingga 2 minggu.
Komplikasi yang dapat terjadi pada tonsilitis akut adalah otitis media akut,
fisiologi tonsil, definisi tonsilitis akut, etiologi tonsilitis akut, patogenesis tonsilitis
tonsilitis akut.
2
I. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
jaringan penyokong dan memiliki sistem kripte kompleks, hal ini mungkin
jaringan limfoid lainnya. Kripte pada tonsil ini berkisar antara 10-30 kripte
memanjang dari dalam tonsil sampai ke kapsul permukaan luar. Epitel kripte
3
tonsil merupakan lapisan membran tipis bersifat semipermiabel, sehingga epitel
ini berfungsi sebagai akses antigen baik dari pernafasan maupun pencernaan
ikut tertarik sehingga semakin panjang. Inflamasi dan epitel kripte yang semakin
longgar akibat peradangan kronis dan obstruksi kripte mengakibatkan debris dan
sel epitel, leukosit, bakteri dan tumbuhnya bakteri patogen. Permukaan kripte
ditutupi oleh epitel yang sama dengan epitel permukaan medial tonsil.
Tonsil mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,
tonsil dan palatum mole, seperti disajikan pada Gambar I.2. Arteri palatina
posterior menuju tonsil. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina
desenden (arteri palatina posterior), mensuplai tonsil dan palatum mole dari
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal, naik ke dasar lidah dan
memberi cabang ke tonsil dan pilar palatina atau fausium. Arteri faringeal asenden
juga memberikan cabangnya ke tonsil berjalan keatas melalui bagian luar
4
muskulus konstriktor faring superior. Sumber perdarahan daerah kutub bawah
tonsil: bagian anterior yaitu arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan
yaitu arteri palatina asenden, dan arteri tonsilaris. Sumber perdarahan daerah
kutub atas tonsil, yaitu: arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.
Arteri meningeal minor memberikan lebih banyak cabang untuk tonsil, walaupun
perannya tidak begitu penting. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang
I.3. Beberapa trunkus dari sisi ini menembus fasia bukofaringealis dan memasuki
getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah
5
saat infeksi. Aliran ini selanjutnya ke kelenjar toraks dan berakhir menuju duktus
mempunyai pembuluh getah bening eferen. Persarafan atau inervasi tonsil bagian
atas mendapat sensasi dari beberapa cabang nervus palatina serabut saraf kelima
pembuluh darah, saraf dan saluran limfetik eferen. Jaringan germinativum terletak
di bagian tengah jaringan tonsil, sebagai sel induk kelompok leukosit pembentuk
sel-sel limfoid muda. Jaringan interfolikuler terdiri dari jaringan limfoid dalam
6
fungsi utama, yaitu: menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif
antara 50-65% dan limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit. Tonsil berfungsi
langsung.6,8 .Transpor antigen pada dasar dan dinding kripte tonsil terdapat sel-sel
khusus micropore (M) dengan bentukan tubulovesikular. Bila tonsil dibelah dan
germinativum tempat sel T dan sel B. Antigen dari luar, kontak dengan permukaan
tonsil akan diikat dan dibawa sel mukosa (sel M), antigen presenting cells (APCs),
sel makrofag dan sel dendrit pada tonsil ke sel T helper (Th) di sentrum
pembentukan IgG dan IgA. Sebagian sel B menjadi sel memori. IgG dan IgA
secara pasif akan berdifusi ke lumen. Bila konsentrasi antigen tinggi akan
seluler. Regulasi respon imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol
7
J melewati sel epitel menuju permukaan mukosa, selama proses ini IgA dilapisi
imun. IgG dominan dihasilkan oleh tonsil palatina dengan 30-35% IgA, 1-3% IgD
dan dapat juga ditemukan IgE. IgA dan IgG disekresi langsung melalui celah
antara sel-sel epitel dan meningkat bila terjadi peradangan. Umur maksimal
aktifitas tonsil 4-10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi pada saat pubertas.
Pada tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripte retikuler terjadi
dan menurunkan aktifitas lokal sistem sel B serta menurunkan produksi antibodi.
imunologi tonsil. Termasuk sitokin tipe Th1 (sitokin pro inflamasi), yaitu:
sitokin tipe Th2 (sitokin anti inflamasi), yaitu: IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-13.
II.Definisi Tonsilitis Akut
cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat
di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
8
β hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga
Etiologi penyebab tonsillitis akut adalah infeksi bakteri dan virus. Bakteri
IV.Patogenesis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat
di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil lingual.
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil
yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus
disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka
9
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai
a. Tonsillitis akut pada tonsil palatine, b. Tonsillitis akut yang bisa menyebabkan
distress pernapasan. 10
10
VI.Diagnosis
a) Pemeriksaan fisik tonsil
Teknik pemeriksaan adalah pasien diminta untuk membuka mulutnya
dan kemudian daerah faring dan tonsil dapat dievaluasi (Gambar VI.1).11
(0) Amandel sepenuhnya dalam fossa tonsil, atau tonsil tidak ada
(posttonsilektomi.
orofaring.
orofaring.
11
orofaring.
b) Pemeriksaan penunjang.10
1. Inflammatory parameter: pemeriksaan darah menunjukkan
1.Tonsilitis difteri 3
a. Gejala umum
dapat memberat hingga malaise ,sakit kepala berat dan mual. Jika
12
banyak toksin masuk dalam aliran darah maka pasien
b. Gejala lokal
(albuminuria). 3
VIII.Faktor Predisposisi
13
3. Mengkonsumsi minuman dingin atau makanan dingin dapat secara
vasokonstriksi.
4. Adanya benda asing yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi infeksi.9
a. Menjaga hidrasi dan asupan kalori yang kuat (makan lunak, minum
hangat).3
3-4x sehari. 3
tonsillitis.3
-Golongan penicillin
14
abses peritonsil, abses parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut,
singkat.4
15
RINGKASAN
oleh infeksi virus atau bakteri. Tonsilitis akut paling sering disebabkan
tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) dan juga nyeri
OSAS.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Soepardi Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok-Kepala-Dan –
Leher. Edisi Ke 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2012: 199
2. Arif, Mansjoer, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke 3. Jakarta:
Medica Aesculpalus. Hal. 118
3. Cindya Klarisa ,Et Al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Ii. Edisi Iv.
Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius Fkui.
4. Brodsky L, Poje C, 2006. Tonsilitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In:
Bailey JB, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology,
Lippincott Williams and Wilkins, Philadelpia, p.1183-98.
5. Lowry, LD, Onart, S 2003. Anatomy and physiology of the oral cavity and
pharynx. Ballenger`s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th
edn. Hamilton, Ontario. pp. 1009-1019
6. Wiatrak, B.J., Woolley, A.L.Pharyngitis and Adenotonsillar Disease dalam
Cummings Otolaryngology – Head & Neck Surgery.4thEdition.Elsever
Mosby Inc.; 2007.
7. Mogoanta CA, Ionita E, Prici D, et al (2008). Chronic Tonsillitis: Histological
and Immunohistochemical Aspect. Rom J Morphol Embryol; 49(3):381-
386
8. Jayakumar, T., Hsieh, C.-Y., Lee, J.-J., & Sheu, J.-R. (2013). Experimental
and Clinic Pharmacology of Andrographis paniculata and Its Major
Bioactive Phytoconstituent Andrographolide. (Y.-S. Chen, Ed.) Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine , 2013, 1-16.
9. Bhargava Kb, Bhargava Sk, Shah Tm. 2005. A Short Textbook Of Ent For
Students And Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-
244, 249-250, 252.
10. Probst R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. Thieme :
Stuttgart. P. 113-115.
11. Chan J, Edman Jc, Koltai Pj. Obstructive Sleep Apnea In Children. [Cited On
1 March 2004]. Available From :
Http://Www.Aafp.Org/Afp/2004/0301/P1147.Html. [Accessed On 31
March 2018].
17