Anda di halaman 1dari 17

Tonsilitis Akut

Oleh: Ni Made Youthma Dwistayani, Mega Fitrian Dewi, Erita Ruchania

PENDAHULUAN

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dengan kripta di dalamnya. Tonsil terdiri dari 3 macam yaitu tonsil

lingualis,tonsil faringeal(adenoid), tonsil palatina.1

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh

dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut,hidung, dan

kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsillitis.1

Infeksi pada tonsil merupakan masalah yang cukup sering dijumpai. Ada

berbagai macam tonsillitis, namun yang akan dibahas lebih lanjut pada referat ini

adalah mengenai tonsilitis akut. Tonsilitis akut adalah radang akut yang

disebabkan oleh kuman streptococcus β hemolyticus, streptococcus viridans dan

streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus.2

Tonsilitis akut lebih sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.masa

inkubasi selama 2-4 hari.gejala yang mungkin muncul berupa nyeri

tenggorok,nyeri menelan,demam tinggi,lesu,nyeri sendi,penurunan nafsu makan

dan nyeri di telinga sebagai nyeri alih melalui nervus glossofaringeus. Pada anak-

anak terkadang disertai drooling (air liur menetes keluar) karena terdapat sakit

menelan dan susah makan. Lebih berat lagi ,dapat timbul obstruksi jalan nafas.

1
Gejala biasanya membaik dalam 3-4 hari,namun dapat menetap hingga 2 minggu.

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat

penderita lebih nyaman.4

Komplikasi yang dapat terjadi pada tonsilitis akut adalah otitis media akut,

sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut,

miokarditis, arthritis, septisimia akibat infeksi vena jugularis interna, mendengkur

karena hypertropi tonsil, Obstructive sleep apnea syndrome.3

Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui definisi anatomi dan

fisiologi tonsil, definisi tonsilitis akut, etiologi tonsilitis akut, patogenesis tonsilitis

akut, manifestasi tonsilitis akut, diagnosis tonsilitis akut, diagnosis banding

tonsilitis akut, tatalaksana tonsilitis akut, komplikasi tonsilitis akut, prognosis

tonsilitis akut.

2
I. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.1

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.

Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di

faring yang terdiri dari (Gambar I.1):

a. Tonsil faringeal (adenoid)

b. Tonsil palatina (tonsil faucial)


c. Tonsil lingual (tosil pangkal lidah)
d. Tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlach’s tonsil)

Gambar I.1. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin waldeyer


Tonsil palatina mempunyai struktur dasar massa limfoid ditunjang oleh

jaringan penyokong dan memiliki sistem kripte kompleks, hal ini mungkin

menjelaskan tonsil palatina lebih sering terkena penyakit dibanding kompleks

jaringan limfoid lainnya. Kripte pada tonsil ini berkisar antara 10-30 kripte

memanjang dari dalam tonsil sampai ke kapsul permukaan luar. Epitel kripte

3
tonsil merupakan lapisan membran tipis bersifat semipermiabel, sehingga epitel

ini berfungsi sebagai akses antigen baik dari pernafasan maupun pencernaan

untuk masuk ke dalam tonsil. Pembengkakan tonsil akan mengakibatkan kripte

ikut tertarik sehingga semakin panjang. Inflamasi dan epitel kripte yang semakin

longgar akibat peradangan kronis dan obstruksi kripte mengakibatkan debris dan

antigen tertahan di dalam kripte tonsil.4


Kripte merupakan sumber infeksi lokal maupun umum karena kripte yang

berlekuk-lekuk menjadikannya mudah tersumbat oleh makanan, lepasnya mukus

sel epitel, leukosit, bakteri dan tumbuhnya bakteri patogen. Permukaan kripte

ditutupi oleh epitel yang sama dengan epitel permukaan medial tonsil.
Tonsil mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,

melalui cabang-cabangnya, yaitu: arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan


cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden. Arteri tonsilaris merupakan
pembuluh utama ke tonsil, berjalan ke atas pada bagian luar muskulus konstriktor

superior, kemudian menyilang muskulus tersebut dan memberi cabang untuk

tonsil dan palatum mole, seperti disajikan pada Gambar I.2. Arteri palatina

asenden juga memberikan percabangan melalui muskulus konstriktor faring

posterior menuju tonsil. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina

desenden (arteri palatina posterior), mensuplai tonsil dan palatum mole dari

sebelah atas membentuk anastomosis dengan arteri palatina asenden. Arteri

lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal, naik ke dasar lidah dan

memberi cabang ke tonsil dan pilar palatina atau fausium. Arteri faringeal asenden
juga memberikan cabangnya ke tonsil berjalan keatas melalui bagian luar

4
muskulus konstriktor faring superior. Sumber perdarahan daerah kutub bawah

tonsil: bagian anterior yaitu arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan

mengirimkan cabangnya ke tonsil, plika anterior dan posterior, bagian posterior

yaitu arteri palatina asenden, dan arteri tonsilaris. Sumber perdarahan daerah

kutub atas tonsil, yaitu: arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.

Arteri meningeal minor memberikan lebih banyak cabang untuk tonsil, walaupun

perannya tidak begitu penting. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang

bergabung dengan pleksus dari faring.1,4,5,6,7,8

Gambar I.2 Suplai darah tonsil.5


Aliran getah bening dimulai dari meninggalkan trabekula fibrosis tonsil

melalui kapsul ke muskulus konstriktor superior faring, disajikan pada Gambar

I.3. Beberapa trunkus dari sisi ini menembus fasia bukofaringealis dan memasuki

rantai kelenjar profunda. Drainase limfetik tonsil mengalir menuju rangkaian

getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah

muskulus sternokleidomastoideus, dimana akan mengalami peradangan dan nyeri

5
saat infeksi. Aliran ini selanjutnya ke kelenjar toraks dan berakhir menuju duktus

torasikus inferior dan kemudian memasuki sirkulasi umum. Tonsil hanya

mempunyai pembuluh getah bening eferen. Persarafan atau inervasi tonsil bagian

atas mendapat sensasi dari beberapa cabang nervus palatina serabut saraf kelima

melalui ganglion sfenopalatina dan bagian bawah dari nervus glossofaringeus.6.8

Gambar I.3 Kapsul tonsil.6


Secara histologi gambaran mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen, yaitu

jaringan ikat, jaringan interfolikuler, dan jaringan germinativum. Jaringan ikat

trabekula atau retikulum berfungsi sebagai penyokong tonsil. Trabekula

merupakan perluasan kapsul tonsil ke parenkim tonsil yang mengandung

pembuluh darah, saraf dan saluran limfetik eferen. Jaringan germinativum terletak
di bagian tengah jaringan tonsil, sebagai sel induk kelompok leukosit pembentuk

sel-sel limfoid muda. Jaringan interfolikuler terdiri dari jaringan limfoid dalam

berbagai tingkat pertumbuhan.


b. Fisiologi dan Imunologi Tonsil
Tonsil termasuk bagian Mucosal Associated Lymphoid Tissues (MALT),
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disentisisasi dan

berperan dalam sistem kekebalan permukaan mukosa. Tonsil mempunyai dua

6
fungsi utama, yaitu: menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif

serta tempat produksi antibodi. Sebagian besar terletak di sekitar kapiler

intraepitel tonsil palatine. Limfosit terbanyak tonsil adalah limfosit B berkisar

antara 50-65% dan limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit. Tonsil berfungsi

mematangkan sel limfosit B menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh

tubuh. Tonsil selalu menerima berbagai macam paparan antigen secara

langsung.6,8 .Transpor antigen pada dasar dan dinding kripte tonsil terdapat sel-sel

khusus micropore (M) dengan bentukan tubulovesikular. Bila tonsil dibelah dan

dilihat dengan mikroskop akan ditemukan banyak bentukan sentrum

germinativum tempat sel T dan sel B. Antigen dari luar, kontak dengan permukaan

tonsil akan diikat dan dibawa sel mukosa (sel M), antigen presenting cells (APCs),

sel makrofag dan sel dendrit pada tonsil ke sel T helper (Th) di sentrum

germinativum. Kemudian sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan

merangasang sel B. Sel B membentuk imunoglobulin IgM pentamer diikuti oleh

pembentukan IgG dan IgA. Sebagian sel B menjadi sel memori. IgG dan IgA

secara pasif akan berdifusi ke lumen. Bila konsentrasi antigen tinggi akan

menimbulkan respon proliferasi sel B pada sentrum germinativum sehingga

tersensitisasi terhadap antigen, mengakibatkan terjadinya hiperplasia struktur

seluler. Regulasi respon imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol

proliferasi sel dan pembentukan immunoglobulin.8


Mayoritas limfosit dari MALT mengeluarkan IgA. IgA bergabung pada rantai

7
J melewati sel epitel menuju permukaan mukosa, selama proses ini IgA dilapisi

sekret untuk melindungi molekul dari pencernaan enzimatik. Sistem

retikuloendotelial mengangkut dan menyerap Gabungan IgA sebagai kompleks

imun. IgG dominan dihasilkan oleh tonsil palatina dengan 30-35% IgA, 1-3% IgD

dan dapat juga ditemukan IgE. IgA dan IgG disekresi langsung melalui celah

antara sel-sel epitel dan meningkat bila terjadi peradangan. Umur maksimal

aktifitas tonsil 4-10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi pada saat pubertas.

Pada tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripte retikuler terjadi

perubahan epitel skuamosa berlapis, mengakibatkan rusaknya aktifitas sel imun

dan menurunkan aktifitas lokal sistem sel B serta menurunkan produksi antibodi.

Kepadatan sel B pada sentrum germinativum juga berkurang.6


Sitokin pro inflamasi dan anti inflamasi berperan penting dalam sistem

imunologi tonsil. Termasuk sitokin tipe Th1 (sitokin pro inflamasi), yaitu:

interleukin (IL)-2, interferon-γ (IFN-γ), tumor necrosis factor α (TNF-α) dan

sitokin tipe Th2 (sitokin anti inflamasi), yaitu: IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-13.
II.Definisi Tonsilitis Akut

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat

di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil

faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band

dinding faring atau gerlach’s tonsil).1

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus

8
β hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga

disebabkan oleh virus.2

III.Etiologi tonsilitis akut

Etiologi penyebab tonsillitis akut adalah infeksi bakteri dan virus. Bakteri

penyebab tonsillitis adalah kuman grup a Streptococcus beta hemolyticus yang

dikenal dengan strept throat, pneumokokus, streptococcus viridans, dan

streptococcus pyogenes. Sedangkan infeksi virus adalah virus Epstein barr,

haemofilus influenza, virus coxschakie.1

IV.Patogenesis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat

di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil lingual.

Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak.1


Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid

superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi

leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil

yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan

leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus

disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka

terjadi tonsillitis lakonaris.9

9
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan

mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh

detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai

dengan pembesaran kelenjar limfe submandibular.10


V.Manifestasi klinis
Gejala tonsillitis akut adalah:1
 Sakit tenggorokan dan disfagia. Anak kecil mungkin tidak mengeluh

sakit tenggorokan tapi akan menolak untuk makan.


 Otalgia – sebagai akibat dari nyeli alih melalui n.ix.
 Demam, hal ini bisa menyebabkan kejang demam pada bayi.
 Malaise, nyeri sendi, dan tanda-tanda dehidrasi.
 Tonsil membesar dan hiperemis serta dapat menunjukkan pus dari

kriptus di tonsilitis folikularis (detritus) (Gambar V.1, Gambar V.2).


 Durasi perlangsungan tonsilitis akut biasanya 4 sampai 6 hari.

Gambar V.1, V.2

a. Tonsillitis akut pada tonsil palatine, b. Tonsillitis akut yang bisa menyebabkan
distress pernapasan. 10

10
VI.Diagnosis
a) Pemeriksaan fisik tonsil
Teknik pemeriksaan adalah pasien diminta untuk membuka mulutnya

dan kemudian pemeriksa menggunakan spatel menekan lidah ke bawah

dan kemudian daerah faring dan tonsil dapat dievaluasi (Gambar VI.1).11

Gambar VI.1: Grading pembesaran tonsil11

a. Interpretasi pembesaran tonsil: 11

(0) Amandel sepenuhnya dalam fossa tonsil, atau tonsil tidak ada

(posttonsilektomi.

(1 +) amandel menempati kurang dari 25 persen, dari dimensi lateral

orofaring yang diukur antara pilar-pilar anterior tonsil.

(2 +) amandel menempati kurang dari 50 persen dari dimensi lateral

orofaring.

(3 +) amandel menempati kurang dari 75 persen dari dimensi lateral

orofaring.

(4 +) amandel menempati 75 persen atau lebih dari dimensi lateral

11
orofaring.

b) Pemeriksaan penunjang.10
1. Inflammatory parameter: pemeriksaan darah menunjukkan

leukositosis, dan erhytrocyte sedimentation rate (esr) dan c-reactive

protein (crp) meningkat.


2. Pemeriksaan bakteri: sebuah kultur bakteri jarang diambil dari apus

tenggorok karena biasanya membutuhkan 2-3 hari untuk

mendapatkan hasil yang definitif, dimana waktu pengobatan sudah

harus dimulai. Itu sebaiknya dilakukan sebuah rapid immunoassay,

yang dapat mengidentifikasi organisme penyebab seperti

streptococcus grup a hanya dalam waktu 10 menit.5

VII. Diagnosa banding tonsilitis akut

1.Tonsilitis difteri 3

Disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae ,kuman batang

gram positif, yang ditransmisikan melalui droplet udara.3

a. Gejala umum

Demam subfebris, sakit kepala penurunan nafsu makan,tubuh

melemah, nadi lambat dan nyeri menelan. Dalam 24jam gejala

dapat memberat hingga malaise ,sakit kepala berat dan mual. Jika

12
banyak toksin masuk dalam aliran darah maka pasien

mengeluhkan pucat,nadi cepat,koma hingga kematian.3

b. Gejala lokal

Tonsil membengkak tertutup bercak putih keabuan kotor yang

makin meluas membentuk membran semu (pseudomembran)

yang dapat meluas hingga palatum mole,uvula,

nasofaring,laring,trakea dan bronkus yang sampai dapat

menyumbat saluran pernafasan.awalnya pseudomembran yang

terbentuk berwarna putih keabuan.seiring waktu,pseudomembran

yang terbentuk berwarna abu-abu dan melekat erat,sehingga

apabila diangkat akan mudah berdarah.dalam perjalanan penyakit

ini akan teraba kelenjar getah bening leher yang membesar

sehingga menyerupai leher sapi(bullneck).3

c. Gejala toksik primer

Endotoksin yang dihasilkan kuman hingga merusak jaringan

tubuh seperti jantung (miokarditis hingga decomp cordis),saraf

kranial (kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan),ginjal

(albuminuria). 3

VIII.Faktor Predisposisi

1. Postnasal discharge karena sinusitis.

2. Residual jaringan tonsil karena tonsilektomi.

13
3. Mengkonsumsi minuman dingin atau makanan dingin dapat secara

langsung menyebabkan infeksi atau menurunkan daya tahan dengan

vasokonstriksi.
4. Adanya benda asing yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi infeksi.9

IX.Tatalaksana tonsilitis akut:

a. Menjaga hidrasi dan asupan kalori yang kuat (makan lunak, minum

hangat).3

b. Kontrol nyeri dan demam,baik dengan kompres maupun obat-obatan.

Contoh : paracetamol 3-4 x 500mg dalam sehari,anak : 10mg/kg/dosis ,

3-4x sehari. 3

c. Obat kumur untuk menjaga higienitas mulut ( contoh : gargarisma kan).3

d. Antibiotik spektrum luas .adapun beberapa pilihan antibiotik pada

tonsillitis.3

-Golongan penicillin

o Penisilin v 500mg peroral selama 10 hari.


o Amoksisilin 3 x 250-500mg peroral selama 10 hari.
-Jika alergi, diganti golongan macrolide
o Azitromycin ( 1 x 500mg ,peroral,selama 5hari).
o Clarithromycin (2 x 250mg,peroral,selama 10 hari).
o Erythromycin (4x500mg, peroral,selama 10 hari).
o Clindamycin (30 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 10 hari).
o Levofloxacin(1x500mg,peroral,selama 7 hari).

X.Komplikasi tonsilitis akut :

Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis,

14
abses peritonsil, abses parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut,

miokarditis, arthritis, septisimia akibat infeksi vena jugularis interna.

Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui

mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya slep

apnea yang dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).1

XI.Prognosis tonsilitis akut

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat

penderita lebih nyaman. Apabila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi,

antibiotik harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang

lengkap walaupun penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu

singkat.4

15
RINGKASAN

Tonsillitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan

oleh infeksi virus atau bakteri. Tonsilitis akut paling sering disebabkan

oleh streptokokus beta hemolitikus grup A. Gejalanya berupa nyeri

tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) dan juga nyeri

alih yang seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga

memiliki persyarafan yang sama).


Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tanda-tanda infeksi, abses

dan sumbatan jalan nafas. Penatalaksanaan tonsilitis jika penyebabnya

bakteri diberi antibiotik dan bisa juga tonsilektomi.


Komplikasinya adalah abses peritonsilitis, otitis media akut, dan

OSAS.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Soepardi Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok-Kepala-Dan –
Leher. Edisi Ke 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2012: 199
2. Arif, Mansjoer, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke 3. Jakarta:
Medica Aesculpalus. Hal. 118
3. Cindya Klarisa ,Et Al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Ii. Edisi Iv.
Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius Fkui.
4. Brodsky L, Poje C, 2006. Tonsilitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In:
Bailey JB, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology,
Lippincott Williams and Wilkins, Philadelpia, p.1183-98.
5. Lowry, LD, Onart, S 2003. Anatomy and physiology of the oral cavity and
pharynx. Ballenger`s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th
edn. Hamilton, Ontario. pp. 1009-1019
6. Wiatrak, B.J., Woolley, A.L.Pharyngitis and Adenotonsillar Disease dalam
Cummings Otolaryngology – Head & Neck Surgery.4thEdition.Elsever
Mosby Inc.; 2007.
7. Mogoanta CA, Ionita E, Prici D, et al (2008). Chronic Tonsillitis: Histological
and Immunohistochemical Aspect. Rom J Morphol Embryol; 49(3):381-
386
8. Jayakumar, T., Hsieh, C.-Y., Lee, J.-J., & Sheu, J.-R. (2013). Experimental
and Clinic Pharmacology of Andrographis paniculata and Its Major
Bioactive Phytoconstituent Andrographolide. (Y.-S. Chen, Ed.) Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine , 2013, 1-16.
9. Bhargava Kb, Bhargava Sk, Shah Tm. 2005. A Short Textbook Of Ent For
Students And Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-
244, 249-250, 252.
10. Probst R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. Thieme :
Stuttgart. P. 113-115.
11. Chan J, Edman Jc, Koltai Pj. Obstructive Sleep Apnea In Children. [Cited On
1 March 2004]. Available From :
Http://Www.Aafp.Org/Afp/2004/0301/P1147.Html. [Accessed On 31
March 2018].

17

Anda mungkin juga menyukai