Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya. Diantara penyakit degenerative, diabetes adalah salah satu

diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya. Diabetes

merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia. Meningkatnya

prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan

kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti (Sudoyo,

2010).

Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam metabolisme

tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon

ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber

energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormone insulin maka dapat menyebabkan

hiperglikemi (IDF, 2015).

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi tertinggi.

Hal ini disebabkan karena berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor

keturunan. Faktor lingkungan disebabkan karena adanya urbanisasi sehingga mengubah

gaya hidup seseorang yang mulanya konsumsi makanan yang sehat dan bergizi dari alam

menjadi konsumsi makanan yang cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan

obesitas sehingga seseorang berisiko DM tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4

kali lebih besar mengalami DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal (WHO,

2017). Penyakit DM tipe 2 dapat juga menimbulkan infeksi. Hal ini terjadi karena

1
hiperglikemia di mana kadar gula darah tinggi. Kemampuan sel untuk fagosit menurun.

Infeksi yang biasa terjadi pada penderita DM tipe 2 adalah infeksi paru (Wijaya, 2015).

Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah

kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa memiliki

diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada tindakan

pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada

tahun 2040 meningkat menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita

DM, berjenis kelamin perempuan, yang berusia 60 tahun, dimana penderita

merupakan salah satu dari penderita DM yang berada di wilayah Puskesmas

Krembung, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai

permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di

masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Krembung, Kecamatan Krembung,

Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang Diabetes mellitus terutama masalah gejala awal dan pengobatan

penyakit Diabetes mellitus. Berdasarkan anamnesa pasien telah menderita diabetes

mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien telah menjalani pengobatan rutin kontrol

ke dokter swasta obat tetapi hasil pemeriksaan gula darah masih selalu melebihi

normal.

Mengingat kasus DM sering kita jumpai dan merupakan urutan keempat dari

sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Krembung, dan mengalami

peningkatan dari tahun 2017 ke 2018 maka dipilihlah kasus ini sebagai kasus

kunjungan.

2
Diharapkan dari kunjungan ini, dapat diketahui lingkungan, perilaku pasien

beserta keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan upaya penyembuhannya.

Dari kunjungan ini juga diharapkan dapat direncanakan dan pemberian motivasi

pada pasien dan keluarga terhadap upaya kesembuhan penyakitnya. Oleh karena

itu penting kiranya bagi penulis memperhatikan dan mencermatinya yang

kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

Gambar 1.1 : Empat Faktor Utama yang Mempengaruhi Derajat

Kesehatan Masyarakat (H.L. Blum, 1987)

3
Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih

digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai dasar

suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum ada

empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang

merupakan faktor determinan sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor

lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan Konsep hidup

sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih digunakan secara luas

dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai dasar suatu intervensi yang

akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum ada empat faktor utama yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang merupakan faktor determinan

sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.Keempat faktor tersebut terdiri

dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi,

politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan

faktor genetik (keturunan).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S sebagai penderita, keluarga,

dan masyarakat sekitar dengan memperhatikan beberapa factor lingkungan,

ekonomi, dan social budaya keluarga

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh terhadap Ny. S sebagai penderita, keluarga

4
dan masyarakat sekitar dengan memperhatikan beberapa factor lingkungan,

ekonomi,dan social budaya.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pasien (patient disease centered)

2. Mengidentifikasi faktor keluarga fungsi dan faktor lingkungannya

3. Menganalisis dan membahas faktor resiko yang dihadapi pasien

(diilustrasikan dengan diagram Blum)

C. Manfaat

1. Bagi Dokter Muda

Meningkatkan pengalaman dan pemahaman dokter muda tentang penyakit

serta kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada terhadap penyakit

di masyarakat.

Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar dokter muda dengan

pasien.

2. Bagi Pasien dan Keluarganya

Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya

mengenai penyakit yang dideritanya dan penanganannya agar tidak

menyebabkan komplikasi yang berat apabila penyakitnya merupakan penyakit

tidak menular, apabila penyakit menular agar tidak menular minimal kepada

anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

3. Bagi Institusi Kesehatan

Manfaat home visite ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber

evaluasi dalam memberikan pelayanan dan tatalaksana terhadap penyakit

diabetes mellitus sehingga bisa dicarikan solusinya yang tepat dan efisien.
5
BAB II

HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Prempuan

Pekerjaan :-

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Rejeni 017/009 Krembung, Kab. Sidoarjo

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 25 Mei 2019

B. Anamnesis

a. Keluhan Utama : Badan lemas

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Badan lemas sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh sering gringgingen

pada kedua kaki dan tangannya. Pasien juga merasa sering haus sehingga banyak minum.

Pasien mengeluh saat tidur malam hari sering terbangun karena buang air kecil kurang

lebih 7 kali. Selain itu pasien juga mengeluh akhir-akhir ini sering merasa lapar dan

sering mengantuk.

Pasien mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis sejak 1 tahun yang

lalu.Pasien rutin kontrol 1 bulan sekali untuk kontrol tiap obat habis dan rutin cek lab di

Praktek dokter swasta.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada riwayat hipertesi

6
- Riwayat kolestrol : ada riwayat kolesterol tinggi

- Riwayat Sakit Jantung : tidak ada riwayat sakit jantung

- Riwayat asam urat : ada riwayat asam urat tinggi

- Riwayat Diabetes mellitus : ada, diketahui sejak kurang lebih 1 tahun yang

lalu

- Riwayat alergi obat : tidak ada riwayat alergi obat

d. Riwayat Penyakit Keluarga :

Disangkal

e. Riwayat Pengobatan :

- Pasien kontrol rutin ke Praktek dokter swasta

f. Riwayat Kebiasaan :

- Pasien memiliki ebiasaan senang makan banyak nasi , gorengan,minuman

manis dan jarang berolahraga.

g. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien memiliki 2 anak yaitu laki-laki dan perempuan yang sudah

menikah.Anak yang perempuan sudah memiliki seorang anak perempuan yang

masih berusia 6 tahun. Pasien tinggal di rumah bersama istri, anak yang laki

dan menantunya. Pasien dan suaminya sudah tidak bekerja sehingga anak dan

menantunya memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan di rumah.

h. Riwayat Gizi :

Pasien dalam sehari makan 3 kali, dengan nasi dan lauk pauk seperti sayur,

tempe, tahu, ayam dan ikan. Semenjak sakit pasien mengurangi konsumsi Nasi

dan minuman yang manis.

C. Anamnesis Sistem

a. Kulit : warna kulit sawo matang

7
b. Kepala : sakit kepala tidak ada, pusing tidak ada, rambut kepala

tidak rontok, luka pada kepala tidak ada, benjolan/borok

di kepala tidak ada

c. Mata : pandangan mata tidak berkunang-kunang, penglihatan

tidak kabur dan ketajaman baik

d. Hidung : tersumbat simetris tidak ada mimisan dan tidak di ada

kelainan pada indera penciuman

e. Telinga : pendengaran normal tidak ada gangguan pada sistem

pendengaran

f. Mulut : mulut kering, lidah terasa pahit, nafsu makan baik

g. Tenggorokan : nyeri telan tidak ada dan tidak ada pembesaran tonsil

h. Pernafasan :

Irama : teratur

Jenis : tidak ada dispneu, kusmaul, cheyne stokes

Suara nafas : vesikuler tidak ada stridor, wheezing dan ronchi

Sesak nafas : tidak ditemukan

i. Kadiovaskuler :

Irama jantung : regular S1/S2 tunggal

Nyeri dada : tidak ada

Bunyi jantung : normal, tidak ada suara murmur, gallop

Alat Pacu Jantung : pasien tidak menggunakan alat bantu jantung

Akral : hangat

j. Gastrointestinal :

Nafsu makan : baik

Porsi makan : porsi yang di sediakan dihabiskan

8
Minum : jumlah : 1500 cc/hari

Jenis minuman : Air putih

Mulut :

Mulut : bersih tidak kotor dan tidak berbau

Mukosa : lembab tidak kering dan tidak ada stomatitis

k. Genitourinaria :

Kebersihan : bersih tidak kotor

Urine :

Jumlah : 1000 (3-4 kali) cc/hari

Warna : kuning pekat

Bau : khas Urine

Alat bantu (kateter) : tidak memakai alat bantu perkemihan

Kandung kemih : tidak ada pembesaran pada kandung kemih

Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada perkemihan

Gangguan : tidak ada anuria, oliguria, retensi, inkontinensia dan

nocturia

l. Neuropsikiatri :

Neurologik : tidak ada kejang

m. Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress

n. Muskuloskeletal dan integument

Kemampuan pergerakan sendi : bebas tidak terbatas

Kekuatan otot : 5 5

5 5

Kulit : lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis

9
Warna kulit : Normal tidak ada icterus, sianosis, kemerahan, pucat

dan tidak ada hiperpigmentasi

Turgor : baik

Oedema : tidak ada oedema

o. Ekstremitas :

Atas : tidak ada kelainan dan pembengkakan

Bawah : baik

D. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Tampak cukup baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).

b. Tanda Vital

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit, regular, kuat angkat

Pernafasan : 20 x/menit (normal 18 – 20/mnt)

Suhu : 36,50C (36 – 36.50C)

c. Status gizi :

BB : 45 kg

TB : 150 cm

BB/(TB)2 = 45/(1.5)2 = 20 kg/m2 (Normal)

BMI < 18,5 = Kurang

BMI 18,5 – 23,9 = Normal

BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)

BMI ≥27 = Obesitas

d. Kulit

10
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, kelainan mimik wajah/bells palsy (-).

e. Mata

Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),

reflek kornea (+/+).

f. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), deformitas hidung (-).

g. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-),lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-).

h. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-), cuping

telinga dalam batas normal.

i. Tenggorokan

Tonsil tidak membesar, faring hiperemis (-)

j. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kel. tiroid (-),

pembesaran kel. limfe (-).

k. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

Cor : I: Ictus cordis tak tampak

P: Ictus cordis teraba di ICS V MCL S

P: Batas kiri : ICS V MCL S Batas kanan :

PSL D

11
A: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

Pulmo :

I : bentuk simetris, gerakan dada simetris, penyempitan ICS(-),

penonjolan (-), otot nafas bantuan (-)

P : gerak dada simetris, fremitus raba simetris

P : sonor/sonor

A : suara nafas vesikuler (+/+)

l. Abdomen :

I : flat, umbilikus tidak menonjol

A : bising usus (+) normal

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani (+), shifting dullnes (-), flank test (-/-)

m. Ektremitas: palmar eritema Normal

akral dingin oedem

n. Sistem Genitalia : tidak dilakukan

o. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik

p. Pemeriksaan Psikis

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

12
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk : realistik

isi : tidak ada waham, halusinasi, ilusi

arus : koheren

Insight : baik

D. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Gula darah Sewaktu : 194mg/dl (02-5-2019)

- Pemeriksaan Gula darah 2 jam PP : tidak dilakukan

- Pemeriksaan Gula darah puasa : tidak dilakukan

- Pemeriksaan Asam Urat : 5,6 mg/dl (02-5-2019)

- Pemeriksaaan Cholestrol : 186 mg/dl (02-5-2019)

E. Resume

Pasien Ny.S umur 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badan lemes sejak 3

hari yang lalu. Pasien juga mengeluh sering gringgingan pada kedua kaki dan tangannya.Pasien

juga merasa sering haus sehingga banyak minum. Pasien mengeluh saat tidur malam hari sering

terbangun karena buang air kecil kurang lebih 7 kali. Selain itu pasien juga mengeluh akhir-

akhir ini sering merasa lapar dan sering mengantuk. Pasien mengatakan bahwa berat badannya

turun.

Riwayat diabetes sejak 1 th yang lalu. Riwayat kolesterol dan asam urat tinggi.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan

normal. Tanda vital TD: 130/70 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,7 0C. Pemeriksaan

Gula darah acak : 194 mg/dl (02-5-2019).

13
F. Penatalaksanaan

1. Non Medika Mentosa

a. jika terdapat keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas/RS agar segera

mendapatkan penanganan.

b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan minum obat.

c. Edukasi kepada pasien tentang terapi nutrisi/diet pada diabetes.

d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.

e. Edukasi tentang penyulit/komplikasi dianetes mellitus.

f. Peran serta kegiatan social tingkat RT, tetap jaga warung semampunya.

2. Medika Mentosa

Glimepiride 1 x 1 mg ac

G. Follow Up

Tanggal 29 Mei 2019

S : Pasien mengeluh badannya sedikit lemas.

O : Keadaan umum: Cukup, Compos Mentis

Tensi :130/80 mmHg, Nadi: 80x/m, RR: 20x/m. Suhu: 36,70C

A : Diabetes Mellitus Type II

P : Non Medikamentosa:

 Istirahat dan makan yang teratur dan cukup

 Kurangi makan nasi

 Kontrol bila terdapat keluhan yang memberat, segera periksa

kembali ke puskesmas agar segera mendapatkan penanganan

Medikamentosa

Glimepiride 1 x 1 mg

14
Tanggal 10 Juni 2019

S : Tidak ada keluhan.

O : Keadaan umum: Cukup, Compos Mentis

Tensi :130/80 mmHg, Nadi: 84x/m, RR: 20x/m. Suhu: 36,70C

A : Diabetes Mellitus Type II

P : Non Medikamentosa:

 Istirahat dan makan yang teratur dan cukup

 Kurangi makan nasi

 Kontrol bila terdapat keluhan yang memberat, segera periksa

kembali ke puskesmas agar segera mendapatkan penanganan

Medikamentosa

Glimepiride 1 x 1 mg

15
BAB III

PATIENT MANAGEMENT

A. Patient Centered Management

a. Terapi Non Farmakologis

1. Rencana promosi dan Pendidikan kesehatan kepada pasien dan

keluarga

a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola

makan, kurangi makanan dan minuman yang mengandung gula.

b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan minum obat

dan kontol rutin

c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga 30

menit/hari, minimal 3 hari/minggu .

d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga

mental pasien lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan masalah

ekonominya.

2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien mengenai

penyakit diabetes mellitus dan komplikasinya, terutama komplikasi

neuropati diabetic yang sedang dialami pasien agar terkontrol.

b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit

diabetes mellitus ini untuk Gula darah dan mencegah

komplikasinya diperlukan prilaku pola hidup sehat seperti rajin

berolah raga, tidur teratur dan cukup, kurangi minum kopi, kurangi

asupan garam, minum obat yang teratur dan tidak boleh terputus.

16
b. Terapi Farmakologis

Pendekatan terapeutik

Pemberian Glimepiride 1 x 1 mg sehari pada pagi hari sebelum makan (saat

puasa diminum sebelum sahur).

B. Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya

Pada prinsipnya secara pencegahan diabetes mellitus adalah mengenai pola

hidup sehat baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari

berbagai penyakit khususnya diabetes mellitus.

1. Secara umum untuk menghindari penyakit diabetes mellitus adalah dengan

membiasakan pola hidup keluarga sehat dengan menkonsumsi makanan

bergizi seimbang, menghindari makanan kaya karbohidrat dan minuman

manis secara berlebihan, serta beraktivitas fisik minimal 30 menit dalam

sehari.

2. Bagi keluarga dengan riwayat memiliki factor keturunan diabetes mellitus,

pemahaman tentang penyakit diabetes mellitus merupakan pengetahuan yang

wajib dimiliki sehingga edukasi tentang penyakit ini khususnya untuk

pencegahan dan monitoring perlu ditanamkan. Edukasi dan anjuran untuk

melakukan medical check-up ke pelayanan kesehatan secara teratur sehingga

bisa mendeteksi dini apabila tekanan darah tinggi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk menghindari risiko

terjadinya diabetes mellitus bagi anggota keluarga dan tentunya pasien sendiri.

17
BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga

1. Struktur keluarga

Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah Suami Ny. S.

B. BENTUK KELUARGA (GENOGRAM)

Alamat lengkap : Rejeni 017/009 Krembung, Kab. Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. S

Dibuat tanggal 25 Mei 2019

X X
X X

Gambar IV. 2 Diagram Genogram Keluarga Ny. S

Sumber : Data Primer, 25 Mei 2019

Keterangan Simbol:

: Pasien

: Meninggal

18
: Laki-laki

: Perempuan

C. Pola Interaksi Keluarga

Suami Istri

Anak

Keterangan : Hubungan Baik

Gambar IV.1 Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Tn. S dan Anggota

Keluarga yang Lain

Hubungan antara pasien dengan istri dan anak perempuannya terjalin dengan

baik. Interaksi antara ayah dan anak, ibu dan anak dan sebaliknya berjalan dengan

baik dalam suatu harmoni hubungan keluarga yang baik pula. Interaksi suami

dengan istri dua arah dalam khususnya penyelesaian masalah terkait keluarga.

D. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan keluarga ?


Jawab :

19
Membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

2. Ketika penderita seperti itu, apa yang dilakukan oleh keluarga?

Jawab :

Keluaraga mendukung apa yang dilakukan.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Dibutuhkan ijin suami pasien, karena ia sebagai yang merawat pasien. Namun

sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Suami dan anak pasien

5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Tidak ada.

6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada

7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan keputusan pasien?

Jawab :

Tidak ada

Kesimpulan : Keluarga pasien selalu mendukung semua hal yang positif dan tidak

setuju apabila hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya.

Hubungan antara Ny. S dan keluarganya terasa baik dan dekat.

20
E. Fungsi Keluarga

a. APGAR SCORE (SESUAIKAN DENGAN SUPRIANA, 2010)

1. ADAPTATION

Selama ini pasien dekat dengan suaminya. Bila ada masalah pasien selalu

membicarakan dengan suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya

dan menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang

pekerjaannya. Pasien kontrol rutin dan mengerti tentang penyakitnya. Pasien

juga sering mendapat penyuluhan dari petugas puskesmas untuk selalu

menjaga pola makan dan teratur minum obat.

2. PARTNERSHIP

Anak dan menantu Ny S mendukung dalam upaya pengobatan pasien. Bila

kontrol ke Praktek dokter swasta pasien diantar oleh anak dan menantunya.

Anak perempuan pasien dan menantunya tinggal dalam satu rumah dengan

pasien.

3. GROWTH

Ny. S sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya dan harus

teratur minum obat serta menjaga pola makan. Ny. S tidak pernah dilarang oleh

suami dan anaknya untuk menjalani kegiatan kesehariannya, berobat, bergaul

dengan orang-orang sekitarnya, mengikuti seminar kesehatan serta kegiatan

senam dipuskesmas

4. AFFECTION

Ny. S merasa hubungan dan interaksi dengan masing-masing individu yang

ada di dalam rumah tersebut cukup baik dan selalu diberikan support apapun

yang dilakukan keluarga pasien dan pasien selama itu positif

21
5. RESOLVE

Ny. S merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan

bersama istri, anak, dan cucunya serta kegiatan yang dilakukan dilingkungan

tempat tinggalnya seperti berkumpul bersama teman-temannya.

Tabel. 1 APGAR Score Tn. S

Score
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0

Bagaimana dukungan dari Saya puas bahwa saya

keluarga apabila ada salah dapat kembali ke

seorang anggota keluarga keluarga saya bila saya

mengalami masalah, menghadapi masalah.

Adaptation terutama untuk masalah 

kesehatan. Adakah saling

keterbukaan di dalam

keluarga tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

Komunikasi yang terjalin Saya puas dengan cara

antara anggota keluarga. keluarga saya

Apakah pada saat salah membahas dan

satu anggota keluarga membagi masalah


Partnership 
memiliki masalah, dengan saya.

terutama untuk masalah

kesehatan, didiskusikan

bersama bagaimana

22
pemecahannya

(Notoatmodjo, 2003).

Apakah keluarga tersebut Saya kurang dengan

dapat memenuhi cara keluarga saya

kebutuhan -kebutuhannya menerima dan

Growth (Notoatmodjo,2003). mendukung keinginan 

saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

Hubungan kasih sayang Saya puas dengan cara

dan interaksi antar anggota keluarga saya

keluarga (Notoatmodjo, mengekspresikan

Affection 2003). kasih sayangnya dan 

merespon emosi saya

seperti kemarahan,

perhatian dll

Kepuasan di dalam Saya puas dengan cara

keluarga akan waktu dan keluarga saya dan saya

kebersamaan yang membagi waktu

Resolve diluangkan oleh masing- bersama-sama 

masing anggota keluarga

bagi keluarganya

(Notoatmodjo, 2003).

Total Score 9

Kriteria :

Skor < 5 : Ada permasalahan dalam keluarga yang memerlukan intervensi

23
Skore 6 – 7 : Permasalahan keluarga lebih ringan dan memerlukan intervensi

Skor 8 – 10 : Fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan

intervensi

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Total poin dari APGAR keluarga Ny. S adalah 9. Hal ini menunjukkan

bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dan keluarganya dalam

keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

b. FUNGSI PATOLOGIS KELUARGA (SCREEM SCORE)

Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode (SCREEM)

Metode screem digunakan untuk mengindentifikasi adanya kendala yang

dihadapi keluarga penderita (Ny. S) yang menyangkut persoalan interaksi sosial,

budaya (cultural), agama (Religious), tingkat ekonomi, tingkat pendidikan

(education) serta tingkat pelayanan medis (medical).

(1) Social (sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. S berserta keluarga pada

beberapa kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukan dengan intensitas

partisipasi terhadap beberapa kegiatan tersebut.

(2) Cultural (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. S dan keluarga terhadap

budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata krama adat

dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.

(3) Relgious (Agama) yaitu kualitas ibadah pda keluarga Ny. S ditunjukkan

dengan intensitas peribadatan utama (wajib) yang dilakukan baik dalam

keluarga maupun bersama masyarakat (Jemaah)

24
(4) Economi (ekonomi) yaitu penggolongan masyarakat menurut derajat

ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secara kualitatif

dikelompokkan menjadi tingkat atas, menengah dan bawah.

(5) Education (pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif

menurut tingkat pendidikan terakhir yang umum diraih oleh kepala keluarga.

(6) Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

Ny. S dan keluarganya.

Tabel 2. Screem

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota _

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup meskipun

banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya _

baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-

hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih

diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang

bersifat hajatan, sunatan, dll. Menggunakan

bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 –

Agama menawarkan waktu di jalani dengan baik. Dan setiap sholat

pengalaman spiritual yang baik sebisa mungkin mereka sholat bersama. Di

untuk ketenangan individu dalam rumah pasien juga memiliki tempat

25
yang tidak didapatkan dari beribadah khusus yang tidak tercampur dengan

yang lain ruangan lain.

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke +

bawah, untuk kebutuhan primer bisa terpenuhi

dan mampu mencukupi kebutuhan sekunder

tanpa mengabaikan skala prioritas kebutuhan

sehari-hari.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga yang masih +

rendah (lulusan SD).

Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan _

Pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan

puskesmas memberikan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan

perhatian khusus terhadap Puskesmas hal ini mudah dijangkau karena

kasus pasien letaknya dekat

Keterangan :

Patologi : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. S dan keluarga

menyangkut SCREEM di masyarakat

Patologi : + artinya Ny.S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah

menyangkut SCREEM

Hasil Analisis

Pasien dan keluarga merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi

patologis terutama yang menyangkut masalah ekonomi dan edukasi. Tingkat

penghasilan keluarga yang tergolong rendah membatasi intensitas kegiatan

dengan masyarakat di sekitarnya. Tingkat pendidikan yang rendah dari Ny. S

26
mungkin menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang diabetes mellitus

sehingga tidak menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat.

F. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan Fisik/Sanitasi Rumah

Keluarga Ny. S tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 6 m dimana di depannya

sebuah jalan kecil. Rumah tidak memiliki pintu pagar dan tembok penyekat antara

rumah sebelahnya, memiliki teras yang sempit. Lantai rumah sudah beberapa

ruangan sudah terpasang keramik dan beberapa ruangan terbuat dari semen.

Dinding rumah di bagian ruang tamu, kamar tidur dan dapur terbuat dari tembok

dan sudah di cat. Atap rumah sudah dilengkapi plafon. Rumah terdiri dari ruang

tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi yang memiliki fasilitas jamban.

Pencahayaan secara umum dinilai sudah baik, baik di dalam kamar maupun di

ruangan lain dalam rumah. Jendela ada 4 buah, terletak di bagian depan rumah dan

di masing masing kamar. Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 1x2 m.

Lantai rumah semua tersusun rapi dengan kramik. Ventilasi dan penerangan rumah

cukup gelap. Atap rumah tersusun dari genteng yang ditutup langit-langit. Setiap

kamar menggunakan dipan untuk meletakkan kasur. Perabotan rumah tangga

cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari - harinya keluarga ini menggunakan air

sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah terkesan kurang.

27
b. Denah Rumah

M
U
KAMAR KAMAR S K
T R TIDUR TIDUR M
H
E . O
T D
R L
A
A A A
M P
S U
U
R

G. LINGKUNGAN KELUARGA

a. Sosial

Dipandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk keluarga ekonomi

menengah ke bawah. Pasien penghasilannya berasal dari diri sendiri dan istrinya

yang berjualan stopmap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat

Pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya akses informasi yang diperoleh

Ny. S sehingga kurang memahami mengenai penyakit Diabetes Mellitus beserta

dampak akut yang dapat ditimbulkan bila tekanan darah tidak terkontrol.

b. Ekonomi

Dari segi perumahan dan pemukiman dan fasilitias umum yang tersedia

lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar keluarga Ny. S tergolong menengah

ke bawah.

c. Faktor perilaku keluarga

Ny. S merupakan Ibu dengan dua anak, dimana pasien semenjak 1 tahun

terakhir ini sehari-hari hanya di rumah saja dan tidak bekerja. Anak pasien sudah

menikah,. Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik. Suami, anak perempuan

28
dan menantunya memberikan perhatian terhadap pasien terutama terhadap

penyakitnya. Ny.S jarang olahraga.namun, Ny.S sudah teratur untuk minum obat.

d. Pelayanan kesehatan

Akses pelayanan kesehatan Ny. S sesungguhnya sangat baik karena dekat

dengan puskesmas.

1. Aspek pelayanan

Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny.S masih menemui beberapa kendala

diantaranya adalah :

a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien.

b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diabetes mellitus

beserta komplikasinya.

c. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan.

2. Kepesertaan BPJS Kesehatan

Ny.S tidak mengurus/membayar premi BPJS kesehatan sehingga apabila ke

fasilitas kesehatan pasien harus membayar seperti pasien bukan peserta BPJS.

Artinya memerlukan dana apabila pasien akan memeriksakan kesehatan atau

kontrol penyakitnya.

29
BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang terdapat

dalam “bentuk keluarga, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi informasi

penyakit genetic, penyakit keluarga (metode APGAR), patologi lingkungan keluarga

(metode SCREEM) maupun faktor-faktor resiko tentang faktor perilaku, faktor

lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka dapat

dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan Tn. S serta masyarakat sekitar

yang kemudian dibisualisasikan dalam bentuk diagram Blum.

A. Temuan Masalah

1. Masalah Aktif (Individu Pasien)

a. Ny.S menderita diabetes mellitus

b. Ny.S kurang memahami tentang penyakit diabetes mellitus

c. Pola hidup tidak teratur

d. Pola hidup Ny.S berpotensi mempercepat terjadinya komplikasi

penyakitnya.

2. Faktor Perilaku

a. Pasien terkadang lupa untuk minum obat

b. Pola makan yang tidak teratur

c. Jarang berolahraga atau kegiatan fisik lainnya

d. Tidak melakukan pembayaran premi BPJS secara rutin

3. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan fisik

Sanitasi rumah yang belum baik

30
b. Lingkungan sosial/budaya

1) Kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah

2) Tingkat pendidikan yang rendah

3) Pola hidup sehat belum membudaya di tengah masyarakat

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga

pasien

b. Kurang optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien diabetes

mellitus beserta komplikasinya

c. Kurang optimalnya kunjungan rumah

d. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

5. Faktor Genetik

31
B. Analisis

Tehnik analisis menurut konsep blum menyatakan derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi

oleh 4 (empat) faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan

(gambar IV.1)

Faktor Genetik Faktor Pelayanan


Tidak diketahui Kesehatan
 Kurang optimalnya
Faktor Perilaku edukasi dan konseling
terhadap pasien dan
 Pasien terkadang lupa
keluarga pasien
untuk minum obat
 Kurang optimalnya
 Pola makan yang tidak
Pasien monitoring dan evaluasi
teratur
Ny. S (60 th) terhadap pasien diabetes
 Jarang berolahraga mellitus beserta
atau kegiatan fisik komplikasinya
lainnya
 Kurang optimalnya
 Tidak melakukan kunjungan rumah
pembayaran premi
 Kurangnya media
BPJS secara rutin
Faktor Lingkungan informasi/promosi
 Lingkungan fisik kesehatan
Sanitasi rumah yang belum baik
 Lingkungan sosial/budaya
Kondisi sosial ekonomi menengah ke
bawah
Tingkat pendidikan yang rendah
Pola hidup sehat belum membudaya
di tengah masyarakat

Gambar IV.1 Konsep BLUM

1. Faktor Lingkungan

Kondisi sosial ekonomi keluarga Ny.S termasuk kelompok menengah ke

bawah. Kondisi demikian berpengaruh terhadap prilaku yang dinilai kurang

produktif seperti kebiasaan untuk berolah raga, kepatuhan membayar premi

BPJS. Tingkat pendidikan yang rendah, biasanya masyarakat dengan

pendidikan rendah membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi

32
pasien diabetes mellitus karena biasanya tingkat pendidikan rendah

dikatakan analog dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula terhadap

diabetes mellitus. Pola hidup yang tidak sehat dan teratur dari masyarakat

akan menjadi arus yang membawa kebiasaan pasien dimana dia tinggal

sehingga tidak menghindarkan pasien dari diabetes mellitus beserta dengan

komplikasinya.

2. Faktor Perilaku

Faktor perilaku dilator belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang

kurang. Pendidikan Ny. S hanya hingga jenjang SD, hal ini menyebabkan

kurangnya informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang diperoleh pasien

dan keluarga. Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai diabetes mellitus

beserta komplikasinya ditunjukan dengan perilaku pasien yang tidak teratur

minum obat dan gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak berolah raga,

sehingga apabila tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi.

Faktor Pelayanan Kesehatan

Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga

pasien yang terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/puskesmas,

maka masalah perilaku pasien yang kurang menahan diri terhadap kebiasaan

yang merugikan perkembangan penyakitnya menjadi sulit terkendali dan

memperbesar resiko terjadinya komplikasi. Kurangnya promosi

kesehatan/media informasi. Media komunikasi secara spesifik khusus

mengenai penyakit kronis bias diperoleh melalui program Prolanis. Namun

program ini belum banyak dikenal masyarakat

3. Faktor Keturunan

Tidak diketahui.

33
C. Pembahasan

1. Mengatur Pola Hidup untuk Mencegah Diabetes mellitus

Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu Mpdel yang menjadi kebiasaan yang

dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan ,pola

mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan fisik .

a. Pola Makan

Pola makan berhubungan dengan jenis dan proporsi dengan jenis,proporsi

,dan kombinasi makanan yang dimakan. Makana cepat saji (umumnya kaya

akan karbohidrat dan lemak ) berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa

tubuh (IMT ) sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Kelompok obesitas

mempunyai risiko 7,14 kali lebih besar untuk menderita DM dibandingkan

dengan kelompok indeks massa tubuh (IMT ) Normal .

Untuk mencegah terjadinya obesitas atau peningkatan kadar gula darah

mengubah pola makan dengan proporsi yang seimbang anatara karbohidrat

protein dan lemak serta kaya akan serat,sayur dan mineral merupakan salah satu

cara dalam menata pola makan yang sehat.

b. Aktivitas Fisik / bekerja

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot

untuk menghasilkan energy ekspenditur. Untuk menjaga kesehatan tubuh

dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau seminggu. Penurunan berat

badan atau pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan

beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari. Seseorang dengan aktifitas

fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas karena

orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit

dibandingkanorang dengan aktifitas tinggi .

34
Aktifitas fisik lebih dari 60 menit setiap hari seperti menyelesaikan

pekerjaan ibu rumah tangga (menyapu ,mencuci ,setrika ,mengepel

,memasak dan merawat anak ) adalah aktifitas yang cukupp memerlukan

kalori sehingga penimbunan lemak atau obesita dapat dihindari .

c. Rutinitas olahraga

Olah raga mengandung pengertian yang identikdengan aktifitas fisik

yaitu gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot untuk menghasilkan

energy ekspenditur. Rutinitas olahraga merupakan kegiatan yang konsisten

dilakukan dalam periode waktu tertentu misalnya 60 menit sehari setiap 2 hari

seminggu . Diperlukannya rutinitas dengan tujuan agar kebugaran tubuh tetap

terjaga, IMT dapat dikendalikan sehingga kecendrunganuntuk mendapatkan

Diabetes Mellitus dapat dicegah.

2. Mengendalikan penyakit Diabetes mellitus

Pengendalian penyakit DM pada prinsip adalah pengendaliankadar gula

darah. Tujuan utamanya adalah menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut

dari penyakit ini. Hal ini dapat dilakukan dengan :

a. Farmakologi

1). Obat Antihiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi

menjadi 5 golongan :

a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Scretagogne)

b) Penghambat Alfa Glukosidae

c) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl peptidase-IV )

d) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporte )

35
2).Terapi insulin

Terapi Insulinditunjukan terutama pada penderita DM tipe I, dan

sebagian penderita DM tipe 2.

b. Rutinitas Minum Obat

Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban

yangharus dipatuhi dalam mengendalikan kadar gula darah. Apalagi

kalau sudah harus terapi insulin. Kettidakteraturan bahkan

keterlambatan saja akan berakit buruk bagi pasien.

c. Rutinitas pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan kadar darh harus dilaksanakan secara rutin untuk

menentukan pengobatan yang tepat sehingga komplikasi dapat

dikontrol.

3. Edukasi pasien keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan

keluarganya sebagai berikut menjadi pendorrong tentang pentingnya pemberian

edukasi yaitu yang menyangkut (1) tingkat pendidikan yang rendah , (2) Tingkat

pemahaman tentang penyakit DM yang masih rendah ,(3) Pola makan yang

tidak mendukung pengendalian penyakitnya DM ,(4) Rendahnya motivasi

berobat ke puskesmas, (5) tidak peduli pentingnya kartu BPJS Kesehatan dan

(6) ketidak patuhan minum obat.

a. Mengubah tingkat pengetahuan /pemahaman

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik daripada orang dengan

pendidikan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan kemudahan menerima

36
informasi sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut dapat

meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam menjaga kesehatannya .

Sebalikanya pada seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah

akan tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan

yang disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan

berdampak pada misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan

pola makan yang tidak terkontrol (Rohimah et al,2016). Pemahaman

tentang penyakit DM perlu dijelaskan secara sederhana baik faktor

risiko yang mendororng terjadinya penyakit tersebut maupun

pentingnya pengendalian kadar gula darah dengan kontrol secara teratur

dan minumobat secara rutin. Penyakit DM yang tidak dapat

disembuhkan dengan pengobatan harus ditanamkan betul-betul,

sehingga dapat dicegah terjadinya komplikasi. Ketidak patuhan

untukpemeriksaan rutin dan minum obat secara teratur akan berdampak

buruk terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Mengubah sikap

Sikap untuk menerima informasi yang benar seperti rendahnya

motivasi untuk berobat ke puskesmas dan pentingnya kartu BPJS sangat

dipengaruhi oleh kesadaran pasien beserta anggota keluarga yang lain

.Perubahan sikap yang positif agar mampu mengubah perilaku dalam

menjaga kesehtan agar penyakitnya tidak berkembang memburuk atau

terjadi komplikasi perlu pendampingan yang terus menerus dari anggota

keluarga. Peran keluarga sangat penting untuk mengubah sikap dan

perilaku pasien agar mampu mengatasi masalah penyakitnya secra

mandiri. Kebiasaan aktifitas fisik seperti olah raga ringan,pengaturan

37
pola makan dan kebiasaan –kebiasaan buruk lain yang tidak sesuai

dengan pencegahan komplikasi penyakitnya perlu mendapatkan

perhatian keluarga dengan sabar dan berkeseimbangan.

c. Mengubah tingkah laku

Perilaku tentang pola makan yang tidak sehat,tidak rutin

memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ketidakpatuhan minum

obat merupakan gambaran betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan

dan pemahaman mengenai penyakit DM yang diderita. Bahwa

kebiasaan tersebut tidak pernah disadari . Sekali lagi faktor pendapingan

keluarga untuk terus-menerus rutin memeriksakan diri ke puskesmas

,minum obat teratus dan beraktivitas fisik secara cukup harus

diupayakan menjadi perlaku yang mutlak secara berkesimbangan.

4. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus

Deskripsi mengenai kasus DM pad Ny.S dan keluarganya kemungkinan

juga merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar kediaman

keluarga pasien tersebut. Perilaku negative Ny. S dalam mengahadapi penyakitnya

seperti tersebut dia atas kemungkinan juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat

sekitarnya. Kebiasaan olahraga di masyarakat yang belum menjadi kebutuhan

hidup, pola makan yang tidak sehat serta belum terbiasanya menjaga kesehatan

sebelum sakit adalah kebiasaan tidak baik yang masih banyak dijumpai di

masyarakat dengan social budaya seperti di sekitar kediaman Ny. S .kegiatan

kunjungan rumah (home visit )seperti kunjungan rumah ke pasien Ny. S tersebut

perlu dikembangkan dengan penyuluhan kesehatan di sekitar kediaman pasien.

Programnya dapat disusun secara sederhana seperti :

a. Sasran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT misalnya.

38
b. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran,misalnya saat pertemuan

di RT yang bersangkutan.

c. Materi disampaikan secara sederhana jelas dan lugas

d. Sesekali dokter puskesmas turun langsung . Biasanya apabila dokter

turun langsung masyarakat sangat antusias dan mengharapkan

pertemuan berulang pada kesempatan berikutnya.

39
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis dan pemeriksaan fisik sampai pada kesimpulan bahwa

Ny. S (60 th) menderita diabetes mellitus.

2. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya

a. Faktor keluarga : Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriarkal, berbentuk

nuclear family dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan dalam

menghadapi permasalahan Ny. S setiap anggota keluarga menunjukan

dukungan terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk terhadap

perkembangan penyakitnya.

b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny.S.

c. Hasil anamnesis metode APGAR menunjukan bahwa fungsi anggota keluarga

khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. S sebagai penderita diabetes

mellitus baik-baik saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan metode

SCREEM menunjukan bahwa keluarga Ny. S merasa ada tekanan secara

finansial (ekonomi) dan edukasi.

d. Lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. S termasuk lingkungan kelas

menengah ke bawah.

3. Hasil analisis faktor resiko

Faktor resiko dari pasien Ny. S sebagai penderita diabetes mellitus adalah

sebagai berikut :

a. Pasien Ny. S menderita Diabetes mellitus type 2

40
b. Perilaku pasien : pola hidup cenderung mempercepat terjadinya komplikasi

c. Faktor lingkungan : lingkungan sosial ekonomi tergolong pada tingkat

ekonomi menengah ke bawah.

B. Saran

1. Promotif : Edukasi pada penderita dan keluarga

 Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi

makanan atau minuman manis,mengurangi asupan karbohidrat yang

berlebihan,selain itu pasien dianjurkan diet tinggi serat dengan memperbanyak

konsumsi sayur dan buah-buahan serta memperbanyak minum air putih.

 Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur setiap hari

pada saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan.

 Kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin ke puskesmas atau sarana

kesehatan terdekat,bila ada kelainan sebaiknya segera diobati karena akan

mempercepat terjadinya komplikasi.

 Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam menghadapi suatu

masalah.

 Penderita Diabetes mellitus sebaiknya kontrol secara teratur dan tidak putus

obat.Edukasi mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya ancaman komplikasi

diberikan selama perawatan dan kontrol.

2. Kuratif

 Glimepiride 1 x 1mg

3. Rehabilitatif : meyakinkan kepercayaan pasien,sehingga tetap memiliki semangat

untuk sembuh dan beraktifitas seperti biasa lagi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI ; 2010.h.1874-91

Komalasari R, Tampubolon AO, Ester M. Buku ajar patofisiologi. Jakarta : EGC;

2012.h.519-21

Tim Penyusun. Modul Praktek Kunjungan Pasien di (Kunjungan ). 2018. Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

42
LAMPIRAN

43
44

Anda mungkin juga menyukai