Anda di halaman 1dari 33

Referat

PRESBIAKUSIS

Disusun oleh:

Muhammad Daffa Alfarid, S.Ked 04054822022044


Raudhah Simahate Bengi, S.Ked 04054822022134
dzakiyah, S.Ked 04054822022155

Pembimbing:

dr. Lisa Apri Yanti, Sp.T.H.T.K.L (K)., FICS.

BAGIAN ILMU KESEHATAN THTKL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat

PRESBIKUSIS

Oleh :
Muhammad Daffa Alfarid, S. Ked 04054822022094
Raudhah Simahate Bengi, S. Ked 04054822022134
Dzakiyah, S. Ked 04054822022133

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin, Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Periode 1 April – 17 April 2021.

Palembang, April 2021

dr. Ahmad Hifni, Sp.T.H.T.K.L.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan berkat-Nya Referat yang berjudul “Presbikusis” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Referat ini dibuat untuk untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Bagian Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Ahmad Hifni
Sp.T.H.T.K.L atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Palembang, April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Leher......................................................................2
2.2 Abses Retrofaring........................................................................................8
2.2.1 Definisi................................................................................................8
2.2.2 Etiologi................................................................................................8
2.2.3 Epidemiologi.......................................................................................8
2.2.4 Patofisiologi........................................................................................9
2.2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................10
2.2.6 Diagnosis...........................................................................................11
2.2.7 Diagnosis Banding............................................................................13
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................13
2.2.9 Komplikasi........................................................................................15
2.2.10 Prognosis.........................................................................................15
BAB III KESIMPULAN........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses


penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur, dan simetris
pada kedua sisi telinga. Presbikusis, merupakan penurunan ketajaman
pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70-80 tahun,
pada usia 70 tahun biasanya penderita belum merasakna adanya gangguan
pendengaran namun ketika usia mencapai 80 tahun gangguan pendengaran terasa
lebih nyata. Presbikusis dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun
dan 40-50% pada populasi di atas 75 tahun. Perbedaan prevalensi presbikusis
antar ras belum diketahui secara pasti.9,10
Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terpenting
dalam masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun ke atas mengalami
gangguan pendengaran. Akibat gangguan pendengaran tersebut penderita
mengalami gangguan masalah sosial, seperti frustasi, depresi, cemas, paranoid,
merasa kesepian dan meningkatnya angka kecelakaan.10,11
Komite nasional penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian
menyatakan bahwa diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan
presbikusis oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan, selain
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan
untuk mendiagnosis presbikusis. Skrining pendengaran sebaiknya juga dilakukan
secara rutin pada penderita dengan usia di atas 60 tahun untuk menurunkan
morbiditas akibat presbikusis.12
Negara-negara barat memiliki pola yang begitu berbeda pada tuli jenis ini.
Laporan National Institute on Aging memberikan informasi sepertiga penduduk
Amerika antara usia 65-74 tahun dan separuh penduduk berusia 85 tahun ke atas
memiliki gangguan pendengaran jenis ini. Prevalensi tersebut meningkat pada
tahun 2030 menjadi 70 juta orang. Jumlah penduduk Indonesia dengan usia lebih
dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan penderita presbikusis akibat usia

1
lanjut tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lipat dan merupakan jumlah
tertinggi di dunia.11
Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang
diduga dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor risiko seperti usia,
jenis kelamin, hipertensi, diabetes mellitus, hiperkoleterol dan kebiasaan merokok
terhadap penurunan pendengaran pada usia lanjut.11,12
Penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolesterol secara
langsung dapat mempengaruhi aliran pembuluh darah koklea dan menurunkan
transportasi nutrisi akibat perubahan pembuluh darah yang berakibat degenerasi
sekunder pada saraf pendengaran.11,12
Presbikusis merupakan salah satu gangguan pendengaran yang menjadi
perhatian program penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian
(PGPKT). Tujuan program tersebut adalah menurunkan angka kejadian
presbikusis sebesar 90% pada tahun 2030. Diharapkan dengan program tersebut
dapat dicegah peningkatan populasi presbikusis dengan memperhatikan faktor-
faktor risikonya.11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi telinga


2.1.1 Anatomi Telinga

Telinga sebagai indera pendengar terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Berikut adalah struktur anatomi telinga.

2
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Telinga

A. Telinga Luar

Telinga luar berfungsi untuk menangkap rangsang getaran bunyi dari luar.
Telinga luar terdiri dari (pinna auricularis) atau daun telinga, (canalis auditorius
externus) atau liang telinga sampai membrantimpani bagian lateral. Daun telinga
terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit yang berfungsi mengumpulkan
gelombang suara, sedangkan liang telinga berfungsi menghantarkan suara menuju
membran timpani. Liang telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf
S, dengan sepertiga bagian luar memiliki kerangka tulang rawan dan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang sejati. Liang telinga mengandung
rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea yang panjangnya sekitar 2,5 – 3 cm.
Rambut-rambut halus tersebut berfungsi sebagai pelindung liang telinga dari
kotoran, debu, maupun serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi sebagai
penghasil serumen. Serumen merupakan hasil produksi dari kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu.

3
B. Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dan menjaga tekanan
udara tetap seimbang. Telinga tengah berbentuk kubus yang berfungsi
menghantarkan bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan ruang
telinga dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi oleh
foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang tengah telinga terdapat bagian-
bagian sebagai berikut:

1. Membran Timpani
Membran timpani berfungsi sebagai penerima gelombang bunyi.9 Setiap ada
gelombang bunyi yang memasuki lorong telinga akan diterima oleh membran
timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung ke arah dalam
menuju ke telinga tengah dan akan menyentuh tulang-tulang pendengaran
yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang-tulang pendengaran akan meneruskan
gelombang bunyi tersebut ke telinga bagian dalam.

2. Tulang-Tulang
Pendengaran Tulang-tulang pendengaran terdiri atas (malleus) tulang martil,
(inkus) tulang landasan dan (stapes) tulang sanggurdi. Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu
dengan membran timpani.

3. Tuba Auditiva Eustachii


Tuba auditiva eustachii atau saluran eustachii adalah saluran penghubung
antara ruang telinga tengah dengan rongga faring.9 Adanya saluran eustachius,
memungkinkan keseimbangan tekanan udara antara rongga telinga tengah
dengan udara luar.

C. Telinga Dalam
4
Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh
telinga tengah dan terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, bagian medial
menghadap telinga tengah. Telinga dalam disebut juga sebagai labirin yang terdiri
atas dua bagian yaitu (labirinthus osseus) labirin tulang dan (labirinthus
membranaceus) labirin membran. Labirin tulang merupakan rongga yang
terbentuk pada tonjolan tulang pelipis yang berisikan cairan perilimfe. Dalam
labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Di dalam
koklea inilah terdapat organ corti yang berfungsi untuk mengubah getaran
mekanik gelombang bunyi menjadi impuls listrik yang akan dihantarkan ke pusat
pendengaran. Labirin membran terletak pada bagian yang sama dengan bagian
labirin tulang, namun tempatnya lebih dalam dan dilapisi oleh sel epitel serta
berisi cairan endolimfe.

Telinga dalam terdiri dari (koklea) rumah siput yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi- sirkularis.9 Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan (skala timpani) bagian
bawah dengan (skala vestibuli) bagian atas. Diantara skala timpani dan skala
vestibuli terdapat (skala media) atau disebut juga duktus koklearis.

Bagian-bagian yang penting dalam pendengaran yaitu:

1. Vestibulum
Merupakan bagian tengah labirin tulang terletak posterior terhadap koklea dan
anterior terhadap canalis semisircularis. Pada dinding lateral terdapat fenestra
vestibuli yang ditutupi basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan
fenestra kokleae yang ditutupi oleh membrana timpani secundaria. Di dalam
vestibulum terdapat utriculus dan sacculuslabirin membran.
2. Koklea
Berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum. Umumnya terdiri dari satu pilar sentral disebut modiolus koklea
dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran. Setiap putaran selanjutnya mempunyai radius putaran yang lebih

5
kecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Koklea bagian
apex menghadap anterolateral dan basis menghadap posteromedial. Putaran
basal pertama dari koklea ini tampak sebagai promontorium pada dinding
medial telinga tengah. Modiolus punya basis yang lebar terletak pada dasar
meatus acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang – cabang n.
koklearis. Pinggir spinal, yaitu lamina spiralis mengelilingi modiolus dan
menonjol ke dalam canalis dan membagi canalis ini. Membrana basilaris
terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang,
sehingga membelah canalis koklearis menjadi skala vestibuli di sebelah atas
dan skala timpani di sebelah bawah. Perilimfe di skala vestibuli di pisahkan
dari kavum timpani oleh basis stapedius dan ligamentum annulare pada
fenestra vestibuli. Perilimfe di dalam skala timpani dipisahkan dari kavum
timpani oleh membrana timpani secundaria pada fenestra koklea. Terdapat
pula duktus koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui duktus reunions. Epitel sangat khusus
yang terletak di atas membrana basilaris membentuk (organ corti) organ
spiralis dan mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk pendengaran.

3. Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang
terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti.

2.1.2 Fisiologi Pendengaran

6
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya gelombang suara oleh
daun telinga dan dihantarkan melalui udara atau tulang lewat meatus acusticus
externus. Gelombang suara yang masuk kemudian menggetarkan membran
timpani ke depan dan ke belakang akibat perubahan tekanan udara. Pergerakan
membran timpani tergantung intensitas dan frekuensi gelombang suara. Membran
timpani akan bergerak secara lambat apabila intensitas dan frekuensi yang masuk
rendah, dan akan bergetar secara cepat apabila intensitas atau frekuensi yang
masuk tinggi. Getaran yang diterima kemudian diamplifikasi dan dihantarkan
melalui tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes).

Energi getar yang telah teramplifikasi akan menggetarkan tingkap lonjong


sehingga perilimfe dan skala vestibuli bergerak. Lalu getaran diteruskan melalui
membran reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel dan
terjadilah pelepasan neurotransmitter ke badan sinaps yang menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai
ke korteks pendengaran (area 39- 40) pada lobus temporalis.

Gerakan cairan di dalam perilimfe ditimbulkan oleh getaran jendela oval


mengikuti dua jalur: (1) gelombang tekanan mendorong perilimfe pada membrana
vestibularis ke depan, kemudian mengelilingi helikotrema menuju membrana
basilaris yang akan menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar dan ke dalam
rongga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan, dan (2) “jalan
pintas” dari skala vestibuli melalui membrana basilaris ke skala timpani.
Perbedaan kedua jalur ini adalah transmisi gelombang tekanan melalui membrana
basilaris menyebabkan membran ini bergetar secara sinkron dengan gelombang
tekanan.

Organ corti menumpang pada membrana basilaris, sehingga sel-sel rambut


juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris bergetar. Rambut-

7
rambuttersebut akan membengkok ke depan dan ke belakang sewaktu membrana
basilaris menggeser posisinya pada membran tektorial sehingga menyebabkan
saluran-saluran ion gerbang mekanis terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal
ini mengakibatkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, yang menimbulkan
perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga terjadi perubahan
pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Gelombang suara
diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dipersepsikan otak sebagai sensasi suara.

2.2 Presbikusis
2.2.1 Definisi
Presbikusis adalah gangguan pendengaran multifaktorial yang mengiringi
proses penuaan, yang umumnya mulai terjadi pada frekuensi tinggi namun
terkadang juga menunjukkan penurunan pada semua frekuensi dapat mulai pada
frekuensi 100 Hz atau lebih, dan terpenting adanya penurunan secara signifikan,
selain itu pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupa penurunan
pendengaran jenis sensorineural bilateral dan simetris.
Presbikusis adalah bentuk paling umum dari gangguan pendengaran
yang menyerang orang dewasa yang lebih tua, ditandai dengan penurunan
sensitivitas pendengaran yang terjadi secara progresif lambat, kehilangan sel-
selsensorik pendengaran, dan fungsi pusat pengolahan terkait dengan proses
penuaan. Selain usia, presbikusis sangat terkait dengan paparan bunyi keras.
(18,19)
Seringkali, gangguan komponen pengolahan pusat pendengaran menyertai
presbikusis, yang lebih lanjut akan menyebabkan diskriminasi dan merusak
pembicaraan. Interaksi dengan orang lain secara signifikan bisa terganggu
karena kerusakan dan defisit komunikasi.

2.2.2 Etiologi
Penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi ini dimulai terjadinya
atrofi dibagian epitel dan saraf organ corti. Lambat laun secara progresif terjadi
degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang

8
pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan
manifestasi gangguan pemahaman bicara.

2.2.3 Epidemiologi
Presbikusis adalah kondisi kesehatan kronis yang ketiga yang paling
umum dilaporkan oleh lanjut usia di Amerika Serikat dan diperkirakan sekitar
25- 30% dengan usia 65-74 tahun didiagnosis menderita gangguan dengar,
insiden ini meningkat diatas usia 75 tahun sebesar 40-50% dan 80% dari orang
tua dengan gangguan pendengaran signifikan yang tidak diobati.(8-10) Sedangkan
di seluruh dunia diperkirakan sekitar 30-45% masyarakat diatas umur 65 tahun
didiagnosa menderita presbikusis. Menurut Beck dan Harvey mengatakan bahwa
dari 36 juta orang Amerika didiagnosis dengan gangguan pendengaran hanya
23% yang menjalani pengobatan, sedangkan 77% tidak menjalani pengobatan,
dan lebih banyak jutaan hidup tidak percaya menderita presbikusis. Pada tahun
2000 ada sebagian besar lansia didiagnosis gangguan pendengaran sedang
sampai berat dan terdapat pada seluruh kulit liang telinga.Pada duapertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

2.2.4 Faktor risiko

Meliputi genetik dan pengaruh lingkungan, seperti paparan jangka


panjang pada bunyi keras atau infeksi kronis pada telinga, gaya hidup, dan
metabolisme. Persentase yang lebih tinggi pada laki-laki yang terkena gangguan
pendengaran mungkin karena adanya faktor-faktor risiko potensia lain yang
terkait dengan gangguan pendengaran seperti merokok, aterosklerosis,
hiperlipidemia dan hipertensi.
- Usia dan Jenis Kelamin

Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Lee dan kim dalam
penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara usia dan jenis kelamin
terhadap penurunan ambang dengar pada usia lanjut. Rata-rata nilai ambang
dengar meningkat 1 dB setiap tahunnya pada usia 60 tahun keatas dan terdapat
perbedaan penurunan ambang dengar pada frekuensi 4 dan 8 kHz antara laki-laki
dan perempuan.(25-26) Pengaruh usia terhadap gangguan pendengaran berbeda
9
antara laki-laki dan perempuan.Laki-laki lebih banyak mengalami penurunan
pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada frekuensi
rendah bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada
ambang dengar frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki umumnya lebih sering
terpapar bising di tempat kerja dibandingkan perempuan.(9) Perempuan memiliki
bentuk daun dan liang telinga yang lebih kecil sehingga dapat menimbulkan efek
masking noise pada frekuensi rendah. Penelitian di korea selatan menyatakan
terdapat penurunan pendengaran pada perempuan sebesar 2 kHz lebih buruk
dibandingkan laki-laki.(26)

- Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan
viskositas darah, penurunan aliran darah kapiler dan transportoksigen. Hal
tersebut mengakibatkan kerusakan sel-sel auditori sehingga proses transmisi
sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan gangguan komunikasi. Kurang
pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufisiensi mikrosirkuler
pembuluhdarah seperti emboli, perdarahan, atau vasospasme.(27)

-
- Diabetes melitus
Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada
protein dalam proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end
product (AGEP) yang tertimbun dalam jaringan dan mengurangi elastisitas
dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Proses selanjutnya adalah dinding
pembuluh darah semakin menebal dan lumen menyempit yang disebut
mikroangiopati. Mikroangiopati pada organ koklea akan menyebabkan atrofi dan
berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus VIII,
ligamentum dan ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan
kerusakan axon maka akan menimbulkan neuropati.(27)National Health Survey
USA melaporkan bahwa 21% penderita diabetik menderita presbikusis terutama

10
pada usia 60-69 tahun. Hasil audiometri penderita DM menunjukkan bahwa
frekuensi derajat penurunan pendengaran pada kelompok ini lebih tinggi bila
dibandingkan penderita tanpa DM.(29)

- Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah
(dislipidemia) di mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan penumpukan plak/atherosklerosis pada
tunika intima. Patogenesis atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis
yang terdapat secara bersama.Arteroma merupakan degenersi lemak dan infiltrasi
zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan
bercak kuning keras bagian lipid dalam tunika intima arteri sedangkan
arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnny elastisitas/pengerasan pembuluh nadi yang berakibat
terjadi penyempitan lumen, disebut mikroangiopati. Akibat mikroangiopati organ
koklea akan terjadi atrofi dan berkurangnya sel rambut sehingga dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.(28,30) Teori ini sesuai dengan penelitian
Villares(32) yang menyatakan terdapat hubungan antara penderita
hiperkolestrolemia dengan penurunan pendengaran.

- Merokok

Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai


efek iskemia, karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi karboksi-
hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin menjadi
tidak efisien mengikat oksigen. Seperti diketahui, ikatan antara hemoglobin
dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan oksigen. Akibat
iskemia terjadi gangguan suplai oksigen ke organ corti sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Efek lain dapat terjadi spasme pembuluh darah, kekentalan darah,
dan arteriosklerotik.(31,34) Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang
diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran pada

11
frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh darah yang menyuplai darah ke koklea
tidak mempunyai kolateral sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah
melalui jalur lain.(33)

- Riwayat Bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe
sensorineural yang awalnya tidak disadari karena belum mengganggu
percakapan sehari-hari. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya
ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan per hari, lama masa
kerja dengan paparan bising, kepekaan individu, umur, dan faktor lain yang
dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah
pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang
didapat. Hal tersebut dikarenakan paparan terus menerus dapat merusak
sel-sel rambut koklea dan dapat mempercepat presbikusis.(24,35)

2.2.4 Klasifikasi dan Patofisiologi


Presbikusis dianggap berasal dari multifaktorial, dan beberapa
komponen tidak sepenuhnya dipahami. Kedua faktor internal, seperti genetika,
serta faktor eksternal (paparan kebisingan, merokok, obat-obatan, dan
komorbiditas tertentu) dilibatkan dalam proses gangguan kehilangan
pendengaran ini. Hal tersebut terutama disebabkan oleh perubahan terkait usia
pada sel rambut, stria vascularis, dan neuron ganglion spiral aferen. Proses
terjadinya kehilangan pendengaran pada presbikusis sesuai dengan tipe yang
dialami.

Gangguan pendengaran
Umumnya diklasifikasikan sebagai gangguan pendengaran
sensorineural, konduktif atau campuran. Gangguan pendengaran sensorineural
disebabkan oleh gangguan pada koklea atau retrokoklear. Tuli sensorineural
dapat terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun (misalnya, gangguan
pendengaran sebab-suara bising), selama berminggu-minggu sampai bulan

12
(misalnya, ototoksisitas sebab-obat), selama berjam-jam atau hari (seperti yang
terlihat pada gangguan telinga bagian dalam seperti penyakit Meniere atau
labyrinthitis). Gangguan pendengaran konduktif adalah gangguan mekanik
yang disebabkan transmisi bunyi dari telinga luar ke telinga dalam.
Penyebab utama pada orang dewasa yang lebih tua termasuk impaksi serumen,
otosklerosis, dan otitis media.

Tipe presbikusis
Gacek dan Schuknect membagi presbkusis membagi presbikusis

menjadi empat tipe berdasarkan kelainan histopatologi dan hasil audiometri,


yaitu:

1. Presbikusis tipe sensori


Pada keadaan ini penurunan pendengaran terjadi pada awalnya di
frekuensi tinggi dan bersifat bilateral simetris sehingga frekuensi percakapan
tidak terganggu. Skor diskriminasi bicara pada awalnya cukup baik. Kemudian
ambang dengar secara kontinyu menurun terus yang akhirnya mengenai
frekuensi rendah sehingga mengakibatkan kesulitan komunikasi karena adanya
kesulitan membedakan konsonan. Proses ini berjalan progresif dalam kurun
waktu yang lama.

Secara histologis, tipe ini menunjukkan degenerasi/atrofi epitel disertai


hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong organ corti pada daerah basiler
kemudian berjalan progresif kearah apical tetapi hanya terbatas sepanjang ± 15
mm dari ujung basal koklea sehingga tidak mempengaruhi pendengaran pada
frekuensi bicara. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang
frekuensi tinggi, yang dimulai pada usia pertengahan. Perubahan pertama
berupa flattening dan distorsi organ korti yang akhirnya sel rambut menghilang
dan atrofi sel penyokong, akibatnya sel sensori organ korti menjadi suatu massa
yang undifferentiated sepanjang membran basalis pada ujung basal koklea.
Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul

13
pigmen lipofusin.Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis adalah terjadi
penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping).

Kehilangan sel penyokong mengakibatkan pula kerusakan serabut afferent


yang mempersarafi bagian basiler.Kerusakan neuron ini akibat dari kerusakan
ujung saraf afferent da disebut degenerasi neural sekunder.Sedangkan bagian
tengah dan apeks koklea yang mengandung frekuensi bicara biasanya tertahan.
Penyebab degenerasi ini tidak diketahui dengan jelas, tetapi dengan mikroskop
tampak akumulasi lipofucin pada jaringan yang disebut wear and tear pigmen.
Perubahan patologi ini memiliki kemiripan dengan trauma akibat bising.

2. Presbikusis tipe neural


Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat.Atrofi mulai terjadi pada koklea, dengan bagian basalnya sedikit lebih
banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya sehingga tidak terlihat
adanya penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi. Bila daerah apikal juga
terkena, frekuensi pembicaraan akan sangat terhambat. Keluhan utama tipe ini
adalah sulit mengartikan / mengikuti pembicaraan , Bila jumlah neuron ini
berkurang dibawah yang dibutuhkan untuk transmisi getaran, terjadilah neural
presbyacusis. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, gangguan pendengaran
tidak akan dikeluhkan sampai jumlah sel-sel neuron yang baik tinggal sedikit.
Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech
discrimination. Pada audiometri tampak penurunan pendengaran sedang yang
hampir sama untuk seluruh frekuensi. Berkurangnya skor deskriminasi bicara
dengan ambang dengar nada murni yang stabil disebut phonemic regression.
Pada presbiakusis neural, terjadi pula kehilangan neuron secara umum
yang berupa perubahan SSP yang difus dan berhubungan dengan defisit, lain
seperti kelemahan, penurunan perhatian, dan penurunan konsentrasi.
Schuknect memperkirakan dari 35.000 total neuron terjadi kehilangan sebesar
2.100 neuron.

3. Presbikusis tipe metabolik ( strial presbyacusis)


Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang

14
pendengaran yang mulai timbul pada decade ke-6 dan berlangsung perlahan-
lahan.Kondisi ini diakibatkan atrofi stria vaskularis. Histologi: atrofi pada stria
vaskularis, lebih parah pada separuh apeks koklea. Stria vaskularis merupakan
daerah metabolisme aktif pada koklea yang bertanggungjawab terhadap
sekresi endolimfe dan pemeliharaan gradien ion yang melalui organ korti. Pada
presbkusis strial, penurunan pendengaran secara progresif lambat dan dan
biasanya terjadi pada usia pertengahan. Pada audiometri tampak penurunan
pendengaran dengan gambaran flat pada seluruh frekuensi karena melibatkan
seluruh daerah koklea.

4. Presbikusis tipe konduksi koklear / mekanikal


Pada tipe ini terjadi penebalan dan pengerasan membrane basalis koklea
sehingga mengakibatkan penurunan mobilitas yang menyebabkan gambaran
penurunan pendengaran dengan pola menurun pada frekuensi tinggi secara
lurus pada pemeriksaan audiometri disertai penuruna skor diskriminasi
bicara.Diskriminasi bicara dengan berkaitan dengan besarnya penurunan dari
nada murni. Secara histologis tampak hialinisasi dari kalsifikasi membrana
basalis, degenerasi kistik elemen strial, atrofi ligament spiralis, pengurangan
selularitas ligamen secaraprogresif.

2.3.1. Klasifikasi 9,14


Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan
membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan
histologik ini berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan
auditorik. Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut :
1. Presbikusis sensorik
Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel rambut
dan sel penyokong Organ Corti. Prosesnya berasal dari bagian basal koklea
dan perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks. Perubahan ini berhubungan
dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, bersifat bilateral simetris, dan

15
tidak menganggu diskriminasi suara. Secara histologi ditemukan
degenerasi/atrofi organ korti pada daerah basiler kemudian berjalan progresif
kearah apikal tetapi hanya terbatas sepanjang lebih kurang 15 mm dari ujung
basal koklea sehingga tidak mempengaruhi pendengaran pada frekuensi
bicara. Perubahan pertama berupa flattening dan distorsi organ korti yang
akhirnya sel rambut menghilang dan atrofi sel penyokong. Beberapa teori
mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen
lipofusin.

2. Presbikusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat. Schuknecht memperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang setiap
dekadenya (dari totalnya sebanyak 35000). Hilangnya neuron ini dimulai pada
awal kehidupan dan mungkin diturunkan secara genetik. Efeknya tidak
disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul
sampai 90% neuron akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan
bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian
koklea lainnya. Tetapi, tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap
frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan

16
diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis
neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.

3. Presbikusis Metabolik
Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis. Stria vaskularis
normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga
keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan
hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva pendengaran
yang mendatar (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata
dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.
Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial.

17
4. Presbikusis Mekanik (Cochlear presbykusis)
Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari
membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus
koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli
sensorineural yang berkembang sangat lambat.

2.3.2. Patofisiologi
Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel
rambut dan elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran
menyebabkan penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi
stria vaskularis yang memberikan gambaran audiometri nada murni berbentuk
flat. Kekakuan membran basal juga memberikan gambaran penurunan audiometri
nada murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus
koklearis.Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau
penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak.5
Selain itu proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan
N. VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok adalah atrofi. Proses atrofi
disertai pula dengan perubahan vascular pada stria vaskularis serta berkurangnya
jumlah dan ukuran sel ganglion dan saraf. Hal yang serupa juga terjadi pada
myelin akson saraf.5

18
Proses degenerasi telinga dalam pada lansia

Faktor herediter, hipertensi, penyakit sistemik, multifaktor

Perubahan struktur koklea dan nervus akustik

Atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ corti,


perubahan vaskular pada stria vakularis, jumlah dan ukuran sel
ganglion saraf menurun

Pendengaran berkurang secara perlahan,


progresif, dan simetris pada kedua telinga

Telinga berdenging, pasien dapat mendengar


tapi sulit memahami

Bila intensitas suara tinggi dapat timbul nyeri,


disertai tinitus dan vertigo

2.3.3. Patogenesis
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan Nervus
vestibulocochlearis (VIII ). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan
degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi disertai
dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat
pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan
saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf. 14

19
Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari ketulian ini. Crowe dan
rekannya, Saxen, Gacek dan Schuknecht telah mempelajari perubahan histologik
dari koklea pada telinga seseorang dengan presbikusis. Gacek dan Schucknecht
mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe
berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan dengan gejala
yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. 14
Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu
degenerasi koklea, degenerasi sentral dan beberapa mekanisme mokuler, seperti
faktor gen, stress oksidatif dan gangguan transduksi sinyal.
1. Degenerasi Koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada
nilai potensial endolimfe yang menurun menjadi 20mV atau lebih. Pada
presbikusis terlihat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB dan potensial
endolimfe 20mV (normal-90 mV).4
2. Degenerasi Sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius
meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP).
Fungsi input-output dari CAP terefleksi juga pada fungsi input-output pada
potensial saraf pusat, memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus
auditorius dan penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman
bicara buruk.4
3. Mekanisme Molekuler Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap prebikusis, yaitu C57BL/6J merupakan
protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode
komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsic sel mitokondria
mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan
penurunan pendengaran.4
4. Stress Oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress oksidatif
bertambah dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya
menyebabkan proses penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan

20
kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea
sehingga terjadi disfungsi pendengaran.4
5. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap transduksi mekanik,
merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia Gen family cadherin
23 (CDH23) dan proto-cadherin 15 (PCDH15) diidentifikasi sebagai penyusun
ujung sel rambut koklea yang berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal.
Terjadinya mutasi menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan
menyebabkan gangguan pendengaran.4
Perubahan histologik presbikusis jarang sekali ditemukan hanya pada satu
area saja, karena perkembangan presbikusis melibatkan perubahan simultan pada
banyak tempat. Hal ini menjelaskan sulitnya menghubungan gejala klinik atau
tanda dengan lokasi anatomik yang spesifik, seperti yang dikemukakan oleh Suga
dan Lindsay juga oleh Nelson dan Hinojosa.
Banyaknya penelitian terbaru ditujukan untuk mengetahui penyebab
sebenarnya dari presbikusis. Sebahagian besar menitikberatkan pada abnormalitas
genetik yang mendasarinya, atau memiliki peranan ataupun mencetuskan
perkembangan dari penyakit ini.
Salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab potensial
presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA mitokondrial. Penurunan perfusi ke
koklea dihubungkan dengan umum mungkin berperan dalam pembentukan
metabolit oksigen reaktif, yang efek sampingnya mempengaruhi struktur telinga
dalam. Kerusakan DNA mitokondrial dapat menyebabkan berkurangnya
posforilasi oksidatif, yang berujung pada masalah fungsi neuron di telinga dalam.
Nutrisi dan anatomi diduga berperan juga dalam menyebabkan
presbikusis. Berner, dkk, menjumpai adanya hubungan antara defisiensi asam
folat dan vitamin B12 dengan hilangnya pendengaran tetapi hubungannya tidak
signifikan secara statistik. Martin Villares menemukan hubungan antara level
kolesterol yang tinggi dengan berkurangnya pendengaran. Walaupun pneumatisasi
dari mastoid tidak berhubungan dengan terjadinya presbikusis pada penelitian
yang dilakukan oleh Pata, dkk, tetapi perubahan ultrastruktur pada lempeng

21
kutikular tampak berhubungan dengan riwayat ketulian pada frekuensi tinggi pada
studi terhadap tulang temporal manusia yang dilakukan oleh Scholtz.

2.3.4. Gejala Klinis


Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya
pendengaran tidak diketahui pasti.Keluhan lainnya adalah telinga berdenging
(tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar
belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan
akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor kelemahan saraf
(recruitment).1

2.3.5. Penegakan Diagnosis


a. Anamnesa
Keluhan utama berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan – lahan
dan progresif, simetris pada kedua telinga, waktu kurangnya pendengaran tidak
diketahui secara pasti. 1,6
Keluhan lainnya berupa telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan dengan cepat dan dengan latar belakang yang bising. Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan
oleh faktor kelelahan saraf. 1,6
b. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Dengan pemeriksaan fisik telinga biasanya normal, pada pemeriksaan
otoskopik tampak mebran timpani suram, mobilitasnya berkurang. Pada tes penala
didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan
tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan
yang tajam setelah frekuensi 2000Hz. Garis ambang dengar pada audiogram jenis
metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya
berangsur – angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut

22
juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah. Gambaran ini khas pada
presbikusis jenis sensorineural. Variasi nilai ambang audiogram antara telinga
satu dengan yang lainnya pada presbikusis ini terjadi sekitar 5-10 dB. 1,6,10
Otoacoustic emision (OAE) dapat menunjukkan fungsi koklea yang mana
hasil pemeriksaan yang didapatkan refer (emisi tidak muncul). Pemeriksaan
BERA dilakukan pada pasien dengan kondisi kesadaran menurun atau terdapat
kecurigaan tuli saraf retrokoklear. Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan
adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination). Keadaan ini jelas
terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear. 1,9
a. Audiometri murni
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan
audiometri nada murni.Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan
suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan simetris.Pemeriksaan
audiometri nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada murni yang
menunjukkan gambaran tuli sensorineural.Pada tahap awal terdapat penurunan
yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada
gangguan pendengaran jenis sensorik dan neural.Kedua jenis ini paling sering
ditemukan.
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik
lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi
penurunan.Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada
frekuensi yang lebih rendah.
b. Audiometri tutur
Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis
neural dan koklear.
Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang
kata yang didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea,
pasien sulit untuk membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli
retrokoklea lebih sulit lagi umtuk membedakan kata tersebut.

23
Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam
pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar. Hasil
uji audiometri suara :
90-100 % normal
75-90% tuli ringan
60-75% tuli sedang
50-60% kesukaran mengikuti pembicaraan sehari-hari
<50% tuli berat

Gambar 9. Contoh hasil audiometri.

2.3.6. Diagnosis Banding


1. Sudden Sensory Hearing Loss
Kehilangan pendengaran secara tiba – tiba adalah hal yang umum terjadi pada
orang tua. Kebanyakan kasus adalah merupakan akibat dari obstruksi trombus
atau emboli pada arteri auditorius internus. Kebanyakan kasus membaik
dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa minggu hingga beberapa
bulan. Terapi dengan prednison secara oral dapat memberikan keuntungan
bagi penyakit ini. Walaupun kebanyakan penyebab penyakit ini idiopatik atau
dicurigai gangguan vaskular, tetap harus dipikirkan adanya kemungkinan

24
akibat fistula perilimfatik, sifilis tertier, infark batang otak, penyakit
demyelisasi, dan schwannoma vestibular.7
2. Penurunan Pendengaran Asimetris
Kebanyakan penurunan pendengaran pada orang tua bersifat simetris dan
bilateral. Penurunan pendengaran unilateral merupakan atipikal dan
memerlukan investigasi lebih lanjut seperti kelainan pada sistem auditorius
sentral yaitu schwannoma vestibuler. Gejala yang umumnya timbul adalah
penurunan pendengaran sensorineural, tinitus, dan disequilibrium. 7
3. Ototoksik
Tidak semua penurunan pendengaran pada orang tua merupakan presbikusis.
Obat–obat yang menyebabkan ototoksik seperti antibiotik golongan
aminoglikosida, diuretik, dan obat–obat kemoterapi (khususnya cisplastin)
berkontribusi dalam penurunan pendengaran pada orang tua. Pasien yang
memiliki resiko tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran akibat
ototoksik biasanya mereka dengan obat ototoksik multipel atau mereka
dengan insufisiensi renal. Resiko terjadinya ototoksik dapat diturunkan
dengan pengamatan dengan menggunakan serial audiometri. Pemberian obat–
obat yang dapat menyebabkan ototoksik dapat dihentikan apabila dalam
pengamatan audiometri didapatkan penurunan pendengaran yang semakin
buruk. Pergantian obat – obatan ototoksik dengan non-toksik juga dapat
mencegah terjadinya penurunan pendengaran akibat ototoksik.7,13
4. Penurunan Pendengaran tipe lainnya
Penyebab penurunan pendengaran yang jarang ditemukan adalah disebabkan
oleh penyakit metabolik (hipotiroid, diabetes, hiperlipidemia, dan gagal
ginjal), infeksi (sifilis, mumps), penyakit autoimun (lupus eritomatous,
poliarteritis), faktor psikologi (terapi radiasi) dan sindrom herediter (sindrom
usher). Idetifikasi penurunan pendengaran yang disebabkan oleh penyakit
metabolik sangat penting karena penurunan pendengaran dapat diterapi
dengan obat – obatan. 7

25
2.3.7. Penatalaksanaan
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan
dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Adakalanya pemasangan alat
bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech
reading) dan latihan mendengar (auditory training) dimana proses pelatihan
tersebut dilakukan bersama dengan ahli terapi wicara (speech therapist). 1,6
Alat bantu dengar yang dapat digunakan termasuk alat bantu yang
diletakkan di belakang telinga, dan yang terbaru diletakkan di dalam kanalis
auditorius. Orang-orang dengan gangguan penglihatan akan sulit menempatkan
alat bantu dengar dengan ukuran yang kecil, oleh karena itu disarankan
menggunakan alat bantu dengar dengan ukuran lebih besar. 13
Selain itu, dapat juga dilakukan implan koklea. Implan koklea yang biasa
digunakan pada orang tua dengan penurunan pendengaran memperlihatkan hasil
yang baik. Implan koklea merupakan sebuah stimulator neural dengan elektroda
yang diletakkan di dalam koklea melalui pembedahan. Suara diekstraksi dan
dikodekan melalui prosesor suara eksternal, dan ditransmisikan kedalam elektroda
melalui radio transkutaneus. Untuk orang - orang dengan penurunan pendengaran
yang sangat parah dimana telah menggunakan alat bantu dengar tetapi tidak
memperlihatkan perbaikan yang baik, maka implan koklea merupakan metode
rehabilitasi auditorik yang standar, aman dan efektif. 13,14

2.3.8. Prognosis
Gangguan pendengaran berhubungan dengan penuaan yang progresif.
Namun, tingkat pengembangan adalah bervariasi. Kehilangan pendengaran yang
berkaitan dengan usia biasanya berkembang menjadi 1 dB/y. Rehabilitasi
seseorang yang mengalami ketulian pada usia tua sering kurang memuaskan.
Amplifikasi, meskipun membantu dalam membuat suara terdengar, biasanya tidak
cukup mengatasi penurunan kejelasan. Implantasi koklea menawarkan harapan
memulihkan audisi dan kejelasan kepada individu sangat tuli. 7
Ketidakseimbangan sering dapat distabilkan, tetapi keseimbangan normal
tidak dapat dikembalikan. Aktivitas fisik dapat berperan penting dalam pemulihan

26
fungsional pasien, yang memungkinkan mereka untuk cenderung melakukan
kegiatan rutin sehari-hari dengan jaminan yang lebih baik.7
Telah diketahui bahwa presbikus ini merupakan tuli sensoris yang mana
mengganggu kerja dari saraf, maka sifatnya tetap atau irreversible, sehingga tidak
dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka prognosisnya
kurang baik, namun perjalanan penyakit dapat diperlambat dengan menghindari
penyebab atau faktor resiko yang memperburuk penyakit yang diderita. Penderita
presbiakusis tidak memerlukan perawatan khusus, namun sebaiknya penderita
melakukan pemeriksaan berkala pada ahli THT untuk memonitor ambang
pendengaran dan untuk menyesuaikan amplifikasi alat bantu pendengaran. Selain
itu, diperlukan juga motivasi untuk menenangkan kondisi psikis dari penderita
presbiakusis.7

27
BAB III
KESIMPULAN

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Lalwani A.K. 2020. Current Diagnosis & Treatment: Otolaryngology
Head and Neck Surgery 4nd Ed. New York: Mc Graw Hill.
2. Csillag A. 2005. Atlas Of The Sensory Organs: Functional and Clinical
Anatomy. New Jersey: Humana Press.
3. Water T.R., Staecker H. 2006. Otolaryngology: Basic Science and Clinical
Review. New York: Thieme Medical Publisher.
4. Fatmawati, R. & Dewi, Y. A. 2016. Karakteristik Penderita Presbiakusis di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Sistem Kesehatan, Vol. 1(4).
5. Soetjipto D. 2016. Presbikusis. [cited on March 27th, 2020] from
http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=16.
6. Saadi, R. A. & Meyers, A. D., 2019. Medscape emedicine: Presbycusis
Treatment & Management. [cited on March 27th, 2020] from:
https://reference.medscape.com/article/855989-treatment.
7. Pasha R. & Golub, J. S. 2018. Otolaringology Head and Neck Surgery:
Clinical Reference Guide 5th Ed. New York: Singular.
8. Nair, B. K. R. (Ed.). 2018. Geriatric Medicine: A Problem-Based
Approach. New York: Springer.
9. Belvins, NH. Presbycusis. Accessed on 20 February, 2014. Available on
http://www.uptodate.com/contents/presbycusis
10. Roland, PS. Presbycusis. Accessed on 20 February, 2014. Available on
http://reference.medscape.com/article/855989-overview
11. Muyassaroh. Faktor Resiko Presbikusis. J Indon Med Assoc, Volum: 62,
Nomor: 4, April 2012.
12. Suwento R, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada geriatric. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga HIdung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2007. P.10-43

29

Anda mungkin juga menyukai