NIM : 04011181621065
Kelas : Alpha 2016
c. Pengeliminasian bahaya
Mengubah material.
Mengubah proses.
Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di pabrik
d. Pengurangan bahaya
2. Higiene Industri
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998), higene industri
adalah ilmu tentang antisipiasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi tem
pat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja dan atau penyak
it akibat kerja. Higene industri menggunakan metode pemantauan dan analisis lingkungan unt
uk mendeteksi luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higene industri juga menggunakan pendek
atan teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti penggunaan alat pelindung diri,
desain cara kerja yang aman untuk mencegah paparan berbagai bahaya di tempat kerja.
Di Indonesia, Higene industri didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu higene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kuali
tatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilny
a dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pen
cegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat k
erja (Suma’mur, 1999). Sedangkan menurut UU no. 14 tahun 1969 Higene perusahaan adalah
Lapangan kesehatan yang ditunjukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehat
an tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja y
ang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat ntuk pencegahan penyakit baik akibat
kerja maupun umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan perumahan tenaga kerja.
2.2 Tujuan
Tujuan Utama dari higiene Industri ialah Pencegahan , pemberantasan penyakit dan kecel
akaan akibat kerja, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, mempertinggi efisiensi dan daya pr
oduktivitas tenaga kerja. Pemberantasan kelelahaan ,penglipat gandaan kegairahan dan kenik
matan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar industri, serta perlindungan masyarakat lu
as dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk industri.
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dala
m implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang t
idak berakhir (selama aktivitas industry berjalan). Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari
:
1. Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja.
Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja.
2. Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil da
n lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, do
sis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
3. Evaluasi
4. Pengontrolan
Substitusi : modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi
bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima
untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkanny
a di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentra
lisasi kontrol.
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkun
gan kerja selain pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Burtanto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk industri.
Yoygakarta: Pustaka Baru Press.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
Muhammad, Iwan, Ramadhan. Higiene Industri. Bimotry. Yogyakarta.
Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi Hygene dan K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja). Bandung: Pene
rbit Rekayasa Sains.
Ridley, John. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Stranks, Jeremy. 2003. The Handbook of Health and Safety Practice, 6th ed. Great Britain Pe
arson Education Limited 2003: Prentice Hall.
Sucipto, Cecep Dani. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishi
ng.
1
a. Apa fungsi departemen HSE?
Tugas dan tanggung jawab HSE manager yakni :
1. HSE manager harus memastikan bahwa perusahaan secara efektif melaksanakan program
K3. Karena itulah dalam praktiknya manager harus mengecek prinsip plan, do, check, dan act
berjalan secara efektif. Selain itu manager juga harus mengintegrasikan prinsip K3 ini
kedalam praktik manajemen standar perusahaan.
2. Tujuan utama pelaksanaan semua program K3 dalam perusahaan adalah untuk memastikan
bahwa sistem K3bekerja dengan baik sehingga kerugian yang diakibatkan kecelakaan kerja
dapat dihindari.
3. HSE manager bukan hanya memastikan kontrol yang tepat untuk tindakan pencegahan
kecelakaan di tempat kerja, namun juga mengeluarkan kebijakan yang tepat, proses yang
efektif, orang yang kompeten, budaya kerja yang benar. Sehingga semuanya berkontribusi
dalam penciptaan lingkungan kerja yang aman.
4. Untuk mengelola program K3 secara efektif, manager harus melibatkan semua unsur
dalam perusahaan. Penting diingat, bahwa kesuksesan pelaksanaan program K3 ini hanya
dapat dilakukan bersama semua orang. Melibatkannya secara efektif akan membuat membuat
proses pelaksanaanya menjadilebih dinamis dan konstruktif.
5. Mematuhi hukum penting, namun tetap lebih dari itu program K3 perlu dilihat sebagai
bagian kinerja bisnis utama, bukan hanya tambahan atau sekedar mematuhi peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Untuk itu tugas HSE manager serta manager lainnya perlu
mengelolanya seperti hasil bisnis lainnya, dengan melakukan langkah-langkah yang
mendukung peningkatan kerja dengan menciptakan sistem, budaya, praktek kerja yang aman
serta evaluasi K3.
Sumber : Artikel Indonesia Safety Center.
b. Apa interpretasi dari 40% dari 500 pekerja merupakan pekerja dari luar daerah
perusahaan?
Pekerja pada pabrik tersebut 40% berasal dari luar daerah berarti pekerja dapat membawa
penyakit dari luar, yakni dari daerah asalnya. Penyakit tersrbut dibawa dan ditularkan ke
daerah perusahaan seperti kasus DBD. Selain itu, pekerja tinggal sendiri di area peruahaan,
jauh daru keluarga. Hal ini menyebabkan pekerja mudah gangguan psikososial.
3.
a. Berapa waktu bekerja yang efektif?
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan
ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas
disebutkan diatas yaitu:
- 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu atau
- 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
3. Pengolahan makanan
proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan yang siap santap Pengolahan
makanan yg baik mengikuti kaidah Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau Good
Manufacturing Practise (GMP) yaitu :
1. Persiapan tempat pengolahan
2. Persiapan rancangan menu
3. Peralatan masak
4. Peralatan makan dan minum
5. Wadah penyimpanan makanan
6. Sarana penyajian (display)
7. Rak penyimpanan
8. Peralatan untuk pencucian
9. Pelindung pencemaran
10. Fasilitas sanitasi
11. Pemilihan bahan sortir
12. Peracikan bahan
13. Persiapan bumbu
14. Persiapan pengolahan
15. Prioritas dalam memasak
5. Pengangkutan makanan
Menurut Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga,
lampiran, Bab III, Cara Pengolahan Makanan Yang Baik, dalam hal pengankutan makanan,
adalah sebagai berikut :
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis.
3) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.
4) Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin, diangkut
dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan makanan tidak rusak seperti daging,
susu cair dan sebagainya.
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu
higienis.
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah makanan
yang akan ditempatkan.
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair (kondensasi).
6) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap
panas pada suhu 60oC atau tetap dingin pada suhu 4oC. Harus diperhatikan cara :
- Pengangkutan bahan makanan
- Pengangkutan makanan siap santap antara bahan makanan dan makanan siap santap harus
diangkut terpisah.
6. Penyajian makanan
Makanan dinyatakan Laik Santap apabila telah dilakukan :
Uji organoleptik :
Meneliti dengan menggunakan lima indera manusia yaitu melihat (penampilan), meraba
(tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) danmenjilat (rasa)
Uji biologis :
Khusus dilakukan untuk sajian bagi orang-orang penting (VIP) seperti Kepala Negara atau
Kepala pemerintahan. Sebelum makanan disantap harus diuji terlebih dahulu dengan cara
memakannya secara sempurna (misal kue harus satu potong utuh), kalau dalam dua jam tidak
terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
Uji laboratorium
Pemeriksaan kualitas makanan dengan analisa laboratorium untuk mengetahui tingkat
pencemaran makanan baik kimia maupun mikroba, maka diperlukan sampel
makanan yg disiapkan dengan cara steril dan mengikuti prosedur yang benar, Hasilnya
dibandingkan dengan standar yang telah baku/telah ditetapkan.
Untuk penyajian makanan harus memperhatikan tempat penyajian.
Cara penyajian :
Penyajian meja (table service), saung (ala carte), doos (box), prasmanan (buffet), dibungkus
(pack/wrap), layanan cepat (fast food).
Prinsip penyajian :
Prinsip wadah, prinsip kadar air, prinsip pemisah, prinsip panas, prinsip bersih, prinsip
handling (yaitu penanganan makanan & alat makan tidak kontak langsung dengan anggota
tubuh terutama tangan dan bibir), prinsip tepat penyajian (yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat
tata hidang dan tepat volume).
Sumber : Nugraheni, M. 2017. Makalah food safety dan sanitasi hygiene. Yogyakarta.
4a. Bagaiamana maanajemen resiko yang tepat pada pekerja dipabrik ini?
Managemen risiko pada pekerja pabrik:
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya
(hazard).
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti input
dengan yang lebih rendah risikonya. Contohnya mengganti mesin
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada alat,
mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan. Contohnya membuat peredaam suara
pada mesin
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan seleksi terhadap
kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, alat pelindung telinga seperti ear plug yang
sesuai dengan peraturan, sepatu safety, coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung
diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Sumber : Soputan, G. E. M., Sompie, B. F., dan Mandagi, R. J. M. 2014. MANAJEMEN
RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) (Study Kasus Pada
Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal Ilmiah Media Engineering. 4(4): 229-23.8.
b. Bagaimana penyimpanan data penggunaan bahan kimia sesuai dengan material
safety data sheet?
Sebelum bahan kimia diterima, disimpan dan digunakan maka keterangan yang ada dalam M
SDS harus dipahami. Keterangan tersebut meliputi:
1. Identifikasi bahan Bagian ini menjelaskan nama bahan kimia, meliputi nomor urut MSDS,
sinonim dalam nama kimia dan nama dagang, rumus dan berat molekul.
2. Label bahaya Label ini diberikan dalm bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat
sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua yaitu menurut PBB (internasional) dan NFPA (Nati
onal Fire Protection Assosiation)-Amerika. Label NFPA ditunjukkan di table di bawah, berup
a 4 kotak yang mempunyai ranking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru),
bahaya kebakaran (merah) dan bahaya reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk keterangan ta
mbahan.