1. Sebagai ketua yang baru di departemen health and safety environmrnt (HSE) PT
Semen Batu Membara, dr.John dari hasil survey epidemiologi menemukan beberapa
data terkait kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja sekitar. PT
Semen Batu Membara adalah perusahaan batubara yang terletak di daerah kabupaten
Lahat yang merupakan daerah endemic demam berdarah, dari 500 pekerja, 40% nya
merupakan pekerja dari luar daerah perusahaan. Sebelum memulai kerjanya, dr. John
melakukan langkah-langkah industrial hygiene (antisipasi,rekognisi, evaluasi, dan
kontrol) untuk menganalisis masalah yang ada dilapangan.
a. Apa fungsi departemen HSE?
Jawab:
Health and safety environment (HSE) di perusahaan dipimpin oleh seorang
manager HSE yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan seluruh program HSE yang disesuaikan dengan tingkat risiko dari
masing-masing bidang pekerjaan dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja
serta Lingkungan.
b. Apa interpretasi dari 40% dari 500 pekerja merupakan pekerja dari luar daerah
perusahaan?
Jawab:
40% dari 500 pekerja merupakan pekerja dari luar daerah perusahaan, artinya
pekerja yang berasal dari luar kota masih perlu beradaptasi dengan lingkungan
yang ada di sekitar tempat perusahaan. Maka perlu dilakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan yang
muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit, mengalami
gangguan kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para pekerja
maupun penduduk dalam suatu komunitas.
c. Jelaskan langkah –langkah industrial hygiene?
Jawab:
1. Anticipation
Antisipasi adalah memprediksi potensi bahaya dan risiko yang ada ditempat
kerja. Sebelum memasuki area, pekerja dapat harus memprediksi potensi
bahaya yang ada ditempat pekerja seperti bahaya:
Berdasarkan lokasi atau unit
Berdasarkan kelompok pekerja
Berdasarkan jenis potensi bahaya
Berdasarkan tahapan proses produksi
2. Recognition
Rekognisi adalah suatu kegiatan mengidentifikasi dan mengukur bahaya
untuk mengetahui tingkat konsentrasi, jenis, kandungan dan sifat dari bahaya
tersebut.
Faktor fisik meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume
udara, atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisik seperti
penerangan, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan
aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang
elektromagnetis.
Faktor kimia yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin
wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap,
debu, kabut, fume, asap, cairan dana tau zat padat.
Faktor biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan terhadap manusia (agen yang
menginfeksi).
Faktor ergonomic adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan mencegah
cidera pada pekerja (OSHA, 2000).
Faktor mental dan psikologis adalah reaksi mental dan kejiwaan terhadap
suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan
prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Evaluation
Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan
metode yang lebih spesifik. Contohnya: mengukur kebisingan dengan sound
level meter, pengukuran kadar debu atau partikel dengan mengguakan digital
dust indicator, melakukan pengukuran pencahayaan dengan menggunakan
Lux meter dan sebagainya, hasil dari pengukuran ini dibandingkan dengan
peraturan pemerintah yang berlaku untuk mengetahui apakah melebihi nilang
ambang batas atau tidak.
4. Control
Dari hasil evaluasi kemudian dilakukan pengendalian jika terdapat hasil
pengukuran yang melebihi ambang batas, contohnya pengendalian
menggunakan metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik yaitu:
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya misalnya, bahaya jatuh, bahaya
ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
Subtitusi Mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya, contohnya mengganti suatu
bahan yang berbahaya dengan yang tidak berhaya tetapi dengan fungsi
yang sama.
Engineering control adalah suatu langkah memodifikasi bahaya, baik
memodifikasi lingkungan kerja, ataupun memodifikasi alat-alat kerja.
Meliputi cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesifikasi saat
menentukan desain awal.
Administrasi control adalah mengatur interaksi antara pekerja dengan alat-
alat atau lingkungan kerja, mengatur shift kerja, mengurangi waktu para
pekerja di area yang mengandung bahaya tinggi dan memberikan
kemampuan pekerja untuk mengenali bahaya supaya dapat bekerja dengan
aman.
APD ( Alat Pelindung Diri ) merupakan langkah terakhir yang digunakan
bila memang cara-cara diatas tidak bisa dilakukan adalah dengan memakai
APD (alat pelindung diri) seperti Topi keselamatan (Helmet), kacamata
keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan
Sepatu Keselamatan. Pengendalian ini merupakan pegendalian terakhir
pada hirarki pengendalian bahaya. APD digunakan oleh pekerja untuk
melindungi pekerja dari bahaya (hazard) yang terdapat di lingkungan
kerja.
3. PT Semen Batu Membara juga memiliki pekerja buruh yang merupakan masyarakat
sekitar perusahaan dengan bekerja 10 jam sehari dengan libur setiap hari minggu dan
pekerja yang berasal dari luar daerah yang menginap di mess perusahaan dengan hari
libur selama 7 hari setiap 3 bulan kerja. Pada proses antisipasi dr John membuat
penilaian resiko kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan yang dapat dinilai
melalui proses bisnis aktivitas perusahaan. Pada proses rekognisi didapatkan bahwa
pengolahan air limbah perusahaan yang menggunakan bakteri Bacillus Subtilis untuk
menjernihkan dan memastikan kualitas air limbah tidak berbahaya jika masuk
kedalam air tanah atau sungai disekitar perusahaan. Tetapi dr. John menemukan e-
coli pada air penampungan yang digunakan untuk pekerja dan masak. 80% pekerjaan
didalam pabrik menggunakan mesin yang memiliki total bising 120 Db dan pada
daerah pemukiman warga memiliki total bising 75Db. Koki perusahaan belum
melakukan tes kesehatan terkait pekerjaanya dan dr John menemukan food safety and
hygiene perusahaan yang buruk.
a. Berapa waktu bekerja yang efektif?
Jawab:
Menurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya
pasal 77 sampai dengan 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah
diatur pasal 77 ayat 2, UU No. 13/2003 yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kasus, jam kerja pada pekerja tidak sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003, karena
jam kerja yang ditentukan melebihi waktu kerja yang seharusnya yaitu 10 jam sehari
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu yang seharusnya 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dalam
1 minggu.
4. Perusahaan belum memberikan alat pelindung diri (APD) yang tepat seperti masker
untuk debu semen, ear plug yang memiliki noise reduction rate (NNR) yang tepat,
safety sign yang tepat dan belum dibuatnya area evakuasi dan tempat berkumpul
apabila terjadi kasus emergensi. Pengunaan bahan kimia tidak disimpan sesuai
dengan Materil safety data sheet (MSDS)-nya. Dr John melakukan proses evaluasi
dengan membagi analisis temuan resiko berdasarkan risiko kesehatan kerja dan
keselamatan kerja. Saat ini PT Semen Membara sedang membangun sebuah klinik
untuk perusahaan tetapi belum selesai sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja
pertolongan pertama yang dilakukan adalah dibawa ke puskesmas terdekat. Menurut
laporan puskesmas tahun lalu puskesmas 8 penyakit terbanyak adalah diare,
ispa,asma, silicosis, keluhan musculoskeletal disorders ( MSDs), gangguan
pendengaran, alergi dan luka-luka.
a. Bagaiamana manajemen resiko yang tepat pada pekerja dipabrik ini?
Jawab:
Risk Management perusahaan merupakan proses pengendalian risiko dengan
langkah sebagai berikut.
1. Eliminasi
Proses eliminasi adalah usaha untuk menghilangkan sumber bahaya di
tempat kerja.
2. Substitusi
Apabila sumber bahaya tersebut tidak dapat dieliminasi, maka usaha
berikutnya adalah dengan mengganti atau menyubstitusi zat/benda/proses yang
menjadi sumber bahaya tersebut dengan zat/benda/proses lain yang tidak menjadi
sumber bahaya.
3. Isolasi
Apabila proses eliminasi dengan menghilangkan sumber bahaya dan
substitusi dengan mengganti sumber bahaya tersebut tidak bisa dilakukan, maka
dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sumber bahaya seperti diletakkan di
dalam ruangan kaca atau menjauhkan sumber bahaya.
4. Engineering Control
Pada keadaan di mana sumber bahaya tersebut tidak dapat dieliminasi atau
disubtitusi, maka diterapkan usaha kontrol teknis atau engineering control untuk
menurunkan risiko sumber bahaya tersebut sehingga tidak membahayakan
pekerja. Kontrol teknis ini sebagai contoh dapat berupa penutupan sumber bahaya
sehingga tidak menimbulkan kontak langsung pada pekerja.
5. Administrative Control
Kontrol administratif diperlukan ketika kontrol teknis tidak sepenuhnya
dapat mengendalikan sumber bahaya. Kontrol administratif dibuat untuk menjaga
pekerja dalam wilayah aman. Contoh kontrol administratif adalah pemasangan
tanda bahaya, peraturan jam kerja maupun paparan terhadap sumber bahaya dan
pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) pemakaian alat.
6. APD (Alat Pelindung Diri)
Setiap pekerja yang berisiko terhadap sumber bahaya diharuskan memakai
APD.
2. Bahan kimia dalam kemasan asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau
rusak, dengan label asli berisi keterangan pestisida secara jelas.
5. Jangan menyusun bahan kimia atau pestisida dalam tumpukan yang terlalu
banyak, agar diperhatikan kapasitas dan kekuatan rak/lemari tempat
penyimpanan.
6. Bahan kimia atau pestisida jenis butiran atau tepung disimpan di rak bagian
atas dari rak penyimpanan untuk menghindari kontaminasi bila terjadi
kebocoran pada kemasan bahan kimia atau pestisida bentuk cair.
8. Untuk bahan kimia atau pestisida dengan klasifikasi Ia, Ib dan II disimpan di
dalam ruang double locking.
9. Buat label tanggal penerimaan bahan kimia atau pestisida, dan kelompokkan
masing-masing jenis berdasarkan tanggal penerimaan. Petugas yang
menyimpan pestisida harus menggunakan APD yang ditetapkan dalam
MSDS.
c. Apa hubungan antara laporan puskesmas terdahulu dengan lingkungan pekerjaan
dan daerah sekitarnya?
Jawab:
Terdapat hubungan antara laporan puskesmas tahun lalu dengan lingkungan
pekerjaan sebagai salah satu risiko tenaga kerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri dan tidak menjaga kebersihan disekitarnya.
I. Learning Issues
1. K3
2. Industrial hygiene