Anda di halaman 1dari 15

Analisis Masalah

1. Sebagai ketua yang baru di departemen health and safety environmrnt (HSE) PT
Semen Batu Membara, dr.John dari hasil survey epidemiologi menemukan beberapa
data terkait kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja sekitar. PT
Semen Batu Membara adalah perusahaan batubara yang terletak di daerah kabupaten
Lahat yang merupakan daerah endemic demam berdarah, dari 500 pekerja, 40% nya
merupakan pekerja dari luar daerah perusahaan. Sebelum memulai kerjanya, dr. John
melakukan langkah-langkah industrial hygiene (antisipasi,rekognisi, evaluasi, dan
kontrol) untuk menganalisis masalah yang ada dilapangan.
a. Apa fungsi departemen HSE?
Jawab:
Health and safety environment (HSE) di perusahaan dipimpin oleh seorang
manager HSE yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan seluruh program HSE yang disesuaikan dengan tingkat risiko dari
masing-masing bidang pekerjaan dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja
serta Lingkungan.

b. Apa interpretasi dari 40% dari 500 pekerja merupakan pekerja dari luar daerah
perusahaan?
Jawab:
40% dari 500 pekerja merupakan pekerja dari luar daerah perusahaan, artinya
pekerja yang berasal dari luar kota masih perlu beradaptasi dengan lingkungan
yang ada di sekitar tempat perusahaan. Maka perlu dilakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan yang
muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit, mengalami
gangguan kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para pekerja
maupun penduduk dalam suatu komunitas.
c. Jelaskan langkah –langkah industrial hygiene?
Jawab:
1. Anticipation
Antisipasi adalah memprediksi potensi bahaya dan risiko yang ada ditempat
kerja. Sebelum memasuki area, pekerja dapat harus memprediksi potensi
bahaya yang ada ditempat pekerja seperti bahaya:
 Berdasarkan lokasi atau unit
 Berdasarkan kelompok pekerja
 Berdasarkan jenis potensi bahaya
 Berdasarkan tahapan proses produksi
2. Recognition
Rekognisi adalah suatu kegiatan mengidentifikasi dan mengukur bahaya
untuk mengetahui tingkat konsentrasi, jenis, kandungan dan sifat dari bahaya
tersebut.
 Faktor fisik meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume
udara, atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisik seperti
penerangan, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan
aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang
elektromagnetis.
 Faktor kimia yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin
wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap,
debu, kabut, fume, asap, cairan dana tau zat padat.
 Faktor biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan terhadap manusia (agen yang
menginfeksi).
 Faktor ergonomic adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan mencegah
cidera pada pekerja (OSHA, 2000).
 Faktor mental dan psikologis adalah reaksi mental dan kejiwaan terhadap
suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan
prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Evaluation
Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan
metode yang lebih spesifik. Contohnya: mengukur kebisingan dengan sound
level meter, pengukuran kadar debu atau partikel dengan mengguakan digital
dust indicator, melakukan pengukuran pencahayaan dengan menggunakan
Lux meter dan sebagainya, hasil dari pengukuran ini dibandingkan dengan
peraturan pemerintah yang berlaku untuk mengetahui apakah melebihi nilang
ambang batas atau tidak.
4. Control
Dari hasil evaluasi kemudian dilakukan pengendalian jika terdapat hasil
pengukuran yang melebihi ambang batas, contohnya pengendalian
menggunakan metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik yaitu:
 Eliminasi adalah menghilangkan bahaya misalnya, bahaya jatuh, bahaya
ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
 Subtitusi Mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya, contohnya mengganti suatu
bahan yang berbahaya dengan yang tidak berhaya tetapi dengan fungsi
yang sama.
 Engineering control adalah suatu langkah memodifikasi bahaya, baik
memodifikasi lingkungan kerja, ataupun memodifikasi alat-alat kerja.
Meliputi cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesifikasi saat
menentukan desain awal.
 Administrasi control adalah mengatur interaksi antara pekerja dengan alat-
alat atau lingkungan kerja, mengatur shift kerja, mengurangi waktu para
pekerja di area yang mengandung bahaya tinggi dan memberikan
kemampuan pekerja untuk mengenali bahaya supaya dapat bekerja dengan
aman.
 APD ( Alat Pelindung Diri ) merupakan langkah terakhir yang digunakan
bila memang cara-cara diatas tidak bisa dilakukan adalah dengan memakai
APD (alat pelindung diri) seperti Topi keselamatan (Helmet), kacamata
keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan
Sepatu Keselamatan. Pengendalian ini merupakan pegendalian terakhir
pada hirarki pengendalian bahaya. APD digunakan oleh pekerja untuk
melindungi pekerja dari bahaya (hazard) yang terdapat di lingkungan
kerja.

2. Gambar 1. Proses Bisnis PT Semen Batu Membara


a. Bagaimana interpretasi dari gambar diatas? (apa saja faktor resiko)
Jawab:
 Peledekan > 120 dB: Hazard fisika karena menimbulkan kebisingan bagi
sekitarnya
 Bahan peledak ammonium nitrat: Hazard kimia
 Silica: Hazard kimia
 Pekerja semen: Tidak menggunakan alat pelindung diri seperti hard hat,
respirator, kacamata pelindung (safety spectacles), earplug, safety shoes,
sarung tangan karet

3. PT Semen Batu Membara juga memiliki pekerja buruh yang merupakan masyarakat
sekitar perusahaan dengan bekerja 10 jam sehari dengan libur setiap hari minggu dan
pekerja yang berasal dari luar daerah yang menginap di mess perusahaan dengan hari
libur selama 7 hari setiap 3 bulan kerja. Pada proses antisipasi dr John membuat
penilaian resiko kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan yang dapat dinilai
melalui proses bisnis aktivitas perusahaan. Pada proses rekognisi didapatkan bahwa
pengolahan air limbah perusahaan yang menggunakan bakteri Bacillus Subtilis untuk
menjernihkan dan memastikan kualitas air limbah tidak berbahaya jika masuk
kedalam air tanah atau sungai disekitar perusahaan. Tetapi dr. John menemukan e-
coli pada air penampungan yang digunakan untuk pekerja dan masak. 80% pekerjaan
didalam pabrik menggunakan mesin yang memiliki total bising 120 Db dan pada
daerah pemukiman warga memiliki total bising 75Db. Koki perusahaan belum
melakukan tes kesehatan terkait pekerjaanya dan dr John menemukan food safety and
hygiene perusahaan yang buruk.
a. Berapa waktu bekerja yang efektif?
Jawab:
Menurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya
pasal 77 sampai dengan 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah
diatur pasal 77 ayat 2, UU No. 13/2003 yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kasus, jam kerja pada pekerja tidak sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003, karena
jam kerja yang ditentukan melebihi waktu kerja yang seharusnya yaitu 10 jam sehari
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu yang seharusnya 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dalam
1 minggu.

b. Bagaimana cara kerja pengolahan limbah air menggunakan bakteri bacillus


subtilis?
Jawab:
Proses pengolahan air limbah dengan aktifitas mikro-organisme disebut dengan
“Proses Biologis”. Proses pengolahan air limbah secara biologis dapat dilakukan
pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau
kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis dengan biakan tersuspensi
adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk
menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikroorganime yang
digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Bacillus subtilis
dapat dikembangkan menjadi mikroorganisme yang mempunyai kemampuan
mengimobilisasi logam berat pada limbah industri yang banyak mengandung
logam berat. Bacillus subtilis memiliki kemampuan mengikat beberapa logam
berat seperti Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, Al, dan Fe dalam bentuk nitrat. Peran utama
bakteri pada lingkungan perairan adalah menguraikan biomassa organik dan
mendaur ulang berbagai elemen penting (nitrogen, fosfor dan sulfur) yang
terdapat pada berbagai macam bahan organik yang masuk ke perairan. Bacillus
sp. dapat memproduksi enzim ekstraseluler pengurai selulosa dan hemiselulosa.

c. Apa interpretasi bahwa air limbah tidak berbahaya?


Jawab:
Bacillus subtilis memiliki kemampuan mengikat beberapa logam berat seperti Pb,
Cd, Cu, Ni, Zn, Al, dan Fe dalam bentuk nitrat. Peran utama bakteri pada
lingkungan perairan adalah menguraikan biomassa organik dan mendaur ulang
berbagai elemen penting (nitrogen, fosfor dan sulfur) yang terdapat pada berbagai
macam bahan organik yang masuk ke perairan sehingga tidak berbahaya.

d. Apa interpretasi terdapat e-coli dalam air penampungan?


Jawab:
 Adanya kemungkinan kontaminasi dari jamban ke air penampungan. Hal ini dapat
disebabkan karena jarak antara jamban dengan air penampungan sebagai sumber air
kurang dari 10 meter.
 Saat hujan air membawa limbah dari kotoran hewan dan manusia yang mengandung
E. coli kemudian meresap ke dalam tanah atau mengalir ke dalam air penampungan
yang sebagai sumber air memasak bagi pekerja.

e. Berapakah kebisingan yang normal?


Jawab:
Nilai Ambang Batas kebisingan untuk tenaga kerja selama 8 jam kerja per hari
adalah sebesar 85 dBA.

f. Bagaimana penanggulangan bising untuk pekerja 120 dB di pabrik?


Jawab:
Pengendalian atau pengurangan kebisingan dapat dilakukan terhadap salah satu
diantara sumber kebisingan, media pengantar (berbentuk materi atau udara), dan
manusia yang terkena dampak, atau pada ketiga hal tersebut. ƒ
 Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan
memodifikasi mesin atau menempatkan peredam pada sumber getaran.
 Pengurangan kebisingan pada media transmisi menghabiskan biaya lebih
murah dengan teknologi lebih sederhana asalkan perencanaannya matang.
Bahan yang dapat menyerap suara, semisal busa atau ijuk dapat ditaruh
diantara mesin dan manusia.
 Pemberian penghalang atau rintangan (pagar) yang tak terputus, padat dan tak
berlubang antara sumber bising dan penerima akan mereduksi bising
tergantung pada sudut bayangan bising dan tiggi efektif panghalang diatas
garis yang menghubungkan sumber bising dengan penerima. Reduksi bising
akan bertambah dengan bertambahnya sudut bayang-bayang bising dan tinggi
penghalang. Panghalang yang rendah sepanjang jalur lalu lintas hanya akan
mengadakan rreduksi bising yang dapat diabaikan di daerah di belakang
penghalang. Supaya penghalang efektif secara akustik, maka harus dekat
dengan sumber bising.
 Penggunaan unsur vegetasi sebagai penghalang bising lingkungan. Semak-
semak dan deretan pohon-pohon pada dasarnya tidak mengurangi bising pada
frekwensi rendah dan mereduksi frekuensi-frekuensi tinggi hanya sekitar 1
sampai 2 dB. ƒ Pengurangan kebisingan pada manusia yaitu dengan
memproteksi telinga. Ada tutup telinga, ada juga sumbat telinga. Tutup
telinga bisa menurunkan kebisingan antara 25-40dB, kemampuan sumbat
telinga lebih kecil, tergantung bahannya. sumbat karet dapat menurunkan
kebisingan 18-25 dB, sumbat cotton woll yang hanya menurunkan 8 dB.

g. Apa dampak warga terpapar bising 75 Db?


Jawab:
1. Gangguan Fisiologis, kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis
berupa kelelahan, dada berdebar, peningkatan denyut jantung dan ritme
pernafasan, pusing, sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Selain itu juga
dapat meningkatkan tekanan darah, pengerutan saluran darah di kulit,
meningkatkan laju metabolik, menurunkan keaktifan organ pencernaan dan
ketegangan otot
2. Gangguan psikologis akibat kebisingan dapat berupa rasa tidak nyaman,
gangguan perasaan, kurang konsentrasi, rasa jengkel, rasa khawatir, cemas,
susah tidur, mudah marah dan cepat tersinggung. Suara secara psikologis
dianggap bising dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu volume, perkiraan dan
pengendalian. Dari faktor volume dapat dijelaskan bahwa suara yang semakin
keras akan dirasakan semakin mengganggu, Jika suara bising itu dapat
diperkirakan datangnya secara teratur, kesan gangguan yang ditimbulkan
akan lebih kecil dari pada suara itu datang tiba-tiba atau tidak teratur, lain
halnya jika suara itu bisa dikendalikan.
3. Gangguan komunikasi, resiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila
komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan ini
dapat menimbulkan terganggunya pekerjaan dan kadang-kadang
mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas kerja.
4. Gangguan tidur untuk malam hari intensitas kebisingan maksimal adalah 35
dB yang memungkinkan tidak mengganggu tidur.
5. Gangguan pendengaran yang ditimbulkan oleh kebisingan pada fungsi
pendengaran dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
 Trauma akustik, hilangnya pendengaran yang umumnya dikarenakan
pengaruh eksposur tunggal atau beberapa eksposur dari kebisingan
dengan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat, seperti
ledakan. Suara yang amat keras seperti ledakan meriam dapat
memecahkan gendang telinga, merusakkan sel sensoris saraf
pendengaran, akibat terasa mendadak dan dramatis, jadi tenaga kerja
dapat mengetahui penyebabnya.
 Temporary Treshold Shiff (Ketulian sementara), bila tenaga kerja
memasuki ruang yang sangat bising pendengarannya akan berkurang.
Berkurangnya pendengaran ini tidak berlangsung terus-menerus dan akan
kembali lagi seperti biasa setelah beberapa lama. Waktu kembalinya
pendengaran ini bisa terjadi beberapa menit sampai beberapa jam bahkan
hari tergantung dari tingginya intensitas kebisingan di tempat itu.
Pulihnya pendengaran seperti semula dibutuhkan waktu 3x24 jam s/d
7x24 jam. Apabila tenaga kerja sudah terpapar kembali sebelum
pemulihan sempurna mengakibatkan adanya sisa-sisa ketulian, sementara
apabila terpapar secara terus-menerus selama bertahun-tahun akan
berubah menjadi ketulian yang menetap.
 Permanent Treshold Shiff (Ketulian menetap), ketulian ini juga sering
disebut Noise Permanent Treshold Shift (NPTS) atau Noise Induced
Hearing Loss (NIHL), yaitu hilangnya pendengaran secara perlahan-
lahan oleh karena kerusakan sensorineural akibat dari pemaparan
kebisingan yang lama dengan intensitas yang tinggi. Sifat dari ketulian
ini irreversible dan tidak dapat sembuh kembali. Penurunan ini
berlangsung secara perlahan-lahan dan membutuhkan waktu yang lama.
Lokasi dari kerusakan terjadi pada organ corti dan koklea dimana
terdapat reseptor serabut yang berupa hair cells.

h. Bagaimana food safety and hygiene yang baik?


Jawab:
Tujuan dari food safety and hygiene menurut Gaman & Sherrington (2006),
sebagai berikut :
 Melindungi makanan agar tidak terkontaminasi dari bakteri
 Mencegah masuknya bakteri dalam makanan
 Menghancurkan bakteri-bakteri dan racun-racun yang dapat membahayakan
melalui proses pemasakan

4. Perusahaan belum memberikan alat pelindung diri (APD) yang tepat seperti masker
untuk debu semen, ear plug yang memiliki noise reduction rate (NNR) yang tepat,
safety sign yang tepat dan belum dibuatnya area evakuasi dan tempat berkumpul
apabila terjadi kasus emergensi. Pengunaan bahan kimia tidak disimpan sesuai
dengan Materil safety data sheet (MSDS)-nya. Dr John melakukan proses evaluasi
dengan membagi analisis temuan resiko berdasarkan risiko kesehatan kerja dan
keselamatan kerja. Saat ini PT Semen Membara sedang membangun sebuah klinik
untuk perusahaan tetapi belum selesai sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja
pertolongan pertama yang dilakukan adalah dibawa ke puskesmas terdekat. Menurut
laporan puskesmas tahun lalu puskesmas 8 penyakit terbanyak adalah diare,
ispa,asma, silicosis, keluhan musculoskeletal disorders ( MSDs), gangguan
pendengaran, alergi dan luka-luka.
a. Bagaiamana manajemen resiko yang tepat pada pekerja dipabrik ini?
Jawab:
Risk Management perusahaan merupakan proses pengendalian risiko dengan
langkah sebagai berikut.
1. Eliminasi
Proses eliminasi adalah usaha untuk menghilangkan sumber bahaya di
tempat kerja.
2. Substitusi
Apabila sumber bahaya tersebut tidak dapat dieliminasi, maka usaha
berikutnya adalah dengan mengganti atau menyubstitusi zat/benda/proses yang
menjadi sumber bahaya tersebut dengan zat/benda/proses lain yang tidak menjadi
sumber bahaya.
3. Isolasi
Apabila proses eliminasi dengan menghilangkan sumber bahaya dan
substitusi dengan mengganti sumber bahaya tersebut tidak bisa dilakukan, maka
dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sumber bahaya seperti diletakkan di
dalam ruangan kaca atau menjauhkan sumber bahaya.

4. Engineering Control
Pada keadaan di mana sumber bahaya tersebut tidak dapat dieliminasi atau
disubtitusi, maka diterapkan usaha kontrol teknis atau engineering control untuk
menurunkan risiko sumber bahaya tersebut sehingga tidak membahayakan
pekerja. Kontrol teknis ini sebagai contoh dapat berupa penutupan sumber bahaya
sehingga tidak menimbulkan kontak langsung pada pekerja.
5. Administrative Control
Kontrol administratif diperlukan ketika kontrol teknis tidak sepenuhnya
dapat mengendalikan sumber bahaya. Kontrol administratif dibuat untuk menjaga
pekerja dalam wilayah aman. Contoh kontrol administratif adalah pemasangan
tanda bahaya, peraturan jam kerja maupun paparan terhadap sumber bahaya dan
pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) pemakaian alat.
6. APD (Alat Pelindung Diri)
Setiap pekerja yang berisiko terhadap sumber bahaya diharuskan memakai
APD.

b. Bagaimana penyimpanan data penggunaan bahan kimia sesuai dengan material


safety data sheet?
Jawab:
Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS. Cara penyimpanan harus
berdasarkan data pada MSDS dari senyawa tersebut. MSDS harus terdiri dari 16 section
dengan urutan sebagai berikut:
1. Indentifikasi Senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal
4. Tindakan Pertolongan Pertama
5. Tindakan Pemadaman Kebakaran
6. Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Kontrol Paparan / Perlindungan Diri
9. Sifat Fisika dan Kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Teknologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan Pembuangan / Pemusnahan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan Regulasi
Penyimpanan bahan kimia:
1. Bahan kimia yang diterima sesuai dengan surat pengantar barang yang
meliputi, merk, kandungan bahan aktif, dan jumlah.

2. Bahan kimia dalam kemasan asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau
rusak, dengan label asli berisi keterangan pestisida secara jelas.

3. Bacalah terlebih dahulu semua petunjuk tentang penyimpanan bahan kimia


atau pestisida pada label kemasan sebelum menyimpan. Pahami juga MSDS
(Material Safety Data Sheet/Lembar Data Keselamatan Bahan).

4. Baca petunjuk penyusunan pada kemasan pestisida. Susun pada rak/lemari,


dan dikelompokkan menurut jenis pestisida; yaitu herbisida, insektisida,
fungisida, dan sebagainya.

5. Jangan menyusun bahan kimia atau pestisida dalam tumpukan yang terlalu
banyak, agar diperhatikan kapasitas dan kekuatan rak/lemari tempat
penyimpanan.

6. Bahan kimia atau pestisida jenis butiran atau tepung disimpan di rak bagian
atas dari rak penyimpanan untuk menghindari kontaminasi bila terjadi
kebocoran pada kemasan bahan kimia atau pestisida bentuk cair.

7. Untuk kemasan ukuran besar disusun dalam second containment dengan


diberi alas pasir atau serbuk gergaji dengan tumpakan maksimum yang
dianjurkan pada label kemasan.

8. Untuk bahan kimia atau pestisida dengan klasifikasi Ia, Ib dan II disimpan di
dalam ruang double locking.

9. Buat label tanggal penerimaan bahan kimia atau pestisida, dan kelompokkan
masing-masing jenis berdasarkan tanggal penerimaan. Petugas yang
menyimpan pestisida harus menggunakan APD yang ditetapkan dalam
MSDS.
c. Apa hubungan antara laporan puskesmas terdahulu dengan lingkungan pekerjaan
dan daerah sekitarnya?
Jawab:
Terdapat hubungan antara laporan puskesmas tahun lalu dengan lingkungan
pekerjaan sebagai salah satu risiko tenaga kerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri dan tidak menjaga kebersihan disekitarnya.

5. Dr John ingin menganalisis health risk assessment berdasarkan langkah hygiene


industry berdasarkan proses bisnisnya agar didapatkan program promosi kesehatan
kerja dengan tem”safety culture ditempat kerja” untuk mencegah dan mengendalikan
risiko setiap hazard di tempat kerja dan bekerja sama dengan posbindu dari
Puskesmas terdekat.
a. Apa saja program promosi safety culture di tempat kerja?
Jawab:
 Selalu menggunakan APD selama dalam lingkungan kerja
 Meminimalisir paparan bahaya atau kecelakaan terhadap kondisi tenaga kerja

b. Apa saja jenis-jenis hazard beserta contohnya?


Jawab:
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard) merupakan jenis bahaya yang
berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan luka
(injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya
bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya
explosive.
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard) merupakan jenis bahaya yang
berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit
akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non-
pengion, suhu ekstrim dan pencahayaan. Bahaya Kimia, antara lain yang
berkaitan dengan material atau bahan seperti antiseptik, aerosol,
insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.
b. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture,
manual handling dan postur janggal.
c. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi
(jamur) yang bersifat patogen.
d. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan
dan kondisi kerja yang tidak nyaman.

c. Apa saja kriteria posbindu di perusahaan?


Jawab:
 Dapat melalukan promosi mengenai pentingnya menggunakan APD selama
dalam lingkungan kerja
 Dapat melakukan cek kesehatan untuk seluruh tenaga kerja

I. Learning Issues
1. K3
2. Industrial hygiene

Anda mungkin juga menyukai