Oleh:
Nahdyatul Utami, S.Ked
712021012
Pembimbing:
dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL
REFERAT
Judul:
OTITIS MEDIA EFUSI
Disusun Oleh:
Nahdyatul Utami, S.Ked
712021012
Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorokan Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Otitis
Media Efusi” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan
Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan
Tenggorokan Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama
penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
1.3.1. Manfaat Teoritis................................................................................. 2
1.3.2. Manfaat Praktisi ................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami mengenai Otitis Media Efusi
2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapat
mengenai Otitis Media Efusi selama menjalani kepaniteraan klinik dan seterusnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Telinga
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelahlateral dan
kapsul otik di sebelah medial telinga tengah. Membrana timpani terletak pada akhiran
kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga.Membran ini berukuran sekitar
1 cm dengan selaput tipis yang normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen.
Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang merupakan rumah bagi osikuli (tulang
telinga tengah), dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring dan berhubungan
dengan beberapa sel berisiudara di bagian mastoid tulang temporal.
3
Gambar 2. Membran Timpani
4
Gambar 3. Osikuli & Tuba Eustachii
FISIOLOGI PENDENGARAN
5
2.1 Definisi Otitis Media Efusi2
Otitis media efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi mukosa telinga
tengah yang ditandai dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa
tanda infeksi akut. Otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan di telinga
tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun sekret yang kental
(mukoid/glue ear). Nama lain penyakit ini antara lain otitis media serosa, otitis
media musinosa, otitis media non supuratif, otitis media sekretoria, otitis media
mucoid (glue ear).
Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma
yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi
perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang
ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.
Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba
6
eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab barotrauma,
sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering
berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi
di telinga tengah).
Disfungsi tuba eustachius adalah prekursor yang utama. Jika tuba
eustachius tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum di dalam telinga
tengah. Sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan
yang semakin memperberat masalah. Gangguan pada tuba eustachius yang
membuat tuba eustachius tidak dapat membuka secara normal antara lain berupa
palatoskisis dan obstruksi tuba serta barotrauma. Palatoskisis dapat menyebabkan
disfungsi tuba eustachius akibat hilangya penambat otot tensor veli palatini. Pada
palastokisis yang tidak dikoreksi, otot menjadi terhambat dalam kontraksinya
membuka tuba eustachius pada saat menelan. Ketidakmampuan untuk membuka
tuba ini menyebabkan ventilasi telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya
terjadi peradangan.
Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
termasuk peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga
disebabkan oleh tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba
eustachius, temuan klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah.
Obstruksi dapat pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior
untuk pengobatan epistaksis, atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang
terlalu agresif sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang
tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai
90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan
ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid
tercampur darah.
7
Otitis media efusi dapat didahului dengan otitis media akut. Hal ini
disebabkan oleh sekresi cairan dari mukosa yang terinflamasi. Mukosa telinga
tengah tersensitisasi oleh paparan bakteri sebelumnya, dan melalui reaksi alergi
terus menerus memproduksi sekret. Tetapi otitis media dengan efusi tidak harus
selalu diawali dengan otitis media akut.
Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah
dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.
• Infeksi virus pada saluran nafas atas dapat menyebabkan terjadinya
stenosis lumen tuba saat edema mukosa yang inflamasi. Udara dalam
kavum timpani diabsorpsi secara mikrosirkulasi ke mukosa telinga
tengah sehingga menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga
tengah. Infeksi virus dan bakteri dapat menyebabkan peningkatan
produksi dan viskositas dari sekresi yang berasal dari telinga tengah.
• Tekanan negatif juga dapat terjadi pada telinga tengah yang sehat karena
peningkatan yang tiba-tiba dari tekanan udara (barotrauma), misalnya
pada pesawat yang mendarat. Mukosa dari tuba eustachius kolaps dan
tekanan negatif tersebut dapat menyebabkan edema mukosa.
• Terjadinya obstruksi ekstrinsik pada tuba, misalnya pada tumor.
Defisiensi pembukaan aktif tuba oleh otot tensor veli palatini.
Terjadinya malformasi dari rahang dan palatum dapat mengganggu
8
bahkan menghentikan otot pembuka tuba, yang menyebabkan inflamasi
kronik pada telinga tengah
Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa.
• Adenoiditis : pada bayi dan anak-anak, paparan mikroorganisme dapat
menginflamasi mukosa jaringan cincin Waldeyer sehingga menyebabkan
inflamasi. Tonsil adenoid yang membesar dapat menutupi muara tuba
eustachius sehingga menimbulkan tekanan negatif di telinga tengah yang
menyebabkan otitis media.
• Infeksi pada mukosa telinga tengah : infeksi yang terjadi pada saluran
nafas atas dapat berpindah ke atas dan berjalan melalui tuba eustachius ke
dalam telinga tengah (infeksi tubogenik).
• Inflamasi non-infeksius : inflamasi toksik atau alergik pada saluran nafas
atas dapat menyebabkan adenoiditis dan obstruksi hidung. Cairan refluks
dapat berkontribusi juga ada inflamasi. Mekanisme ini penting pada bayi
dan anak-anak yang memiliki tuba eustachius yang lebih pendek yang
menawarkan sedikit proteksi.
Otitis media serosa terjadi akibat transudat atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah kapiler ke telinga tengah yang terjadi akibat perbedaan
tekanan hidrostatik.
2. Otitis media mukoid
Otitis media mukoid timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
9
terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.
Klasifikasi otitis media serosa berdasarkan onset terjadinya penyakit yaitu
sebagai berikut.
1. Otitis media serosa akut
Angka kejadian otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada dewasa.
Otitis media serosa akut terjadi akibat terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan gangguan fungsi tuba yang disebabkan
antara lain:
- Sumbatan tuba yang menyebabkan terbentuknya cairan di telinga tengah
karena tersumbatnya tuba secara tiba-tiba
- Terjadinya infeksi virus pada saluran nafas atas sehingga menyebabkan
terbentuknya cairan
- Reaksi alergi menyebabkan terbentuknya cairan pada saluran nafas atas.
- Idiopatik
Sekret pada otitis media serosa kronis terbentuk secara bertahap tanpa rasa
nyeri dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Sekret tersebut kental seperti
lem sehingga disebut sebagai glue ear.
10
Pasien mengeluhkan terdapat cairan yang terasa bergerak di dalam telinga
saat posisi kepala berubah. Dapat terjadi nyeri telinga pada barotraumas,
tetapi jika penyebabnya virus atau bakteri biasanya pasien tidak merasakan
nyeri. Pada beberapa pasien terdapat vertigo dan tinnitus.3
2. Pemeriksaan fisik
bubble appearance
Pada otitis media efusi yang sudah lama, membran timpani yang terlihat pada
otoskopi masih utuh tetapi suram, berwarna kuning kemerahan atau keabu-
abuan.
11
Gambar 5. Gambaran membran timpani pada otitis media efusi kronis
Pada tes penala dapat ditemukan tuli konduktif pada pasien dengan otitis
media efusi, dengan tes Rinne negatif, tes Weber lateralisasi ke telinga yang
sakit, dan tes Schwabach memanjang pada telinga yang sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
12
Gambar 6. Timpanogram
13
2.7 Diagnosis banding Otitis Media Efusi8
Otitis media akut stadium oklusi tuba eustachius. Perbedaan otitis mediaakut
dan otitis media efusi dapat dinilai berdasarkan adanya episode akut (kurang dari 48
jam) onset gejala inflamasi seperti nyeri telinga, gelisah, demam, adanyasekret yang
sering terjadi pada otitis media akut.)
2.8 Tatalaksana Otitis Media Efusi2,9
14
2.9 Komplikasi Otitis Media Efusi8
Komplikasi pada otitis media efusi tergantung pada jenis efusinya seperti
efusi seosa atau purulent dengan tekananan telinga tengah yang negatif dan efusi
mukoid kronis dengan tekanan telinga tengah negatif serta adanya perubahan
anatomis pada membrane timpani. Adanya efusi yang mukoid dapat membuat
membrane timpani mengalami retraksi, atelektasis, adhesi membran timpani
pada tulang-tulang pendengaran, sehingga perlu evalusia dalam 4-6 minggu.
Secara umum prognosis OME baik. Kasus OME pada anak usia 2-4 tahun,
sebanyak 50% sembuh dalam 3 bulan dan 95% dalam setahun. Sekitar 5% anak-
anak OME yang tidak dibedah mengalami OME persisten dalam setahun.
Gangguan pendengaran merupakan komplikasi OME yang paling sering,
biasanya konduktif, mungkin sensorineural, atau keduanya. Jenis sensorineural
biasanya permanen. Sebuah studi kohort pada 534 anak melaporkan bahwa OME
pada anak dapat menyebabkan kesulitan mendengar pada usia 5 tahun (odds ratio
1,44; 95% confidence interval 1,18 s/d 1,76) dan dikaitkan dengan gangguan
bahasa pada anak-anak hingga usia 10 tahun.
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Otitis media efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi mukosa telinga
tengah yangditandai dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa tanda
infeksi akut. Otitis media efusi memiliki 2 mekanisme penyebab utama yaitu
kegagalan fungsi tuba eustachii dan peningkatan produksi sekret dalam telinga
tengah (inflamasi). Otitis media efusi diklasifikasikan berdasarkan jenis sekret
dan onset terjadinyapenyakit. Penegakan diagnosis OME dapat dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan otitis media
efusi tergantung kepada penyebab yang mendasari penyakit tersebut berupa
medikamentosa dan pembedahan
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. 2006. Singapore.
Elsevier Inc.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. 2007. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3. Muhammad F, Pratiwi S, Pieter N. Otitis Media Prevalence in Primary School
Children in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science. 2010. Volume
1 no 7. p. 385-391
4. American Academy of Pediatric. Otitis Media with Effusion. Office Journal of The
American Academy of Pediatrics. 2004. Volume 113 No 5. p. 1412-29
5. Trabajos cientificos, Diagnosis and treatment of secretory otitis media, IORL,
22(1); 1989:1-4
6. Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose, and Throat.
New Delhi : Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67 (6)
7. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A step-by-step Learning
Guide. 2006. New York: Thieme.
8. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology, Head and Neck
Surgery. Second edition. 2008. New York: McGraw Hill.
9. Dhooge I, Desloovere C, Boudewyns A, Kempen MV, Dachy JP. Management of
Otitis Media with Effusion in Children. Journal B-Ent Guidelines:2005;3:15
17
18
19
20
21
22