Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

OTITIS MEDIA EFUSI

Oleh:
Nahdyatul Utami, S.Ked
712021012

Pembimbing:
dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN


TENGGOROKAN KEPALA-LEHER
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Judul:
OTITIS MEDIA EFUSI

Disusun Oleh:
Nahdyatul Utami, S.Ked
712021012

Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorokan Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Agustus 2022


Dosen Pembimbing

dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Otitis
Media Efusi” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan
Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan
Tenggorokan Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama
penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
1.3.1. Manfaat Teoritis................................................................................. 2
1.3.2. Manfaat Praktisi ................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga ..............................................................3

2. 2 Definisi Otitis Media Efusi ................................................................... 6

2.3 Epidemiologi Otitis Media Efusi ........................................................... 6

2. 4 Etiologi Saluran Pernapasan Atas ......................................................... 6

2.5 Patofisiologi Otitis Media Efusi ............................................................. 7

2.6 Klasifikasi Otitis Media Efusi ................................................................ 9

2.7 Diagnosis Otitis Media Efusi ............................................................... 10

2.8 Diagnosis Banding Otitis Media Efusi ................................................ 14

2.9 Penatalaksanaan Otitis Media Efusi..................................................... 14

2.10 Komplikasi Otitis Media Efusi .......................................................... 16

2.11 Prognosis ........................................................................................... 16


BAB III. PENUTUP............................................................................................. 17
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telinga tengah adalah kavitas yang terdiri dari tulang pendengaran (malleus,
incus, stapes), dengan tuba eustachius yang berada pada bagian depan, bagian bawah
adalah vena jugularis, bagian belakang adalah aditus ad antrum, kanalis fasialis, bagian
luar adalah membrane timpani dan bagian atas adalah meningen/otak. 1
Otitis media adalah sekelompok penyakit infeksi dan kondisi inflamasi yang
mengenai bagian telinga tengah, dengan berbagai gejala, komplikasi dan
penatalaksaan yang berbeda pada tiap presentasi penyakitnya. Otitis media dibagi
menjadi dua klasifikasi yaitu otitis media supuratif dan non supuratif. Otitis media
non supuratif disebut juga otitis media efusi/OME dimana OME mempunyai bentuk
akut dan kronis. Otitis media efusi (OME) adalah kondisi adanya cairan (serous atau
mukoid) pada kavitas telinga bagian tengah, dengan membran timpani yang intak dan
tanpa disertai gejala atau tanda inflamasi akut. Apabila efusi tersebut encer disebut
otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media
mukoid (glue ear). 2
OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Puncak insidens berada pada
usia 6- 15 bulan. Kondisi ini adalah penyebab tersering penurunan pendengaran pada
bayi dan orangtua kerapkali tidak menyadari adanya gangguan pendengaran pada
anak, karena sangat sulit mendeteksi adanya gangguan pendengaran yang ringan pada
anak. Komplikasi OME yang dapat terjadi cukup berat antara lain, ateletaksis
membrane timpanis, kehilangan pendengaran, dan perkembangan wicara terhambat
(speech delay). Pada usia dewasa gejala OME unilateral yang berlangsung kronik
dapat dicurigai sebagai gejala awal karsinoma nasofaring. 3 Oleh karena itu, penting
bagi dokter dan keluarga khususnya orang tua untuk dapat mendeteksi secara dini
gejala OME dan melakukan pengobatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami mengenai Otitis Media Efusi
2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapat
mengenai Otitis Media Efusi selama menjalani kepaniteraan klinik dan seterusnya.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan sebagai
tambahan referensi dalam bidang ilmu penyakit telinga hidung dan
tenggorokan kepala-leher terutama mengenai Otitis Media Efusi
2. Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan sebagai
tambahan referensi dalam bidang ilmu penyakit telinga hidung dan
tenggorokan kepala-leher terutama mengenai Otitis Media Efusi
1.3.2. Manfaat Praktisi
Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari
referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dan diterapkan dikemudian
hari dalam praktik klinik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Gambar 1. Telinga

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelahlateral dan
kapsul otik di sebelah medial telinga tengah. Membrana timpani terletak pada akhiran
kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga.Membran ini berukuran sekitar
1 cm dengan selaput tipis yang normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen.
Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang merupakan rumah bagi osikuli (tulang
telinga tengah), dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring dan berhubungan
dengan beberapa sel berisiudara di bagian mastoid tulang temporal.

3
Gambar 2. Membran Timpani

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus


stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding
medial telinga tengah) yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.
Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantarkan
telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat
ditutupi oleh membran sangat tipis dan dataran kaki stapes ditahan oleh struktur
tipis atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval
mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah dan kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii memiliki lebar sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver
Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan
atmosfer.

4
Gambar 3. Osikuli & Tuba Eustachii

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga cairan
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana
Reissner yang mendorong cairan endolimfe sehingga akan menimbulkan gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus temporalis.

5
2.1 Definisi Otitis Media Efusi2

Otitis media efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi mukosa telinga
tengah yang ditandai dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa
tanda infeksi akut. Otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan di telinga
tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun sekret yang kental
(mukoid/glue ear). Nama lain penyakit ini antara lain otitis media serosa, otitis
media musinosa, otitis media non supuratif, otitis media sekretoria, otitis media
mucoid (glue ear).

2.2 Epidemiologi Otitis Media Efusi4

Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah kesehatan utama


yang ditemukan pada bayi dan anak. Suatu survei yang melakukan skrining pada
anak-anak yang sehat usia bayi sampai 5 tahun menunjukkan sebanyak 15-40%
memiliki efusi pada telinga tengah. Studi lain, pada anak yang diperiksa secara
berkala selama 1 tahun, 50-60% peserta dan 25% anak usia sekolah ditemukan
efusi pada telinga tengah, dengan puncak insiden pada musim dingin. Sekitar
80% anak-anak mengalami episode otitis media dengan efusi saat berusia kurang
dari 10 tahun. Lima persen dari anak-anak usia 2-4 tahun mengalami hilangnya
pendengaran karena efusi telinga tengah yang menetap selama 4 bulan atau lebih.
Prevalensi otitis media dengan efusi didapatkan paling tinggi pada kelompok usia
2 tahun ke bawah dan menurun secara drastis pada anak di atas 6 tahun.

2.3 Etilogi Otitis Media Efusi2,4,5,

Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma
yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi
perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang
ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.
Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba

6
eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab barotrauma,
sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering
berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi
di telinga tengah).
Disfungsi tuba eustachius adalah prekursor yang utama. Jika tuba
eustachius tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum di dalam telinga
tengah. Sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan
yang semakin memperberat masalah. Gangguan pada tuba eustachius yang
membuat tuba eustachius tidak dapat membuka secara normal antara lain berupa
palatoskisis dan obstruksi tuba serta barotrauma. Palatoskisis dapat menyebabkan
disfungsi tuba eustachius akibat hilangya penambat otot tensor veli palatini. Pada
palastokisis yang tidak dikoreksi, otot menjadi terhambat dalam kontraksinya
membuka tuba eustachius pada saat menelan. Ketidakmampuan untuk membuka
tuba ini menyebabkan ventilasi telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya
terjadi peradangan.
Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
termasuk peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga
disebabkan oleh tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba
eustachius, temuan klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah.
Obstruksi dapat pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior
untuk pengobatan epistaksis, atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang
terlalu agresif sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang
tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai
90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan
ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid
tercampur darah.

7
Otitis media efusi dapat didahului dengan otitis media akut. Hal ini
disebabkan oleh sekresi cairan dari mukosa yang terinflamasi. Mukosa telinga
tengah tersensitisasi oleh paparan bakteri sebelumnya, dan melalui reaksi alergi
terus menerus memproduksi sekret. Tetapi otitis media dengan efusi tidak harus
selalu diawali dengan otitis media akut.

2.4 Patofisiologi Otitis Media Efusi 6,7,8

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan


mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke
nasofaring melalui tuba eustachius. Sebagai konsekuensi, faktor yang
mempengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau
kedua-duanya dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.
Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :

a. Kegagalan fungsi tuba eustachi

Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah
dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.
• Infeksi virus pada saluran nafas atas dapat menyebabkan terjadinya
stenosis lumen tuba saat edema mukosa yang inflamasi. Udara dalam
kavum timpani diabsorpsi secara mikrosirkulasi ke mukosa telinga
tengah sehingga menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga
tengah. Infeksi virus dan bakteri dapat menyebabkan peningkatan
produksi dan viskositas dari sekresi yang berasal dari telinga tengah.
• Tekanan negatif juga dapat terjadi pada telinga tengah yang sehat karena
peningkatan yang tiba-tiba dari tekanan udara (barotrauma), misalnya
pada pesawat yang mendarat. Mukosa dari tuba eustachius kolaps dan
tekanan negatif tersebut dapat menyebabkan edema mukosa.
• Terjadinya obstruksi ekstrinsik pada tuba, misalnya pada tumor.
Defisiensi pembukaan aktif tuba oleh otot tensor veli palatini.
Terjadinya malformasi dari rahang dan palatum dapat mengganggu

8
bahkan menghentikan otot pembuka tuba, yang menyebabkan inflamasi
kronik pada telinga tengah

b. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah

Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa.
• Adenoiditis : pada bayi dan anak-anak, paparan mikroorganisme dapat
menginflamasi mukosa jaringan cincin Waldeyer sehingga menyebabkan
inflamasi. Tonsil adenoid yang membesar dapat menutupi muara tuba
eustachius sehingga menimbulkan tekanan negatif di telinga tengah yang
menyebabkan otitis media.
• Infeksi pada mukosa telinga tengah : infeksi yang terjadi pada saluran
nafas atas dapat berpindah ke atas dan berjalan melalui tuba eustachius ke
dalam telinga tengah (infeksi tubogenik).
• Inflamasi non-infeksius : inflamasi toksik atau alergik pada saluran nafas
atas dapat menyebabkan adenoiditis dan obstruksi hidung. Cairan refluks
dapat berkontribusi juga ada inflamasi. Mekanisme ini penting pada bayi
dan anak-anak yang memiliki tuba eustachius yang lebih pendek yang
menawarkan sedikit proteksi.

2.5 Klasifikasi Otitis Media Efusi2

Pada dasarnya otitis media efusi diklasifikasi berdasarkan jenis sekretnya


yaitu sebagai berikut.
1. Otitis media serosa

Otitis media serosa terjadi akibat transudat atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah kapiler ke telinga tengah yang terjadi akibat perbedaan
tekanan hidrostatik.
2. Otitis media mukoid

Otitis media mukoid timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang

9
terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.
Klasifikasi otitis media serosa berdasarkan onset terjadinya penyakit yaitu
sebagai berikut.
1. Otitis media serosa akut

Angka kejadian otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada dewasa.
Otitis media serosa akut terjadi akibat terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan gangguan fungsi tuba yang disebabkan
antara lain:
- Sumbatan tuba yang menyebabkan terbentuknya cairan di telinga tengah
karena tersumbatnya tuba secara tiba-tiba
- Terjadinya infeksi virus pada saluran nafas atas sehingga menyebabkan
terbentuknya cairan
- Reaksi alergi menyebabkan terbentuknya cairan pada saluran nafas atas.
- Idiopatik

2. Otitis media serosa kronis (glue ear)

Sekret pada otitis media serosa kronis terbentuk secara bertahap tanpa rasa
nyeri dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Sekret tersebut kental seperti
lem sehingga disebut sebagai glue ear.

2.6 Diagnosis Otitis Media Efusi2,7,8

Otitis media efusi dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, hasil


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis

Beberapa gejala otitis media efusi berdasarkan keluhan pasien yaitu


berkurang sampai hilangnya pendengaran, rasa penuh atau tersumbat di
telinga. Gejala otitis media efusi yang terjadi pada anak biasanya jarang
dikeluhkan, tetapi patut dicurigai jika pada anak tersebut terdapat
keterlambatan bicara2,3.

10
Pasien mengeluhkan terdapat cairan yang terasa bergerak di dalam telinga
saat posisi kepala berubah. Dapat terjadi nyeri telinga pada barotraumas,
tetapi jika penyebabnya virus atau bakteri biasanya pasien tidak merasakan
nyeri. Pada beberapa pasien terdapat vertigo dan tinnitus.3

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu otoskopi dan tes penala.Pada


pemeriksaan otoskopi dapat terlihat membran timpani yang kelabu atau
menguning yang telah kekurangan pergerakan. Jika membran timpani
translusen, maka dapat terlihat air-fluid level atau gelembung udara kecil
pada telinga tengah.

Gambar 4. Gambaran membran timpani dengan : a. air-fluid level, b.

bubble appearance

Pada otitis media efusi yang sudah lama, membran timpani yang terlihat pada
otoskopi masih utuh tetapi suram, berwarna kuning kemerahan atau keabu-
abuan.

11
Gambar 5. Gambaran membran timpani pada otitis media efusi kronis

Pada tes penala dapat ditemukan tuli konduktif pada pasien dengan otitis
media efusi, dengan tes Rinne negatif, tes Weber lateralisasi ke telinga yang
sakit, dan tes Schwabach memanjang pada telinga yang sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu


sebagai berikut.
• Timpanometri : dengan mengukur kompliens dari mekanisme transformer
telinga tengah, timpanometri menyediakan pemeriksaan objektif untuk
status telinga tengah. Timpanometri akan memperlihatkan sebuah puncak
(misalnya pada kompliens maksimal) ketika tekanan di kanalis akustik
eksternal sama dengan di telinga tengah. Dengan membedakan tekanan di
telinga luar, apabila terdapat efusi maka kompliensnya tidak akan bervariasi
dengan perubahan tekanan telinga luar atau bisa terbentuk flat timpanogram
(tipe B). Jika tekanan telinga tengah sama atau mendekati tekanan atmosfer,
terbentuk timpanogram normal (tipe A). Jika tekanannya negative maka
akan terbentuk puncak kompliens yang berada dibawah -99daPa (tipe C).

12
Gambar 6. Timpanogram

• Audiometri : pasien dengan otitis media efusi biasanya memiliki tuli


konduktif yang moderate. Audiometri menyediakan pemeriksaankeparahan
kehilangan pendengaran dan meskipun begitu sangat penting pada
monitoring progress dari kondisinya dan menyediakan informasi yang
berguna pada pengambilan keputusan untuk manajemen terapi.

Gambar 7. Derajat Ketulian Menurut ISO

13
2.7 Diagnosis banding Otitis Media Efusi8

Otitis media akut stadium oklusi tuba eustachius. Perbedaan otitis mediaakut
dan otitis media efusi dapat dinilai berdasarkan adanya episode akut (kurang dari 48
jam) onset gejala inflamasi seperti nyeri telinga, gelisah, demam, adanyasekret yang
sering terjadi pada otitis media akut.)
2.8 Tatalaksana Otitis Media Efusi2,9

Pengobatan otitis media efusi tergantung kepada penyebab yang mendasari


penyakit tersebut.
1. Otitis media serosa akut

Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan


medical diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung), antihistamin,
perasat Valsava , bila tidak ada tanda-tanda infeksi saluran nafas atas. Setelah
satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap, dilakukan
miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dapat dilakukan
miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Grommet atau
ventilation tube merupakan tube kecil yang terbuat dari plastik yang
diinsersikan melalui sebuah lubang kecil pada membran timpani. Grommet
akan membantu drainase cairan yang terkumpul pada telinga tengah dan
ventilasi pada telinga tengah.

2. Otitis media serosa kronik (glue ear)

Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan


miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang
masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti
histamin dan dekongestan per oral seringkali bisa berhasil. Sebagian ahli
menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak
berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Di samping itu harus pula dinilai
serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau
tonsil, dan infeksi hidung dan sinus.

14
2.9 Komplikasi Otitis Media Efusi8

Terdapat dua komplikasi akibat otitis media efusi yaitu :

1. Gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran yang bersifat sementara.


Hal ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan prilaku jika dialami oleh
anak-anak.
2. Kerusakan kronis pada anatomi membran timpani seperti timpanosklerosis. Hal
ini tergantung pada berapa lama seseorang menderita otitis media efusi dan
tekanan negatif pada telinga tengah.

Komplikasi pada otitis media efusi tergantung pada jenis efusinya seperti
efusi seosa atau purulent dengan tekananan telinga tengah yang negatif dan efusi
mukoid kronis dengan tekanan telinga tengah negatif serta adanya perubahan
anatomis pada membrane timpani. Adanya efusi yang mukoid dapat membuat
membrane timpani mengalami retraksi, atelektasis, adhesi membran timpani
pada tulang-tulang pendengaran, sehingga perlu evalusia dalam 4-6 minggu.

2.10 Prognosis Otitis Media Efusi8

Secara umum prognosis OME baik. Kasus OME pada anak usia 2-4 tahun,
sebanyak 50% sembuh dalam 3 bulan dan 95% dalam setahun. Sekitar 5% anak-
anak OME yang tidak dibedah mengalami OME persisten dalam setahun.
Gangguan pendengaran merupakan komplikasi OME yang paling sering,
biasanya konduktif, mungkin sensorineural, atau keduanya. Jenis sensorineural
biasanya permanen. Sebuah studi kohort pada 534 anak melaporkan bahwa OME
pada anak dapat menyebabkan kesulitan mendengar pada usia 5 tahun (odds ratio
1,44; 95% confidence interval 1,18 s/d 1,76) dan dikaitkan dengan gangguan
bahasa pada anak-anak hingga usia 10 tahun.

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Otitis media efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi mukosa telinga
tengah yangditandai dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa tanda
infeksi akut. Otitis media efusi memiliki 2 mekanisme penyebab utama yaitu
kegagalan fungsi tuba eustachii dan peningkatan produksi sekret dalam telinga
tengah (inflamasi). Otitis media efusi diklasifikasikan berdasarkan jenis sekret
dan onset terjadinyapenyakit. Penegakan diagnosis OME dapat dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan otitis media
efusi tergantung kepada penyebab yang mendasari penyakit tersebut berupa
medikamentosa dan pembedahan

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. 2006. Singapore.
Elsevier Inc.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. 2007. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3. Muhammad F, Pratiwi S, Pieter N. Otitis Media Prevalence in Primary School
Children in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science. 2010. Volume
1 no 7. p. 385-391
4. American Academy of Pediatric. Otitis Media with Effusion. Office Journal of The
American Academy of Pediatrics. 2004. Volume 113 No 5. p. 1412-29
5. Trabajos cientificos, Diagnosis and treatment of secretory otitis media, IORL,
22(1); 1989:1-4
6. Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose, and Throat.
New Delhi : Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67 (6)
7. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A step-by-step Learning
Guide. 2006. New York: Thieme.
8. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology, Head and Neck
Surgery. Second edition. 2008. New York: McGraw Hill.
9. Dhooge I, Desloovere C, Boudewyns A, Kempen MV, Dachy JP. Management of
Otitis Media with Effusion in Children. Journal B-Ent Guidelines:2005;3:15

17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai